Arthrologi PDF
Arthrologi PDF
ARTHROLOGY
ARTHROLOGI
PENDAHULUAN
Tubuh manusia dibentuk oleh sejumlah tulang (206 buah), yang saling
berhubungan membentuk articulus, memungkinkan manusia dapat berdiri dan
duduk dengan stabil, dan bergerak dengan leluasa sesuai keinginannya.
Manusia adalah makhluk bipedal yang berdiri dan berjalan dengan
menggunakan extremitas inferior, dan extremitas superior dipakai untuk
memasukkan makanan ke dalam cavus oris.
BAB I
ARTHROLOGI UMUM
Atas dasar struktur dan fungsi articulus dibagi menjadi:
I.
SYNARTHOSIS
II.
DIARTHOSIS
Ad.I. SYNARTHOSIS
Diantara kedua ujung tulang yang membentuk articulus terdapat suatu
jaringan. Terdiri dari :
1. SYNDESMOSIS, jaringan penghubung adalah jaringan ikat.
a. SUTURA, tepi-tepi tulang yang bertemu diperhubungkan oleh suatu
jaringan ikat yang tipis, misalnya sutura pada calvaria cranii.
b. SCHINDYLISIS, suatu tulang yang terjepit di dalam celah pada tulang
lainnya, misalnya antara rostrum sphenoidale dan vomer.
c. GOMPHOSIS, suatu tulang yang berbentuk kerucut masuk ke dalam
lekuk, alveolus, yang sesuai pada tulang yang lain, misalnya dentes
pada maxilla dan mandibula.
d. SYNDESMOSIS ELASTICA, jaringan ikat penghubung terdiri dari
serabut-serabut elastis, misalnya ligamentum flavum di antara arcus
vertebrae.
e. SYNDESMOSIS FIBROSA, jaringan ikat penghubung terdiri dari
serabut-serabut kolagen, misalnya membrana interossea antebrachii,
di antara radius dan ulna.
2. SYNCHONDROSIS, jaringan penghubung dan diaphyse sebelum
penulangan selesai atau symphysis osseum pubis pada usia dewasa.
3. SYNOSTOSIS, jaringan penghubung ialah tulang, misalnya di antara
epiphyse dan diaphise sesudah penulangan atau di antara os ilium, os
pubis dan os ischium pada usia dewasa.
Ad.II. DIARTOSIS
Ujung-ujung tulang yang membentuk articulus bebas, tidak ada jaringan di
antaranya. Mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Salah satu ujung tulang membentuk caput articulare dan ujung tulang
yang lain membentuk cavitas glenoidas.
2. Kedua ujung tulang dibungkus oleh capsula articularis, yang terdiri dari
stratum fibrosum di sebelah superficialis dan statum synoviale di sebelah
profunda; stratum synoviale menghasilkan synovia (filtrasi plasma darah)
yang membuat licin permukaan kedua ujung tulang.
3. Cavum articulare ialah rongga potensil yang terdapat di antara ujungujung tulang, dan berisi synovia.
4. Alat-alat khusus yang meliputi :
a. labium articulare ;
b. discus dan menicus articularis sebagai alat untuk menahan tumbukan,
penyangga dan mengurangi discongruentio di antara ujung-ujung
tulang yang bersendi ;
c. bursa mucosa di sekitar sendi atau kadang-kadang berhubungan
dengan cavum articulare untuk memudahkan gerakan ;
d. ligamentum, yang sebenarnya adalah bagian dari capsula articularis
dan selanjutnya terpisah dari capsula itu.
Berdasarkan kemungkinan gerak Diartrosis dibagi menjadi :
A. AMPHIARTHROSIS, kemungkianan gerak sedikit sekali.
B. ARTICULATIONES, kemungkinan gerak yang luas.
Luas gerakan pada articulationes ditentukan oleh jumlah axis, sebagai berikut:
1. Mono axial
a. GINGLYMUS, sumbu gerak terak lurus pada arah panjang tulang,
misalnya artic.interphalangealis, artic.humero-ulnaris, artic.talocruralis.
b. ARTULATIO TROCHOIDEA, sumbu gerak kira-kira sesuai dengan arah
panjang tulang, misalnya art.radio-ulnaris, art.atlanto-dentalis.
2. Biaxial, kedua garis berpotongan tegak lurus.
a. ARTICULATIO ELLIPSOIDEA, caput articulare berbentuk ellipsoid dalam
arah sumbu panjang dan sumbu pendek, mis.art.radiocarpea.
b. ARTULATIO SELLARIS, permukaan sendi berbentuk pelana artinya
dalam arah sumbu yang satu permukaan itu cembung, dalam arah sumbu
yang lain cekung (concave-convex), mis. Art.carvo-metacarpea.
3. Multi axial (tri axial), kemungkinan gerak sangat luas. Caput articularea
berbentuk bola.
a. ARTICULATIO GLOBOIDEA, cavitas glenoidalis mencakup kurang
dari setengah caput articulare, mis. Art.humeri ;
b. ENARTHROSIS, cavitas glenoidalis mencakup lebih dari setengah
caput articulare, kemungkinan gerak lebih daripada art.globoidea, mis.
Art.coxae.
Pembagian lain :
I.
SKULL TYPE, tidak dapat bergerak atau persendian yang bersifat
sementara.
1. SUTURA
2. SYNCHONDROSIS
3. SYNOSTOSIS
II.
VERTEBRAL TYPE, hanya dapat bergerak sedikit.
1. SYMPHYSIS, dibentuk oleh dua buah tulang yang ujung-ujungnya dilapisi
oleh cartilago (hyaline) dan dipersatukan oleh fibrocartilago, di bagian
ventral dan dorsal diperkuat oleh ligamentum. Pada persendian ini tidak
terdapat cavum articulare, melainkan suatu celah saja. Berada pada linea
mediana.
Symphysis terdapat diantara :
a. corpus vertebrae
b. facies symphyseos ossis pubis
c. manubrium sterni dan corpus sterni.
2. SYNDESMOSIS, di antara kedua ujung tulang yang berbentuk persendian
terdapat jaringan ikat, misalnya antara arcus vertebrae, antara processus
coracoideus dan clavicula, antara radius dan ulna.
III.
LIMB TYPE, disebut juga SYNOVIAL JOINT atau ARTICULATIO,
mempunyai kemungkinan gerak yang luas. Tipe sendi ini mempunyai
empat ciri dasar :
1. kedua ujung tulang terpisah satu sama lain;
2. kedua ujung tulang berada di dalam capsula articularis;
3. capsula articularis dilapisi oleh membrana synovialis ;
4. kedua ujung tulang dilapisi oelh cartilago (hyaline).
Membrana synovialis melekat pada tepi cartilago articularis sehingga cavum
articulare dibatasi oleh membrana synovialis dan cartilago articularis.
INNERVASI
Synovial joint mendapat banyak persarafan, tetapi terbatas pada capsula
articularis, ligamentum dan permukaan superficial membrana synovialis.
Permukaan profunda membrana synovialis, cartilago articularis dan discus
articularis tidak diperlengkapi dengan serabut-serabut saraf. Di dalam capsula
articularis dan ligamentum capsulare terdapat ujung-ujung saraf yang berupa
mechanoreceptor, yang berfungsi memberi informasi mengenai statika dan
dinamila persendian, yaitu mengenai posisi dan gerakan; serabut-serabut saraf
ini bermyelin. Serabut-serabut saraf lainnya yang tidak bermyelin berperan
sebagai receptor dan melayani pembuluh-pembuluh darah.
VASCULARISASI
Pada cartilago articularis tidak diketemukan pembuluh darah. Nutrisi
persendian dilakukan oleh synovia (synovial fluid). Pembuluh-pembuluh arteria
utama berada pada sisi flexor dan terlindung terhadap trauma, tetapi sebaliknya
selama gerakan fleksi arteri tersebut dapat terlipat sehingga tersumbat, oleh
karena itu terbentuk system collateral di sekitar articulus cubiti, wrist joint,
articulatio genu, anke joint (berfungsi sebagai by pass).
NOMENCLATUR GERAKAN
Arah dan luas gerakan ditentukan oleh permukaan dari kedua ujung
tulang yang membentuk articulus dan kedudukan dari capsula articularis serta
ligamentum articulare. Luas gerakan berbeda secara individual. Nomenclatur
gerakan didasarkan pada Posisi Anatomi (awal atau akhir dari suatu gerakan),
dan gerakan-gerakan yang dimaksudkan adalah sebagai berikut :
FLEXION (flexi) adalah gerakan yang terjadi terhadap axis transversal dan
membentuk sudut yang lebih kecil antara kedua tulang bersangkutan.
EXTENSION (Extensi) adalah gerakan yang berlawanan dengan gerakan
Flexi, yaitu membentuk sudut yang lebih besar (tulang saling menjauhi
satu sama lain).
Terminologi khusus digunakan pada gerakan badan (= truncus), articulatio
humeri, ankle joint dan gerakan ibu jari (articulatio metacarpo-phalangea I).
Badan yang digerakkan ke arah tungkai dinamakan Flexi badan terhadap tungkai
dan gerakan tungkai ke ventral mendekati badan disebut Flexi tungkai terhadap
badan. Gerakan sebaliknya ke arah dorsal disebut Extensi. Gerakan truncus ke
lateral disebut Latero-fleksi.
Flexi pada ankle joint adalah gerakan dorsum pedis ke arah permukaan ventralis
cruris (disebut juga Dorso-flexion atau Dorso-flexi; gerakan yang berlawanaan
disebut Extension (= Plantar-Flexion).
Pada articulatio humeri gerakan fleksi disebut Anteflexi, yaitu gerakan lengan ke
arah ventral; gerakan sebaliknya disebut Retroflexi (= Extensi).
ABDUKSI adalah gerakan yang menjauhi sumbu badan; gerakan yang
mendekati sumbu badan disebut ADDUKSI.
ROTASI merupakan gerakan yang terjadi terhadap sumbu longitudinal;
ada Rotasi Medial dan Rotasi Lateral. Rotasi ke kanan atau ke kiri
terdapat pada columna vertabralis.
CIRCUMDUCTION merupakan kombinasi dari gerakan flexi, abduksi,
extensi, adduksi dan rotasi, yang menghasilkan suatu bentuk kerucut
dengan puncaknya berada pada pusat sendi berangkutan.
PRONASI adalah gerakan rotasi antebrachium ke arah medial.
SUPINASI adalah gerakan rotasi antebrachium ke arah lateral.
Kedua gerakan terakhir ini gerakan yang terjadi pada articulatio radioulnaris proximalis (radius berputar terhadap ulna).
EVERSION adalah gerakan pronasi pada pedis yang dikombinasi dengan
gerakan abduksi.
INVERSION adalah kombinasi gerakan adduksi dengan supinasi pada
pedis.
DOWNWARD ROTATION adalah gerakan rotasi ke caudal dari scapula
terhadap axis tegak lurus pada permukaan scapula, dalam hal ini
acromion berpindah ke caudal dan medial, angulus inferior bergerak ke
medial dan lateral.
tetapi hanya 20 derajat yang terjadi antara scapula dan clavicula. Ligamentum
coracoclaviculare menjadi tegang dan meneruskan gaya rotasi tersebut kepada
clavicula. Titik tumpu dari articulus ini adalah ligamentum coracoclaviculare.
ELEVASI dihasilkan oleh kontraki m.trapezius pars descendens, m.levator
scapulae dan mm.rhomboidei, dan gerakan DEPRESI dilakukan oleh m.trapezius
pars ascendens, m.latissimus dorsi pars lateralis dan gaya gravitasi.
Gerakan dari scapula pada dinding thorax meliputi gerakan clavicula pada
articulatio acromioclavicularis dan articulatio sternoclavicularis, dan banyak kali
disertai gerakan articulatio humeri, namun scapula dapat bergerak tersendiri.
Pars lateralis clavicula dapat diangkat (elevasi) sampi 50 derajat (=inklinasi 50
derajat) yang dibatasi oleh ketegangan ligamentum costoclaviculare. Depresi
dapat terjadi hanya beberapa derajat saja, yang dihalangi oleh bagian cranialis
capsula articularis articulatio sternoclavicularis.
3. ARTICULATIO HUMERI
Tipe articuluc ini adalah Ball and Socket, mempunyai gerakan yang
sangat luas. Dibentuk oleh caput humeri dengan cavitas glenoidalis, dilengkapi
dengan labrum glenoidale (suatu fibrocartilago yang berbentuk cincin). Capsula
articularis melekat pada tepi labrum glenoidale, dan di pihak humerus pada tepi
caput humeri, kecuali di bagian inferior perlekatannya berada 2 3 cm di
caudalis dari tepi permukaan persendian. Capsula articularis ini longgar
sehingga memungkinkan gerakan menjadi luas (tampak jelas pada posisi
adduksi humerus). Bagian anterior dari capsula articularis menebal dan
membentuk Ligamentum glenohumeral.
Caput longum m.biceps brachii berjalan di dalam sulcus intertubercularis, dan
menembusi capsula articularis.
Ligamentum corachohumerale, suatu ligamentum extra capsularis,
berjalan ke arah lateral dari processus coracoideus dan bercampur dengan
bagian cranialis capsula articularis beserta dengan tendo m.suprapinatus,
mengadakan perlekatan pada tuberculum majus et minus. Ligamentum ini
menghalangi gerakan rotasi lateral dan adduksi.
Pada umumnya kekuatan suatu articulus ditentukan oleh bentuk tulang,
ligamenta dan otot-otot; pada articulus humeri terutama tergantung dari otot.
Otot-otot yang berada di sekitar articulatio humeri terdiri dari otot-otot yang
bertendo panjang, berperan untuk gerakan, dan yang bertendo pendek dengan
fungsi utamanya mempertahankan caput articulare agar tetap berada di dalam
cavitas articularisnya. Keadaan ini dibantu oleh arcus coraco-acromialis yang
menghalangi dislokasi humerus ke arah cranialis. Arcus coraco-acromialis
dibentuk oleh prosessus coracoideus, ligamentum coraco-acromiale dan
acromion. Ligamentum coraco-acromiale berbentuk segitiga dengan apexnya
melekat pada ujung acromion di sebelah anterior articulatio acromioclavicularis
dan basisnya melekat pada tepi lateral processus coracoideus.
Di antara acromion dan tendo m.supraspinatus terdapat bursa
subacromialis, yang meluas ke caudal dan berada di antara m.deltoideus dan
tuberculum majus humeri. Bursa ini bersama-sama dengan arcus coracoacromialis menghalangi dislokasi humerus ke arah cranialis.
Gerakan Extensi jari-jari yang dilakukan dari posisi fleksi dikerjakan oleh
m.extensor digitorum communis, m.extensor indicis proprius, m.extensor digiti
quinti minimi dan mm.lumbricales.
ARTICULATIO MEMBRI INFERIORIS
1. ARTICULATIO COXAE
Dibentuk oleh caput femoris dengan acetabulum. Articulus ini termasuk
tipe Ball and Socket. Facies articularis caput femoris berbentuk 2/3 bagian dari
suatu bulatan, dan facies articularis dari acetabulum berbentuk tapak kuda
(horseshoeshaped). Capsula articularisnya kuat sekali, mengadakan perlekatan
pada tepi acetabulum di bagian proximal dan di bagian distal melekat pada linea
intertrochanterica dan sepanjang collum femoris, di sebelah proximal dari crista
intertrochanterica. Jadi sebagian besar dari collum femoris berada di dalam
cavum articulare. Capsula articularis menebal pada beberapa tempat
membentuk ligamentum iliofemorale, ligamentum pubofemorale dan ligamentum
ischiofemorale.
Ligamentum iliofemorale berbentuk besar, kuat dan menyerupai huruf Y
terbalik, di bagian cranial melekat pada spina iliaca anterior inferior dan pada tepi
acetabulum, di bagian caudal melekat pada linea intertrochanterica (yang
memisahkan collum femoris daripada corpus femoris). Pada pria ligamentum ini
lebih panjang daripada wanita.
Ligamentum pubofemurale di bagian medial melekat pada pars anterior
tepi acetabulum dan pada rumus superior ossis pubis, serabut-serabut berjalan
transversal pada permukaan inferior dari capsula articularis, dan selanjutnya
melekat pada permukaan inferior collum femoris di cranialis trochanter minor.
Ligamentum ischiofemorale adalah yang paling lemah apabila
dibandingkan dengan kedua ligamenta lainnya, melekat pada tepi posteroinferior dari acetabulum, berjalan ke lateral, melingkar ke cranialis dan
melanjutkan diri pada zona orbicularis, yang berjalan melingkari collum femoris.
Pada fovea capitis femoris terdapat Ligamentum teres femoris, yang ke
arah distal melekat pada ligamentum acetabuli dan di dalamnya berjalan serabut
saraf dan pembuluh darah yang menuju ke caput femoris.
INNERVASI
Nervus femoralis, nervus ischiadicus dan nervus obturatorius (Hilton
Law).
PERGERAKAN
Gerakan terjadi terhadap axis transversal, axis antero-posterior dan axis
longitudinal. Terhadap axis transversal terjadi gerakan Flexi. Gerakan Flexi dari
Posisi Anatomi dengan articulatio genu dalam posisi extensi hanya dapat
dilakukan sampai 60 derajat saja, hal mana disebabkan oleh tension (=
ketegangan) dari otot hamstring. Apabila articulatio genu berada dalam posisi
flexi maka flexi pada articulatio coxae dapat ditingkatkan sampai 90 derajat.
Sebagai penggerak utama adalah m.iliacus dan m.psoas major, dibantu oleh
m.rectus femoris, m.tensor fasciae latae, m.sartorius dan m.pectineus.
Ligamentum capsulare pada sisi articulatio genus meluas (melekat) dari condylus
femoris sampai di condylus tibiae.
Ligamentum collaterale tibiale (medial) berbentuk datar dan berada pada
bagian medial capsula articularis. Di bagian cranialis ligamentum ini melekat
pada epicondylus medialis femoris, dan di sebelah caudalis berbentuk lebar,
melekat pada condylus medialis tibiae dan pada bagian cranialis corpus tubiae.
Serabut-serabut bagian profunda melekat pada tepi luar meniscus medialis.
Ligamentum collaterale fibulare (laterale) terletak terpisah daripada
capsula articularis, berbentuk bulat tali dan meluas dari epicondylus lateralis
femoris menuju sisi laterale capitulum fibulae. Bagian posterior capsula articularis
mengadakan perlekatan pada bagian cranial condylus femoris dan fossa
intercondyloidea femoris dan pada bagian proximal tibiae. Suatu perluasan dari
capsula articularis, yang dinamakan ligamentum popliteum arcuatum,
mengadakan perlekatan pada capitulum fibulae. Bagian sentral dari capsula
articularis diperkuat oleh ligamentum popliteum obliquum, yang merupakan
perluasan dari tendo m.semimembranosus, dan arahnya cranio-lateral, melekat
pada condylus lateralis tibiae. Bagian tepi dari facies posterior capsula articularis
tipis dan ditutupi oleh capus medial dan caput lateral m.gastrocnemius.
Ligamentum cruciatum terdiri atas sepasang ligamentum yang sangat
kuat, melekat pada tibia dan fibula, berada di dalam capsula articularis, tetapi
tetap berada di sebelah superficialis dari membrana synovialis. Ligamentum ini
diberikan nama yang sesuai dengan tempat origonya pada tibia. Ligametum
cruciatum anterius melekat di sebelah ventral eminentia intercondyloidea tibia, di
antara kedua buah meniscus, dan menuju kepada facies medialis condylus
lateralis femoris serta mengadakan perlekatan di tempat ini. Ligamentum
cruciatum posterior mengadakan perlekatan pada tepi posterior permukaan
ujung proximal tibia, berada di antara kedua meniscus, berjalan ke ventral
mengadakan perlekatan pada fecies lateralis condylus medialis femoris.
Meniscus medialis dan meniscus lateralis adalah dua buah fibrocartilago
yang berbentuk cresentic (sebagian dari lingkaran), mengadakan perlekatan
pada fecies cranialis ujung proximal tibia. Pada penampang melintang meniscus
berbentuk segitiga. Meniscus medialis bentuknya lebih besar daripada meniscus
lateralis, dengan bagian yang terbuka meliputi (kaki huruf C) meniscus lateralis.
INNERVASI
Berasal dari tga sumber, yaitu:
1) n.femoralis, melalui ramus muscularis yang menuju ke m.vastus medialis;
2) ramus genicularis yang dipercabangkan oleh n.tibialis dan n.peroneus
communis (n.ischiadicus);
3) n.obturatorius yang memberikan cabang-cabang yang mengikuti arteria
femoralis menuju ke fossa poplitea.
Persarafan ini terikat pada Hiltons Law.
PERGERAKAN
Gerakan utama pada persendian ini adalah Flexi dan Extensi, yang terjadi
terhadap axis trasversal. Axis ini tidak tetap, melainkan berpindah ke dorsal
selama (mengikuti) gerakan Flexi dan keadaan ini disebabkan oleh karena
bentuk condylus femoris (bagian postrior yang makin melengkung). Luas
gerakan dari Extensi penuh sampai Flexi penuh kira-kira 130 derajat, dibatasi
oleh otot-otot di bagian dorsal regio femoris dan regio cruralis yang saling
bertemu.
Pada Flexi penuh (maksimal) bagian posterior facies articulus condylus
femoris bertemu dengan bagian dorsal facies articulus condylus tibiae.
Pada gerakan Extensi dengan tibia yang difiksasi maka condylus femoris
berputar ke ventral (roll forward) sambil berpindah ke dorsal (glide backwards)
pada facies articularis tibiae.
Gerakan dari condylus lateralis berakhir sebelum gerakan Extensi selesai,
sedangkan gerakan dari conylus medialis masih berlangsung karena facies
articularis pada condylus medialis bentuknya lebih panjang daripada yang ada
pada condylus lateralis. Dengan demikian maka terjadi gerakan Endorotasi.
Pada akhir dari gerakan Extensi ini ligamentum collaterale tibiale dan
ligamentum collaterale fibulare serta ligamentum popliteum obiquum menjadi
tegang.
Pada full extension ligamentum cruciatum anterius menjasi tegang; pada full
Flexion ligamentum cruciatum posterius menjadi tegang.
Selama berlangsungnya gerakan extensi dan flexi patella menggelincir pada
area intercondyloidea femoris, dan jarak antara tibia dan patella tetap konstan.
Pada full Extension facies patella bagian distal berhadapan (kontak) dengan
bagian proximal condylus femoris. Pada gerakan Flexi patella bergerak ke distal
terhadap femur; semakin diflexi maka bagian proximal patella berhadapan
(kontak) dengan bagian distal facies articularis femoris.
Gerakan Extensi dihasilkan oleh kontraksi m.quadriceps femoris.
Gerakan Flexi dilakukan oleh m.semimembranosus, m.semitendinosus,
m.biceps femoris dan m.popliteus. M.gastrocnemus adalah otot flexor yang
lemah.
Otot hamstring bekerja juga sebagai extensor bagi articulatio coxae.
Pada waktu berdiri (extensi) gaya berat badan berada di sebelah ventral
articulus genus, ini adalah salah satu factor penyebab extensi pada articulatio
genu. Keadaan ini diimbangi oleh capsula articularis dan ligamentum yang
terdapat di bagian posterior dari articulus ini. Pada posisi ini peranan otot sangat
minim.
M.popliteus berperan pada gerakan exorotasi femur terhadap tibia, yaitu
pada awal gerakan.
3. ARTICULATIO TIBIOFIBULARIS
Antara tibia dan fibula terbetuk articulus pada ujung proximal, ujung distal
dan di sepanjang corpus kedua tulang tersebut. Persendian pada ujung proximal
berupa suatu articulatio (diarthrosis) yang memberi kemungkinan gerakan
menggelincir. Capsula articularisnya kuat di bagain ventral, melebihi yang di
bagain dorsal. Di antara tendo m.popliteus dan capsula articularis terdapat bursa
m.popliteus. Persendian ini disebut ARTICULATIO TIBIOFIBULARIS.
PERGERAKAN
Pada persendian ini terdapat axis transversalis yang melewati corpus tali,
tetapi arahnya miring (oblique), yaitu arah caudo-lateral. Mengangkat dorsum
pedis disebut Dorsiflexion (=Extension), menurunkan planta pedis disebut
Plantar flexion (=Flexi).
Gerakan dorsoflexi (= 50 derajat) lebih terbatas daripada Plantar flexi (=50
derajat). Otot-otot yang berperan pada Dorsiflexion adalah m.tibialis anterior,
m.extensor hallucis longus, m.extensor digitorum longus dan m.peroneus tertius.
Gerakan Plantar flexi dilakukan oleh m.gastrocnemius dan m.soleus,
dibantu oleh m.peroneus longus, m.peroneus brevis, m.flexor hallucis longus,
m.flexor digitorum longus dan m.tibialis posterior.
5. ARTICULATIO TALOCALCANEA
Persendian ini terdiri atas : (a) ARTICULATIO TALONAVICULARIS, yang
dibentuk oleh facis articularis navicularis tali dengan facies proximalis ossis
navicularis dan (b) ARTICULATIO TALOCALCANEA ANTERIOR ET MEDIA ET
POSTERIOR, yang dibentuk oleh facies articularis calcanea anterior et media et
posterior dengan facies articularis anterior et media et posterior calcanei.
Articulatio
TALANAVICULARIS
bersama
dengan
articulatio
TALOCALCANEA ANTERIOR ET MEDIA berada dalam satu cavum articulare,
dan membentuk Articulatio TALOCALCANEONAVICULARE.
Articulatio
TALOCALCANEA
POSTERIOR
(=
ARTICULATIO
SUBTALARIS) dibentuk oleh facies articularis posterior calcanei yang berbentuk
konveks dengan facies articularis calcanea posterior tali yang berbentuk konkaf.
Capsula articularis melekat pada tepi facies articularis dari kedua buah tulang
bersangkutan.
Gerakan talus terjadi secara bersamaan pada articulatio subtalaris dan pada
articulatio talocalcaneonavicularis, gerakan yang dimaksud adalah gerakan
Inversion dan Eversion.
Pada gerakan Inversion pedis berputar terhadap axis longitudinalis
sedemikian rupa sehingga bagian medial kaki terangkat ke cranial dan
bersamaan dengan itu terjadi juga gerakan Adduksi, sehingga planta pedis
menghadap ke arah medialis.
Pada gerakan Eversion tepi lateral pedis bergerak ke arah cranial dan
lateral sehingga planta pedis menghadap ke arah lateral.
Gerakan Inversion dapat dianggap sebagai gabungan dari gerakan
adduksi dan supinasi pedis, sedangkan gerakan Eversion adalah gabungan dari
gerakan abduksi dan pronasi. Inversion maksimal dapat dicapai apabila pedis
berada dalam posisi planta flexi, dan Eversion maksimal dapat dilakukan pada
posisi pedis yang dorsoflexi. Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan
Inversion dan eversion adalah :
a. bentuk
b. ligamentum calcaneofibulare dan ligamentum deltoideum.
Axis pronationis et supinationis melewati os talus dan os naviculare dengan arah
yang miring dari caudo-lateral ke cranio-medial.
Otot yang berperan pada gerakan Inversion adalah m.tibialis anterior dan
m.tibialis posterior.
Gerakan Eversion dilakukan oleh m.peroneus longus, m.peroneus brevis
dan m.peroneus tertius.
Kedua gerakan tadi penting artinya bilamana berjalan pada lantai yang tidak
datar (bergelombang).
6. MIDTARSAL JOINT
Articulus ini terdiri dari dua bagian, yang pertama dibentuk oleh os
cubeideum dengan os calcaneus, yang kedua dibentuk oleh os talus dengan os
naviculare.
Articulatio CALCANEOCUBOIDEA terletak transversal menyilang pedis
dan berada pada satu garis dengan Articulatio TALONAVICULARIS. Kedua
articulus ini membantu gerakan inversi, eversi, plantar flexi dan dorsoflexi. Pada
persendian ini terdapat 4 buah ligamenta, yaitu (a) ligamentum calcaneo
naviculare plantare, (b) ligamentum bifurcatum, (c) ligamentum plantare longum
dan (d) ligamentum calcaneocuboideum plantare.
7. PERSENDIAN
INTERTARSALIS
LAINNYA,
ARTICULATIO
TARSOMETATARSALES dan ARTICULATIO INTERTARSALIS
Persendian antara os naviculare dengan ketiga buah os cuneiforme,
persendian antara sesama os cuneiforme, persendian antara os cuniforme
intermedia dan os cuneiforme laterate dengan basis ossis metatarsalis II dan III,
persendian antara sesama basis ossis metatarsalis II IV dan persendian antara
os cuneiforme laterate dengan os cuboideum, masing-masing persendian
tersebut mempunyai cavum articulare tersendiri.
Terdapat sebuah cavum articularis bagi persendian antara os cuboideum
dengan basis ossis metatarsalis IV V dan bagi persendian antara basis
metatarsalis IV V. Juga terdapat sebuah cavum articularis lainnya bagi
persendian antara os cuneiforme mediale dengan basis metatarsalis I.
Semua persendian tersebut tadi mempunyai ligamentum plantaris dan
ligamentum dorsalis serta ligamentum interosseus.
Ligamentum plantaris adalah lebih tebal daripada ligamentum dorsalis.
Ligamentum interosseum terdapat di antara sesama os cuneiforme, di antara
basis ossis metatarsalis satu sama lainnya dan di antara os cuneiforme I II III
dengan basis ossis metatarsalis. Ligamentum interosseum letaknya lebih dekat
ke arah plantaris daripada ke arah dorsalis, dan membantu mempertahankan
arcus pedis.
Gerakan yang ada hanya gerakan menggelincir yang sangat terbatas.
8. ARTICULATIO
METATARSOPHALANGEALIS
dan
ARTICULATIO
INTERPHALANGEALIS
Articulatio METATARSOPHALANGEALIS berbentuk ellipsoidea dan
berkaitan dengan gerakan plantar flexi dan dorsiflexi.
Articulatio INTERPHALANGEALIS mempunyai bentuk condyloidea.
BAB III
STABILITAS TUBUH
KERJA PENGUNGKIT (= LEVER) PADA ALAT GERAK
Mempunyai tiga buah komponen, yaitu (1) articulus merupakan Titik
Penyokong, (2) otot sebagai Gaya dan (3) Beban adalah berat bagian yang
digerakkan.
a) Titik penyokong terdapat di antara Gaya dan Beban. Gaya dan Beban
mempunyai arah yang sama, misalnya artic.atlanto-occipitalis, Gaya
adalah otot-otot tengkuk yang berada di sebelah posterior axis
transversalis. Beban adalah berat kepala dengan titik beratnya terdapat di
depan sumbu gerak tersebut.
b) Beban dan Gaya terdapat pada sisi yang sama terhadap Titik Penyokong,
tetapi arah berlawanan, lengan Gaya lebih panjang daripada lengan
beban. Contohnya adalah ketika menginjak lantai, Titik Penyokong adalah
ujung pedis, Gaya adalah m.triceps surae yang berinsersi pada
tubercalcanei sedangkan beban adalah berat badan yang menekan talus.
c) Beban dan Gaya terdapat pada sisi yang sama terhadap Titik Penyokong
dengan arah yang bertentangan. Lengan Gaya lebih pendek daripada
lengan Beban. Pengungkit macam ini terdapat banyak pada tubuh,
misalnya art.humero-ulnaris, dalam hal ini Gaya adalah m.brachialis dan
beban adalah berat antebrachium.
KESEIMBANGAN BADAN
Pada sikap biasa titik berat badan berada di atas axis transversal yang
melalui kedua articulatio coxae. Jadi badan berada dalam Keseimbangan Labil
karena titik berat terdapat di atas titik penyokong. Pada sikap ini panggul
letaknya sedemikian rupa sehingga spina iliaca anterior superior dan tuberculum
dalam celah tersebut (pada keadaan normal tangan tidak bisa disisipkan di
antara pinggang dengan tempat tidur).
GEJALA TRENDELENBURG
Apabila salah satu extremitas diangkat (misalnya yang dexter) maka
pelvis di bagian tersebut (dexter) berhasrat akan turun oleh karena tidak ada
sandarannya, namun hal itu tidak terjadi. Keadaan tersebut diatasi oleh
berkontraksinya m.gluteus medius dan m.gluteus minimus pada pihak lain (pihak
sinister). Bila pada suatu keadaan ada gangguan pada m.gluteus medius dan
m.gluteus minimus (sinister) maka pelvis orang tadi akan turun dan segera
diantisipasi oleh gerakan lateroflexi columna vertebralis ke arah yang sakit
sehingga extremitas bagian yang sehat (dexter) tampak seolah-olah lebih
panjang, dan orang tersebut akan jalan miring ke arah extremitas yang sakit.
ARCUS PEDIS
Pedis tidak merupakan suatu bidang datar, melainkan melengkung
membentuk suatu arcus dengan titik tumpu di bagian dorsal dan anterior. Arcus
tersebut mengarah ke arah longitudinal dan transversal, dan disebut Arcus Pedis
Longitudinalis dan Arcus Pedis Transversalis. Arcus pedis transversalis
berbentuk setengah arcus dan menjadi arcus penuh apabila kedua pedia
diletakkan berdampingan. Titik tumpu di bagian dorsal adalah processus
medialis tuberis calcanei dan di bagian aterior dibentuk oleh kedua ossa
sesamoidea pada capitulum ossis metatarsalis I serta capituli ossium
metatarsalium II V. Dengan demikian pada bekas tapak kaki pada lantai akan
tampak bahwa hanya tumit, daerah capituli ossium metatarsalium, jari-jari dan
bagian lateral tapak kaki mengenai lantai. Bagian lateral pedis juga mengenai
lantai oleh karena lengkung longitudinalis lateralis letaknya lebih rendah. Bagian
medial tapak kaki tidak menyentuh lantai sebab arcus medial letaknya lebih
tinggi. Pada Pes Planus sisi medial pedis menyentuh lantai.
Ada tiga factor yan mempengaruhi bentuk arcus pedis, yaitu:
1. Ligamentum intersegmentalis, memfiksir tulang-tulang yang membentuk
arcus pedis.
2. Ligamentum interpillaris, yang menghubungkan (memfiksir) ujung-ujung
arcus pedis
3. Sengkang (strap) yang berada di bagian inferior dari puncak arcus pedis
dan melekat pada bangunan di luar arcus pedis.
Suatu gaya yang menekan arcus pedis akan menghasilkan gaya tangential yang
arahnya mendatar pada kedua ujung arcus. Pada gaya tangential yang sama
besarnya, maka gaya tangential itu akan lebih besar pada arcus yang rendah
daripada yang tinggi. Gaya tangential ini mencoba untuk memperbesar jarak
antara kedua ujung arcus, tetapi hal ini dilawan oleh ligamentum
intersegmentalis dan ligamentum interpillaris. Ligamentum intersegmentalis dan
ligamentum interpillaris yang berada di bagian yan cekung dari arcus (inferior)
lebih kuat daripada yang berada di bagian yang cembung (superior).
Arcus Pedis Longitudinalis dibagi menjadi (1) Arcus Pedis Longitudinalis Medialis
dan (2) Arcus Pedis Longitudinalis Lateralis.
Arcus Pedis Longitudinalis Medialis
Dibentuk oleh os calcaneus, os talus, os naviculare, ossa cuneiformia I
III dan ossa metatarsalia I III (dan phalanges jari I III). Bagian yang tertinggi
(puncak) dari arcus berada pada batas 1/3 bagian dorsal dan 2/3 bagian anterior
arcus, yaitu di antara os calcaneus dan os naviculare. Sebagai ligamentum
intersegmentalis
ialah
ligamentum
calcaneonaviculare,
ligamentum
cuneonaviculare dan ligamentum cuneometatarsalia. Bertindak sebagai
ligamentum interpillaris adalah aponeurosis plantaris dan m.abductor hallucis
dan m.digitorum brevis. Aponeurosis palmaris adalah suatu fascia yang kuat
yang terletak pada permukaan tapak kaki menutupi otot-otot pada planta pedis,
terbentang diantara calcaneus dan articulatio metatarsophalangealis. Sengkang
pada arcus ini adalah tendo m.tibialis posterior, yang berjalan di sebelah
profunda ligamentum calcaneonaviculare pada puncak arcus.
Arcus Pedis Longitudinalis Lateralis
Dibentuk oleh os calcaneus, os cuboideum, dan ossa metatarsalia IV V
(dan phalanges jari IV V). puncak arcus dibentuk oleh os cuboideum dan pada
tempat ini berjalan tendo m.peroneus longus. Ligamentum intersegmentalis
dibentuk oleh ligamentum plantare longum dan ligamentum calcaneocuboideum
plantare. Sebagai ligamentum interpillaris ialah aponeurosis plantaris,
m.abductor digiti quinti dan m.flexor digitorum brevis. Sengkangnya adalah tendo
m.peroneus longus yang berjalan di bagian inferior puncak arcus, di caudalis os
cuboideum.
Arcus Pedis Transversalis
Arcus ini hanya dipertahankan oleh ligamentum intersegmrntalis dan
ligamentum interpillaris, sedangkan tidak ada sengkang. Ligamentum
intersegmentalis dibentuk oleh ligamentum yag memfiksir os naviculare pedis, os
cuboideum, ossa cuneiformia dan basis ossium metatarsalium. Ligamentum
interpillaris dibentuk tendo m.tibialis posteror dan m.peroneus longus, dan
merupakan faktor yang paling utama untuk mempertahankan arcus pedis
transversalis.
SIKAP BADAN
Ada tiga macam Sikap Badan, sebagai berikut:
1. SIKAP BIASA, pada sikap ini miring panggul adalah 60 derajat dan
badan berada dalam keseimbangan labil oleh karena titik berat badan
terletak di atas sumbu lintang yang melalui kedua articulatio coxae yang
merupakan titik penyokong badan. Titik berat badan dan axis lintang itu
terletak dalam satu bidang frontal bersama-sama dengan pertengahan
sendi kepala, articulatio humeri, articulatio genu dan articulatio
talocruralis. Pada sikap ini tidak ada otot yan bekerja karena badan
sudah berada dalam keadaan keseimbangan.
2. SIKAP ISTIRAHAT, pada sikap ini panggul diputar kedorsal sebanyak
kira-kira 25 derajat sehingga ligamentum iliofemorale menjadi tegang.
Titik berat badan terletak di sebelah dorsal sumbu lintang pangkal paha.
Garis berat badan berjalan di sebelah dorsal articulatio coxae, disebelah
anterior articulatio genu dan memotong pedis pada tempat yang tertinggi
dari talus. Pada sikap ini juga tidak ada otot yan berkontraksi oleh
karena berat badan digantungkan pada ligamentum iliofemorale, jadi
ligamentum ini yang menahan berat badan.
3. SIKAP MILITER, pada sikap ini pelvis diputar ke anterior dan angulus
lombosacalis mengecil. Titik berat badan terdapat di sebelah anterior
sumbu lintang pangkal paha. Garis berat berjalan di anterior articulatio
coxae, articulatio genu dan articulatio talocruralis. Keseimbangan
tercapai oleh kontraksi mm.erector trunci, m.gluteus maximus,
mm.ischiocrurales, m.gastrocnemius dan m.soleus.