Anda di halaman 1dari 29

DIKTAT

ARTHROLOGY

DR. H. ABD. RAZAK DATU, PH.D., P.A.K.


BAGIAN ANATOMI FAK. KEDOTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR.

ARTHROLOGI
PENDAHULUAN
Tubuh manusia dibentuk oleh sejumlah tulang (206 buah), yang saling
berhubungan membentuk articulus, memungkinkan manusia dapat berdiri dan
duduk dengan stabil, dan bergerak dengan leluasa sesuai keinginannya.
Manusia adalah makhluk bipedal yang berdiri dan berjalan dengan
menggunakan extremitas inferior, dan extremitas superior dipakai untuk
memasukkan makanan ke dalam cavus oris.

BAB I
ARTHROLOGI UMUM
Atas dasar struktur dan fungsi articulus dibagi menjadi:
I.
SYNARTHOSIS
II.
DIARTHOSIS
Ad.I. SYNARTHOSIS
Diantara kedua ujung tulang yang membentuk articulus terdapat suatu
jaringan. Terdiri dari :
1. SYNDESMOSIS, jaringan penghubung adalah jaringan ikat.
a. SUTURA, tepi-tepi tulang yang bertemu diperhubungkan oleh suatu
jaringan ikat yang tipis, misalnya sutura pada calvaria cranii.
b. SCHINDYLISIS, suatu tulang yang terjepit di dalam celah pada tulang
lainnya, misalnya antara rostrum sphenoidale dan vomer.
c. GOMPHOSIS, suatu tulang yang berbentuk kerucut masuk ke dalam
lekuk, alveolus, yang sesuai pada tulang yang lain, misalnya dentes
pada maxilla dan mandibula.
d. SYNDESMOSIS ELASTICA, jaringan ikat penghubung terdiri dari
serabut-serabut elastis, misalnya ligamentum flavum di antara arcus
vertebrae.
e. SYNDESMOSIS FIBROSA, jaringan ikat penghubung terdiri dari
serabut-serabut kolagen, misalnya membrana interossea antebrachii,
di antara radius dan ulna.
2. SYNCHONDROSIS, jaringan penghubung dan diaphyse sebelum
penulangan selesai atau symphysis osseum pubis pada usia dewasa.
3. SYNOSTOSIS, jaringan penghubung ialah tulang, misalnya di antara
epiphyse dan diaphise sesudah penulangan atau di antara os ilium, os
pubis dan os ischium pada usia dewasa.

Ad.II. DIARTOSIS
Ujung-ujung tulang yang membentuk articulus bebas, tidak ada jaringan di
antaranya. Mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Salah satu ujung tulang membentuk caput articulare dan ujung tulang
yang lain membentuk cavitas glenoidas.
2. Kedua ujung tulang dibungkus oleh capsula articularis, yang terdiri dari
stratum fibrosum di sebelah superficialis dan statum synoviale di sebelah
profunda; stratum synoviale menghasilkan synovia (filtrasi plasma darah)
yang membuat licin permukaan kedua ujung tulang.
3. Cavum articulare ialah rongga potensil yang terdapat di antara ujungujung tulang, dan berisi synovia.
4. Alat-alat khusus yang meliputi :
a. labium articulare ;
b. discus dan menicus articularis sebagai alat untuk menahan tumbukan,
penyangga dan mengurangi discongruentio di antara ujung-ujung
tulang yang bersendi ;
c. bursa mucosa di sekitar sendi atau kadang-kadang berhubungan
dengan cavum articulare untuk memudahkan gerakan ;
d. ligamentum, yang sebenarnya adalah bagian dari capsula articularis
dan selanjutnya terpisah dari capsula itu.
Berdasarkan kemungkinan gerak Diartrosis dibagi menjadi :
A. AMPHIARTHROSIS, kemungkianan gerak sedikit sekali.
B. ARTICULATIONES, kemungkinan gerak yang luas.
Luas gerakan pada articulationes ditentukan oleh jumlah axis, sebagai berikut:
1. Mono axial
a. GINGLYMUS, sumbu gerak terak lurus pada arah panjang tulang,
misalnya artic.interphalangealis, artic.humero-ulnaris, artic.talocruralis.
b. ARTULATIO TROCHOIDEA, sumbu gerak kira-kira sesuai dengan arah
panjang tulang, misalnya art.radio-ulnaris, art.atlanto-dentalis.
2. Biaxial, kedua garis berpotongan tegak lurus.
a. ARTICULATIO ELLIPSOIDEA, caput articulare berbentuk ellipsoid dalam
arah sumbu panjang dan sumbu pendek, mis.art.radiocarpea.
b. ARTULATIO SELLARIS, permukaan sendi berbentuk pelana artinya
dalam arah sumbu yang satu permukaan itu cembung, dalam arah sumbu
yang lain cekung (concave-convex), mis. Art.carvo-metacarpea.
3. Multi axial (tri axial), kemungkinan gerak sangat luas. Caput articularea
berbentuk bola.
a. ARTICULATIO GLOBOIDEA, cavitas glenoidalis mencakup kurang
dari setengah caput articulare, mis. Art.humeri ;
b. ENARTHROSIS, cavitas glenoidalis mencakup lebih dari setengah
caput articulare, kemungkinan gerak lebih daripada art.globoidea, mis.
Art.coxae.

Pembagian lain :
I.
SKULL TYPE, tidak dapat bergerak atau persendian yang bersifat
sementara.
1. SUTURA
2. SYNCHONDROSIS
3. SYNOSTOSIS
II.
VERTEBRAL TYPE, hanya dapat bergerak sedikit.
1. SYMPHYSIS, dibentuk oleh dua buah tulang yang ujung-ujungnya dilapisi
oleh cartilago (hyaline) dan dipersatukan oleh fibrocartilago, di bagian
ventral dan dorsal diperkuat oleh ligamentum. Pada persendian ini tidak
terdapat cavum articulare, melainkan suatu celah saja. Berada pada linea
mediana.
Symphysis terdapat diantara :
a. corpus vertebrae
b. facies symphyseos ossis pubis
c. manubrium sterni dan corpus sterni.
2. SYNDESMOSIS, di antara kedua ujung tulang yang berbentuk persendian
terdapat jaringan ikat, misalnya antara arcus vertebrae, antara processus
coracoideus dan clavicula, antara radius dan ulna.
III.
LIMB TYPE, disebut juga SYNOVIAL JOINT atau ARTICULATIO,
mempunyai kemungkinan gerak yang luas. Tipe sendi ini mempunyai
empat ciri dasar :
1. kedua ujung tulang terpisah satu sama lain;
2. kedua ujung tulang berada di dalam capsula articularis;
3. capsula articularis dilapisi oleh membrana synovialis ;
4. kedua ujung tulang dilapisi oelh cartilago (hyaline).
Membrana synovialis melekat pada tepi cartilago articularis sehingga cavum
articulare dibatasi oleh membrana synovialis dan cartilago articularis.
INNERVASI
Synovial joint mendapat banyak persarafan, tetapi terbatas pada capsula
articularis, ligamentum dan permukaan superficial membrana synovialis.
Permukaan profunda membrana synovialis, cartilago articularis dan discus
articularis tidak diperlengkapi dengan serabut-serabut saraf. Di dalam capsula
articularis dan ligamentum capsulare terdapat ujung-ujung saraf yang berupa
mechanoreceptor, yang berfungsi memberi informasi mengenai statika dan
dinamila persendian, yaitu mengenai posisi dan gerakan; serabut-serabut saraf
ini bermyelin. Serabut-serabut saraf lainnya yang tidak bermyelin berperan
sebagai receptor dan melayani pembuluh-pembuluh darah.
VASCULARISASI
Pada cartilago articularis tidak diketemukan pembuluh darah. Nutrisi
persendian dilakukan oleh synovia (synovial fluid). Pembuluh-pembuluh arteria
utama berada pada sisi flexor dan terlindung terhadap trauma, tetapi sebaliknya
selama gerakan fleksi arteri tersebut dapat terlipat sehingga tersumbat, oleh

karena itu terbentuk system collateral di sekitar articulus cubiti, wrist joint,
articulatio genu, anke joint (berfungsi sebagai by pass).
NOMENCLATUR GERAKAN
Arah dan luas gerakan ditentukan oleh permukaan dari kedua ujung
tulang yang membentuk articulus dan kedudukan dari capsula articularis serta
ligamentum articulare. Luas gerakan berbeda secara individual. Nomenclatur
gerakan didasarkan pada Posisi Anatomi (awal atau akhir dari suatu gerakan),
dan gerakan-gerakan yang dimaksudkan adalah sebagai berikut :
FLEXION (flexi) adalah gerakan yang terjadi terhadap axis transversal dan
membentuk sudut yang lebih kecil antara kedua tulang bersangkutan.
EXTENSION (Extensi) adalah gerakan yang berlawanan dengan gerakan
Flexi, yaitu membentuk sudut yang lebih besar (tulang saling menjauhi
satu sama lain).
Terminologi khusus digunakan pada gerakan badan (= truncus), articulatio
humeri, ankle joint dan gerakan ibu jari (articulatio metacarpo-phalangea I).
Badan yang digerakkan ke arah tungkai dinamakan Flexi badan terhadap tungkai
dan gerakan tungkai ke ventral mendekati badan disebut Flexi tungkai terhadap
badan. Gerakan sebaliknya ke arah dorsal disebut Extensi. Gerakan truncus ke
lateral disebut Latero-fleksi.
Flexi pada ankle joint adalah gerakan dorsum pedis ke arah permukaan ventralis
cruris (disebut juga Dorso-flexion atau Dorso-flexi; gerakan yang berlawanaan
disebut Extension (= Plantar-Flexion).
Pada articulatio humeri gerakan fleksi disebut Anteflexi, yaitu gerakan lengan ke
arah ventral; gerakan sebaliknya disebut Retroflexi (= Extensi).
ABDUKSI adalah gerakan yang menjauhi sumbu badan; gerakan yang
mendekati sumbu badan disebut ADDUKSI.
ROTASI merupakan gerakan yang terjadi terhadap sumbu longitudinal;
ada Rotasi Medial dan Rotasi Lateral. Rotasi ke kanan atau ke kiri
terdapat pada columna vertabralis.
CIRCUMDUCTION merupakan kombinasi dari gerakan flexi, abduksi,
extensi, adduksi dan rotasi, yang menghasilkan suatu bentuk kerucut
dengan puncaknya berada pada pusat sendi berangkutan.
PRONASI adalah gerakan rotasi antebrachium ke arah medial.
SUPINASI adalah gerakan rotasi antebrachium ke arah lateral.
Kedua gerakan terakhir ini gerakan yang terjadi pada articulatio radioulnaris proximalis (radius berputar terhadap ulna).
EVERSION adalah gerakan pronasi pada pedis yang dikombinasi dengan
gerakan abduksi.
INVERSION adalah kombinasi gerakan adduksi dengan supinasi pada
pedis.
DOWNWARD ROTATION adalah gerakan rotasi ke caudal dari scapula
terhadap axis tegak lurus pada permukaan scapula, dalam hal ini
acromion berpindah ke caudal dan medial, angulus inferior bergerak ke
medial dan lateral.

UPWARD ROTATION adalah rotasi ke cranial dari scapula.


Gerakan Flexi dan Extensi ibu jari terjadi pada articulatio carpometacarpalis pollicis, yaitu pada bidang yang sama dengan gerakan
abduksi-adduksi jari-jari lainnya; jadi gerakan Extensi pollicis adalah
gerakan ke arah lateral yang sesuai dengan gerakan abduksi jari-jari
lainnya, dan gerakan sebaliknya adalah Flexi.
Gerakan Abduksi dan Adduksi pollicis terjadi pada bidang yang sama
dengan gerakan Flexi dan Extensi jari-jari lainnya.
Abduksi pollicis adalah gerakan yang menjauhi sisi manus, berlangsung
pada bidang yang tegak lurus pada vola manus (sama dengan flexi jarijari lainnya) dan sebaliknya adalah Adduksi (sama dengan extensi jari-jari
lainnya).
OPPOSISI adalah gerakan ibu jari yang mencapai ujung jari-jari lainnya,
yaitu kombinasi gerakan Abduksi pollicis dan Hyperflexi pollicis.

ASPEK FUNGSIONAL KONTRAKSI OTOT


Suatu gerakan dapat dihasilkan oleh kontraksi otot skelet, yang disebut
gerakan Aktif, sedangkan gerakan Pasif dihasilkan oeh pengaruh luar. Luas
gerakan aktif dapat ditingkatkan oleh pengaruh dari luar.
Efektifitas suatu otot dalam menggerakkan persendian dipengaruhi oleh axis
longitudional dari otot itu dan jarak antara titik insertio dengan axis gerakan pada
articulatio bersangkutan.
Atas dasar letak otot terhadap articulus dapat ditentukan:
a) Otot uni-articularis, yaitu otot yang melewati dan berperan pada satu
articulus, misalnya m.brachialis;
b) Otot bi-artichulus, mesalnya m.semitendinosus, yang melewati dua buah
persendian dan dapat menggerakkan kedua buah persendian
bersangkutan;
c) Otot multi-articularis, misalnya m.flexor digitorum superficialis yang
melewati dan berfungsi pada art.cubiti, art.radiocarpius, art.intercarpalis,
art.metacarpophalangea dan art.interphalangea.
Suatu otot tidak bisa berkontraksi melampaui batas minimal (menjadi lebih
pendek) dan batas maksimalnya (menjasi lebih panjang). Bilamana otot telah
mencapai batas kemampuannya berkontraksi, maka gerakan selanjutnya tidak
dapat dilakukan lagi, keadaan ini disebut Insufisiensi Aktif, sebagai contoh
m.flexor digitorum superficialis tidak mampu menghasilkan gerakan flexi
maksimum pada saat yang sama pada persendian tersebut tadi, yaitu
art.interphalangea, art.metacarpophalangealis, art.radiocarpicus dan art.cubiti.
Otot yang telah mencapai panjang maksimal akan menghalangi gerakan pada
persendian yang dilewatinya misalnya kalau articulatio genu berada dalam posisi
extensi maka gerakan flexi pada articulatio coxae menjadi sangat terbatas, oleh
karena otot hamstring tidak dapat ditarik melampaui batas maksimalnya,
keadaan ini dinamakan Insufisiensi Pasif.
Stimulus pada suatu myofibril menghasilkan kontraksi yang maksimal dan
kontraksi otot terjadi apabila seluruh myofibril mendapatkan stimulus yang cukup.

Sekalipun stimulus ditambah namun otot tidak dapat berkontraksi selanjutnya,


keadaan ini yang dinamakan all or none contraction.
BAB II
ARTHROLOGI KHUSUS
ARTICULUC CINGULU MEMBRI SUPERIORIS
1. ARTICULATIO STERNOCLAVICULARIS
Dibentuk oleh ujung pars sternalis calviculare, manubrium sterni dan ujung
pars cartilaginis costa I. Ujung clavicula terletak menonjol di cranialis menubrium
sterni. Cavum articulare dibagi menjadi dua bagian oleh suatu discus articularis,
yang di satu pihak melekat pada ujung clavicula di bagian cranialis dan di pihak
lain melekat pada ujung costa I. Discus articularis berfungsi untuk membuat
kedua permukaan sendi lebih serasi dan juga berfungsi untuk menahan
dorongan clavicula ke arah medial.
Capsula articularis diperkuat oleh ligamentum sternoclavicularis anterius dan
ligamentum sternoclavicularis posterius. Ligamentum lainnya yang juga
memperkuat capsula articularis adalah ligamentum interclaviculare, yang melekat
pada kedua ujung clavicula, dan ligamentum costoclaviculare (=rhomboid
ligament) yang mengikat osta I pada clavicula, dan berada di sebelah lateral
capsula articularis.
Ligamentum costoclavicularis sangat kuat, merupakan faktor stabilisasi yang
kuat bagi articulus bersangkutan. Pada posisi protraksi dan hyperabduksi
ligamentum ini menjadi tegang.
Di bagian ventral dari articulatio ini terdapat tendo caput sternalis
m.sternocleidomastoideus; di bagian dorsal terdapat tendo m.sternohyoideus
dan m.sternothyreoideus.
INNERVASI
Nervi supraclaviculares ( C3 4 ), dipercabangkan oleh plexus cervicalis.
PERGERAKAN
Titik tumpu dari gerakan pada articulus ini berada pada ligamentum
costoclaviculare, yang menyebabkan gerakan dari kedua ujung clavicula saling
berlawanan. Apabila pars acromialis claviculae diangkat ke atas maka pars
sternalis claviculare akan bergerak turun, demikian sebaliknya pula.
a. ROTASI dari clavicula adalah gerakan yang pasif, oleh karena tidak ada
otot rotator yang bekerja pada articulus ini. Gerakan ini merupakan hasil
dari gerakan rotasi scapula yang diteruskan kepada clavisula oleh
ligamentum coracoclaviculare. Pada gerakan anteflexi humerus,
dilanjutkan dengan hyperanteflexi dan kemudian extensi, maka terjadi
gerakan pada clavicula sebesar 40 derajat. Pada gerakan rotasi ini ujung
clavicula bersama-sama dengan discus articularis berputar pada
manabium sterni.

b. ELEVASI dan DEPRESI pars acromialis claviculae merupakan akibat


daripada gerakan pars sternalis claviculae ke arah caudal dan cranial, dan
gerakan ini terjadi antara ujung clavicula dengan discus articularis;
axisnya adalah axis sagitalis.
c. Gerakan ke ventral dan dorsal terjadi pada bidang horizontalis terhadap
sumbu vertikal, dan dilakukan oleh ujung clavicula bersama dengan
discus articularis terhadap manubrium sterni.
2. ARTICULATIO ACROMIOCLAVICULARIS
Dibentuk oleh facies articularis acromialis claviculae dengan vacies
articularis acromii. Capsula articularis tipis dan kurang berperan dalam
memfiksasi clavicula pada scapula. Pada articulus ini terdapat discus articularis.
Yang berperan dalam stabilisasi articulus ini adalah ligamentum
coracoclaviculare, yang memfiksir clavidula pada prosessus coracoideus, jadi
merupakan suatu syndesmosis. Ligamentum ini terdiri atas dua bagian, yaitu (1)
ligamentum trapexoideum dan (2) ligamentum conoideum. Ligamentum
conoideum berbentuk konus terbalik dengan apexnya melekat pada processus
coracoideus dan basisnya melekat pada tuberculum conoideum claviculae.
Ligamentum trapezoideum berada di sebelah antero-lateral ligamentum
conoideum, dan letaknya hampir horizontal.
INNERVASI
Nervi supraclaviculares laterales yang dipercabangkan oleh plexus
cervicallis (C4).
PERGERAKAN
Gerakan pada articulus ini adalah pasif, oleh karena tidak ada otot yang
melekat pada kedua ujung tulang bersangkutan yang bekerja langsung pada
persendian ini.
Gerakan pada clavicula merupakan akibat daripada gerakan scapula. Gerakan
scapula terhadap dinding thorax dapat dibagi menjadi 3 jenis, sebagai berikut :
a. PROTRAKSI dan RETRAKSI
b. ROTASI
c. ELEVASI dan DEPRESI
Dapat juga terjadi gerakan kombinasi. Dan semua gerakan-gerakan tersebut
diteruskan melalui/oleh ligamentum kepada clavicula.
Gerakan PROTRAKSI scapula dilakukan oleh m.serratus anterior dan
m.pectoralis minor.
Gerakan RETRAKSI dilakukan oleh m.trapezius dan mm.rhomboidei.
pada gerakan ini acromion bergerak terhadap discus articularis dengan axis
vertikal yang berjalan melalui ligamentum conoideum.
Gerakan Abduksi lengan maka scapula berputar (rotasi) terhadap
ligamentum conoideum, dan gerakan ini terjadi antara discus articularis dengan
clavicula. Sumbu dari gerakan scapula berjalan melalui ligamentum conoideum
dan articulatio acromioclavicularis, sehingga scapula bergerak bagaikan
pendulum terhadap clavicula. Rotasi ini dapat berlangsung sebesar 60 derajat,

tetapi hanya 20 derajat yang terjadi antara scapula dan clavicula. Ligamentum
coracoclaviculare menjadi tegang dan meneruskan gaya rotasi tersebut kepada
clavicula. Titik tumpu dari articulus ini adalah ligamentum coracoclaviculare.
ELEVASI dihasilkan oleh kontraki m.trapezius pars descendens, m.levator
scapulae dan mm.rhomboidei, dan gerakan DEPRESI dilakukan oleh m.trapezius
pars ascendens, m.latissimus dorsi pars lateralis dan gaya gravitasi.
Gerakan dari scapula pada dinding thorax meliputi gerakan clavicula pada
articulatio acromioclavicularis dan articulatio sternoclavicularis, dan banyak kali
disertai gerakan articulatio humeri, namun scapula dapat bergerak tersendiri.
Pars lateralis clavicula dapat diangkat (elevasi) sampi 50 derajat (=inklinasi 50
derajat) yang dibatasi oleh ketegangan ligamentum costoclaviculare. Depresi
dapat terjadi hanya beberapa derajat saja, yang dihalangi oleh bagian cranialis
capsula articularis articulatio sternoclavicularis.
3. ARTICULATIO HUMERI
Tipe articuluc ini adalah Ball and Socket, mempunyai gerakan yang
sangat luas. Dibentuk oleh caput humeri dengan cavitas glenoidalis, dilengkapi
dengan labrum glenoidale (suatu fibrocartilago yang berbentuk cincin). Capsula
articularis melekat pada tepi labrum glenoidale, dan di pihak humerus pada tepi
caput humeri, kecuali di bagian inferior perlekatannya berada 2 3 cm di
caudalis dari tepi permukaan persendian. Capsula articularis ini longgar
sehingga memungkinkan gerakan menjadi luas (tampak jelas pada posisi
adduksi humerus). Bagian anterior dari capsula articularis menebal dan
membentuk Ligamentum glenohumeral.
Caput longum m.biceps brachii berjalan di dalam sulcus intertubercularis, dan
menembusi capsula articularis.
Ligamentum corachohumerale, suatu ligamentum extra capsularis,
berjalan ke arah lateral dari processus coracoideus dan bercampur dengan
bagian cranialis capsula articularis beserta dengan tendo m.suprapinatus,
mengadakan perlekatan pada tuberculum majus et minus. Ligamentum ini
menghalangi gerakan rotasi lateral dan adduksi.
Pada umumnya kekuatan suatu articulus ditentukan oleh bentuk tulang,
ligamenta dan otot-otot; pada articulus humeri terutama tergantung dari otot.
Otot-otot yang berada di sekitar articulatio humeri terdiri dari otot-otot yang
bertendo panjang, berperan untuk gerakan, dan yang bertendo pendek dengan
fungsi utamanya mempertahankan caput articulare agar tetap berada di dalam
cavitas articularisnya. Keadaan ini dibantu oleh arcus coraco-acromialis yang
menghalangi dislokasi humerus ke arah cranialis. Arcus coraco-acromialis
dibentuk oleh prosessus coracoideus, ligamentum coraco-acromiale dan
acromion. Ligamentum coraco-acromiale berbentuk segitiga dengan apexnya
melekat pada ujung acromion di sebelah anterior articulatio acromioclavicularis
dan basisnya melekat pada tepi lateral processus coracoideus.
Di antara acromion dan tendo m.supraspinatus terdapat bursa
subacromialis, yang meluas ke caudal dan berada di antara m.deltoideus dan
tuberculum majus humeri. Bursa ini bersama-sama dengan arcus coracoacromialis menghalangi dislokasi humerus ke arah cranialis.

Ada empat buah otot yang tendo-tendonya memperkuat capsula


articularis, membentuk Rotator Cuff, terdiri dari (1) m.supraspinatus di sebelah
cranial, (2) m.infraspinatus, (3) m.teres minor, kedua otot terakhir ini berada di
bagian dorsal, dan (4) m.subscapularis berada di sebelah ventral.
Di bagian caudal capsula articularis tidak diperkuat sama sekali.
Pada posisi abduksi humerus maka tendo-tendo dari m.triceps brachii
caput longum dan m.teres major menempel pada capsula articularis di bagian
caudal, sehingga memberi stabilitas pada posisi ini.
INNERVASI
Capsula articularis dipersarafi oleh cabang-cabang dari nervus axillaries,
nervus musculocutaneus dan nervus supraclavicularis, yang ketiga-tiganya
mengikuti Hilton law (= suatu saraf yang melayani persendian, memberi
percabangannya kepada kulit yang menutupi articulus tersebut serta memberi
ramus muscularisnya kepada otot-otot yang bekerja pada articulus
bersangkutan).
PERGERAKAN
Banyak kali gerakan pada articulus ini diikuti oleh gerakan scapula pada
dinding thorax serta gerakan clavicula. Ada tiga gerakan dasar, yaitu: (1) Flexi
dan Extensi, (2) Abduksi dan Adduksi dan (3) Rotasi. Gerakan circumductio
adalah kombinasi dari gerakan-gerakan tersebut tadi.
Facies articularis caput humeri mempunyai luas yang empat kali lebih
besar daripada permukaan cavitas glenoidalis. Untuk kepentingan klinik dapat
dicatat bahwa epicondylus medialis humeri letaknya searah dengan caput
humeri (medio-caudal).
Luas pergerakan pada articuluc ini selain ditentukan oleh ligamentum
yang menjadi tegang dan kontraksi otot, dipengaruhi juga oleh facies articularis
yang saling bertemu. Bilamana tepi permukaan persendian daripada kedua
ujung tulang bersangkutan sudah saling bertemu, maka gerakan selanjutnya
tidak dimungkinkan lagi, terkecuali kalau disertai dengan dislokasi.
Melakukan gerakan Abduksi dari Posisi Anatomi hanya dapat dilakukan
sampai 90 derajat, gerakan selebihnya dihambat oleh:
1) tertumbuknya tuberculum majus humeri pada acromion )=Arcus
coracoacromialis)
2) facies articularis caput humeri tidak mendapatkan ruang gerak lagi pada
cavitas glenoidalis.
Bilamana gerakan Abduksi dipaksakan, maka dapat terjadi dislokasi dari
humerus.
Gerakan hyperabduksi dapat dilakukan kalau disertai dengan gerakan rotasi
lateral dari humerus. Menempatkan humerus tegak lurus disamping kepala dapat
dicapai melalui gerakan flexi hyperflexi, tanpa rotasi dari humerus, dan melalui
gerakan abduksi hyperflexi, tetapi disini disertai dengan rotasi dengan rotasi
lateral dari humerus. Sebenarnya gerakan abduksi sampai 120 derajat adalah
semata-mata terjadi pada articulatio humeri, dan selanjutnya abduksi 60 derajat
berikutnya (mencapai 180 derajat) adalah akibat dari berputarnya scapula.

Gerakan abduksi terutama dilakukan oleh m.deltoideus, dibantu oleh


m.supraspinatus (kedua-duanya bertindak sebagai prime mover). Bertindak
sebagai antagonist adalah m.subcapularis, m.infrapinatus dan m.teres minor,
yang mencegah caput humeri tertarik ke cranial dan bahkan mempertahankan
posisi facies articularis caput humeri agar tetap berkontak dengan cavitas
glenoidalis.
Gerakan Adduksi yang dilakukan dari posisi abduksi kembali kepada
posisi Anatomi dipengaruhi oleh gaya gravitasi, relaksasi otot-otot abductor dan
kontraksi m.deltoideus pars posterior, m.pectoralis major, m.coracobrachialis,
m.teres major, m.latissimus dorsi dan m.triceps brachiio caput longum.
Gerakan flexi terjadi terhadap axis transversalis dan dapat mencapai 180
derajat tanpa kesulitan; otot-otot yang berperan adalah m.deltoideus pars
clavicularis, m.pectoralis major pars clavicularis, m.coracobrachialis dan
m.biceps brachii.
Gerakan extensi dilakukan oleh m.deltodeus pars posterior, m.teres major,
m.latissimus dorsi, m.triceps brachii caput longum dan dibantu oleh m.pectoralis
major pars sternocostalis.
Gerakan Rotasi dari humerus dapat dilakukan pada setiap posisi,
dilakukan terhadap axis longitudinalis; gerakan ini dihambat oleh capsula
articularis yang menjadi tegang dan keadaan permukaan persendian yang saling
bertemu (luas permukaan persendian yang semakin berkurang). Terdiri dari
Rotasi lateral dan Rotasi Medial. Gerakan Rotasi Lateral dilakukan oleh
m.infraspinatus, m.teres minor dan m.deltoideus pars posterior. Gerakan Rotasi
Medial dikerjakan oleh m.pectoralis major, m.deltoideus pars anterior,
m.subscapularis, m.teres major dan m.latissimus dorsi.
4. ARTICULATIO CUBITI
Articulus ini termasuk tipe Ginglymus, yang hanya memberi kemungkinan
gerakan Flexi dan Extensi. Articulus ini dibentuk oleh tiga buah tulang, yaitu (a)
ujung distal humerus, (b) ujung proximal radius dan (c) ujung proximal ulna.
Secara structural terbentuk tiga buah articulus, masing-masing (1)
articulatio humeroradialis, (2) articulatio humeroulnaris dan (3) articulatio
radioulnaris proximalis. Ketiga-tiganya berada dalam satu capsula articularis.
Articulatio humeroradialis dibentuk oleh capitulum humeri dengan fovea capituli
radii.
Articulatio humeroulnaris dibentuk oleh trochlea humeri dengan incisura
semilunaris ulnea. Articulatio radioulnaris proximalis dibentuk oleh capitulum radii
(circumferentia articularis) dengan incisura radialis ulnea.
Capsula articularis dari persendian ini bentuknya tipis di bagian anterior dan di
bagian posterior, ditutupi oleh m.brachialis dan m.triceps brachii, mengadakan
perlekatan di bagian anterior pada humerus di sebelah cranialis dai fossa radialis
dan fossa coronoidea, dan di bagian caudal melekat pada ligamentum anulare
radii dan pada processus coronoideus. Di bagian dorsal capsula articuralis
melekat pada tepi cranialis olecranon. Di bagian medial dan lateral capsula
articularis diperkuat oleh ligamentum collateral ulnare (mediale) dan ligamentum
collaterale radiale (laterale).

Ligamentum collaterale ulnare berbentuk segitiga, pars anterior adalah


bagian yang paling kuat, melekat dari epicondylus humeri menuju ke tepi
medialis processus coronoudeus, sedangkan pars posterior melekat pada
processus coronoideus dan pada tepi medialis olecranon; bagian ke tiga atau
pars intermedia menghubungi kedua bagian tersebut tadi satu sama lain, terletak
agak ke profundus dan menutupi (melindungi) nervus ulnaris.
Ligamentum collaterale radiale berbentuk datar, melekat pada humerus di
bagian distalis dari tempat origo otot-otot common extensor dan di pihak lain
melekat (bergabung) dengan ligamentum anulare radii.
Ligamentum anulare radii melekat pada tepi inicura radialis ulnae,
membungkus capitulum radii dan collum radii; ligamentum ini tidak melekat pada
radius sehingga memberi kebebasan bagi radius untuk bergerak di dalamnya.
INNERVASI
N.musculocutaneus, n.medianus, n.ulanaris dan n.radialis (Hiltons Law).
PERGERAKAN
Gerakan yang mungkin hanyalah Flexi dan Extensi. Gerakan Flexi
dibatasi oleh tebalnya otot-otot brachium. Gerakan extensi dibatasi oleh
tertumbuknya olecranon pada fossa olecranii.
Gerakan Flexi dihasilkan oleh kontraksi m.brachialis, m.biceps brachii dan
m.brachioradialis.
Gerakan Extensi dilakukan oleh m.triceps brachii dan m.anconeus.
Pada Posisi Anatomi sumbu antebrachium membentuk sudut sebesar 165
derajat pada wanita dengan sumbu longitudinal brachium, sehingga pada wanita
kelihatannya antebrachium lebih bengkok ke lateral daripada pria. Sudut ini
dinamakan carrying angle. Apabila dilakukan gerakan flexi dari posisi Extensi,
maka antebrachium bergerak ke cranial dan medial.
Bringing the Hand to the Mouth berarti terjadi flexi penuh pada articulatio cubiti
disertai rotasi medial humerus pada articulatio cubiti dan pronasi pada articulatio
radio-ulnaris proximalis.
5. ARTICULATIO RADIO-ULNARIS
Antara radius dan ulna terbentuk tiga buah articulus, yaitu (a) articulatio
radio-ulnaris proximalis, (b) articulatio radio-ulnaris distalis dan (c) syndesmosis,
di bagian tengah (membrana interossea antebrachii).
Articulatio radio-ulnaris proximalis dibentuk oleh capitulum radii dengan
incisura radialis ulnae. Capitulum radii berada di dalam ligamentum anularea
radii (dilingkari) sehingga capitulum radii dapat berputar dengan bebas. Incisura
radialis ulnae merupakan bagian dari sebuah lingkaran dan ligamentum
tersebut membentuk bagian selanjutnya.
Ligamentum ulnarea radii berbentuk corong yang membesar di bagian proximal
dan mengecil di bagian distal, sehingga dengan demikian capitulum radii tidak
dapat terlepas daripadanya.
Articulatio radio-ulnaris proximalis termasuk di dalam articulatio cubiti dengan
alasan

1) Berada di dalam satu cavum articulare yang sama;


2) Ligamentum collaterale laterale melekat pada ligamentum anulare radii;
3) Baik pada flexi-extensi maupun pada gerakan pronasi-supinasi capitulum
radii berputar terhadap dan pada capitulum humeri.
Antara corpus radii dan corpus ulnae terdapat Chorda obliqua dan Membrana
Interossea Antebrachii, membentuk persendian berupa syndesmosis. Chorda
obliqua melekat pada tuberositas ulnea, menuju ke arah infero-lateral dan
melekat di bagian caudalis tuberositas radii.
Membrana interossea antebrachii melekat pada crista interossea radii dan pada
crista interossea ulnea, arahnya dari cranio-lateral menuju ke infero-medial.
Pada membrana interossea ini terdapat perlekatan dari otot-otot flexor dan
extensor lapisan profunda antebrachium.
Articulatio radio-ulnaris distalis (inferior) dibentuk oleh capitulum ulnea
dengan circumferentia articularisnya di satu pihak dengan incisura ulnaris radii di
pihak lain.
Mempunyai capsula articularis yang tipis. Pada articulus ini terdapat sebuah
discus articularis yang berbentuk segitiga, memisahkan ujung ulna daripada ossa
carpalia. Apex dari discus articularis melekat pada sisi lateral processus
styloideus ulnae, dan basisnya melekat pada margo distalis incisura ulnaris radii.
Fungsi discus articularis adalah menghindari pemisahan ujung radius daripada
ujung ulna. Dibagian ventral dan dorsal discus articularis mengadakan
perlekatan pada capsula articularis dari Wrist Joint.
INNERVASI
Nervus medianus (Hilton Law)
PERGERAKAN
Gerakan radius terhadap ulna menghasilkan gerakan rotasi dari
antebrachium, yang terjadi pada axis longitudinalis. Pada gerakan rotasi ini
radius berputar terhadap ulna dan humerus, gerakan yang dimaksud adalah
pronasi dan supinasi. Kedua gerakan ini berada di antara 135 180 derajat, dan
bervariasi secara individual. Axis dari gerakan ini dinamakan axis pronasisupinasi, yang letaknya miring (oblique) melalui capitulum radii dan processus
syloideus ulnae.
Gerakan Pronasi dilakukan oleh m.pronator teres dan m.pronator quadratus.
Gerakan Supinasi dilakukan oleh m.biceps brachii dan m.supinator. manus
mengikuti gerakan dari radius.
6. ARTICULATIO RADIOCARPALIS (= WRIST JOINT)
Articulus ini bertipe Ellipsoidea, dibentuk oleh os naviculare manus, os
lunatum dan os triquetrum yang membentuk permukaan konveks dan di pihak
lain adalah ujung distal radius bersama-sama dengan discus articularis yang
membentuk permukaan konkaf. Capsula articularis melekat pada ujung distal
radius dan ulna, dan di pihak lain melekat pada permukaan anterior dan posterior
ossa carpalia deretan proximal. Ligamentum collaterale carpi ulnare meluas dari
ujung processus styloideus ulnae sampai pada os pisiforme dam os triquetrum.

Ligamentum collaterale carpi radiale melekat pada processus styloideus radii


dan pada os naviculare manus.
PERGERAKAN
Gerakan Flexi dan Extensi terjadi pada transversalis. Gerakan Abduksi
(=deviasi radialis) dan Adduksi (=deviasi ulnaris) terjadi terhadap axis anteroposterior. Abduksi ulnaris lebih luas daripada Abduksi radialis oleh karena
processus styloideus radii lebih jauh menjulang ke distal daripada processus
styloideus ulnae.
Gerakan Extensi pada wrist joint biasanya kurang luas daripada gerakan
Flexi (extensi sebesar 60 derajat dan flexi sebesar 80 derajat) dan disertai
dengan gerakan ke ventral dari os scaphoideum, os trapezium dan os
trapezoideum sehingga tuberculum ossis navicularis lebih mudah dapat
dipalpasi.
Otot-otot yang berperan pada Extensi adalah m.extensor carpi radialis longus,
m.extensor carpi radialis brevis dan m.extensor carvi ulnaris.
Gerakan Abduksi lebih terbatas daripada gerakan Adduksi, oleh karena
processus styloideus radii terletak lebih ke arah distal daripada processus
styloideus ulnae, sehingga celah yang berada di antara processus styloideus
ulnae dan os triquetrum adalah lebih besar daripada celah yang terbentuk di
antara processus styloideus radii dengan os naviculare.
Gerakan Abduksi dilakukan oleh m.flexor carpi radialis, m.extensor carpi
radialis longus dan m.extensor carpi radialis brevis.
Gerakan Adduksi dilakukan oleh m.flexor carpi ulnaris dan m.extensor
carpi ulnaris.
7. ARTICULATIO INTERCARPALIS
Ossa carpalia deretan proximalis membentuk articulus dengan ossa
carpalia deretan distalis membentuk ARTICULATIO MEDIOCARPALIS. Pada
articulus ini permukaan persendian yang konveks dibentuk oleh os hamatum dan
os capitatum, permukaan yang cekung dibentuk oleh os scaphoideum, os
lunatum dan os triquetrum, sementara itu permukaann yang konveks dari bagian
distal os scaphoideum membentuk persendian dengan permukaan yang konkaf
yang dibentuk oleh os trapexium dan os trapezoideum.
PERGERAKAN
Gerakan pada articulatio intercarpalis selalu dikombinasikan dengan
gerakan pada Wrist Joint. Gerakan yng dimaksud terjadi antara ossa carpalia
deretan distalis dengan ossa carpalia deretan proximalis, yang terjadi pada
articulatio mediocarpalis.
Pada posisi flexi jari-jari, maka kemungkinan flexi pada wrist joint menjadi
terbatas, yang disebabkan oleh insufficiensi pasif dari otot-otot extensor dari jarijari.
8. ARTICULATIO CARPOMETACARPALIS

Ada lima buah articulatio carpometacarpalis. Yang pertama dibentuk oleh


basis ossis metacarpalis dengan os multangulum majus. Basis metacarpalis II
membentuk persendian dengan os multangulum majus, os multangulum minus
dan os capitatum. Basis metacarpalis III membentuk articulus dengan os
capitatum. Basis metacarpalis IV membentuk articulus dengan os capitatum dan
os hamatum. Selanjutnya terbentuk persendian antara basis metacarpalis II,III
dan IV satu sama lainnya.
Articulatio carpometacarpalis I mempunyai bentuk (tipe) Saddle (=pelana), yang
dapat melakukan gerakan flexi-extensi, abduksi-adduksi dan gerakan opposisireposisi. Capsula articularis dari articulus ini terpisah daripada articulatio
carpometacarplis lainnya.
Gerakan Flexi-Extensi dari ibu jari terjadi pada bidang yang sama dengan
gerakan Abduksi-Adduksi jari-jari lainnya. Extensi adalah gerakan jari I ke arah
lateral, sedangkan gerakan Flexi adalah sebaliknya. Gerakan Abduksi-Adduksi
dari jari I terjadi pada bidang yang sama dengan gerakan flexi-extensi dari jarijari lainya. Gerakan Abduksi jari I dapat juga disebut Abduksi plamaris dan
gerakan Extensi adalah sama dengan gerakan Abduksi radialis.
Gerakan Abduksi dilakukan oleh m.abduktor pollicis longus dan
m.abductor pollicis brevis.
Gerakan Adduksi dilakukan oleh m.adduktor pollicis.
Gerakan Flexi dan Rotasi Medial dilakukan oleh kontraksi m.flexor pollicis
longus, m.flexor pollicis brevis dan m.opponens pollicis.
Yang dimaksud dengan gerakan Opposisi adalah gabungan gerakan flexi, rotasi
medial dan adduksi sehingga ujung jari I dapat berpindah-pindah (bertemu)
dengan ujung-ujung jari lainnya.
Articulatio carpometacarpalis II dan III pada dasarnya kurang bergerak,
sedangkan articulatio carpometacarpalis V mempunyai kemampuan gerakan
flexi yang lebih baik sehingga dapat mempertahankan benda-benda dalam
genggaman dengan sempurna.
9. ARTICULATIO METACARPOPHALANGEALIS
Dibentuk oleh basis phalanx I (proximalis) yang mempunyai permukaan
konkaf dengan capitulum metacarpalis yang berbentuk bola.
10. ARTICULATIO INTERPHALANGEALIS
Dibentuk antara caput phalangis pada satu phalanx (proximalis) dengan
basis phalangis dari phalanx berikutnya (distalis).
Pergerakan
pada
articulatio
metacarpophalangealis
dan
articulatio
interphalangealis pada keempat jari yang mesial adalah gerakan flexi dan
extensi.
Gerakan Flexi jari-jari yang dilakukan secara lambat dan tidak begitu kuat adalah
hasil dari kontraksi m.flexor digitorum profundus pada kedua persendian tersebut
tadi. Dan apabila gerakan Flexi dilakukan secara cepat dan kuat maka m.flexor
digitorum superficialis turut ambil bagian. Pada kontraksi yang kuat m.lumbricalis
turut berperan.

Gerakan Extensi jari-jari yang dilakukan dari posisi fleksi dikerjakan oleh
m.extensor digitorum communis, m.extensor indicis proprius, m.extensor digiti
quinti minimi dan mm.lumbricales.
ARTICULATIO MEMBRI INFERIORIS
1. ARTICULATIO COXAE
Dibentuk oleh caput femoris dengan acetabulum. Articulus ini termasuk
tipe Ball and Socket. Facies articularis caput femoris berbentuk 2/3 bagian dari
suatu bulatan, dan facies articularis dari acetabulum berbentuk tapak kuda
(horseshoeshaped). Capsula articularisnya kuat sekali, mengadakan perlekatan
pada tepi acetabulum di bagian proximal dan di bagian distal melekat pada linea
intertrochanterica dan sepanjang collum femoris, di sebelah proximal dari crista
intertrochanterica. Jadi sebagian besar dari collum femoris berada di dalam
cavum articulare. Capsula articularis menebal pada beberapa tempat
membentuk ligamentum iliofemorale, ligamentum pubofemorale dan ligamentum
ischiofemorale.
Ligamentum iliofemorale berbentuk besar, kuat dan menyerupai huruf Y
terbalik, di bagian cranial melekat pada spina iliaca anterior inferior dan pada tepi
acetabulum, di bagian caudal melekat pada linea intertrochanterica (yang
memisahkan collum femoris daripada corpus femoris). Pada pria ligamentum ini
lebih panjang daripada wanita.
Ligamentum pubofemurale di bagian medial melekat pada pars anterior
tepi acetabulum dan pada rumus superior ossis pubis, serabut-serabut berjalan
transversal pada permukaan inferior dari capsula articularis, dan selanjutnya
melekat pada permukaan inferior collum femoris di cranialis trochanter minor.
Ligamentum ischiofemorale adalah yang paling lemah apabila
dibandingkan dengan kedua ligamenta lainnya, melekat pada tepi posteroinferior dari acetabulum, berjalan ke lateral, melingkar ke cranialis dan
melanjutkan diri pada zona orbicularis, yang berjalan melingkari collum femoris.
Pada fovea capitis femoris terdapat Ligamentum teres femoris, yang ke
arah distal melekat pada ligamentum acetabuli dan di dalamnya berjalan serabut
saraf dan pembuluh darah yang menuju ke caput femoris.
INNERVASI
Nervus femoralis, nervus ischiadicus dan nervus obturatorius (Hilton
Law).
PERGERAKAN
Gerakan terjadi terhadap axis transversal, axis antero-posterior dan axis
longitudinal. Terhadap axis transversal terjadi gerakan Flexi. Gerakan Flexi dari
Posisi Anatomi dengan articulatio genu dalam posisi extensi hanya dapat
dilakukan sampai 60 derajat saja, hal mana disebabkan oleh tension (=
ketegangan) dari otot hamstring. Apabila articulatio genu berada dalam posisi
flexi maka flexi pada articulatio coxae dapat ditingkatkan sampai 90 derajat.
Sebagai penggerak utama adalah m.iliacus dan m.psoas major, dibantu oleh
m.rectus femoris, m.tensor fasciae latae, m.sartorius dan m.pectineus.

Gerakan extensi dilakukan oleh otot hamstring dan m.gluteus maximus.


Gerakan ini sangat terbatas, hanya kira-kira 15 derajat saja. Gerakan ini dibatasi
oleh ketegangan dari ligamentum iliofemorale dan ligamentum pubofemorale.
Gerakan Abduksi adalah gerakan ke arah lateral terhadap axis posteroanterior sebesar 60 derajat. Sebagai abduktor utama adalah m.gluteus medius,
dibantu oleh m.tensor fasciae latae, m.gluteus minimus dan m.gluteus maximus.
Gerakan ini dibatasi oleh ketegangan otot adductor dan tertumbuknya trochanter
major pada acetabulum.
Gerakan Adduksi dilakukan oleh m.petineus, m.adductor longus,
m.adductor brevis, m.adductor magnus dan m.gracilis.
Gerakan Rotasi lateral (=exorotasi) terjadi terhadap axis longitudinal, yaitu
permukaan bagian ventral berputar ke arah medial, berlangsung sebesar 30
derajat, dibatasi oleh bagian posterior capsula articularis. Otot yang berperan
adalah m.gluteus medius dan m.gluteus minimus
Gerakan pelvis terhadap articulatio coxae merupakan gerakan yang terjadi setiap
saat, baik pada waktu berdiri maupun pada waktu berjalan. Berdiri pada satu
kaki (misalnya kaki kanan) berarti gaya gravitasi berpindah pada kaki yang
bertumpu itu (kaki kanan) dan pelvis bagian kiri dihalangi kejatuhannya oleh
kontraksi m.gluteus medius dexter. Apabila gluteus medius dexter lumpuh maka
pelvis akan turun di sebelah kiri, tetapi hal ini dihindari dengan berdiri miring ke
arah kanan, dan orang bersangkutan akan berjalan dengan miring ke arah
kanan (pincang).
Articulatio coxae sangat stabil, yang disebabkan oleh karena fossa acetabuli
membentuk lekukan yang dalam dan membungkus caput femoris dengan baik;
selain itu stabilitas diberikan juga oleh ligamentum yang kuat, yang berada di
bagian anterior coxae. Pada articulus ini dapat dilakukan gerakan circumductio.
2. ARTICULATIO GENUS
Dibentuk oleh ujung distal condylus femoris dengan ujung proximal
condylus tibiae dan dengan facies dorsalis patella. Tipe : Condiloidea.
Permukaan persendian dari condylus femoris yang berhadapan dengan tibia
berbentuk konveks; bentuk facies articulus pada ujung condylus tibiae datar dan
dilengkapi dengan suatu fibrocartilago, yang dinamakan meniscus, yaitu
meniscus lateralis dan meniscus medialis. Stabilitas articulus ini tergantung pada
ligamentum yang terdapat di situ.
Capsula articularis kuat di bagian dorsal. Di bagian anterior dibentuk oleh
tendo m.quadriceps femoris, yang melekat pada tepi cranial patella dan
ligamentum patellae yang melekat pada tepi caudal patella dan pada
tubberositas tibiae. Pada setiap sisi patella capsula articularis terdiri dari
retinaculum patellae mediale at laterate, yang merupakan perluasan dari
m.vastus medialis dan m.vastus lateralis. Retinaculum laterale diperkuat oleh
serabut-serabut dari tractus iliotibialis. Pada kontraksi m.quadriceps femoris
capsula articularis dibagian anterior dan ligamentum patellae menjadi tegang.

Ligamentum capsulare pada sisi articulatio genus meluas (melekat) dari condylus
femoris sampai di condylus tibiae.
Ligamentum collaterale tibiale (medial) berbentuk datar dan berada pada
bagian medial capsula articularis. Di bagian cranialis ligamentum ini melekat
pada epicondylus medialis femoris, dan di sebelah caudalis berbentuk lebar,
melekat pada condylus medialis tibiae dan pada bagian cranialis corpus tubiae.
Serabut-serabut bagian profunda melekat pada tepi luar meniscus medialis.
Ligamentum collaterale fibulare (laterale) terletak terpisah daripada
capsula articularis, berbentuk bulat tali dan meluas dari epicondylus lateralis
femoris menuju sisi laterale capitulum fibulae. Bagian posterior capsula articularis
mengadakan perlekatan pada bagian cranial condylus femoris dan fossa
intercondyloidea femoris dan pada bagian proximal tibiae. Suatu perluasan dari
capsula articularis, yang dinamakan ligamentum popliteum arcuatum,
mengadakan perlekatan pada capitulum fibulae. Bagian sentral dari capsula
articularis diperkuat oleh ligamentum popliteum obliquum, yang merupakan
perluasan dari tendo m.semimembranosus, dan arahnya cranio-lateral, melekat
pada condylus lateralis tibiae. Bagian tepi dari facies posterior capsula articularis
tipis dan ditutupi oleh capus medial dan caput lateral m.gastrocnemius.
Ligamentum cruciatum terdiri atas sepasang ligamentum yang sangat
kuat, melekat pada tibia dan fibula, berada di dalam capsula articularis, tetapi
tetap berada di sebelah superficialis dari membrana synovialis. Ligamentum ini
diberikan nama yang sesuai dengan tempat origonya pada tibia. Ligametum
cruciatum anterius melekat di sebelah ventral eminentia intercondyloidea tibia, di
antara kedua buah meniscus, dan menuju kepada facies medialis condylus
lateralis femoris serta mengadakan perlekatan di tempat ini. Ligamentum
cruciatum posterior mengadakan perlekatan pada tepi posterior permukaan
ujung proximal tibia, berada di antara kedua meniscus, berjalan ke ventral
mengadakan perlekatan pada fecies lateralis condylus medialis femoris.
Meniscus medialis dan meniscus lateralis adalah dua buah fibrocartilago
yang berbentuk cresentic (sebagian dari lingkaran), mengadakan perlekatan
pada fecies cranialis ujung proximal tibia. Pada penampang melintang meniscus
berbentuk segitiga. Meniscus medialis bentuknya lebih besar daripada meniscus
lateralis, dengan bagian yang terbuka meliputi (kaki huruf C) meniscus lateralis.
INNERVASI
Berasal dari tga sumber, yaitu:
1) n.femoralis, melalui ramus muscularis yang menuju ke m.vastus medialis;
2) ramus genicularis yang dipercabangkan oleh n.tibialis dan n.peroneus
communis (n.ischiadicus);
3) n.obturatorius yang memberikan cabang-cabang yang mengikuti arteria
femoralis menuju ke fossa poplitea.
Persarafan ini terikat pada Hiltons Law.
PERGERAKAN
Gerakan utama pada persendian ini adalah Flexi dan Extensi, yang terjadi
terhadap axis trasversal. Axis ini tidak tetap, melainkan berpindah ke dorsal

selama (mengikuti) gerakan Flexi dan keadaan ini disebabkan oleh karena
bentuk condylus femoris (bagian postrior yang makin melengkung). Luas
gerakan dari Extensi penuh sampai Flexi penuh kira-kira 130 derajat, dibatasi
oleh otot-otot di bagian dorsal regio femoris dan regio cruralis yang saling
bertemu.
Pada Flexi penuh (maksimal) bagian posterior facies articulus condylus
femoris bertemu dengan bagian dorsal facies articulus condylus tibiae.
Pada gerakan Extensi dengan tibia yang difiksasi maka condylus femoris
berputar ke ventral (roll forward) sambil berpindah ke dorsal (glide backwards)
pada facies articularis tibiae.
Gerakan dari condylus lateralis berakhir sebelum gerakan Extensi selesai,
sedangkan gerakan dari conylus medialis masih berlangsung karena facies
articularis pada condylus medialis bentuknya lebih panjang daripada yang ada
pada condylus lateralis. Dengan demikian maka terjadi gerakan Endorotasi.
Pada akhir dari gerakan Extensi ini ligamentum collaterale tibiale dan
ligamentum collaterale fibulare serta ligamentum popliteum obiquum menjadi
tegang.
Pada full extension ligamentum cruciatum anterius menjasi tegang; pada full
Flexion ligamentum cruciatum posterius menjadi tegang.
Selama berlangsungnya gerakan extensi dan flexi patella menggelincir pada
area intercondyloidea femoris, dan jarak antara tibia dan patella tetap konstan.
Pada full Extension facies patella bagian distal berhadapan (kontak) dengan
bagian proximal condylus femoris. Pada gerakan Flexi patella bergerak ke distal
terhadap femur; semakin diflexi maka bagian proximal patella berhadapan
(kontak) dengan bagian distal facies articularis femoris.
Gerakan Extensi dihasilkan oleh kontraksi m.quadriceps femoris.
Gerakan Flexi dilakukan oleh m.semimembranosus, m.semitendinosus,
m.biceps femoris dan m.popliteus. M.gastrocnemus adalah otot flexor yang
lemah.
Otot hamstring bekerja juga sebagai extensor bagi articulatio coxae.
Pada waktu berdiri (extensi) gaya berat badan berada di sebelah ventral
articulus genus, ini adalah salah satu factor penyebab extensi pada articulatio
genu. Keadaan ini diimbangi oleh capsula articularis dan ligamentum yang
terdapat di bagian posterior dari articulus ini. Pada posisi ini peranan otot sangat
minim.
M.popliteus berperan pada gerakan exorotasi femur terhadap tibia, yaitu
pada awal gerakan.
3. ARTICULATIO TIBIOFIBULARIS
Antara tibia dan fibula terbetuk articulus pada ujung proximal, ujung distal
dan di sepanjang corpus kedua tulang tersebut. Persendian pada ujung proximal
berupa suatu articulatio (diarthrosis) yang memberi kemungkinan gerakan
menggelincir. Capsula articularisnya kuat di bagain ventral, melebihi yang di
bagain dorsal. Di antara tendo m.popliteus dan capsula articularis terdapat bursa
m.popliteus. Persendian ini disebut ARTICULATIO TIBIOFIBULARIS.

Antara corpus tibiae dan corpus fibulae terdapat membran interossea,


yang melekat pada crista interossea tibiae dan crista interossea fibulae dengan
arahnya ke caudal-lateral, membentuk suatu Syndesmosis. Fungsi membrana
interossea selain memfiksir tibia pada fibula juga tempat melekat beberapa otot
cruris.
Ujung distal tibia dan fibula membentuk suatu Syndesmosis, dan
dihubungi satu sama lain oleh ligamentum interosseum, yang membentuk
membrana interossea. Hubungan ini diperkuat di bagian anterior oleh
ligamentum malleoli lateralis anterius, dan di bagian posterior terdapat
ligamentum malleoli lateralis posterius yang lebih kuat. Nama lain dari kedua
ligamenta tersebut adalah ligamentum tibiofibulare anterius dan ligamentum
tibiofibularis posterius. Fungsi ligamenta tersebut tadi adalah menghalangi
tertariknya fibula ke arah caudal.
4. ARTICULATIO TALOCRURALIS (= ANKLE JOINT)
Persendian ini adalah suatu Hinge Joit yang terbentuk oleh os talus di
satu pihak dan facies distalis tibia, facies articularis malleoli lateralis et medialis
serta ligamentum tibiofibularis transversus di pihak lain, yang membentuk cavitas
articularis. Ligamentum tibiofibularis transversus adalah bagian dari ligamentum
malleoli lateralis posterius (= ligamentum tibiofibularis posterior inferior) yang
berada di bagian caudal dan profunda.
Permukaan yang menampung berat badan (gaya berat) adalah
permukaan cranialis talus, yang diteruskan oleh permukaan inferior dari tibia. Os
talus difiksir oleh malleolus medialis dan malleolus lateralis.
Capsula articularis melekat pada tepi facies articularis dari ketiga buah
tulang tadi kecuali di bagian anterior dari os talus, yang melekat agak jauh ke
anterior pada collum tali. Di bagian dorsal capsula articularis melekat juga pada
ligamentum tibiofibularis posterior. Capsula ini tipis di bagian anterior dan
posterios, menebal di bagian medial dan lateral membentuk ligamentum mediale
(= ligamentum deltoideum) dan ligamentum laterale.
Ligamentum deltoideum berbentum segitiga dan tebal, melekat pada
ujung malleolus medidalis, terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan superficialis dan
lapisan profundus. Lapisan superficialis disebut pars tibiocalcaneus
(=ligamentum calcaneotiboale), berjalan ke caudo-dorsal dan melekat pada
bagian cranialis dari sisi sustenta culum tali. Lapisan profundus atau pars
deltoidea mengadakan perlekatan pada facies medialis talus (di luar facies
articularis), ada serabut-serabut di bagian anterior yang mencapai (melekat) os
nviculare.
Ligamentum laterale terdiri atas tiga bagian, sebagai berikut:
1) Ligamentum calcaneofibulare yang berjalan ke arah caudo-dorsal, mulai
dari ujung malleolus lateralis sampai pada sisi calcaneus;
2) Ligamentum talofibulare posterius yang melekat pada sisi medial
malleolus lateralis, berjalan ke arah medio-dorsal, dan di pihak lain
melekat pada processus lateralis tali;
3) Ligamentum talofibulare anterius yang melekat pada tepi anterior
malleolus lateralis dan di lain lihak melekat pada collum tali.

PERGERAKAN
Pada persendian ini terdapat axis transversalis yang melewati corpus tali,
tetapi arahnya miring (oblique), yaitu arah caudo-lateral. Mengangkat dorsum
pedis disebut Dorsiflexion (=Extension), menurunkan planta pedis disebut
Plantar flexion (=Flexi).
Gerakan dorsoflexi (= 50 derajat) lebih terbatas daripada Plantar flexi (=50
derajat). Otot-otot yang berperan pada Dorsiflexion adalah m.tibialis anterior,
m.extensor hallucis longus, m.extensor digitorum longus dan m.peroneus tertius.
Gerakan Plantar flexi dilakukan oleh m.gastrocnemius dan m.soleus,
dibantu oleh m.peroneus longus, m.peroneus brevis, m.flexor hallucis longus,
m.flexor digitorum longus dan m.tibialis posterior.
5. ARTICULATIO TALOCALCANEA
Persendian ini terdiri atas : (a) ARTICULATIO TALONAVICULARIS, yang
dibentuk oleh facis articularis navicularis tali dengan facies proximalis ossis
navicularis dan (b) ARTICULATIO TALOCALCANEA ANTERIOR ET MEDIA ET
POSTERIOR, yang dibentuk oleh facies articularis calcanea anterior et media et
posterior dengan facies articularis anterior et media et posterior calcanei.
Articulatio
TALANAVICULARIS
bersama
dengan
articulatio
TALOCALCANEA ANTERIOR ET MEDIA berada dalam satu cavum articulare,
dan membentuk Articulatio TALOCALCANEONAVICULARE.
Articulatio
TALOCALCANEA
POSTERIOR
(=
ARTICULATIO
SUBTALARIS) dibentuk oleh facies articularis posterior calcanei yang berbentuk
konveks dengan facies articularis calcanea posterior tali yang berbentuk konkaf.
Capsula articularis melekat pada tepi facies articularis dari kedua buah tulang
bersangkutan.
Gerakan talus terjadi secara bersamaan pada articulatio subtalaris dan pada
articulatio talocalcaneonavicularis, gerakan yang dimaksud adalah gerakan
Inversion dan Eversion.
Pada gerakan Inversion pedis berputar terhadap axis longitudinalis
sedemikian rupa sehingga bagian medial kaki terangkat ke cranial dan
bersamaan dengan itu terjadi juga gerakan Adduksi, sehingga planta pedis
menghadap ke arah medialis.
Pada gerakan Eversion tepi lateral pedis bergerak ke arah cranial dan
lateral sehingga planta pedis menghadap ke arah lateral.
Gerakan Inversion dapat dianggap sebagai gabungan dari gerakan
adduksi dan supinasi pedis, sedangkan gerakan Eversion adalah gabungan dari
gerakan abduksi dan pronasi. Inversion maksimal dapat dicapai apabila pedis
berada dalam posisi planta flexi, dan Eversion maksimal dapat dilakukan pada
posisi pedis yang dorsoflexi. Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan
Inversion dan eversion adalah :
a. bentuk
b. ligamentum calcaneofibulare dan ligamentum deltoideum.
Axis pronationis et supinationis melewati os talus dan os naviculare dengan arah
yang miring dari caudo-lateral ke cranio-medial.

Otot yang berperan pada gerakan Inversion adalah m.tibialis anterior dan
m.tibialis posterior.
Gerakan Eversion dilakukan oleh m.peroneus longus, m.peroneus brevis
dan m.peroneus tertius.
Kedua gerakan tadi penting artinya bilamana berjalan pada lantai yang tidak
datar (bergelombang).
6. MIDTARSAL JOINT
Articulus ini terdiri dari dua bagian, yang pertama dibentuk oleh os
cubeideum dengan os calcaneus, yang kedua dibentuk oleh os talus dengan os
naviculare.
Articulatio CALCANEOCUBOIDEA terletak transversal menyilang pedis
dan berada pada satu garis dengan Articulatio TALONAVICULARIS. Kedua
articulus ini membantu gerakan inversi, eversi, plantar flexi dan dorsoflexi. Pada
persendian ini terdapat 4 buah ligamenta, yaitu (a) ligamentum calcaneo
naviculare plantare, (b) ligamentum bifurcatum, (c) ligamentum plantare longum
dan (d) ligamentum calcaneocuboideum plantare.
7. PERSENDIAN
INTERTARSALIS
LAINNYA,
ARTICULATIO
TARSOMETATARSALES dan ARTICULATIO INTERTARSALIS
Persendian antara os naviculare dengan ketiga buah os cuneiforme,
persendian antara sesama os cuneiforme, persendian antara os cuniforme
intermedia dan os cuneiforme laterate dengan basis ossis metatarsalis II dan III,
persendian antara sesama basis ossis metatarsalis II IV dan persendian antara
os cuneiforme laterate dengan os cuboideum, masing-masing persendian
tersebut mempunyai cavum articulare tersendiri.
Terdapat sebuah cavum articularis bagi persendian antara os cuboideum
dengan basis ossis metatarsalis IV V dan bagi persendian antara basis
metatarsalis IV V. Juga terdapat sebuah cavum articularis lainnya bagi
persendian antara os cuneiforme mediale dengan basis metatarsalis I.
Semua persendian tersebut tadi mempunyai ligamentum plantaris dan
ligamentum dorsalis serta ligamentum interosseus.
Ligamentum plantaris adalah lebih tebal daripada ligamentum dorsalis.
Ligamentum interosseum terdapat di antara sesama os cuneiforme, di antara
basis ossis metatarsalis satu sama lainnya dan di antara os cuneiforme I II III
dengan basis ossis metatarsalis. Ligamentum interosseum letaknya lebih dekat
ke arah plantaris daripada ke arah dorsalis, dan membantu mempertahankan
arcus pedis.
Gerakan yang ada hanya gerakan menggelincir yang sangat terbatas.
8. ARTICULATIO
METATARSOPHALANGEALIS
dan
ARTICULATIO
INTERPHALANGEALIS
Articulatio METATARSOPHALANGEALIS berbentuk ellipsoidea dan
berkaitan dengan gerakan plantar flexi dan dorsiflexi.
Articulatio INTERPHALANGEALIS mempunyai bentuk condyloidea.

Gerakan dorsiflexi pada Articulatio METATARSOPHALANGEALIS adalah lebih


luas daripada gerakan plantar flexi. Hal yang sebaliknya terjadi pada Articulatio
INTERPHALANGEALIS.
M.extensor hallucis longus, m.extensor difitorum longus dan m.extensor
digitorum brevis berperan pada Articulatio Metatarsophalangealis yang
menghasilkan gerakan Dorsi Flexi.
Gerakan Dorsiflexi di mana jari I kaki difiksasi dan badan seluruhnya
bergerak pada Articulatio Metatarsophalangealis adalah sangat penting dalam
berjalan.
Gerakan Plantarflexi dilakukan oleh mm.lumbricales dan mm.interossei,
dan dibantu oleh m.flexor digitorum longus, m.quadratus plantae (=m.flexor
accessories) dan m.flexor digitorum brevis.
Gerakan Abduksi dan Adduksi pada articulatio metatarsophalangealis
terjadi pada axis longitudinalis jari II. Pada gerakan Adduksi ibu jari bergerak
mendekati jari II, dilakukan oleh m.adduktor hallucis, dan gerakan Abduksi ibu
jari dilakukan oleh m.abductor hallucis.
Gerakan Dorsiflexi pada Articulatio INTERPHALANGEALIS jari I dilakukan
oleh m.extensor hallucis longus.
Flexi jari I pada articulatio INTERPHALANGEALIS dilakukan oleh m.flexor
hallucis longus.
ARTICULATIONES VERTEBRALIS
1. ARTICULATIO INTERVERTEBRALIS
Terdiri atas dua tipe, yaitu (a) tipe Vertebralis dan (b) the Limb type (=
synovial Joint)
a. Tipe Vertebralis terdiri atas bentuk Symphysis dan Syndesmosis.
Bentuk SYMPHISIS
Berada pada linea mediana, seperti symphysis osseum pubis, antara
manubrium sterni dan corpus sterni. Berada di antara corpus vertebrae,
dipisahkan antar corpus vertebrae (difiksasi) oleh Discus intervertebralis, dan
juga difiksasi oleh ligamentum longitudinale anterius dan ligamentum
longitudinale posterius, berada mulai dari Sacrum sampai di Basi-occiput.
Discus intervertebralis dibentuk oleh anulus fibrosus yang berada di
bagian superficial dan nucleus pulposus di bagian profunda (membentuk inti).
Berada di sepanjang columna vertebralis, mulai dari (antara) vertebra cervicalis 2
3. Bentuknya paling tipis di regio Thorax dan paling tebal pada regio Lumbal.
Bagian anterior dari discus intervertebralis adalah tebal di bagian anterior pada
regio Cervical dan Lumbal. Struktur berubah mengikuti usia. Secara keseluruhan
panjang discus intervertebralis adalah dari columna vertebralis. Discus
intervertebralis berfungsi sebagai shock-absorbing dan memfiksasi corpus
vertebrae.
Ligamentum longitudinale anterius melekat pada tepi anterior corpus
vertebrae dan discus intervertebralis. Bentuk lebar besar dan kuat.

Ligamentum longitudinal posterius melekat pada tepi dorsal corpus


vertebrae, yaitu pada permukaan canalis vertebralis. Bentuk kecil, lemah dan
ujung cranial menjadi membrana tectoria.
Syndesmosis Vertebralis
Terdapat empat buah ligamenta:
a) Ligamentum FLAVUM, terdapat antar lamina vertebralis, membantu
gerakan (extensi sesudah flexi), kuat di regio lumbalis.
b) Ligamentum INTERSPINALE, terdapat antar processus spinosus.
c) Ligamentum SUPRASPINALE, terdapat antar ujung processus spinosus,
di regio cervicalis menjadi Ligamentum Nuchae.
d) Ligamentum
INTERTRANSVERSUM,
terdapat
antar
processus
transversum, lemah.
b. SYNOVIAL JOINT
Dibentuk antar processus articularis. Menghasilkan gerakan flexi, extensi,
lateroflexi dan rotasi. Gerakan yang paling luas berada pada regio cervicalis dan
lumbalis.
FUNGSI COLUMNA VERTEBRALIS :
1) Transmisi Gaya Berat Badan
2) Tempat melekat otot-otot truncus dan extremitas
3) Gerakan tubuh
2. JUNCTURA COSTOVERTEBRALIS
Articulus antara costa dengan vertebra thoracalis terdapat pada dua
tempat, yaitu (1) antara capitulum costae dan corpus vertebrae dan (2) antara
tuberculum costae dan processus transversus.
1) ARTICULATIO COSTOVERTEBRALIS merupakan suatu articulus yang
dibentuk oleh capitulum costae dengan corpus vertebrae. Pada umumnya
setiap capitulum costae membentuk articulus dengan dua buah corpus
vertebrae, dan pada articulus ini terdapat discus articulus, kecuali costa I, X,
XI dan XII (masing-masing ini hanya dengan sebuah corpus vertebrae).
Pada articulus ini terdapat (a) ligamentum capituli costae radiatum, meluas
dari capitulum costae menuju ke corpus vertebrae dan (b) ligamentum capituli
costae interarticulare, yang membagi cavum articulare menjadi dua bagian.
2) ARTICULATIO COSTOTRANSVERSARIA dibentuk oleh tuberculum costae
dengan processus transversus vertebrae thoracalis. Pada articulus ini
terdapat beberapa ligamentum, yaitu:
a) Ligamentum tuberculi costae, pendek, tebal dan kuat, berada di antara
ujung processus transversus vertebrae dan tuberculum costae.
b) Ligamentum costotransversarium anterius, meluas dari collum costae
menuju ke arah cranial dan lateral, melekat pada processus transversus
vertebrae di sebelah cranialisnya.
c) Ligamentum costotransversarium posteriu, lemah, berada di antara collum
costae dan basis processus transversus vertebrae, arah serabut adalah
cranio-medial.

d) Ligamentum colli costae, pendek, kuat, menghubungkan collum costae


dengan processus transversus di sebelah caudalnya.
JUNCTURA COSTOSTERNALIS
Dari ketujuh pasang costae verae hanya costa I yang berhubungan
dengan sternum secara synarthrosis, yaitu Synchondrosis sternocotalis costae I,
sedangkan yang lain berhubungan secara diarthrosis pada articulations
sternocostales. Articulatio sternocostalis costa II biasanya mempunyai dua buah
cavum articularis yang terpisahkan oleh ligamentum interarticulare, yang
menghubungkan ujung cartilago costae II dengan synchondrosis sternalis yang
terdapat di antara manubrium sterni dan corpus sterni.
Articulationes interchondralis adalah hubungan secara diarthrosis antara tepi
costa VI, VII dan VIII dan kadang-kadang costa IX dan X yang bersentuhan.
Articulationes ini diperkuat oleh ligamentum interchondrales.
Vertebrae spuriae membentuk articulus dengan sternum secara synchondrosis.

BAB III
STABILITAS TUBUH
KERJA PENGUNGKIT (= LEVER) PADA ALAT GERAK
Mempunyai tiga buah komponen, yaitu (1) articulus merupakan Titik
Penyokong, (2) otot sebagai Gaya dan (3) Beban adalah berat bagian yang
digerakkan.
a) Titik penyokong terdapat di antara Gaya dan Beban. Gaya dan Beban
mempunyai arah yang sama, misalnya artic.atlanto-occipitalis, Gaya
adalah otot-otot tengkuk yang berada di sebelah posterior axis
transversalis. Beban adalah berat kepala dengan titik beratnya terdapat di
depan sumbu gerak tersebut.
b) Beban dan Gaya terdapat pada sisi yang sama terhadap Titik Penyokong,
tetapi arah berlawanan, lengan Gaya lebih panjang daripada lengan
beban. Contohnya adalah ketika menginjak lantai, Titik Penyokong adalah
ujung pedis, Gaya adalah m.triceps surae yang berinsersi pada
tubercalcanei sedangkan beban adalah berat badan yang menekan talus.
c) Beban dan Gaya terdapat pada sisi yang sama terhadap Titik Penyokong
dengan arah yang bertentangan. Lengan Gaya lebih pendek daripada
lengan Beban. Pengungkit macam ini terdapat banyak pada tubuh,
misalnya art.humero-ulnaris, dalam hal ini Gaya adalah m.brachialis dan
beban adalah berat antebrachium.
KESEIMBANGAN BADAN
Pada sikap biasa titik berat badan berada di atas axis transversal yang
melalui kedua articulatio coxae. Jadi badan berada dalam Keseimbangan Labil
karena titik berat terdapat di atas titik penyokong. Pada sikap ini panggul
letaknya sedemikian rupa sehingga spina iliaca anterior superior dan tuberculum

pubicum terdapat dalam satu bidang frontal, incisura acetabuli menghadap ke


caudal, dan bidang yang melalui adirus pelvis membentuk sudut 60 derajat
dengan bidang datar (= inclinatio pelvis = miring pelvis ).
Karena badan berada dalam keseimbangan labil maka keseimbangan itu
mudah terganggu, dalam hal ini panggul dapat berputar ke ventral atau ke
dorsal, artinya inclinatio pelvis membesar atau mengecil. Karena panggul
melekat erat pada os sacrum, maka tiap gerak panggul bertambah miring ke
ventral, inclinatio pelvis bertambah besar, maka columna verteblaris juga akan
bergerak ke ventral. Dengan majunya columna verteblaris ke ventral maka
keseimbangan badan terganggu dan badan akan terjatuh ventral. Untuk
menghindari hal tersebut, badan melakukan koreksi dengan menambah
pelengkungan lordosis lumbalis, artinya mengecilkan angulus lumbosacralis
sehingga titik berat badan dipindahkan kembali ke dorsal. Sebaliknya jika miring
panggul mengecil, jadi jika panggul memutar ke dorsal, maka columna
vertebralis sebenarnya akan bergerak ke dorsal, tetapi hal itu dicegah oleh
karena lordosis lumbalis merata, artinya angulus lumbodorsalis membesar. Jadi
tiap pembesaran miring panggul mengakibatkan pengecilan angulus
lumbodorsalis dan sebalaiknya tiap pengecilan miring panggul disertai dengan
pembesaran angulus lumbodorsalis.
STATIK DAN MEKANIK GELANG PANGGUL
Lengkung-lengkung penerus gaya.
Berat badan yang membebani os sacrum dari cranial melalui articulatio
sacroiliaca diteruskan kepada kedua ossa coxae dan pada sikap berdiri beban
itu dilanjutkan kepada os femur melalui articulatio coxae. Lengkung gaya ini
dinamakan Acus sacrofemoralis. Gaya yang berjalan melalui arcus ini mencoba
untuk mendorong acetabulum dan dinding lateral pelvis ke arah lateral, jadi
mencoba untuk merenggangkan kedua ossa coxae. Namun gaya ini dilawan
oleh sebuah gaya yang berjalan melalui ramus superior ossis pubis (= Arcus
pubis) dan oleh ligamentum pada symphysis osseum pubis.
Pada sikap duduk beban berat badan diteruskan dari os sacrum melalui
articulatio sacroiliaca kepada kedua ossa coxae dan selanjutnya kepada kedua
tuber ischiadicum. Lengkung gaya ini disebut Arcus sacroischius. Gaya ini pun
berhasrat untuk merenggangkan ossa coxae, tetapi medapat perlawanan dari
gaya yang berjalan melalui ramus inferior ossis pubis dan ramus inferior ossis
ischii, lengkung gaya ini disebut Arcus ishiopubicus.
PERASAT THOMAS
Gerakan pada articulatio coxae dapat disembunyikan oleh gerak panggul.
Misalnya pada appendicitis acuta m.ilipsoas berkontraksi yang menyebabkan
antefleksi articulatio coxae dexter, dan jika orang tersebut berbaring maka
antefleksi itu menghilang yang disebabkan oleh karena panggulnya berputar ke
anterior. Dengan demikian angulus lumbodorsalis mengecil (lordosis lumbalis
bertambah melengkung) sehingga di daerah lumbal akan terbentuk suatu celah
di antara columna vertebralis dan tempat tidur; tangan dapat dimasukkan di

dalam celah tersebut (pada keadaan normal tangan tidak bisa disisipkan di
antara pinggang dengan tempat tidur).
GEJALA TRENDELENBURG
Apabila salah satu extremitas diangkat (misalnya yang dexter) maka
pelvis di bagian tersebut (dexter) berhasrat akan turun oleh karena tidak ada
sandarannya, namun hal itu tidak terjadi. Keadaan tersebut diatasi oleh
berkontraksinya m.gluteus medius dan m.gluteus minimus pada pihak lain (pihak
sinister). Bila pada suatu keadaan ada gangguan pada m.gluteus medius dan
m.gluteus minimus (sinister) maka pelvis orang tadi akan turun dan segera
diantisipasi oleh gerakan lateroflexi columna vertebralis ke arah yang sakit
sehingga extremitas bagian yang sehat (dexter) tampak seolah-olah lebih
panjang, dan orang tersebut akan jalan miring ke arah extremitas yang sakit.
ARCUS PEDIS
Pedis tidak merupakan suatu bidang datar, melainkan melengkung
membentuk suatu arcus dengan titik tumpu di bagian dorsal dan anterior. Arcus
tersebut mengarah ke arah longitudinal dan transversal, dan disebut Arcus Pedis
Longitudinalis dan Arcus Pedis Transversalis. Arcus pedis transversalis
berbentuk setengah arcus dan menjadi arcus penuh apabila kedua pedia
diletakkan berdampingan. Titik tumpu di bagian dorsal adalah processus
medialis tuberis calcanei dan di bagian aterior dibentuk oleh kedua ossa
sesamoidea pada capitulum ossis metatarsalis I serta capituli ossium
metatarsalium II V. Dengan demikian pada bekas tapak kaki pada lantai akan
tampak bahwa hanya tumit, daerah capituli ossium metatarsalium, jari-jari dan
bagian lateral tapak kaki mengenai lantai. Bagian lateral pedis juga mengenai
lantai oleh karena lengkung longitudinalis lateralis letaknya lebih rendah. Bagian
medial tapak kaki tidak menyentuh lantai sebab arcus medial letaknya lebih
tinggi. Pada Pes Planus sisi medial pedis menyentuh lantai.
Ada tiga factor yan mempengaruhi bentuk arcus pedis, yaitu:
1. Ligamentum intersegmentalis, memfiksir tulang-tulang yang membentuk
arcus pedis.
2. Ligamentum interpillaris, yang menghubungkan (memfiksir) ujung-ujung
arcus pedis
3. Sengkang (strap) yang berada di bagian inferior dari puncak arcus pedis
dan melekat pada bangunan di luar arcus pedis.
Suatu gaya yang menekan arcus pedis akan menghasilkan gaya tangential yang
arahnya mendatar pada kedua ujung arcus. Pada gaya tangential yang sama
besarnya, maka gaya tangential itu akan lebih besar pada arcus yang rendah
daripada yang tinggi. Gaya tangential ini mencoba untuk memperbesar jarak
antara kedua ujung arcus, tetapi hal ini dilawan oleh ligamentum
intersegmentalis dan ligamentum interpillaris. Ligamentum intersegmentalis dan
ligamentum interpillaris yang berada di bagian yan cekung dari arcus (inferior)
lebih kuat daripada yang berada di bagian yang cembung (superior).

Arcus Pedis Longitudinalis dibagi menjadi (1) Arcus Pedis Longitudinalis Medialis
dan (2) Arcus Pedis Longitudinalis Lateralis.
Arcus Pedis Longitudinalis Medialis
Dibentuk oleh os calcaneus, os talus, os naviculare, ossa cuneiformia I
III dan ossa metatarsalia I III (dan phalanges jari I III). Bagian yang tertinggi
(puncak) dari arcus berada pada batas 1/3 bagian dorsal dan 2/3 bagian anterior
arcus, yaitu di antara os calcaneus dan os naviculare. Sebagai ligamentum
intersegmentalis
ialah
ligamentum
calcaneonaviculare,
ligamentum
cuneonaviculare dan ligamentum cuneometatarsalia. Bertindak sebagai
ligamentum interpillaris adalah aponeurosis plantaris dan m.abductor hallucis
dan m.digitorum brevis. Aponeurosis palmaris adalah suatu fascia yang kuat
yang terletak pada permukaan tapak kaki menutupi otot-otot pada planta pedis,
terbentang diantara calcaneus dan articulatio metatarsophalangealis. Sengkang
pada arcus ini adalah tendo m.tibialis posterior, yang berjalan di sebelah
profunda ligamentum calcaneonaviculare pada puncak arcus.
Arcus Pedis Longitudinalis Lateralis
Dibentuk oleh os calcaneus, os cuboideum, dan ossa metatarsalia IV V
(dan phalanges jari IV V). puncak arcus dibentuk oleh os cuboideum dan pada
tempat ini berjalan tendo m.peroneus longus. Ligamentum intersegmentalis
dibentuk oleh ligamentum plantare longum dan ligamentum calcaneocuboideum
plantare. Sebagai ligamentum interpillaris ialah aponeurosis plantaris,
m.abductor digiti quinti dan m.flexor digitorum brevis. Sengkangnya adalah tendo
m.peroneus longus yang berjalan di bagian inferior puncak arcus, di caudalis os
cuboideum.
Arcus Pedis Transversalis
Arcus ini hanya dipertahankan oleh ligamentum intersegmrntalis dan
ligamentum interpillaris, sedangkan tidak ada sengkang. Ligamentum
intersegmentalis dibentuk oleh ligamentum yag memfiksir os naviculare pedis, os
cuboideum, ossa cuneiformia dan basis ossium metatarsalium. Ligamentum
interpillaris dibentuk tendo m.tibialis posteror dan m.peroneus longus, dan
merupakan faktor yang paling utama untuk mempertahankan arcus pedis
transversalis.
SIKAP BADAN
Ada tiga macam Sikap Badan, sebagai berikut:
1. SIKAP BIASA, pada sikap ini miring panggul adalah 60 derajat dan
badan berada dalam keseimbangan labil oleh karena titik berat badan
terletak di atas sumbu lintang yang melalui kedua articulatio coxae yang
merupakan titik penyokong badan. Titik berat badan dan axis lintang itu
terletak dalam satu bidang frontal bersama-sama dengan pertengahan
sendi kepala, articulatio humeri, articulatio genu dan articulatio

talocruralis. Pada sikap ini tidak ada otot yan bekerja karena badan
sudah berada dalam keadaan keseimbangan.
2. SIKAP ISTIRAHAT, pada sikap ini panggul diputar kedorsal sebanyak
kira-kira 25 derajat sehingga ligamentum iliofemorale menjadi tegang.
Titik berat badan terletak di sebelah dorsal sumbu lintang pangkal paha.
Garis berat badan berjalan di sebelah dorsal articulatio coxae, disebelah
anterior articulatio genu dan memotong pedis pada tempat yang tertinggi
dari talus. Pada sikap ini juga tidak ada otot yan berkontraksi oleh
karena berat badan digantungkan pada ligamentum iliofemorale, jadi
ligamentum ini yang menahan berat badan.
3. SIKAP MILITER, pada sikap ini pelvis diputar ke anterior dan angulus
lombosacalis mengecil. Titik berat badan terdapat di sebelah anterior
sumbu lintang pangkal paha. Garis berat berjalan di anterior articulatio
coxae, articulatio genu dan articulatio talocruralis. Keseimbangan
tercapai oleh kontraksi mm.erector trunci, m.gluteus maximus,
mm.ischiocrurales, m.gastrocnemius dan m.soleus.

Anda mungkin juga menyukai