Anda di halaman 1dari 23

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN INDIVIDU PRAKTIKUM


PENETAPAN KADAR SARI LARUT AIR DAN ETANOL

OLEH :
NAMA

: NUR ISHLAH

NIM

: N11115508

KELOMPOK: VII (TUJUH)


GOLONGAN: SENIN PAGI
ASISTEN

: CHANIFAH PUSPITASARI S,Si

MAKASSAR
2016

BAB I
PENDAHULUAN
I.1

LATAR BELAKANG
Penetapan kadar sari adalah metode kuantitatif untuk jumlah

kandungan senyawa dalam simplisia yang dapat tersari dalam pelarut


tertentu. Penetapan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu kadar sari
yang larut dalam air dan kadar sari yang larut dalam etanol. Kedua cara ini
didasarkan pada kelarutan senyawa yang terkandung dalam simplisia.
(Soetarno,1997 )
Pentingnya penetapan kadar sari larut ini digunakan pada saat
akan membuat obat tradisional dari bahan alam. Kita dapat mengetahui
seberapa besar zat aktif dari tanaman obat yang dapat terlarut dalam
pelarut yang akan digunakan nanti.

I.2

MAKSUD DAN TUJUAN PERCOBAAN

Untuk mengetahui kadar simplisia yang terlarut dalam

pelarut polar (air)


Untuk mengetahui kadar simplisia yang terlarut dalam
pelarut non polar (etanol)

I.3

PRINSIP PERCOBAAN

Penetapan kadar simplisia yang terlarut dalam pelarut polar


dengan melarutkan serbuk simplisia dalam air kemudian dikocok
sekali-kali selama 6 jam, didiamkan, disaring, dikeringkan lalu
ditimbang dan dihitung kadarnya.
Penetapan kadar simplisia yang terlarut dalam pelarut non polar
dengan melarutkan serbuk simplisia dalam etanol 96% kemudian
dikocok sekali-kali selama 6 jam, didiamkan, disring, dikeringkan lalu
ditimbang dan dihitung kadarnya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1. MORFOLOGI SAMPEL
a. Paliasa (Kleinhovia hospital)
Habitus berupa pohon berbelukar, selalu hijau, dengan
mahkota membulat dan taburan bunga yang tegak dan buah
berwarna

pink.

Pepagan

melekah,

keabu-abuan

di

luar,

kekuningan di dalam. Daun tunggal, berseling, membundar telur


sampai menjantung, gundul di kedua permukaan. Perbungaan
malai terminal, renggang, bunga lebar sekitar 5 mm, pink muda,
daun kelopak memita melanset, daun mahkota kuning. Buah
kapsul berselaput yang membulat, merekah pada rongganya,
masing-masing rongga berbiji 1-2. Biji membulat, keputihan. (1)
b. Legundi (Vitex trifolia)
Habitus berupa pohon setinggi 5-8 m. Batang berkayu, putih
berwarna kotor, bulat dengan ranting yang berambut. Daun
majemuk, terdiri dari tiga anak daun dengan posisi berseling
berhadapan. Bentuknya bulat telur dengan ujung dan pangkal
tumpul, bertepi rata, pertulangan menyirip, dan berwarna hijau.
Bunga Vitex trifolia berupa bunga majemuk, terletak di ujung
cabang pada tunas samping, bentuk malai. Kelopak bunga
berbentuk tabung, bergigi lima, berbibir 2 panjangnya 2-4 mm,
Mahkota bentuk tabung berwarna biru-putih keunguan. Jumlah

benang sari empat dan berwarna ungu. Buah batu, bentuk bola
dengan diameter 2-5 mm, berwarna coklat. Biji kecil dan berwarna
coklat hitam atau hitam kebiruan ketika matang. Akar berupa akar
tunggang dan berwarna kuning kecoklatan.(1)
c. Daun Saga (Adenanthera pavonina)
Saga merupakan pohon yang memiliki biji kecil berwarna
merah dengan batang pohon yang tinggi, dan daun yang lebih
kecil. Pohon Saga merupakan pohon yang memiliki banyak fungsi
jika dimanfaatkan bagian dari pohon tersebut misalnya kayunya
digunakan untuk bahan kayu bakar oleh ibu rumah tangga,
daunnya digunakan sebagai bahan pupuk dan bijinya dapat dibuat
menjadi bahan kerajinan tangan. Pohon Saga dapat hidup dengan
baik di tempat-tempat yang terbuka dan terkena sinar matahari
secara langsung baik di dataran rendah maupun dataran tinggi,
yakni pada ketinggian 1 - 600 m di atas permukaan laut.
Perawatan tanaman saga tidak terlalu sulit. Untuk mendapatkan
tanaman yang tumbuh dengan baik dan sehat, media tanam atau
lahan yang akan ditanami harus subur, gembur, dan drainase
diatur dengan baik (2)

KLASIFIKASI TANAMAN

a. Paliasa
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Mangoliophyta

Sub Divisi

:Spermatophyta

Kelas

: Mangnolopsida

Ordo

: Malvales

Famili

: Sterculiaceae

Genus

: Kleinhovia

Spesies

: Kleinhovia hospita (1)

b. Legundi (Vitex trifolia)


Kingdom
: Plantae
Divisi

: Spermatophyta

Sub divisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledoneae

Bangsa

: Lamiales

Suku

: Verbenaceae

Marga

: Vitex

Jenis

: Vitex trifolia L.(1)

c. Daun Saga (Adenanthera pavonina)


Kingdom
: Plantae
Divisi
:Spermatophyta
Sub divisi

:Angiosperrnae

Kelas

:Dicotyledonae

Bangsa

:Resales

Suku

:Leguminosae

Marga

: Adenanthera

Jenis

: Adenanthera pavonina Linn (2).

II.2. STANDAR KADAR SARI LARUT


a. Paliasa
Air
Etanol
b. Legundi
Air
Etanol
c. Daun Saga
Air
Etanol

: 14,46%
:
: Tidak kurang dari 24%
: Tidak kurang dari 14%
: 14,46%
:

II.3. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSENTASE KADAR SARI


LARUT
-

Pada saat maserasi, menurut prosedur maserasi dilakukan selama


24 jam di mana terdiri dari 6 jam pertama dilakukan pengocokan
terhadap zat secara konstan dan selanjutnya dilakukan proses
perendaman selama 18 jam.

Proses pengocokan ini sangat

diperlukan agar zat aktif dapat terlarut sempurna dalam cairan


penyari.

Ketelitian dan kecermatan praktikan dalam melakukan pengukuran

dan penimbangan.
Pemanasan sari yang tersisa tidak konstan baik pada suhu
oven

maupun waktu pemanasan.

Hal ini disebabkan oven

digunakan secara bersamaan dan pada saat meletakkan cawan


porselin yang berisi ekstrak dilakukan tidak bersamaan dengan
kelompok-kelompok

lain.Sehingga

menyebabkan suhu oven menjadi

oven

sering

tidak

dibuka

konstan

dan
dan

cenderung untuk turun. Sehingga proses pemanasan menjadi


-

tidak sempurna.
Kadar sari juga dipengaruhi mutu simplisia. Mutu simplisia di sini
juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
1. Keterulangan keaslian simplisia
2. Variasi inter/intra spesies tumbuhan
3. Lingkungan
4. Bagian tumbuhan
5. Umur tumbuhan dan waktu panen
6. Perlakuan pasca panen
7. Kontaminan dan lain-lain,serta
8. Pestisida dan logam-logam toksik (5)

II.4. SIFAT KELARUTAN SENYAWA


Tumbuhan paliasa merupakan tanaman yang memiliki zat aktif
astragalin yang memiliki efek antikanker. Kelarutan senyawa ini tidak
larut dalam minyak dan dapat meningkatkan kelarutan air dan etanol

II.5. URAIAN BAHAN PELARUT

II.5.1 Etanol
Nama Resmi
Nama Lain
Rumus Molekul
Berat Molekul
Pemerian

: AETHANOLUM
: Etanol / Alkohol
: C2H5OH
: 46,068
: Cairan tidak berwarna, jernih, mudah
menguap, mudah bergerak, bau khas,

Kelarutan

rasa panas mudah terbakar.


: Sangat mudah larut dalam air, dalam

Kegunaan
Titik Lebur
Penyimpanan

kloroform P, dan dalam eter P.


: Sebagai aniseptik
: -144oC
: Dalam wadah tertutup rapat (3)

II.5.2 Aquadest
Nama Resmi
Nama Lain
Rumus Molekul
Rumus Bangun
Pemerian
Kegunaan
Penyimpanan

: AQUA DESTILATA
: Air suling
: H2O
: 18,2
: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak
berbau, tidak mempunyai rasa.
: Sebagai pelarut
: Dalam wadah tertutup rapat (3)

II.6. METABOLIT SEKUNDER


II.6.1

Pengertian
Metabolit sekunder merupakan senyawa yang dihasilkan
atau disintesa pada sel dan group taksonomi tertentu pada
tingkat pertumbuhan atau stress tertentu. Senyawa ini
diproduksi hanya dalam jumlah sedikit tidak terus-menerus
untuk mempertahankan diri

dari habitatnya dan tidak

berperan penting dalam proses metabolism utama (primer).


Pada

tanaman,

senyawa

metabolit

sekunder

memiliki

beberapa fungsi, diantaranya sebagai atraktan (menarik


serangga penyerbuk), melindungi dari stress lingkungan,
pelindung

dari

serangan

hama/penyakit

(phytoaleksin),

pelindung terhadap sinar ultra violet, sebagai zat pengatur


tumbuh dan untuk bersaing dengan tanaman lain (alelopati).
Senyawa metabolit sekunder memiliki struktur yang lebih
komplek dan sulit disintesa, jarang dijumpai di pasaran karena
masih sedikit (15%) yang telah berhasil diisolasi sehingga
memiliki nilai ekonomi tinggi (mahal harganya).
II.6.2

Jalur Metabolit Sekunder


Senyawa metabolit sekunder diproduksi melalui jalur di luar
biosinthesa karbohidrat dan protein. Ada tiga jalur utama untuk
pembentukan metabolit sekunder, yaitu 1) jalur Asam Malonat
asetat, 2) Asam Mevalonat asetat dan 3) Asam Shikimat.
a.

Jalur Asam Malonat


Senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan melalui jalur
asam malonat diantaranya: asam lemak (laurat, miristat,
palmitat, stearat, oleat, linoleat, linolenic), gliserida,
poliasetilen, fosfolipida, dan glikolipida.

Tanaman yang menghasilkan senyawa ini antara lain:


Jarak pagar, kelapa sawit, kelapa, jagung, kacang tanah,
zaitun, bunga matahari, kedelai, wijen, kapas, coklat, dan
alpukat.
b.

Jalur Asam Mevalonat


Senyawa metabolit sekunder dari jalur ini diantaranya
adalah Essential oil, Squalent, Monoterpenoid, Menthol,
Korosinoid, Streoid, Terpenoid, Sapogenin, Geraniol, ABA,
dan GA3.

c.

Jalur Asam Sikhimat


Metabolit sekunder yang disintesis melalui jalur asam
shikimat diantaranya adalah Asam Sinamat, Fenol, Asam
benzoic, Lignin, Koumarin, Tanin, Asam amino benzoic
dan Quinon. (4)

II.7. PARAMETER STANDARISASI SIMPLISIA


a. Parameter non spesifik
Parameter non spesifik meliputi uji terkait dengan pencemaran
yang disebabkan oleh pestisida, jamur, aflatoxin, logam berat,

penetapan kadar abu, kadar air, kadar minyak atsiri, penetapan


susut pengeringan.
b. Parameter spesifik
Parameter ini digunakan untuk mengetahui identitas kimia dari
simplisia.Uji

kandungan

kimia

simplisia

digunakan

untuk

menetapkan kandungan senyawa tertentu dari simplisia. Biasanya


dilkukan dengan analisis kromatografi lapis tipis (Depkes RI, 1985).
II.8. PERHITUNGAN KADAR SARI LARUT
Rumus:

N=

5 Berat ekstrak (g)


100
Berat sampel (g)

a. Penetapan kadar sari larut air


Berat sampel= 5,0009 g
Berat ekstrak= 0,218 g
5 0,218
100
N = 5,0009
= 21,79%
b. Penetapan kadar sari larut etanol
Berat sampel= 5,0026 g
Berat ekstrak= 0,1245 g
5 0,1245
100
N = 5,0026
= 12,44%
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan yang Digunakan

III.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini ialah botol
coklat 300 ml, cawan porselen, gelas ukur, alumunium foil,
beaker, pipet tetes
III.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini ialah
aquades, etanol 95%,serbuk simplisia paliasa
III.2 Cara Kerja
III.2.1 Pembuatan Larutan Kadar Sari Larur Air

Disiapkan alat dan bahan


Dimasukkan serbuk simplisia paliasa sebanyak 5,0009 gram

ke dalam botol coklat 300 ml


Dimasukkan aquadest sebanyak 100 ml
Di tutup dan dikocok sekali-kali selama 3 jam (seharusnya 6

jam)
Didiamkan selama 18 jam
Disaring
Diambil 20 ml hasil saringan dimasukkan ke dalam cawan

poselen
Dikeringkan dengan oven selama 30 menit pada suhu 105 oc
Ditimbang berat sampel
Dihitung kadarnya

III.2.2 Pembuatan Larutan Kadar Sari Larut Etanol

Disiapkan alat dan bahan

Dimasukkan serbuk simplisia paliasa sebanyak 5,0026 gram

ke dalam botol coklat 300 ml


Dimasukkan aquadest sebanyak 100 ml
Di tutup dan dikocok sekali-kali selama 3 jam (seharusnya 6

jam)
Didiamkan selama 18 jam
Disaring
Diambil 20 ml hasil saringan dimasukkan ke dalam cawan

poselen
Dikeringkan dengan oven selama 30 menit pada suhu 105 oc
Ditimbang berat sampel
Dihitung kadarnya

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Pengamatan

N
O

NAMA
SAMPEL

Paliasa

N
O

NAMA
SAMPEL

Paliasa

BOBOT
WADAH
KOSONG
53,2353 g

BOBOT
WADAH
KOSONG
56,5631 g

BOBOT
WADAH +
SAMPEL
53,4533 g

BOBOT
WADAH +
SAMPEL
56,6876 g

BOBOT
SAMPEL
5,0009 g

BOBOT
SAMPEL
5,0026
g

KADAR
SARI
LARUT AIR
21,79 %

KADAR
SARI LARUT
ETANOL
12,44 %

Berat simplisia paliasa yang terlarut dalam pelarut polar sebesar


0,218 gram
Berat simplisia paliasa yang terlarut dalam pelarut non polar
(etanol) sebesar 0,1245 gram

IV.2 Gambar pengamatan


LABORATORIUM
FARMMAKOGNOSI
UNIVERISTAS

KET : ekstrak kadar sari


larut air dan etanol
LABORATORIUM
FARMAKOGNOSI
UNIVERISTAS

LABORATORIUM
FARMAKOGNOSI
UNIVERISTAS

KET :ekstrak kadar sari


larut etanol
LABORATORIUM
FARMAKOGNOSI
UNIVERISTAS

KET : ekstrak kadar sari


larut air

KET : penimbangan berat


sampel

LABORATORIUM
FARMAKOGNOSI
UNIVERISTAS

KET :
KET : Penimbangan berat
sampel

IV.2 Pembahasan

Pada praktikum ini, dilakukan pengamatan kuantitatif kadar sari


larut serbuk simplisia dalam air dan etanol. Air da etanol merupakan
pelarut yang memiliki kepolaran yang berbeda, air merupakan pelarut
polar, sedangkan etanol merupakan pelarut semi-polar yang mewakili
golongan pelarut non polar.
Sampel yang digunakan ialah simplisia yang telah dihaluskan
menjadi serbuk dan ditimbang 5 gram. Simplisia yang digunakan ialah
simplisia dari tanaman paliasa (Kleinhovia hospital).
Dalam penetapan kadar sari larut air, sampel yang telah ditimbang,
dimasukkan dalam botol coklat, kemudian dimasukkan air jenuh kloroform
sebanyak 100 ml ke dalam botol tersebut. Lalu ditutup dengan
aluminuiumfoil dan ditutup rapat dan di kocok selama sisa waktu
praktikum. Kloroform dalam praktikum ini bertindak sebagai pengawet dan
anti mikroba bagi simplisia. Pada penetapan kadar etanol, cara kerja yang
dilakukan sama tapi hanya berbeda pada pelarut yang digunakan. Pelarut
yang digunakan ialah etanol 96%. Pengocokan dilakukan sekali-kali untuk
membantu pelarutan zat aktif yang terdapat pada simplisia tersebut.
Setelah dikocok, larutan tersebut didiamkan 18 jam. Setelah
didiamkan, larutan tersebut disaring dan diambil 10 ml dari filtrate dan di
pindahkan ke cawan porselen, kemudian, kedua cawan porselen tersebut
diuapkan dalan oven 105oc selama 30 menit. Setelah itu, ditimbang

ekstrak beserta cawan porselennya. Hasil pengurangan antara cawan


porselen+sampel dengan cawan porselen kosong itulah berat ekstrak.

BAB V
PENUTUP
V.1 KESIMPULAN

Kadar sari larut simplisia Paliasa dalan air ialah 21,79%


Kadar sari larut simplisia Paliasa dalan etanol ialah 12,44%

V.2 SARAN

Secara keseluruhan praktikum ini sudah baik. Kakak asisten


memberi pengarahan yang jelas dan cepat dimengerti oleh
praktikan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ditjen POM. 2008. Taksonomi Klasifikasi Tanaman Obat. Depkes
Republik Indonesia
2. Hutapea, J.R., 1994, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Jilid III,
Departemen

Kesehatan

RI

dan

Badan

Penelitian

dan

Pengembangan Kesehatan, Jakarta.


3. Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Ed. 3. Departemen
Kesehatan RI
4. Yunita Wulandari.2011. Penetapan Kadar Sari, Penetapan Susut
Pengeringan, Penetapan Kadar Tanin, dan Penetapan Minyak
Atsiri. Surabaya. Universitas Surabaya
5. Sudarsono, Agus P, Didik G, dkk. 1996. Tumbuhan Obat.
Yogyakarta : UGM.

LAMPIRAN:
Skema Kerja
SAMPEL SIMPLISIA
(5 GRAM)

AIR JENUH
KLOROFORM

ETANOL 96%

DIKOCOK (6 JAM)

DIDIAMKAN (18
JAM)

SARING CEPAT

DIAMBIL 20 ML
DIKRINGKAN
DALAM
CAPOR
DALAN OVEN

GAMBAR

LABORATORIUM
FARMMAKOGNOSI
UNIVERISTAS

KET : sampel paliasa

LABORATORIUM
FARMMAKOGNOSI
UNIVERISTAS

KET : penuangan air/


etanol kedalam botol
coklat

LABORATORIUM
FARMMAKOGNOSI
UNIVERISTAS

LABORATORIUM
FARMMAKOGNOSI
UNIVERISTAS

KET : pengukuran 100 ml


air/ etanol

KET :Botol coklat yang


telah diisi sampel dengan

LABORATORIUM
FARMMAKOGNOSI
UNIVERISTAS

KET : proses pengocokan

LABORATORIUM
FARMMAKOGNOSI
UNIVERISTAS

LABORATORIUM
FARMMAKOGNOSI
UNIVERISTAS

KET : pemindahan
sampel ke cawan
porselen

LABORATORIUM
FARMMAKOGNOSI
UNIVERISTAS

KET : proses penyaringan

KET : pemindahan
sampel ke cawan
porselen

LABORATORIUM
FARMMAKOGNOSI
UNIVERISTAS

LABORATORIUM
FARMMAKOGNOSI
UNIVERISTAS

KET : proses penyaringan

KET : sampel di masukan


ke dalam oven dengan
suhu 105o

Anda mungkin juga menyukai