Qi Qi ( qi , pi , t )
Pi Pi (qi , pi , t )
(V1.1.1)
Mulai sekarang p dan P adalah momentum umum dan variabel Q dan P disebut variabel
kanonik. Perluasan ini adalah merupakan keuntungan menggunakan sajian Hamilton. Akan
tetapi tidak semua transformasi (V1.1.1) dapat mempertahankan bentuk kanonik persamaan
Hamilton.
Untuk keperluan ini, syarat yang harus dipenuhi sehingga persamaan gerak Hamilton
dalam perubah baru Q, P, yakni bila ada fungsi Hamilton yang baru K K (Q, P, t ) sehingga:
dK
K dQ K dP
dt
Q dt
P dt
(V1.1.2a)
K
Q
P
K
P
Q
(V1.1.2b)
Jika ini dipenuhi maka transformasi (V1.1.1) disebut kanonik dan persamaan (V1.1.2b) bisa
diperoleh dari prinsip aksi..
Untuk merumuskan transformasi kanonik kita meninjau kembali prinsip variasi, yakni:
t2
t1
p q
i i
H dt 0
(V1.1.3)
yang pada uraian lalu telah digunakan menurunkan persamaan gerak Hamilton. Menurut
keterangan di atas, variasi ini berlaku untuk sembarang system koordinat dan momentum.
Oleh karena itu, buat perubah baru P dan Q juga harus memenuhi asas variasi pada persamaan
(V1.1.3) agar persamaan Hamilton (V1.1.2b) dapat diturunkan dari:
t2
t1
PQ K dt 0
i
(V1.1.4)
Kedua variasi (V1.1.3) dan (V1.1.4) hanya akan setara bila integrannya sama terlepas dari
pada perbedaan dengan diferensial total suatu fungsi F terhadap koordinat, momentum dan
waktu.
Dengan demikian menurut uraian di atas, dari kedua persamaan (V1.1.3) dan (V1.1.4)
haruslah dipenuhi syarat:
pi q i H Pi Q i K
F
t
(V1.1.5)
dimana :
adalah konstanta skala yang selalu dapat dibuat sama dengan satu
dengan melakukan transformasi yang tepat.
Bila hubungan antara P,Q dengan p,q sebagai P=p, Q=q dan K=H, maka:
K
H
q Q
P
p
K
H
p P
Q
q
pq i H pi q i H
(V1.1.6a)
pi q i H Pi Q i K
dF
dt
(V1.1.6b)
Jadi setiap transformasi kanonik ditandai dengan suatu fungsi tertentu F yang disebut fungsi
generator transformasi.
Berdasarkan persamaan (V1.1.6b) di atas dapat pula dituliskan sebagai:
dF pi dqi Pi dQi ( K H )dt
(V1.1.7)
pi
F
qi
Pi
F
Qi
KH
F
t
(V1.1.8)
Berdasarkan persamaan ini, maka kita dapat melihat bahwa F adalah merupakan fungsi dari
perubah koordinat lama dan baru serta waktu; yakni F F ( q, Q, t ) . Fungsi pembangkit ini
dikenal sebagai fungsi pembangkit jenis pertama . Dengan demikian transformasi ini bersifat
(V1.1.9)
Contoh 1: Dengan menggunakan fungsi pembangkit tipe pertama, carilah syarat agar
persamaan suatu osilator harmonic 1-dimensi bersifat kanonik
Jawab: Hamiltonian osilator harmonic 1-dimensi adalah:
p2 1 2
1
kq
( p 2 m 2 2 q 2 )
2m 2
2m
(1)
(2)
f 2 ( P)
K
2m
(3)
f(P) harus dipilih supaya transformasinya bersifat kanonik. Dengan membagi p dengan q,
maka:
p
m cot Q
q
p mq cot Q
F1
q
(4)
sehingga
F1
1
mq 2 cot Q
2
(5)
Selanjutnya untuk:
P
F 1 mq 2
Q 2 sin 2 Q
q2
2P
sin 2 Q
m
(6)
atau
2P
sin Q
m
(7)
f ( P)
(8)
K
K
Q
Jadi
f 2 ( P)
E
P E sehingga P
2m
Q t Q0
2P
sin(t Q0 )
m
2E
sin(t Q0 )
m 2
(9)
Dapat pula lebih menguntungkan bila fungsi generator itu bukannya dinyatakan dalam
perubah (q,Q,t) melainkan dalam perubah (q,P,t). Kadang-kadang fungsi generator tipe I,
penyelesaian transformasinya tidak dapat diperoleh sehingga perlu dicobakan fungsi generator
F2= F2(q,P,t) dengan menuliskan dalam bentuk sebagai berikut:
F F2 (q, P, t ) Qi Pi
i
(V1.1.10)
p q
i i
dF
H PiQ i K
dt
i
dF
PiQ i K 2 PiQ PiQi
dt
i
i
i
(V1.1.11a)
F2
F F
q i 2 Pi 2 PiQi
Pi
t
i
qi
K
i
atau
pi
F2
F
F
q i Qi 2 Pi K H 2 0
qi
Pi
t
(V1.1.11b)
pi
F2
qi
Qi
F2
Pi
KH
F2
t
(V1.1.12)
(V1.1.13a)
Pi
F3
qi
qi
F3
pi
KH
F3
t
(V1.1.13b)
F F4 ( p, P, t ) qi pi Qi Pi
i
(V1.1.14a)
dan diperoleh:
qi
F4
pi
Qi
F4
Pi
KH
F4
t
(V1.1.14b)
KH
F1
t
F2 ( q, P, t )
F2
p
q
F2
P
F
KH 2
t
Q
F3 ( p, Q, t )
F
p 3
p
F
P 3
Q
KH
F3
t
F4 ( p, P, t )
F
p 4
p
F4
P
F
KH 4
t
Q
generatornya yakni:
qiQi sama sekali tak
1. Transformasi Qi=pi , Pi=-qi dengan fungsi generator F
i
mengubah persamaan kanonik Hamilton. Hal ini dapat dilihat, karena F tak
bergantung pada waktu secara eksplisit maka:
pi
F1
Qi
qi
Pi
F1
qi
Qi
Dalam hal ini, tidak penting yang mana koordinat dan yang mana momentum
karena bersifat kanonik.
2. Fungsi generator F2
q P
i
pi
F2
q
i Pi Pi
qi
i qi
Qi
F2
P
qi i qi
Pi
Pi
i
K H
f (q ,......q
i
, t ) Pi
F2
q j
f i
q
i
Pi
F2
f j (q1 , q2 ,...qn , t )
Pj
df
f
f
q k
p k
dt
t
pk
k qk
(VI.3.1)
Dengan memasukkan harga q k dan p k dari persamaan Hamilton pada persamaan (V.5.7),
kita dapat menyatakan :
df
f
H, f
dt
t
(VI.3.2a)
dengan
H f
H f
pk qk qk pk
H , f
k
(VI.3.2b)
Pernyataan (VI.3.2b) dikenal sebagai kurung Poisson (Poisson bracket) besaran H dan f.
Kita melihat dari persamaan (VI.3.2a), bila suatu besaran; katakanlah f disini
merupakan integral gerak, maka df/dt=0. Ini berarti
f
H , f 0 . Kalau integral gerak itu
t
H, f 0
(VI.3.3)
pk qk qk pk
g, f
k
(VI.3.4)
Dapat pula ditunjukkan bahwa kurung Poisson memenuhi sifat-sifat sebagai berikut:
g , f f , g
(VI.3.5)
f ,C 0 ,
(VI.3.6)
C suatu tetapan
f1 f 2 , g f1, g f 2 , g
(VI.3.7)
f1 f 2 , g f1 f 2 , g f 2 f1, g
(VI.3.8)
Kalau persamaan (VI.3.4) diambil turunan parsialnya terhadap waktu, maka akan:
f , g f , g f , g
t
t
t
(VI.3.9)
Jika salah satu dari f atau g adalah koordinat atau momentum, maka dipenuhi sangkutan:
f , qk
f
pk
f , pk
(VI.3.10)
f
qk
(VI.3.11)
Dengan menggunakan persamaan (VI.3.10) dan (VI.3.11), maka dapat pula ditunjukkan
bahwa:
qi , qk pi , pk 0
pi , qk ik
(VI.3.12)
, py
maka:
ypz zp y pz
y
Lx , pz
ypz zp y p y
z
, px
zp x xpz pz
x
, pz
Lx , px Ly , p y Lz , pz 0
Selanjutnya perubahan p dan q dalam sajian Hamiltonian sering disebut perubah yang
berpasangan secara konjugat kanonis. Syarat yang menghubungkan perubah yang
berkonjugasi secara kanonis adalah kurung Poisson. Dalam hubungan ini jika [f,g] pq
10
merupakan kurung Poisson bagi besaran f dan g terhadap p dan q. Sementara [f,g] P,Q sebagai
kurung Poisson bagi besaran yang sama terhadap sebagai kurung Poisson bagi besaran yang
sama terhadap peubah P,Q, maka akan dipenuhi hubungan, yakni:
f , g p,q
f , g P,Q
(V1.3.13)
Hal ini dapat ditunjukkan secara langsung dengan menggunakan transformasi (V1.1.12).
Dalam hal ini:
f g
f g
Pi Qi Qi Pi
f , g P ,Q
i
f pi g qi
f qi g pi
pi Pi qi Qi qi Qi pi Pi
f g
f g
p
i
i
i
i
(V1.3.14)
qi pi
P
i
i
qi pi
=1. Ini dapat
Bahwa persamaan (V1.3.13) dipenuhi, tinggal menunjukkan bahwa
P
i
i
pi
2
Qi
2
dan
Pi
Pi qi
qi
Pi qi
qi pi
=1. Karena dipenuhinya rumus (VI.3.12) dan (V1.3.13) , maka
sehingga nyata
Qi Pi
juga berlaku:
Qi , Qk p , q Pi , Pk p , q
Qi , Pk p , q ik
(V1.3.15)
11
2q exp(t ) cos p
2q exp(t ) sin p
Q, P Q P Q P
q p
1
( 2q )
2
p q
1
2q exp(t ) sin p. ( 2q ) 2 . 2 exp( t ) sin p
2
2
2
cos p sin p
P q cot p
adalah kanonik.
Jawab: Dengan menggunakan metode simplektif sebagai syarat kanonik, yakni:
q
P
i )
Q
p
Q
q
ii )
p
P
Tinjau
1
Q log
sin p
q
q exp(Q ) sin p
cos p
exp(Q ) cos p
sin p
q
exp( Q ) sin p q
Q
P
exp(Q ) sin p q
p
q
Q
p
12
Q log(1 q 2 cos p )
1
exp(Q ) 1 q 2 cos p
i )
Q
p
Q
q
ii )
p
P
eQ 1
q
cos p
e Q 1 exp(Q )
q
2
Q
cos p cos p
1
2 exp(Q ) 2
q cos p
cos 2 p
2 exp(Q )q
cos p
1
2
1
P 2 1 q 2 cos p q 2 sin p
exp(Q ) 1
exp(Q ) 1
2 1
. cos p
.sin p
cos p
cos p
P
exp(Q )
2 exp(Q ) exp(Q ) 1
p
cos 2 p
1
2
2q cos p.
exp(Q )
cos 2 p
1
2 exp(Q ) q 2
cos p
q
P
2 exp(Q )q 2
Q
p
cos p
13
F3
2 exp(Q ) exp(Q ) 1 tan p
Q
F3 2 e 2 Q eQ tan pdQ
1 2Q
e eQ tan p f ( p )
2
F
1
f
q 3 2eQ e 2Q
2
p
cos p p
2
eQ 1
cos p
2e Q e 2 Q
f
1
p cos 2 p
1
f
cos 2 p p
f ( p ) tan p
L
L
L
I
q q
t dt
(VI.4.1a)
L
0 sehingga:
t
t2
L
L
I
q
q dt
(VI.4.1b)
14
Karena prinsip Hamilton menyatakan bahwa perubahan system dari keadaan t1 ke keadaan
t2 yang membuat integral aksi stasioner/ekstremum, sehingga:
L d L
0 I
dt q i
t1 i qi
t2
t2
L
q
qi dt
q i
t1
(VI.4.2)
Jika pada suku ke 2 (dua) pada ruas kanan, dengan mengambil q (t1 ) 0 dan menandai
L
(VI.4.3)
Dengan demikian aksi dapat dipandang secara eksplisit merupakan fungsi waktu dan
koordiant dengan meninjau lintasan yang bermula pada saat t1 pada kedudukan q1.
Jadi
dI
I
I
I
q
pq
dt
t q
t
dI
L , maka:
dt
I
pq
t
q p
i
(VI.4.4)
, atau
I
L pq
t
(VI.4.5)
(VI.4.6)
15
I
I I
I
H q1 , q2 , qn ,
,
, , . . .,
; t 0
t
q1 q2
qn
(VI.4.7)
yang menentukan besaran aksi I(q,t). Persamaan diferensial parsial orde satu terhadap waktu
ini dikenal sebagai persaman Hamilton-Jacobi. Seperti halnya persamaan Lagrange dan
persamaan kanonik Hamilton, maka juga persamaan Hamilton-Jacobi adalah merupakan
adalah basis dalam menentukan metode umum mengintegralkan persamaan gerak.
Sebelum mengupas metode di atas, perlu dikemukakan kenyataan bahwa setiap
persamaan diferensial parsial orde satu memiliki penyelesaian yang hanya bergantung pada
satu fungsi sembarang. Dalam penerapan mekanisme integral umum persamaan HamiltonJacobi kurang penting dibanding dengan integral lengkap, yang mengandung tetapan bebas
sebanyak perubah bebas.
Untuk perubah bebas dalam persamaan Hamilton-Jacobi terdiri atas perubah waktu
dan koordinat . Untuk system dengan n buah derajat kebebasan, integral lengkapnya hruslah
mengandung n+1 buah tetapan integrasi. Karena fungsi aksi I terpaut dalam persamaan
melalui turunan, maka satu diantara tetapan itu haruslah bersifat menjumlah, sehingga integral
lengkap persamaan Hamilton-Jacobi akan dapat disajikan sebagai:
I f q1 , q2 ,..., qn ; ;1 , 2 ,..., n ; t
(VI.4.8)
Untuk menentukan hubungan integral lengkap persamaan Hamilton-Jacobi dengan
penyelesaian persamaan gerak yang dicari, maka dalam transformasi kanonik dari perubah p,q
ke perubah yang baru, kita pilih f(t,q,) sebagai fungsi generator dengan 1, ,nsebagai
16
perubah momentum baru. Misalkan koordinat baru itu adalah 1,, n , dan mengingat fungsi
generator adalah merupakan fungsi koordinat lama dengan momentum baru, maka:
1). pi
f
qi
2) i
f
i
3)
H H
f
t
Akan tetapi karena f juga mengikuti persamaan Hamilton-Jacobi, maka Hamiltonian baru
H H
f
I
H
0 . Ini berarti
t
t
H 0 , akibatnya i
H
H
0 , i
0,
i
i
Ketergantungan aksi terhadap waktu ditentukan oleh suku Et, sehingga aksi akan dapat
dinyatakan sebagai:
I ( q, t ) I 0 ( q ) Et
(VI.4.9)
p2 1
1
m 2 q 2
p 2 m 2 2 q 2
2m 2
2m
(1a)
dengan
k
m
(1b)
Persamaan Hamilton-Jacobi
I
H ( q , p; t ) 0
t
I
1 I 2
( ) m 2 2 q 2 0
t
2m q
(2)
17
q
q
(3)
sehingga:
1
2m
karena
I 0
I
m 2 2 q 2
0
t
(4)
I
H , dimana H tiada lain adalah energi total osilator (H=T+V) karena
t
atau
atau
I0
m 2 2 q 2 2mE
2mE m
2
2E
I 0 m
q2
2
m
1
2 2
dq
(5)
(6a)
1
2
dq
(6b)
sehinga:
2E
I ( q, t ) m
q2
2
m
1
2
dq Et
(7)
18
I
E
I
I
P E
maka:
1
I
2E
m
q2
E
E m 2
(8)
dq t
atau
1
2E
1
2
t m
q 2 dq
2
E m
dq
2E
q2
m 2
(9)
dx
a x
2
arc sin
x
a
maka
1
arc sin
, atau
2E
m 2
q
sin t
2E
m 2
(10)
dengan
q(t )
2E
sin t
m 2
(11)
Soal latihan:
1. Transformasi berikut:
Q q cos p sin
P q sin p cos
p
, P x 2
x
19
P1
p1 cos p2 2q2
2q1 cos p2
dF (q, t )
dt
dimana F(q,t) adalah sebuah fungsi tetapan, persamaan gerak Lagrange akan invariant.
Buktikan bahwa transformasi ini kanonik dan carilah fungsi generator yang berkaitan
dengan transformasi ini.
20