Anda di halaman 1dari 17

KELOMPOK 4 GEOMEKANIKA

HAMILTON

Dosen Pengampu : Dr. Muhammad Hamzah S., S.Si., MT.

DISUSUN OLEH :

FAIQAL H061211052
ELZASKIAH DRAJAT H061211072
HUSNUL MAR’IAH H061211065
ANDI NAMIRAH APRILIA H061211050
MUHAMMAD SYAWAL ALFAREZA H061211077

DEPARTEMEN GEOFISIKA
PROGRAM STUDI GEOFISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022

1
A. Penurunan Persamaan Lagrange Dari Prinsip Hamilton

Berikut ini akan disajikan cara lain untuk menurunkan persamaan


Lagrange, yaitu dengan menggunakan prinsip variasi Hamilton. Prinsip ini
menyatakan bahwa gerak suatu sistem dari saat t1 sampai dengan saat t2 adalah
sedemikian hingga integral

Dimana L = T- V adalah fungsi Lagrange, yang berharga ekstrimum untuk


lintasan yang dilalui sistem di dalam ruang konfigurasi (lihat Gambar 1)

Gambar 1 Lintasan titik sistem dalam ruang


konfigurasi

Ruang konfigurasi adalah ruang euclead n-dimensi di mana


koordinatnya adalah koordinat umum qk, dan setiap titik dalam ruang
merepresentasikan suatu konfigurasi keadaan yang mungkin.
Jadi dari kemungkinan-kemungkinan lintasan yang dilalui sistem,
lintasan yang sebenarnya dilalui sistem dari posisi pada saat t1 sampai posisi
pada saat t2 adalah lintasan di mana integral I adalah bersifat ekstrimum, baik
minimum ataupun maksimum. Dengan kata lain prinsip Hamilton menyatakan
bahwa gerak sistem dari t1 dan t2 yang membuat aksi berikut stasioner, sehingga
dapat ditulis

2
Titik stasioner dari I diperoleh dengan memvariasikan lintasan yang kita ambil.
Lintasan yang menghasilkan I yang konstan walaupun lintasannya diubah
sedikit, maka lintasan tersebut adalah merupakan lintasan yang dicari. Marilah
kita cari lintasan stasioner dari integral berikut ini (lihat Gambar 1.b)

Nilai pada titik ujung adalah konstan sehingga,

untuk bisa memvariasikan lintasan, kita harus memasukkan suatu parameter

di mana ղ(x) adalah fungsi gangguan kecil, dengan ղ(x1) = ղ(x2) = 0


sehingga persamaan (1.31) dapat dituliskan dalam parameter , yaitu

J( dapat kita hitung


𝑑𝐽(𝛼)
dengan menggunakan kalkulus biasa dengan syarat
𝑑𝛼
=0

perhatikan suku kedua, dan lakukan integrasi parsial akan diperoleh

3
𝑑𝑦
misalkan = (𝑥) , maka ղ(x1) = ղ(x2) = 0, sehingga persamaan (1.36)
𝑑𝛼

dapat dituliskan kembali dalam

Bila persamaan (1.37) disubstitusikan ke dalam persamaan (1.35), maka


diperoleh

Karena ղ(x) sembarang, maka persamaan (1.38) haruslah memenuhi

Apabila kita lakukan kembali transformasi variabel, 𝑥 → 𝑡, 𝑦 → 𝑞, ƒ → 𝐿,


serta , 𝑦 → 𝑞, maka persamaan (1.39) dapat dinyatakan sebagai

yang tidak lain adalah persamaan Lagrange (Fowles 1986).

B. Fungsi Hamilton

Pada Lagrangian mendiskripsikan tentang sistem tertutup dimanatidak


ada interaksi dengan sistem luar sehingga secara eksplisit tidak
6𝐿

bergantung terhadap waktu =0


6𝑡

6𝐿 𝑑 6𝐿
Sehingga = dan di dapatkan dari hasil substitusi
6𝑞j 𝑑𝑡 6𝑞𝑦

6𝐿 )=0. (1)

𝑑 (𝐿 − ∑ 𝑞

𝑑𝑡
4
j 𝑦 6𝑞𝑦

Nilai dari persamaan dalam kurung adalah konstan .

5
∂𝐿
𝐿 − ∑ 𝑞𝑦 = −𝐻 = 𝐶o𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡
∂𝑞𝑦
j

Jika nilai energi potensial U tidak bergantung pada kecepatan dan


waktu𝑈 = 𝑈(𝑥𝑎,i). hubungan antara koordinat umum dan koordinat

rectanguler𝑥𝑎,i = 𝑥𝑎,i(𝑞j) atau 𝑞j = 𝑞j(𝑥𝑎,i) kemudian disubstitusikan


kedalam persamaan lagrangian

6𝐿 6(𝑇−𝑈) 6𝑇
= = (2)
6𝑞𝑦 6𝑞𝑦 6𝑞𝑦

(𝑇 − 𝑈) − ∑ 𝑞 6𝐿 = −𝐻 (3)
j 𝑦 6𝑞
𝑦

(𝑇 − 𝑈) − 2𝑇 = −𝐻 (4)

𝑇+𝑈 =𝐻 (5)

H disebut sebagai fungsi Hamilton. Hamilton atau H bisa sama dengan


energi total E hanya jika dalam kondisi
1. Persamaan dari hubungan tranformasi antara kordinat umum dan rectangular
harus tidak bergantung terhadap waktu,kemudian dipastikan bahwa energi
kinetik homogen dengan fungsi kudrat dari 𝑞𝑦
2. Energi potensial harus pada kecepatan bebas, dan dilakukan eliminasi dengan
6𝑈
persamaan 6𝑞 untuk H pada persamaaan (3)
𝑦

Persamaan Hamilton untuk gerak juga dinamakan persamaan kanonik


gerak. Pandanglah sebuah fungsi dari koordinat rampatan
𝐻 = ∑k 𝑞k 𝑝 k − 𝐿 (6)

Untuk sebuah sistem dinamik sederhana, energi kinetik sistem adalah fungsi
kuadrat dari q dan energi potensialnya merupakan fungsi q saja :

𝐿 = 𝑇(𝑞k, 𝑞k) − 𝑉(𝑞k) (7)

6
Berdasarkan teorema Euler untuk fungsi homogen, diperoleh
∑ 𝑞 𝑝 −𝐿 =∑ 𝑞 6𝐿 =∑ 𝑞 6𝑇 = 2𝑇 (8)
k k k k k 6𝑞 k k 6𝑞
k 𝑇

Oleh karena itu :

H   qk pk  L  2T  (T  V )  T  V (9)
k

Persamaan ini tak lain adalah energi total dari sistem yang kita tinjau.
Selanjutnya, pandang n buah persamaan yang ditulis sebagai :
L
pk (k = 1,2, …n) (10)
q
k

dan nyatakan dalam q dalam p dan q

qk  qk pk , qk ) (11)

Dengan persamaan di atas, kita dapat nyatakan fungsi H yang bersesuaian


dengan variasi pk , qk sebagai berikut :

 L L 
H   p q  q p  q  q 
(12)
 
qk
k k k k k k
k  qk 

Suku pertama dan suku kedua yang ada dalam tanda kurung saling
meniadakan, oleh karena menurut defenisi pk  L / qk , oleh karena itu:

H   qpk  pk qk  (13)


k

Variasi fungsi H selanjutnya dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :


 H H 
H    p p k  q q k 
(14)
k  k k 
7
Akhirnya diperoleh:
6𝐻
𝑞k = 6𝑝 (15)
k
6𝐻

-𝑝k = (16)
6𝑝k

8
Dua persamaan terakhir ini dikenal dengan persamaan kanonik
Hamilton untuk gerak. Persamaan-persamaan ini terdiri dari 2n persamaan
defernsial orde-1 (bandingkan dengan persamaan Lagrange yang mengandung
n persamaan diferensial orde-2. Persamaan Hamilton banyak dipakai dalam
mekanika kuantum (teori dasar gejala atomik) (Marrion 2004).

C. Persamaan Hamilton

Persamaan Hamilton untuk gerak pada sebuah fungsi dari koordinat


umum
𝐻 = ∑𝐾 𝑞k 𝑃k −𝐿 (5.48)

Untuk sebuah sistem dinamik sederhana, energy kinetic sistem adalah fungsi
kuadrat dari q dan energy potensialnya merupakan fungsi q saja :
𝐿 = 𝑇(𝑞k, 𝑞k) − 𝑉(𝑞k)
(5.49)
Berdasarkan teorema Euler untuk fungsi homogen, diperoleh
∂𝐿
∑ 𝑞k 𝑃k − 𝐿 = ∑ 𝑞k = 2𝑇
∂𝑞k
𝐾 k

(5.50)
Oleh karena itu :

𝐻 = ∑ 𝑞k 𝑃k − 𝐿 = 2𝑇 − (𝑡 − 𝑉) = 𝑇 + 𝑉
k

(5.51)

Persamaan ini tak lain adalah energy total dari sistem yang kita tinjau.
Selanjutnya, pandang n buah persamaan yang ditulis sebagai :
∂𝐿
𝑃k =
∂𝑞k
(k = 1,2, … n) (5.52)
Dan nyatakan dalam q dalam p dan q
𝑞k = 𝑞k (𝑃k, 𝑞k)
(5.53)
9
Dengan persamaan di atas, kita dapat nyatakan fungsi H yang bersesuaian
dengan variasi
∂𝐿 ∂𝐿
ð𝐻 = ∑ [𝑃kð𝑞k + 𝑞kð𝑃k − ð𝑞k − ð𝑞k]
∂𝑞 ∂𝑞
k k
k
(5.54)
Suku pertama dan suku kedua yang ada dalam tanda kurung saling
6𝐿
meniadakan oleh karena menurut definisi 𝑃k = , oleh karena itu:
6𝑞k

ð𝐻 = ∑[𝑞ð𝑃k − 𝑃ð𝑞k]
𝐾

(5.55)

Variasi fungsi H selanjutnya dapat ditanyakan dalam persamaan berikut :


∂𝐻 ∂𝐻
ð𝐻 = [ ð𝑃 k+ ð𝑞k]
∂𝑃k ∂𝑞k
(5.56)
Akhirnya diperoleh :

∂𝐻
= 𝑞k
∂𝑃k
(5.57)

∂𝐻
= −𝑝k
∂𝑞k
(5.58)

Dua persamaan terakhir ini dikenal dengan persamaan kanonik


Hamilton untuk gerak. Persamaan-persamaan ini terdiri dari 2n persamaan
defernsial orde-1 (bandingkan dengan persamaan Lagrange yang mengandung
n persamaan diferensial orde-2. Persamaan Hamilton banyak dipakai dalam
mekanika kuantum (teori dasar gejala atomik) (Jufriadi 2015).

10
D. Gerak suatu Sistem Mekanik dengan Menggunakan Persamaan

Hamilton

Jika pada persamaan Lagrange kita menemukan persamaan diferensial


orde dua, namun dalam persamaan Hamilton ini persamaan diferensial yang
muncul adalah persamaan diferensial orde satu. Dari n buah syarat awal yang
diperlukan oleh persamaan Lagrange, ingin dibuat suatu sistem persamaan
diferensial orde satu yang menggambarkan dinamika dari 2n variabel yaitu qj
, yang memenuhi persamaan

di mana q adalah koordinat umum, dan p merupakan momentum conjugate dari


koordinat umum. Jadi yang ingin dilakukan adalah perubahan transformasi dari
sistem L(qj , 𝑞j ;t ) ke H(qj , pj; t) di mana sistem dapat direpresentasikan dalam
ruang fasa yang berdimensi 2n (q,p) sedemikianhingga berlaku persamaan

Lintasan dalam ruang konfigurasi yang berdimensi n yang diambil dari sistem
akan membuat variasi pada persamaan (1.42) sama dengan nol. Tinjau suatu
fungsi f (x ,y) dengan diferensial totalnya

Untuk mengganti fungsi f(x ,y ) menjadi g(u ,y ) diakukan transformasi


Legendre dengan menuliskan

Lakukan diferesiasi total terhadap persamaan (1.44) kemudian substitusikan ke


dalam persamaan (1.43) hasilnya adalah

11
Dari Mekanika, bahwa fungsi hamiltom didefinisikan sebagai

Walaupun H(q , p; t) seperti fungsi energi h(qj , 𝑞j ;t), namun keduanya


memiliki kebergantungan yang berbeda terhadap variabel-variabelnya. Pada
fungsi energi L(qj , 𝑞j ;t ): 𝑞 diperoleh dari q , sedangkan fungsi Hamilton
H(q , p; t): q dan p diperlakukan saling bebas.
Persamaan Hamilton, dapat kita turunkan dengan cara melakukan diferensiasi
total terhadap persamaan (1.46) yaitu

Jika dibandingkan antara ruas kiri dan ruas kanan pada persamaan (1.47)
maka diperoleh persamaan :

Persamaan (1.48) diatas dikenal sebagai Persamaan Gerak Hamilton, yang


lebih sederhana bila dibandingkan dengan Persamaan Lagrange.

Persamaan Hamilton untuk gerak juga dinamakan persamaan kanonik gerak.


Pandanglah sebuah fungsi dari koordinat rampatan

Untuk sebuah sistem dinamik sederhana, energi kinetik sistem adalah fungsi
kuadrat dari 𝑞 dan energi potensialnya merupakan fungsi q saja :

Berdasarkan teorema Euler untuk fungsi homogen, diperoleh

12
Oleh karena itu,

Persamaan ini tak lain adalah energi total dari sistem yang kita tinjau.
Selanjutnya, pandang n buah persamaan yang ditulis sebagai :

dan nyatakan dalam 𝑞 Dalam p dan q

Dengan persamaan di atas, kita dapat nyatakan fungsi H yang bersesuaian


dengan variasi ð𝑝k, ð𝑞k sebagai berikut :

Suku pertama dan suku kedua yang ada dalam tanda kurung saling
meniadakan, oleh karena menurut defenisi 𝑝k = ð𝐿 = ð𝑞, oleh karena itu

Variasi fungsi H selanjutnya dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :

Akhirnya diperoleh,

Dua persamaan terakhir ini dikenal dengan persamaan kanonik Hamiltonuntuk


gerak. Persamaan-persamaan ini terdiri dari 2n persamaan deferensial

13
orde-1 (dibandingkan dengan persamaan Lagrange yang mengandung n
persamaan diffrensial orde-2 Persamaan Hamilton banyak dgunakan dalam
mekanika kuantum (teori dasar gejaa atomik)).

Contoh Soal.
1. Gunakan persamaan Hamilton untuk mencari persamaan gerak osilator
harmonik satu dimensi.
Jawab :
Energi kinetik dan energi potensial sistem dapat dinyatakan sebagai :

Momentumnya dapat ditulis

Hamiltoniannya dapat ditulis :

Persamaan geraknya adalah :

Dan diperoleh :

Persamaan pertama menyatakan hubungan momentum-kecepatan. Dengan


menggunakan kedua persamaan di atas dapat ditulis :

Yang tak lain adalah persamaan osilator harmonik.

2. Gunakan persamaan Hamilton untuk mencari persamaan gerak benda yang


berada dibawah pengaruh medan sentral.
Jawab :

14
Energi kinetik dan energi potensial sistem dapat dinyatakan dalam koordinat
polar sebagai berikut :

Jadi :

Akibatnya:

Persamaan hamilton nya :

Selanjutnya :

Dua persamaan yang terakhir menunjukkan bahwa momentum sudut tetap,

Sedangkan, dua persamaan sebelumnya memberikan,

15
Untuk persamaan gerak dalam arah radial.

16
DAFTAR PUSTAKA

Arya, P. A. 1990. “Introduction to Classical Mechanics.” New Jersey: Printice

Hall Publishing.

Fowles, G.R. 1986. “Analytical Mechanics 4th ed., .” New York: CBS Colledge

Publishing.

Jufriadi, Akhmad. 2015. Mekanika. Malang: Universitas Kanjuruhan Malang.

Marrion, Jerry B. 2004. Classical Dynamics Fifth Edition. USA: Thomson

Learning.

17

Anda mungkin juga menyukai