Anda di halaman 1dari 17

Laporan Mata Kuliah

GEOMEKANIKA

“TRANSFORMASI KOORDINAT”

Dosen Pengampu : Dr. Muhammad Hamzah S., S.Si.,MT.

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1

H061211042 ANITA RAMADHANI

H061211049 MARCHELINA GALUH MARCHELLA

H061211061 WARNI

H061211063 PUTRI AINUN SYAHRIAWAN

H061211066 AYU ARDANA RESKY

H061211073 HARIANTO IRWAN

PROGRAM STUDI GEOFISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2022
I. Definisi Transformasi Koordinat
Coordinate transformation is an activity to calculate the coordinate value of a system
coordinates to another coordinate system, diartikan sebagai kegiatan untuk menghitung nilai
koordinat suatu sistem koordinat ke sistem koordinat lainnya. As an overview, the results of the
application of several physical laws show that the physis system under consideration does not
depend on the coordinate system and the location of the origin of the coordinates (covariance),
any change (transformation) of the coordinate system will not change the vector of the system
under consideration, and the easiest representation of vector transformations is in the form of
a notation matrix. Hal itu berarti hasil penerapan dari beberapa hukum fisika dapat
menunjukkan adanya sistem fisis yang ditinjau tidak bergantung pada sistem koordinat dan
letak asal koordinat (kovarians), kemudian untuk setiap perubahannya (transformasi) dalam
sistem koordinat tidak akan mengubah vektor sistem yang ditinjau, serta untuk representasi
transformasi vektor yang cuku mudah adalah digunakan dalam suatu bentuk matriks notasi.

II. Sistem Koordinat Kartesian


Koordinat kartesian yang kita kenal itu terdiri atas dua buah garis lurus, yang mana
salah satu garisnya horizontal dan yang lainnya vertikal. Titik potong garis itu dinyatakan
sebagai titik pangkal, dengan demikian kedua garis tersebut berpotongan tegak lurus antara
yang satu dengan yang lainnya. Garis lurus yang horizontal disebut koordinat x, sedangkan
garis lurus yang vertikal disebut koordinat y. Titik pertemuan antara kedua koordinat titik asal
umumnya diberi label 0. Di setiap sumbu juga terdapat semacam grid yang merupakan tanda
besaran panjang yang berfungsi untuk mendeskripsikan suatu titik tertentu dalam sistem
koordinat dua dimensi (Rumadi, 2022).

II.1 Batasan
II.2 Permukaan-permukaan koordinat
Menurut F.M Rosyid dalam bukunya Mekanika Klasik menyatakan bahwa persamaan
x = b menentukan himpunan yang beranggotakan semua titik dalam ruang yang memiliki
proyeksi ke sumbu x di x = Jadi, himpunan yang dimaksud adalah
{(x,y,z)| x = b}
Himpunan ini tidak lain adalah bidang yang memotong sumbu x secara tegak lurus di titik (b,
0, 0).

Persamaan y = c menentukan bidang yang memotong sumbu y secara tegak lurus di titik (0,c,0).

Persamaan z = d menentukan bidang yang memotong sumbu y secara tegak lurus di z = d.


II.3 Permukaan-permukaan yang lain
Setiap persamaan dengan peubah x, y dan z yang berbentuk f(x, y, z) = 0 menentukan
sebuah permukaan dalam ruang tiga dimensi yang dibentang oleh x, y dan z.
Contoh : Persamaan x 2 + y2 − a2 = 0 menentukan letak titik-titik dalam ruang sedemikian
rupa sehingga koordinat x dan y titik-titik itu memenuhi persamaan itu. Persamaan itu dapat
diubah menjadi
𝑥 2 + 𝑦 2 = 𝑎2
Suku 𝑥 2 + 𝑦 2 tidak lain menyatakan kuadrat jarak titik-titik yang dimaksud dari sumbu z. Jadi,
persamaan 𝑥 2 + 𝑦 2 − 𝑎2 = 0 menentukan letak titik-titik dengan jarak sejauh |a| dari sumbu
z. Jadi, titik-titik itu terletak pada selongsong sebuah silinder yang panjangnya tak terhingga
dan terletak membujur sepanjang sumbu z dengan sumbu z sebagai sumbu silinder itu (lihat
gambar berikut).

II.4 Kurva-kurva
Sistem persamaan yang tersusun atas dua persamaan yang berbentuk 𝑓1 (𝑥,𝑦,𝑧) = 0 dan
𝑓2 = (𝑥,𝑦,𝑧) = 0 menentukan sebuah kurva dalam ruang tiga dimensi yang dibentang oleh x, y
dan z. Kurva yang dimaksud adalah perpotongan antara permukaan yang ditentukan oleh 𝑓1
(𝑥,𝑦,𝑧) = 0 dan 𝑓2 (𝑥,𝑦,𝑧) = 0
Contoh : Sistem persamaan 𝑥 2 + 𝑦 2 − 𝑎2 = 0 dan z = b, dengan a dan b bilangan-
bilangan riil, menentukan sebuah kurva yang berupa sebuah lingkaran mendatar berpusat di
titik (0,0,b) dengan jari-jari |a|. Lingkaran itu merupakan perpotongan antara silinder x 2 +
y2 − a2 = 0 dan bidang datar z = b (lihat gambar di bawah).
III. Sistem Koordinat Bola
Sistem Koordinat Bola adalah sistem koordinat untuk ruang tiga dimensi di mana posisi
suatu titik ditentukan oleh tiga angka dari jarak radial titik tersebut dari titik asal tetap dan nilai
sudut kutub tersebut yang diukur dari arah puncak yang tetap dan ketika sudut azimut tersebut
dari hasil proyeksi ortogonal pada bidang referensi yang melewati asal dan ortogonal untuk
zenit, diukur dari arah referensi tetap di pesawat itu.
III.1 Batasan

III.2 Permukaan-permukaan koordinat


Jika a suatu bilangan riil tak negatif, maka persamaan r = b menentukan sebuah
himpunan yang beranggotakan titik-titik dalam ruang yang jaraknya dari titik pangkal sebesar
b. Himpunan titik semacam ini tidak lain adalah permukaan/kulit bola yang berpusat di titik
pangkal dan berjari-jari b.
Jika c suatu bilangan riil dengan 0 ≤ c ≤ π, maka persamaan θ = c menentukan himpunan yang
beranggotakan titik-titik dalam ruang yang terletak pada permukaan kerucut dengan puncak di
titik pangkal dan sudut puncak sebesar c.

Jika d suatu bilangan riil dengan 0 ≤ d ≤ 2π, maka persamaan φ = d menentukan himpunan
yang beranggotakan titik-titik dalam ruang yang terletak pada bidang yang vertikal yang
membentuk sudut sebesar d dengan bidang xz.

IV. Sistem Koordinat Silinder


Sistem koordinat silinder adalah tiga-dimensi sistem koordinat yang menentukan titik
posisi dengan jarak dari sumbu referensi yang dipilih, arah dari sumbu relatif terhadap arah
referensi yang dipilih, dan jarak dari pesawat referensi yang dipilih tegak lurus dengan sumbu.
Jarak terakhir diberikan sebagai angka positif atau negatif tergantung pada sisi bidang referensi
mana yang menghadap titik.

IV.1 Batasan
V. Transformasi Koordinat Kartesian ke Silinder
Koordinat kartesian – koordinat silinder ; Vektor dalam kartesian
𝐴 = 𝐴𝑥 𝑎𝑥 + 𝐴𝑦 𝑎𝑦 + 𝐴𝑧 𝑎𝑧
Dengan masing-masig komponen merupakan fungsi dari x,y, dan z :
Vektor dalam Silinder :
𝐴 = 𝐴𝜌 𝑎𝜌 + 𝐴∅ 𝑎∅ + 𝐴𝑧 𝑎𝑧
Dengan masing-masing komponen merupakan fungsi dari r,𝜃, dan z. Maka komponen
variabel koordinat cartesian (x,y,z) dapat ditransformasi ke koordinat silinder (𝜌, 𝜃, 𝑧) atau
sebaliknya dengan persamaan :
𝑥 = 𝜌 cos ∅ 𝜌 = √𝑥 2 + 𝑦 2 (𝜌 ≥ 0)
𝑦
𝑦 = 𝜌 sin ∅ ∅ = tan−1
𝑥
𝑧=𝑧 𝑧=𝑧

Kartesian ke silinder Silinder ke kartesian

Sedangkan komponen vektor dapat ditransformasikan dengan menggunakan tabel perkalian


titik sebagai berikut :
𝑎𝜌 𝑎ɸ az
ax. cos ɸ − sin ɸ 0
ay. sin ɸ cos ɸ 0
az. 0 0 1

𝐴𝜌 = (𝐴𝑥 𝑎𝑥 + 𝐴𝑦 𝑎𝑦 + 𝐴𝑧 𝑎𝑧 ) ∙ 𝑎𝜌
𝐴ɸ = (𝐴𝑥 𝑎𝑥 + 𝐴𝑦 𝑎𝑦 + 𝐴𝑧 𝑎𝑧 ) ∙ 𝑎ɸ
𝐴𝑧 = (𝐴𝑥 𝑎𝑥 + 𝐴𝑦 𝑎𝑦 + 𝐴𝑧 𝑎𝑧 ) ∙ 𝑎𝑧
Contoh soal 1.
Transform the vector 𝐵 = 𝑦𝑎𝑥 − 𝑥𝑎𝑦 + 𝑧𝑎𝑧 into cylindrical coordinates.
Solution. The new components are
𝐵𝜌 = 𝐵 ∙ 𝑎𝜌 = 𝑦(𝑎𝑥 ∙ 𝑎𝜌 ) − 𝑥(𝑎𝑦 ∙ 𝑎𝜌 )
= 𝑦 cos ɸ − 𝑥 sin ɸ = 𝜌𝑠𝑖𝑛ɸ𝑐𝑜𝑠ɸ − 𝜌𝑐𝑜𝑠ɸ𝑠𝑖𝑛ɸ = 0
𝐵ɸ = 𝐵 ∙ 𝑎ɸ = 𝑦(𝑎𝑥 ∙ 𝑎ɸ ) − 𝑥(𝑎𝑦 ∙ 𝑎ɸ )
= − 𝑦𝑠𝑖𝑛ɸ − 𝑥𝑐𝑜𝑠ɸ = 𝜌 sin2 ɸ − 𝜌 cos 2 ɸ = −𝜌

Thus,
𝐵 = −𝜌𝑎ɸ + 𝑧𝑎𝑧

VI. Transformasi Koordinat Kartesian ke Bola

Koordinat kartesian – koordinat bola ; Vektor dalam kartesian

𝐴 = 𝐴𝑥 𝑎𝑥 + 𝐴𝑦 𝑎𝑦 + 𝐴𝑧 𝑎𝑧
Dengan masing-masig komponen merupakan fungsi dari x,y, dan z :
Vektor dalam Silinder :
𝐴 = 𝐴𝑟 𝑎𝑟 + 𝐴ɸ 𝑎ɸ + 𝐴𝜃 𝑎𝜃

Dengan masing-masing komponen merupakan fungsi dari r,𝜃, dan z. Maka komponen
variabel koordinat cartesian (x,y,z) dapat ditransformasi ke koordinat silinder (𝑟, 𝜃, 𝑧) atau
sebaliknya dengan persamaan :

𝑥 = 𝑟𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑐𝑜𝑠ɸ 𝑟 = √𝑥 2 + 𝑦 2 + 𝑧 2 (𝑟 ≥ 0)
𝑧
𝑦 = 𝑟𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑠𝑖𝑛ɸ 𝜃 = cos −1 (0° ≤ 𝜃 ≤ 180°)
√𝑥 2 + 𝑦 2 + 𝑧 2
𝑦
𝑧 = 𝑟𝑐𝑜𝑠 𝜃 ɸ = tan−1
𝑥
Kartesian ke bola Bola ke kartesian
Dengan cara yang sama maka transformasi komponen vektor dapat dilakukan dengan perkalian
titik seperti pada tabel berikut :
ar 𝑎ɸ az
ax. sinθ cos ɸ cosθ cos ɸ − sin ɸ
ay. sin𝜃 sin ɸ cos θ sin ɸ cos ɸ
az. 𝑐𝑜𝑠𝜃 -sin𝜃 0
𝐴𝑟 = (𝐴𝑥 𝑎𝑥 + 𝐴𝑦 𝑎𝑦 + 𝐴𝑧 𝑎𝑧 ) ∙ 𝑎𝑟
𝐴ɸ = (𝐴𝑥 𝑎𝑥 + 𝐴𝑦 𝑎𝑦 + 𝐴𝑧 𝑎𝑧 ) ∙ 𝑎ɸ
𝐴𝜃 = (𝐴𝑥 𝑎𝑥 + 𝐴𝑦 𝑎𝑦 + 𝐴𝑧 𝑎𝑧 ) ∙ 𝑎𝜃

Contoh soal 2.
We ilustrate this transformation procedure by transforming the vector field G = (xz/y)a x, into
spherical components and variables.

Solution. We find three spherical components by dotting G with the appropriate unit vectors,
and we change variables during the procedure:
𝑥𝑧 𝑥𝑧
𝐺𝑟 = 𝐺 ∙ 𝑎𝑟 = 𝑎𝑥 ∙ 𝑎𝑟 = sin 𝜃 cos ɸ
𝑦 𝑦
2
cos ɸ
= 𝑟 sin 𝜃 cos 𝜃
sin ɸ
𝑥𝑧 𝑥𝑧
𝐺𝜃 = 𝐺 ∙ 𝑎𝜃 = 𝑎𝑥 ∙ 𝑎𝜃 = 𝑐𝑜𝑠𝜃𝑐𝑜𝑠ɸ
𝑦 𝑦
2
cos ɸ
= 𝑟𝑐𝑜𝑠 2 𝜃
sin ɸ
𝑥𝑧 𝑥𝑧
𝐺ɸ = 𝐺 ∙ 𝑎ɸ = 𝑎𝑥 ∙ 𝑎ɸ = (− sin ɸ)
𝑦 𝑦
= −𝑟𝑐𝑜𝑠𝜃 cos ɸ

Collecting these results, we have


𝐺 = 𝑟 cos 𝜃 cos ɸ (sin 𝜃 cot ɸ 𝑎𝑟 + cos 𝜃 cot ɸ 𝑎𝜃 − 𝑎ɸ )
VII. Transformasi Linear
Suatu transformasi linear adalah suatu trasnformasi di mana setiap variabel baru merupakan
kombinasi linear dari variabel-variabel lamanya. Dalam dua dimensi, persamaan transformasi
ditulis :

𝑋 = 𝑎𝑥 + 𝑏𝑦
𝑌 = 𝑐𝑥 + 𝑑𝑦 Pers, 1

di mana 𝑎, 𝑏, 𝑐, dan 𝑑 adalah konstanta.


Sebagai contoh :

X = 5𝑥 − 2𝑦
𝑌 = −2𝑥 + 2𝑦 Pers. 2

Persamaan ini dapat diinterpretasikan secara geometri dalam dua cara.

Cara pertama :
Misalkan r dan R adalah vektor-vektor :
𝐫 = 𝑥𝐢 + 𝑦𝐣
𝐑 = 𝑋𝐢 + 𝑌𝐣 Pers. 3

Dalam hal ini, Pers. 1 dan 2 menyatakan tentang bagaimana memperoleh vektor R bila vektor
r diketahui.
Dalam bentuk matriks, Pers.(4.1) dapat ditulis sebagai :
𝑋 𝑎 𝑏 𝑥
( )=( ) ( ) atau R = Mr Pers. 4
𝑌 𝑐 𝑑 𝑦
dengan 𝑅, 𝑀, dan 𝑟 berlaku sebagai matriks. Matriks 𝑀 disebut sebagai matriks transformasi,
yang di dalamnya memuat segala informasi yang diperlukan untuk memperoleh 𝑅 dari 𝑟.
Cara kedua
Misalkan kita pilih variabel baru x’ dan y’ untuk menggantikan X dan Y, maka Pers. 1 menjadi
:
𝑥 ′ = 𝑎𝑥 + 𝑏𝑦
𝑦 ′ = 𝑐𝑥 + 𝑑𝑦 Pers. 5
Ditinjau dua sumbu koordinat (𝑥, 𝑦) dan (𝑥′, 𝑦′) dan satu vektor 𝐫 = 𝐫′ dengan koordinat relatif
untuk masing-masing sumbu :
𝐫 = 𝑥𝐢 + 𝑦𝐣 = 𝐫 ′ = 𝑥′𝐢′ + 𝑦′𝐣′ Pers. 6
di mana 𝐢′ dan 𝐣′ adalah vektor-vektor satuan sepanjang sumbu 𝑥′ dan 𝑦′. Dalam hal ini, matriks
trasnformasi M menyatakan kepada kita tentang bagaimana memperoleh komponenkomponen
vektor dari 𝐫 = 𝐫′ relatif terhadap sumbu 𝑥′ dan 𝑦′ bila kita mengetahui komponen-
komponennya relatif terdadap sumbu x dan y.
Pada umumnya, sumbu x′ dan y′ dalam Pers.(4.5) dan Gambar 4.2 tidak saling tegak lurus. Bila
demikian, Pers. 5 merupakan persamaan rotasi dan a, b, c, d dapat ditulis dalam bentuk sudut
rotasi , sehingga Pers. 5 menjadi :
𝑿 𝒂 𝒃 𝒙
𝑥 ′ = 𝑥 cos 𝜃 + 𝑦 sin 𝜃 atau ( )=( )( )
𝒀 𝒄 𝒅 𝒚
𝑦 ′ = −𝑥 sin 𝜃 + 𝑦 cos 𝜃 Pers. 7

VIII. Transformasi Orthogonal


Suatu transformasi orthogonal adalah suatu transformasi linear dari 𝑥, 𝑦 ke 𝑥′, 𝑦′ sedemikian
hingga memenuhi :

𝑥2 + 𝑦2 = 𝑥′2 + 𝑦′2 . Pers. 8

Atau, dalam Gambar 1, Pers. 1 menyatakan sebuah transformasi orthogonal jika

𝑥2 + 𝑦2 = 𝑋2 + 𝑌2. Pers. 9

Dari gambar terlihat bahwa syarat Pers. 8 dan 9 menyatakan bahwa panjang vektor tidak
berubah oleh suatu transformasi orthogonal. Dalam Gambar 1, vektor dirotasi (atau mungkin
direfleksikan) dengan panjang dijaga tetap. Dalam Gambar 2, sumbu dirotasi (atau
direfleksikan) sedangkan vektornya tetap. Matriks M dari sebuah transformasi orthogonal
disebut sebuah matriks orthogonal. Suatu matriks dikatakan orthogonal bila invers matriks
tersebut sama dengan matriks transpose-nya, atau akan dipenuhi :
𝑀𝑇 = 𝑀−1 atau 𝑀𝑇𝑀 = I Pers. 10
dengan definisi Pers 8
𝑥′2 + 𝑦′= (𝑎𝑥 + 𝑏𝑦) 2 + (𝑐𝑥 + 𝑑𝑦) 2
= (𝑎2 + 𝑐2 )𝑥2 + (𝑏2 + 𝑑2 )𝑦2 + (2𝑎𝑏 + 2𝑐𝑑)𝑥𝑦
= 𝑥2 + 𝑦2.
maka haruslah : 𝑎2 + 𝑐2 = 1, 𝑏2 + 𝑑2 = 1, 𝑎𝑏 + 𝑐𝑑 = 0.

(𝑀𝑇 𝑀) = (𝑎 𝑏 𝑇 𝑎 𝑏 𝑎 𝑐 𝑎 𝑏 2 2
𝑎𝑏 + 𝑐𝑑 ) = (1 0
) ( )= ( )( ) = (𝑎 + 𝑐 )
𝑐 𝑑 𝑐 𝑑 𝑏 𝑑 𝑐 𝑑 𝑎𝑏 + 𝑐𝑑 𝑎2 + 𝑐 2 0 1
Karena 𝑀𝑇𝑀 = 𝐼, maka matriks M adalah matriks orthogonal.

IX. Nilai Eigen dan Vektor Eigen


Nilai Eigen
Sebagai contoh bagaimana mendapatkan nilai eigen, kita tinjau lagi Pers.(4.2), yaitu :
𝑋 = 5𝑥 − 2𝑦
𝑌 = −2𝑥 + 2y

Dalam bentuk matriks ditulis :


𝑥 −2 (𝑥 )
( ) = (5 )
𝑦 2 2 𝑦

5 −2
Dalam hal ini, 𝑀 = ( ).
−2 2
Vektor eigen mensyaratkan, 𝐑 = 𝜇𝐫, dalam notasi matriks ditulis :
𝑥 5 −2 𝑥 𝑥 𝜇𝑥
(𝑦) = ( ) (𝑦) = 𝜇 (𝑦) = (𝜇𝑦)
−2 2

Atau dalam bentuk terpisah ditulis :


5𝑥 − 2𝑦 = 𝜇𝑥 𝑎𝑡𝑎𝑢 (5 − 𝜇 )𝑥 − 2𝑦 = 0
pers, 1
−2𝑥 + 2𝑦 = 𝜇𝑥 − 2𝑥 + (2 − 𝜇 )𝑦 = 0
Agar diperoleh solusi, haruslah determinan matriks ruas kiri yang berorde-2 sama dengan nol
(solusi nontrivial).
5−𝜇 −2
| |=0
−2 2−𝜇

Persamaan ini disebut persamaan karakteristik dari matriks M.


Cara memperoleh persamaan karakteristik dari sebuah matriks M adalah kurangkan 𝜇 pada
elemen-elemen diagonal utama matriks M, susun serta selesaikan determinan matriks dan
samakan dengan nol.
Perhitungan untuk 𝜇 menghasilkan :
(5 − 𝜇 )(2 − 𝜇 ) − 4 = 0 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝜇 2 − 7𝜇 + 6 = 0
dan diperoleh nilai eigen masing-masing :
𝜇=1 𝑑𝑎𝑛 𝜇=6

Substitusi nilai 𝜇 ke salah satu Pers.(4.11), diperoleh :


Untuk μ = 1: 4x − 2y = 0 atau 2x − y = 0
} pers, 2
Untuk μ = 6: −𝑥 − 2𝑦 = 0 atau 𝑥 + 2𝑦 = 0

yang masing-masing menghasilkan persamaan garis lurus melalui pusat sumbu dan setiap
vektor r terletak pada garis ini.
Untuk vektor-vektor 𝐫 = 𝑥𝐢 + 𝑦𝐣 setelah mengalami transformasi oleh transformasi
Pers.(4.2) akan menjadi 𝐑, di mana 𝐑 sejajar dengan 𝐫. Setiap vektor 𝐫 dengan komponen-
komponen 𝑥 dan 𝑦 yang memenuhi salah satu persamaan garis lurus dalam Pers.(4.12)
memiliki sifat ini. Jadi untuk setiap vektor 𝐫 dari titik pusat ke suatu titik pada garis lurus 𝑥 +
2𝑦 = 0 berubah oleh transformasi Pers.(4.2) menjadi sebuah vektor 𝐑 yang berarah sama tetapi
panjangnya enam kali lebih panjang, yaitu 𝐑 = 6𝐫. Sedangkan, untuk setiap vektor 𝐫 dari titik
pusat ke suatu titik pada garis lurus 2𝑥 − 𝑦 = 0 tidak berubah oleh transformasi yang sama,
yaitu 𝐑 = 𝐫. Ilustrasi kedua vektor ditunjukkan oleh Gambar 4.3. Vektor-vektor sepanjang
kedua garis ini adalah vektor-vektor eigen dari transformasi.

Gambar vektor-vektor eigen dari hasil transformasi


Pemecahan Pers.(2) tidak memberikan nilai tunggal untuk variabel x maupun y. Jadi
bebas dalam memilih nilai salah satu variabel ini untuk setiap nilai 𝜇.
Untuk μ = 1: 2𝑥 − 𝑦 = 0, 𝑝𝑖𝑙𝑖ℎ 𝑥1 = 1 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑦1 = 2,
Untuk μ = 6: 𝑥 + 2𝑦 = 0, 𝑝𝑖𝑙𝑖ℎ 𝑦2 = 1 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑥2 = −2
Dengan demikian, vektor eigen matriks M yang dicari adalah :
𝑥1 1 𝑥2 −2
𝑟1 = (𝑦 ) = ( ) = (1 2)𝑇 dan r2 = (𝑦 ) = ( ) = (−2 1)𝑇
1 2 2 1
Selanjutnya perlu diketahui apakah kedua vektor eigen ini orthogonal? Syarat orthogonal
adalah : 𝑟1𝑇𝑟2 = 0. Dalam hal ini, kedua vektor ini orthogonal, karena :
1 −2 −2
𝑟1𝑇 𝑟2 = ( ) ( ) = (1 2) ( ) = − 2 + 2 = 0
2 1 1

Bila kedua vektor eigen ini orthogonal, perlu dinormalisasi sama dengan satu (karena besar
atau panjang vektor eigen tidak ditentukan).
Mengingat bahwa :

vektor
Vektor satuan =
panjang vektor

diperoleh besar atau panjang vektor eigen : √12 + 22 = √5, masing-masing untuk 𝜇 = 1, dan
𝜇 = 6.
Dan dengan menggunakan syarat normalisasi, yaitu: 𝑥𝑖2 + 𝑦𝑖2 = 1, dengan i = 1, 2, …, diperoleh
komponen-komponen vektor eigen ternormalisasi :

1 2 1/√5
𝜇 = 1 : 𝑥1 = , 𝑦1 = , sehingga diperoleh ř1 = [ ]
√5 √5 2/√5
2 1 −2/√5
𝜇 = 6 : 𝑥2 = − , 𝑦2 = , sehingga diperoleh ř2 = [ ]
√5 √5 1/√5
̂𝑟1 dan 𝑟̂ 2 masing-masing adalah vektor eigen ternormalisasi. Selanjutnya, himpunan vektor
orthogonal yang ternormalisasi ini disebut himpunan vektor orthonormal
Secara umum, langkah-langkah dalam mencari nilai eigen dan vektor eigen dari matriks
𝑎11 𝑎12
transformasi (orde 2), (𝑎 ) , adalah sebagai berikut :
21 𝑎22
𝑎11 𝑎12 𝑥 𝑥
1. Mulai dari 𝐑 = 𝜇𝐫, selanjutnya diperoleh (𝑎 ) ( ) = 𝜇 (𝑦).
21 𝑎22 𝑦
𝑎11 − 𝜇 𝑎12 𝑥
2. Bentuk matriks : ( 𝑎 𝑎22 − 𝜇 𝑦) = 0 dan persamaan terpisahnya.
) (
21
𝑎11 − 𝜇 𝑎12
3. Cari persamaan karakteristik matriks 𝑀, yaitu ∶| 𝑎
21 𝑎22 − 𝜇 | = 0
4. Cari nilai 𝑒𝑖𝑔𝑒𝑛, yaitu 𝜇1 dan 𝜇2
5. Substitusi masing − masing 𝜇1 dan 𝜇2 ke persamaan terpisah pada langkah 2
6. Dari persamaan garis, pilih 𝑥1, 𝑦1 dan pilih 𝑥2, 𝑦2 hingga vektor 𝑒𝑖𝑔𝑒𝑛 diperoleh
7. Terapkan syarat orthogonal dan normalisasi.

Contoh soal 3.
Carilah nilai eigen dan vektor eigen dari matriks-matriks berikut :
1 3 𝜇1 = 4 (1,1)
1. ( ) solution :
2 3 𝜇2 = −1 (3, −2)

2 3 0 𝜇1 = 1 (0, 0, 1)
2. (3 2 0) solution : 𝜇2 = − 1 (1, − 1, 0)
0 0 1 𝜇3 = 5 (1, 1, 0)
DAFTAR PUSTAKA

M.F.Rosyid, Mekanika Klasik


Rumadi., 2022, Implementasi Kartesius Melalui Konsep Islam, Gurusiana – Media Guru
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai