Anda di halaman 1dari 12

NAMA : FREDI PALINGGI’

NIM : H061211048

TUGAS RESUME

Tema : Eksplorasi Dan Penambangan Nikel Di PT Vale Indonesia

Pemateri : Adhie Wahyudi Saputra, ST

1. Gambaran Umum PT Vale Indonesia


PT Vale Indonesia Tbk beroperasi dalam naungan Kontrak Karya yang telah diamandemen
pada 17 Oktober 2014. Kontrak Karya ini adalah perjanjian antara perusahaan dengan
pemerintah Indonesia yang mengatur kondisi dan persyaratan operasional perusahaan
pertambangan, termasuk konsesi lahan yang diberikan kepada PT Vale Indonesia. Kontrak
Karya ini memberikan perusahaan hak eksklusif untuk mengeksploitasi dan mengolah
sumber daya mineral, seperti bijih nikel, di wilayah yang ditentukan. Perlu dicatat bahwa
Kontrak Karya ini memiliki tanggal kedaluwarsa, yaitu pada tanggal 28 Desember 2025.
Setelah tanggal tersebut, perusahaan dan pemerintah Indonesia akan perlu memutuskan
apakah akan memperpanjang perjanjian ini atau mencapai kesepakatan baru. Konsesi
lahan seluas 118.017 hektar yang diberikan kepada PT Vale Indonesia dalam kerangka
Kontrak Karya ini merupakan aset yang sangat berharga bagi perusahaan dalam
menjalankan operasinya. Keberlanjutan operasi perusahaan ini akan tergantung pada hasil
negosiasi dan kesepakatan yang dicapai pada masa mendatang dengan pemerintah
Indonesia.
Proses produksi nikel dalam matte di blok Sorowako PT Vale Indonesia menggunakan
teknologi pirometalurgi, yang melibatkan meleburkan biji nikel laterit. Proses ini
mencakup tahap-tahap seperti pemrosesan bijih nikel, pencairan bijih dalam tungku tinggi,
dan pemisahan nikel dari unsur-unsur lainnya. Hasil akhir dari proses ini adalah matte
nikel, yang kemudian dapat diolah lebih lanjut menjadi feronikel, paduan nikel dan besi
yang penting dalam industri baja nirkarat.
Seluruh hasil produksi dari PT Vale Indonesia diekspor ke konsumen nikel hilir di Jepang,
yakni Vale Japan Ltd (sebagai anggota Vale Canada Ltd) dan Sumitomo Metal Mining Co
Ltd. Hal ini dilakukan berdasarkan kontrak khusus jangka panjang antara PT Vale
Indonesia dan konsumen-konsumen ini. Kontrak ini memastikan pasokan nikel berkualitas
tinggi dari Indonesia ke industri baja Jepang, yang sangat bergantung pada nikel untuk
produksi baja nirkarat berkualitas tinggi. Kontrak jangka panjang ini merupakan bagian
penting dari strategi bisnis PT Vale Indonesia dalam menjaga stabilitas produksi dan
penjualan mereka, sambil juga menjalin hubungan yang kuat dengan konsumen utama
mereka di pasar internasional.
Kepemilikan saham PT Vale Indonesia didistribusikan di antara beberapa pemegang saham
utama. Tiga besar pemegang saham PT Vale Indonesia adalah:
a. Vale Canada: Vale Canada merupakan salah satu anak perusahaan dari Vale SA,
perusahaan tambang global asal Brasil. Vale Canada memiliki saham mayoritas dalam
PT Vale Indonesia, dan perusahaan ini memiliki peran yang signifikan dalam
pengelolaan dan pengoperasian perusahaan di Indonesia.
b. Publik: Bagian saham PT Vale Indonesia juga diperdagangkan di bursa saham
Indonesia, sehingga sebagian saham dimiliki oleh investor publik yang membeli
saham-saham perusahaan ini di pasar saham.
c. PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Mind ID: Mind ID adalah perusahaan
milik negara Indonesia yang memiliki kepemilikan saham dalam berbagai perusahaan
pertambangan dan industri di Indonesia. Mind ID memiliki posisi penting sebagai
pemegang saham PT Vale Indonesia dan memiliki peran strategis dalam mengawasi
kegiatan perusahaan dan keberlanjutan bisnisnya.
Selain tiga pemegang saham utama tersebut, Sumitomo Metal Mining dan Vale Japan Ltd
juga terlibat dalam kepemilikan saham PT Vale Indonesia. Sumitomo Metal Mining
merupakan perusahaan pertambangan besar asal Jepang yang memiliki minat dalam
sumber daya mineral, termasuk nikel. Vale Japan Ltd, yang merupakan anggota dari Vale
Canada Ltd, juga memiliki posisi sebagai pemegang saham dalam PT Vale Indonesia.
Keberadaan pemegang saham tambahan ini mencerminkan sifat internasional dan
kompleks dari operasi PT Vale Indonesia dan hubungannya dengan pasar global nikel.
Produk yang dihasilkan oleh PT Vale Indonesia dalam bentuk matte memiliki komposisi
khas yang mencakup:
a. Nikel (N): Kandungan nikel dalam matte berkisar antara 70% hingga 78%. Nikel
adalah komponen utama dalam paduan nikel dan besi yang dikenal sebagai feronikel.
b. Kobalt (Co): Kandungan kobalt dalam matte berkisar antara 1% hingga 2%. Kobalt
seringkali terdapat bersama dengan nikel dalam bijih laterit nikel dan merupakan unsur
tambahan yang penting dalam beberapa aplikasi industri.
c. Sulfur (S): Matte juga mengandung sulfur dalam kisaran sekitar 18% hingga 22%.
Sulfur adalah unsur yang umumnya terdapat dalam bijih nikel laterit dan dapat
mempengaruhi proses pemisahan nikel.
d. Besi (F): Kandungan besi dalam matte adalah sekitar 0,74%. Besi adalah unsur yang
harus diendapkan atau dihilangkan dari bijih nikel untuk memproduksi feronikel
berkualitas tinggi.
Penting untuk dicatat bahwa komposisi matte dapat bervariasi tergantung pada bijih
sumbernya dan proses pemrosesan yang digunakan oleh PT Vale Indonesia. Selain itu,
produk yang dihasilkan oleh PT Vale Indonesia diekspor melalui kesepakatan penjualan
jangka panjang. Ini berarti perusahaan memiliki kontrak-kontrak jangka panjang dengan
konsumen yang menjamin pasokan produk mereka dalam jangka waktu yang telah
disepakati sebelumnya. Kesepakatan semacam ini dapat memberikan stabilitas dalam
penjualan dan pendapatan perusahaan serta memungkinkan konsumen untuk memperoleh
pasokan yang konsisten dari PT Vale Indonesia.
2. Penambangan dan Pengolahan Nikel (dari biji menjadi nikel dalam mette)
Berikut adalah alur penambangan bijih nikel di PT Vale Indonesia:
a. Pembersihan Lahan: Proses penambangan dimulai dengan pembersihan lahan di area
penambangan. Ini melibatkan pengangkatan vegetasi, tanah, dan material lain yang
tidak diperlukan agar dapat mengakses bijih nikel yang terkandung di dalam tanah.
b. Pengupasan: Setelah lahan dibersihkan, langkah selanjutnya adalah pengupasan, di
mana lapisan atas tanah yang tidak mengandung bijih nikel diangkat. Tujuannya adalah
untuk mencapai bijih nikel yang terletak di bawah permukaan.
c. Penambangan Bijih: Proses penambangan sebenarnya melibatkan penggalian atau
pengambilan bijih nikel dari lapisan bawah tanah. Ini dapat dilakukan dengan berbagai
metode, tergantung pada jenis deposit bijih dan teknologi yang digunakan.
d. Pemilahan: Setelah bijih nikel diperoleh, tahap selanjutnya adalah pemilahan. Bijih
tersebut dipisahkan dari bahan-bahan penyangga dan bahan tambahan lainnya yang
tidak diinginkan. Pemisahan ini dapat melibatkan teknologi pemisahan fisik atau
kimia, tergantung pada komposisi bijih.
e. Penyimpanan: Bijih nikel yang telah dipisahkan kemudian disimpan dengan aman di
area penyimpanan yang sesuai. Hal ini penting untuk menghindari pencemaran
lingkungan dan menjaga kualitas bijih.
f. Rehabilitasi: Setelah penambangan selesai, langkah terakhir adalah rehabilitasi lahan.
Ini melibatkan pemulihan lahan yang telah digunakan untuk penambangan sehingga
dapat kembali digunakan untuk tujuan lain atau dikembalikan ke kondisi semula. Ini
dapat mencakup penanaman kembali vegetasi, pemulihan ekosistem, dan perbaikan
lingkungan.
Alur ini mencerminkan praktik-praktik penambangan yang bertanggung jawab dan
berkelanjutan yang dilakukan oleh PT Vale Indonesia untuk meminimalkan dampak
negatif pada lingkungan dan komunitas sekitar. Selain itu, perusahaan juga harus
mematuhi regulasi lingkungan yang berlaku di wilayah operasionalnya.

PT Vale Indonesia senantiasa mematuhi kaidah kegiatan pertambangan yang baik (Good
Mining Practices) sebagaimana diatur dalam Kepmen ESDM No. 26 tahun 2018. Kepmen
tersebut mengandung pedoman dan standar untuk praktik-praktik pertambangan yang
berkelanjutan dan bertanggung jawab, termasuk aspek-aspek seperti keselamatan kerja,
perlindungan lingkungan, serta pengelolaan sumber daya alam secara efisien. Dengan
mematuhi Kepmen ESDM tersebut, PT Vale Indonesia berkomitmen untuk menjalankan
operasinya sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah dalam rangka menjaga
keberlanjutan lingkungan dan sosial di sekitar lokasi operasinya.

Selain itu, PT Vale Indonesia juga berpedoman pada Undang-Undang No. 4 tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Minerba), yang telah mengalami
amendemen dan menjadi Undang-Undang No. 3 tahun 2020. Undang-Undang ini adalah
kerangka hukum yang mengatur sektor pertambangan di Indonesia. PT Vale Indonesia
harus mematuhi peraturan-peraturan dalam undang-undang tersebut, termasuk ketentuan-
ketentuan terkait dengan izin pertambangan, tata kelola, dan kewajiban perusahaan dalam
menjalankan operasi pertambangan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh
pemerintah.

Dengan mengacu pada Kepmen ESDM No. 26 tahun 2018 dan Undang-Undang Minerba,
PT Vale Indonesia memastikan bahwa operasinya sesuai dengan hukum dan regulasi yang
berlaku di Indonesia, serta memenuhi kriteria kegiatan pertambangan yang baik yang
berfokus pada keberlanjutan, perlindungan lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat
sekitar.

3. Sejarah PT INCO-PT Vale Indonesia Tbk


Sejarah PT Vale Indonesia Tbk, sebelumnya dikenal sebagai PT Inco Tbk, adalah kisah
panjang yang dimulai pada tahun 1968 hingga saat ini. Berikut adalah rangkuman sejarah
perusahaan tersebut:
a. Tahun 1968: PT International Nickel Indonesia (Inco) didirikan sebagai perusahaan
patungan antara International Nickel Company Ltd. (Inco Ltd.) dari Kanada dengan
P.T. Aneka Tambang (Antam) dari Indonesia. Tujuannya adalah untuk menjalankan
operasi pertambangan nikel di Sorowako, Sulawesi Selatan, Indonesia.
b. Tahun 1970: PT Inco mulai melakukan eksplorasi dan pengembangan tambang nikel
di Sorowako.
c. Tahun 1977: PT Inco memulai produksi pertama bijih nikel di Sorowako.
d. Tahun 1996: PT Inco memulai ekspansi besar-besaran dengan pembangunan fasilitas
pemurnian nikel menjadi feronikel. Proyek ini menjadi penting dalam mengubah PT
Inco menjadi produsen feronikel yang signifikan di pasar global.
e. Tahun 2006: Inco Ltd. dan Falconbridge Ltd., dua perusahaan tambang besar asal
Kanada, digabungkan menjadi PT Vale Inco Indonesia Tbk setelah akuisisi oleh Vale
SA (dulu dikenal sebagai Companhia Vale do Rio Doce atau CVRD). Sebagai hasilnya,
PT Vale Inco Indonesia menjadi bagian dari Vale, salah satu produsen nikel terbesar di
dunia.
f. Tahun 2007: PT Vale Inco Indonesia mengubah namanya menjadi PT Vale Indonesia
Tbk, mencerminkan perubahan kepemilikan dan fokus perusahaan.
g. Tahun 2008: PT Vale Indonesia membuka pabrik pengolahan nikel yang lebih besar
dan modern di Sorowako, yang memungkinkan mereka untuk meningkatkan produksi
feronikel.
h. Tahun 2014: PT Vale Indonesia menghadapi tantangan serius ketika larangan ekspor
bijih mentah diberlakukan oleh pemerintah Indonesia sebagai upaya untuk
meningkatkan nilai tambah produk mineral dalam negeri. Hal ini memaksa perusahaan
untuk berfokus pada pengolahan bijih nikel menjadi feronikel.
i. Tahun 2019: PT Vale Indonesia mengalami insiden damberi di tambang Sorowako,
yang mengakibatkan penangguhan sementara operasi tambang.
j. Tahun 2021: PT Vale Indonesia terus berkomitmen pada praktik pertambangan yang
berkelanjutan dan mengikuti regulasi lingkungan yang ketat di Indonesia.
Sejak didirikan hingga sekarang, PT Vale Indonesia telah memainkan peran penting dalam
industri nikel global dan telah berkontribusi pada ekonomi Indonesia melalui produksi
bijih nikel dan feronikel berkualitas tinggi. Perusahaan ini juga terus berupaya untuk
mematuhi praktik pertambangan yang baik dan berkelanjutan serta menjaga hubungan
yang baik dengan komunitas di sekitar lokasi operasinya. Sejarah perusahaan ini
mencerminkan evolusi industri pertambangan di Indonesia dan peran penting nikel dalam
industri baja nirkarat di seluruh dunia.
Sejarah kegiatan ekplorasi nikel laterit oleh PT Vale Indonesia mencakup serangkaian
usaha penelitian dan eksplorasi yang telah berlangsung sejak awal pendiriannya hingga
saat ini. Berikut rangkuman sejarahnya:
a. Awal Pendirian PT Inco (International Nickel Indonesia): Pada tahun 1968, PT
International Nickel Indonesia (PT Inco) didirikan sebagai perusahaan patungan antara
International Nickel Company Ltd. (Inco Ltd.) dari Kanada dan P.T. Aneka Tambang
(Antam) dari Indonesia. Tujuannya adalah untuk melakukan eksplorasi dan
pengembangan tambang nikel di Sorowako, Sulawesi Selatan, Indonesia.
b. Awal Eksplorasi: Setelah pendiriannya, PT Inco mulai melakukan eksplorasi untuk
mengidentifikasi sumber daya bijih nikel laterit di wilayah Sorowako dan sekitarnya.
Ini termasuk pemetaan geologi dan penelitian awal untuk menentukan lokasi potensial
tambang nikel.
c. Produksi Pertama: Pada tahun 1977, PT Inco memulai produksi pertama bijih nikel di
Sorowako setelah menjalani tahap eksplorasi dan pengembangan yang intensif.
d. Ekspansi dan Peningkatan Produksi: Selama beberapa dekade berikutnya, PT Inco
terus melakukan eksplorasi tambang nikel yang lebih luas dan mendalam di wilayah
Sorowako. Mereka juga mengembangkan infrastruktur dan fasilitas pemrosesan yang
lebih besar, termasuk pabrik pemurnian nikel menjadi feronikel. Ini memungkinkan
perusahaan untuk meningkatkan produksi dan menjadi salah satu produsen feronikel
terkemuka di dunia.
e. Akuisisi oleh Vale SA: Pada tahun 2006, Inco Ltd. di Kanada digabungkan dengan
Falconbridge Ltd. dan diakuisisi oleh Vale SA, perusahaan tambang global asal Brasil.
Dengan akuisisi ini, PT Inco berubah nama menjadi PT Vale Inco Indonesia Tbk dan
menjadi bagian dari Vale, yang memiliki sumber daya dan pengalaman global dalam
industri nikel.
f. Pengembangan Berkelanjutan: Seiring berjalannya waktu, PT Vale Indonesia terus
melakukan eksplorasi untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang cadangan
bijih nikel laterit di wilayah Sorowako. Eksplorasi ini mencakup pemetaan geologi,
survei geofisika, dan penelitian tambahan untuk mengidentifikasi dan mengakses
sumber daya tambang yang ada.
g. Komitmen Terhadap Keberlanjutan: Selama eksplorasi dan pengembangan tambang
nikel, PT Vale Indonesia juga mematuhi praktik pertambangan yang baik dan
berkelanjutan serta berkomitmen pada pengelolaan lingkungan yang bertanggung
jawab dan kontribusi terhadap pembangunan masyarakat setempat.
Sejak itu, PT Vale Indonesia terus mengelola dan mengembangkan operasi
pertambangannya dengan memperhatikan praktik-praktik berkelanjutan dan tata kelola
yang baik. Mereka juga tetap berfokus pada ekplorasi untuk mengidentifikasi dan
mengakses cadangan nikel yang ada secara efisien, sesuai dengan standar yang ditetapkan
oleh peraturan pemerintah Indonesia dan praktik industri yang berlaku.
Alur kegiatan eksplorasi PT Vale Indonesia Tbk mencakup serangkaian langkah yang
dirancang untuk mengidentifikasi, mengukur, dan memahami potensi sumber daya
mineral, khususnya bijih nikel laterit, di wilayah eksplorasi mereka. Berikut adalah alur
umum kegiatan eksplorasi yang dapat diikuti oleh perusahaan seperti PT Vale Indonesia:
a. Perencanaan Eksplorasi:
Identifikasi Wilayah: Penentuan wilayah atau daerah yang memiliki potensi cadangan
bijih nikel yang belum terungkap.
Perencanaan Anggaran: Menetapkan anggaran untuk proyek eksplorasi.
b. Pemetaan Geologi:
Survei Geologi: Pemetaan wilayah dengan mengidentifikasi formasi geologi, jenis
batuan, dan karakteristik geologi lainnya.
Pemantauan Tanah: Pengambilan sampel tanah dan batuan untuk analisis laboratorium.
c. Survei Geofisika: Penggunaan teknologi geofisika seperti survei magnetik,
elektromagnetik, seismik, dan gravitasi untuk mengidentifikasi anomali yang mungkin
terkait dengan sumber daya mineral.
d. Percobaan Bor: Melibatkan penggunaan bor yang dilengkapi dengan peralatan
pengambilan sampel untuk mengebor lubang-lubang eksplorasi dalam tanah dan
batuan.
e. Analisis Laboratorium: Sampel dari hasil pemetaan geologi, survei geofisika, dan
percobaan bor dianalisis di laboratorium untuk menentukan komposisi mineral,
kandungan logam, dan karakteristik lainnya.
f. Modelisasi dan Evaluasi:
Data dari pemetaan geologi, survei geofisika, percobaan bor, dan analisis laboratorium
digunakan untuk membangun model geologis yang menggambarkan potensi sumber
daya mineral di wilayah tersebut. Evaluasi potensi ekonomis dari cadangan yang
ditemukan.
g. Pengeboran Lanjutan (Jika Diperlukan): Jika hasil awal menunjukkan potensi sumber
daya yang cukup besar dan ekonomis, perusahaan dapat melakukan pengeboran lebih
lanjut untuk mengkonfirmasi cadangan mineral yang ada.
h. Izin Eksplorasi: Memperoleh izin eksplorasi dari otoritas pertambangan dan
lingkungan yang berwenang.
i. Pemantauan Lingkungan: Selama eksplorasi, perusahaan harus mematuhi regulasi
lingkungan dan melibatkan pemantauan dampak lingkungan yang mungkin timbul
akibat kegiatan eksplorasi.
j. Pelaporan Hasil Eksplorasi: Melaporkan hasil eksplorasi kepada otoritas yang
berwenang, pemangku kepentingan, dan publik.
k. Keputusan Investasi: Berdasarkan hasil eksplorasi, perusahaan akan memutuskan
apakah akan melanjutkan ke tahap pengembangan tambang atau menutup wilayah
eksplorasi jika cadangan mineral tidak ekonomis.

Alur ini mencerminkan bagian penting dari rangkaian kegiatan eksplorasi mineral yang
dilakukan oleh perusahaan tambang seperti PT Vale Indonesia untuk mengidentifikasi dan
mengakses cadangan bijih nikel laterit yang potensial. Proses ini harus mematuhi regulasi
pemerintah dan standar industri yang berlaku serta memperhatikan praktik-praktik
berkelanjutan dan perlindungan lingkungan yang ketat.

4. Pertambangan PT vale Indonesia Tbk


Peralatan utama dan pendukung yang digunakan oleh departemen penambangan (Mine
and Exploration Department) di PT Vale Indonesia mencakup berbagai jenis peralatan
yang digunakan dalam eksplorasi, penambangan, dan pengelolaan operasi pertambangan
nikel dan feronikel. Berikut adalah beberapa peralatan utama dan pendukung yang
umumnya digunakan dalam departemen ini:
Peralatan Utama untuk Eksplorasi:
a. Bor Eksplorasi: Mesin bor yang digunakan untuk mengebor lubang-lubang eksplorasi
dalam tanah dan batuan untuk pengambilan sampel dan penelitian geologi.
b. Instrumen Geofisika: Berbagai jenis instrumen geofisika seperti seismik,
elektromagnetik, gravitasi, dan magnetik digunakan untuk survei geofisika yang
membantu dalam identifikasi anomali dan karakteristik geologi di bawah permukaan.
c. Peralatan Laboratorium: Peralatan laboratorium seperti spektrometer XRF (X-ray
fluorescence), analisis unsur berat, mikroskop, dan alat uji lainnya digunakan untuk
menganalisis sampel mineral dan batuan.
Peralatan Utama untuk Penambangan:
a. Alat Berat: Excavator, dump truck, loader, bulldozer, dan alat berat lainnya digunakan
dalam operasi penambangan untuk menggali, memindahkan, dan mengangkut bijih
dan tanah.
b. Alat Pemrosesan: Pabrik pemurnian nikel dan peralatan pemrosesan lainnya digunakan
untuk mengolah bijih nikel menjadi feronikel.
c. Alat Pengangkut Material: Conveyor belt, bucket elevator, dan peralatan pengangkut
lainnya digunakan untuk memindahkan bijih dan material di dalam pabrik pemrosesan.
d. Alat Pemantauan dan Kendali: Sistem pemantauan jarak jauh dan peralatan kendali
otomatis digunakan untuk mengawasi operasi penambangan dan memastikan
keamanan serta efisiensi.
Peralatan Pendukung:
a. Peralatan Keselamatan: Helm, rompi pelindung, masker, alat pernafasan, dan peralatan
keselamatan lainnya digunakan oleh pekerja di lokasi penambangan untuk menjaga
keselamatan mereka.
b. Peralatan Komunikasi: Radio komunikasi, telepon satelit, dan peralatan komunikasi
lainnya digunakan untuk menjaga komunikasi yang efisien antara tim penambangan.
c. Peralatan Pengukuran: GPS, alat pengukuran jarak jauh, dan peralatan pengukuran
lainnya digunakan untuk pemetaan dan pemantauan lokasi penambangan.
d. Peralatan Perawatan: Peralatan perawatan seperti peralatan las, mesin perbaikan, dan
peralatan bengkel digunakan untuk pemeliharaan dan perbaikan peralatan.
e. Peralatan Lingkungan: Peralatan pemantauan lingkungan seperti sensor kualitas udara
dan air digunakan untuk memantau dampak operasi penambangan terhadap
lingkungan.
f. Peralatan Administrasi: Komputer, perangkat lunak manajemen tambang, dan sistem
informasi digunakan untuk mengelola data, administrasi, dan pelaporan operasi
penambangan.
Daftar ini mencakup peralatan yang umumnya digunakan dalam departemen
penambangan dan eksplorasi di PT Vale Indonesia. Penting untuk diingat bahwa jenis
peralatan dan teknologi dapat bervariasi tergantung pada lokasi tambang, jenis deposit
mineral, dan perkembangan teknologi terbaru. Alur penambangan nikel laterit dengan
metode tambang terbuka (open cast mining method) di PT Vale Indonesia melibatkan
serangkaian tahapan yang dirancang untuk mengakses, mengekstraksi, dan memproses
bijih nikel laterit yang terletak di permukaan tanah. Berikut adalah alur umum
penambangan nikel laterit dengan metode tambang terbuka:
a. Perencanaan Penambangan:
Identifikasi Wilayah: Penentuan wilayah penambangan yang mengandung cadangan
bijih nikel laterit yang cukup besar dan ekonomis.
Perencanaan Anggaran: Menentukan anggaran untuk proyek penambangan dan
perencanaan jangka panjang.
b. Pembukaan Area Penambangan:
Pembersihan Lahan: Pembersihan vegetasi dan tanah di area penambangan untuk
membuat ruang yang cukup bagi alat berat dan peralatan penambangan.
Pembangunan Infrastruktur: Membangun jalan, jalur transportasi, dan infrastruktur
pendukung lainnya untuk memfasilitasi akses ke lokasi penambangan.
c. Pengupasan Lapisan Tanah Penutup: Menggunakan alat berat seperti excavator dan
bulldozer untuk mengupas lapisan tanah penutup dan membuangnya untuk mengakses
bijih nikel laterit di bawahnya.
d. Penambangan Bijih Nikel Laterit:
Penggalian: Alat berat seperti excavator atau backhoe digunakan untuk menggali dan
mengangkat bijih nikel laterit dari lapisan bawah tanah.
Pengangkutan: Bijih yang telah dikeruk diangkut dengan dump truck menuju area
pemrosesan atau pabrik pemurnian.
e. Pemisahan dan Pemrosesan Bijih:
Pemilahan: Bijih nikel laterit biasanya mengandung kotoran dan material tambahan.
Pemisahan dan pemilahan bijih dari material yang tidak diinginkan dilakukan
menggunakan peralatan pemilahan seperti conveyor belt dan trommel.
Pengolahan: Bijih nikel laterit kemudian diproses di pabrik pemurnian untuk
menghasilkan feronikel. Proses ini melibatkan pemurnian, peleburan, dan pemrosesan
kimia.
f. Pengelolaan Limbah:Limbah dari proses penambangan dan pengolahan bijih harus
dikelola sesuai dengan regulasi lingkungan yang berlaku, termasuk pemantauan
kualitas air, pengendalian debu, dan pengelolaan limbah padat.
g. Pemantauan Keselamatan dan Lingkungan: Selama seluruh proses penambangan,
pemantauan keselamatan kerja dan dampak lingkungan dilakukan secara rutin. Upaya
pemantauan ini bertujuan untuk memastikan keamanan pekerja dan mengurangi
dampak negatif pada lingkungan.
h. Rehabilitasi Area Penambangan: Setelah penambangan selesai di suatu area, program
rehabilitasi dimulai. Ini melibatkan penanaman vegetasi, pemulihan ekosistem, dan
pengembalian lahan ke kondisi semula atau kondisi yang lebih baik.
i. Pelaporan dan Kepatuhan: Pemerintah dan otoritas regulasi diawasi, dan perusahaan
harus melaporkan secara rutin tentang aktivitas penambangan, produksi, dan
pemantauan lingkungan.

Alur penambangan nikel laterit dengan metode tambang terbuka merupakan proses yang
kompleks dan memerlukan manajemen yang cermat untuk memastikan keberlanjutan
operasi dan pematuhan terhadap regulasi. PT Vale Indonesia berkomitmen untuk
menjalankan operasinya dengan memperhatikan praktik pertambangan yang baik dan
berkelanjutan serta menjaga lingkungan sekitar wilayah penambangannya.

5. Pengembangan Geofisika PT Vale Indonesia Tbk


PT Vale Indonesia Tbk telah aktif mengembangkan penggunaan geofisika dalam
eksplorasi dan pengelolaan tambang nikel dan feronikel mereka. Berikut adalah informasi
mengenai pengembangan geofisika di PT Vale Indonesia:
a. History Pengembangan Geofisika PT Vale Indonesia Tbk:
Seiring perkembangan teknologi, PT Vale Indonesia telah memanfaatkan metode
geofisika dalam eksplorasi tambang mereka. Ini mencakup penggunaan survei
geofisika seperti seismik, elektromagnetik, gravitasi, dan magnetik untuk
mendapatkan pemahaman lebih dalam tentang karakteristik geologi di bawah
permukaan.
b. Korelasi ERT dan Drill Hole:
ERT (Electrical Resistivity Tomography) adalah metode geofisika yang digunakan
untuk memeriksa resistivitas batuan dan tanah di bawah permukaan. Korelasi antara
data ERT dengan data dari lubang bor (drill hole) adalah penting untuk
mengkonfirmasi hasil geofisika dan memvalidasi keberadaan cadangan bijih nikel.
c. ERT dan Model Geologi:
Data ERT digunakan untuk membangun model geologi yang lebih akurat. Dengan
memahami karakteristik resistivitas lapisan tanah dan batuan di bawah permukaan,
perusahaan dapat memperbaiki pemodelan geologi mereka.
d. Komparasi Model Drill Hole dan ERT:
Dalam beberapa kasus, hasil ERT dapat memberikan informasi tambahan atau detil
yang tidak dapat ditemukan melalui drill hole. Perbandingan antara data dari kedua
metode ini membantu dalam menyusun model yang lebih lengkap tentang lapisan
geologi.
e. Pemisahan Model Layering dengan ERT:
ERT dapat digunakan untuk memisahkan dan mengidentifikasi berbagai lapisan
geologi di bawah permukaan, termasuk struktur geologi, zona mineralisasi, dan batuan
penyangga. Ini membantu dalam perencanaan penambangan yang lebih efisien.
f. Rekonsiliasi ERT:
Rekonsiliasi adalah proses membandingkan hasil eksplorasi geofisika, seperti data
ERT, dengan hasil eksplorasi yang lain, seperti drill hole dan pengujian laboratorium.
Ini membantu memvalidasi potensi cadangan dan membuat keputusan penambangan
yang lebih tepat.
Pengembangan geofisika di PT Vale Indonesia Tbk merupakan bagian penting dari strategi
eksplorasi dan pengelolaan tambang mereka. Dengan memanfaatkan teknologi geofisika
yang canggih, perusahaan dapat mengidentifikasi cadangan bijih nikel dengan lebih baik,
mengoptimalkan penambangan, dan mengurangi dampak lingkungan serta risiko
keselamatan kerja. Ini merupakan langkah positif dalam mencapai tujuan berkelanjutan
dalam industri pertambangan.

Anda mungkin juga menyukai