Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KAPITA SELEKTA

TRANSFORMASI GEOMETRI MATRIKS

DISUSUN OLEH
ANNISA EMKA AQILLA

1605115253

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2019
TRANSFORMASI GEOMETRI MATRIKS

A. Translasi
Translasi atau pegeseran adalah bentuk transformasi untuk memindahkan suatu
obyek pada bidang datar dengan jarak dan arah tertentu. Panjang jarak dan arah
𝑎
pada translasi dinyatakan oleh pasangan berurutan ( ) dengan a merupakan
𝑏
komponen translasi pada arah sumbu-x dan b merupakan komponen translasi pada
arah sumbu-y.

𝑎
Titik P(x,y) ditranslasikan oleh T = ( ) artinya titik P(x,y) digeser sejauh a satuan
𝑏
sepanjang sumbu-x dan b satuan sepanjang sumbu-y, diperoleh peta titik P’(x’, y’)
sehingga berlaku hubungan :

𝑥 ′ = 𝑥 + 𝑎 dan y ′ = y + b
Sehingga :
𝑥′ 𝑥+𝑎
𝑇 ′ = ( ) = (𝑦 + 𝑏 )
𝑦′

 Sifat-Sifat Translasi
1. Jika a > 0, maka arah pergeseran ke kanan dan jika a < 0 maka arah
pergeseran ke kiri
Bukti
Jika a > 0, maka a bernilai positif dan nilai 𝑥 ′ > 𝑥 . Sehingga, 𝑥 ′ akan
bergeser ke kanan dari 𝑥
Sedangkan, jika a < 0 maka a bernilai negatif dan nilai 𝑥 ′ < 𝑥. Sehingga, 𝑥 ′
akan bergeser ke kiri dari 𝑥
2. Jika b > 0, maka arah pergeseran ke atas dan jika b < 0 maka arah pergeseran
ke bawah.
Bukti
Jika b > 0, maka b bernilai positif dan nilai 𝑦 ′ > 𝑦 . Sehingga, 𝑦 ′ akan
bergeser ke atas dari 𝑦
Sedangkan, jika b < 0 maka b bernilai negatif dan nilai 𝑦 ′ < 𝑦. Sehingga, 𝑦 ′
akan bergeser ke bawah dari 𝑦

Contoh Soal
𝑎
1. Translasi 𝑇1 = ( ) memetakan titik A(1,2) ke A’(4,6). Tentukanlah bayangan
𝑏
segitiga ABC dengan titik sudur A(1,2) , B(3,4) , C(-5,6) oleh translasi
tersebut!

Jawab
A’ = (x + a , y + b) = (1 + a, 2 + b) = (4,6)
Sehingga, 1 + a = 4 dan 2+b=6
Sehingga, a=3 b=4
3
Jadi, translasi 𝑇1 = ( )
4

Maka, bayangan segitiga ABC yaitu :


𝐴(1,2) ------------ A’(1+3 , 2+4) = (4,6)
𝐵(3,4) ------------ B’(3+3 , 4+4) = (6,8)
𝐶(−5,6) ---------- C’(-5+3 , 6+4) = (-2, 10)

Jadi, bayangan segitiga ABC memiliki sudut-sudut A’(4,6), B’(6,8), dan C’(-2,
10)

B. Rotasi
Rotasi atau perputaran merupakan transformasi berupa pergeseran atau
pemindahan semua titik pada bidang geometri sepanjang busur lingkaran yang
memiliki titik pusat lingkaran sebagai titik rotasi. Jika arah putaran sudut
berlawanan arah jarum jam, maka nilai 𝛼 bertanda positif dan Jika arah putaran
sudut searah arah jarum jam, maka nilai 𝛼 bertanda negatif.

Misalkan posisi awal berada pada titik A(a,b), setelah dirotasi sebesar 𝛼 dengan
pusat pada suatu titik, posisi titik akan berubah menjadi A’(a’, b’).

Matriks transformasi dengan pusat O(0,0)

Misalkan titik A(x, y) diputar dengan titik pusat O(0,0) dengan sudut putar
sebesar 𝜃 berlawanan arah jarum jam, untuk mendapatkan titik hasil rotasi A’(x’,
y’) yaitu :

Dari segitiga siku-siku 𝑂𝑥𝐴 diperoleh:


𝑥 = 𝑟𝑐𝑜𝑠 𝛼
𝑦 = 𝑟𝑠𝑖𝑛 𝛼

Dari segitiga siku-siku 𝑂𝑥′𝐴′ diperoleh:


𝑥 ′ = 𝑟𝑐𝑜𝑠(𝛼 + 𝜃)
𝑥 ′ = 𝑟(𝑐𝑜𝑠𝛼. 𝑐𝑜𝑠𝜃 − 𝑠𝑖𝑛𝛼. 𝑠𝑖𝑛𝜃)
𝑥 ′ = 𝑟 𝑐𝑜𝑠𝛼. 𝑐𝑜𝑠𝜃 − 𝑟 𝑠𝑖𝑛𝛼. 𝑠𝑖𝑛𝜃
𝑥 ′ = 𝑥. 𝑐𝑜𝑠𝜃 − 𝑦. 𝑠𝑖𝑛𝜃

𝑦′ = 𝑟𝑠𝑖𝑛(𝛼 + 𝜃)
𝑥 ′ = 𝑟(𝑠𝑖𝑛𝛼. 𝑐𝑜𝑠𝜃 + 𝑐𝑜𝑠𝛼. 𝑠𝑖𝑛𝜃)
𝑥 ′ = 𝑟 𝑠𝑖𝑛𝛼. 𝑐𝑜𝑠𝜃 + 𝑟 𝑐𝑜𝑠𝛼. 𝑠𝑖𝑛𝜃
𝑥 ′ = 𝑦. 𝑐𝑜𝑠𝜃 + 𝑥. 𝑠𝑖𝑛𝜃

Diperoleh :
𝑥 ′ = 𝑥. 𝑐𝑜𝑠𝜃 − 𝑦. 𝑠𝑖𝑛𝜃
𝑦 ′ = 𝑥. 𝑠𝑖𝑛𝜃 + 𝑦. 𝑐𝑜𝑠𝜃
Dalam persamaan matriks kita tulis :
𝑥′ 𝑐𝑜𝑠𝜃 −𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑥
( )=( )( )
𝑦′ 𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑐𝑜𝑠𝜃 𝑦

Matriks transformasi dengan pusat P(m,n)

Misalkan titik A(x, y) diputar dengan titik pusat Q(a,b) dengan sudut putar sebesar
q radian berlawanan arah jarum jam, untuk mendapatkan titik hasil rotasi A’(x’,
y’) yaitu

Dari segitiga siku-siku 𝑄𝑥𝐴 diperoleh:


𝑥 − 𝑎 = 𝑟𝑐𝑜𝑠 𝛼
𝑦 − 𝑏 = 𝑟𝑠𝑖𝑛 𝛼

Dari segitiga siku-siku 𝑄𝑥′𝐴′ diperoleh:


𝑥 ′ − 𝑎 = 𝑟𝑐𝑜𝑠(𝛼 + 𝜃)
𝑥′ = 𝑟(𝑐𝑜𝑠𝛼. 𝑐𝑜𝑠𝜃 − 𝑠𝑖𝑛𝛼. 𝑠𝑖𝑛𝜃)
𝑥′ = 𝑟 𝑐𝑜𝑠𝛼. 𝑐𝑜𝑠𝜃 − 𝑟 𝑠𝑖𝑛𝛼. 𝑠𝑖𝑛𝜃
𝑥′ = 𝑥 − 𝑎. 𝑐𝑜𝑠𝜃 − 𝑦 − 𝑏. 𝑠𝑖𝑛𝜃
𝑦 ′ − 𝑏 = 𝑟𝑠𝑖𝑛(𝛼 + 𝜃)
𝑥 ′ = 𝑟(𝑠𝑖𝑛𝛼. 𝑐𝑜𝑠𝜃 + 𝑐𝑜𝑠𝛼. 𝑠𝑖𝑛𝜃)
𝑥′ = 𝑟 𝑠𝑖𝑛𝛼. 𝑐𝑜𝑠𝜃 + 𝑟 𝑐𝑜𝑠𝛼. 𝑠𝑖𝑛𝜃
𝑥′ = 𝑦 − 𝑏. 𝑐𝑜𝑠𝜃 + 𝑥 − 𝑎. 𝑠𝑖𝑛𝜃

Diperoleh :
𝑥 ′ = 𝑥 − 𝑎. 𝑐𝑜𝑠𝜃 − 𝑦 − 𝑏. 𝑠𝑖𝑛𝜃
𝑦 ′ = 𝑥 − 𝑎. 𝑠𝑖𝑛𝜃 + 𝑦 − 𝑏. 𝑐𝑜𝑠𝜃

Dalam persamaan matriks kita tulis :


𝑥′ 𝑐𝑜𝑠𝜃 −𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑥 − 𝑎
( )=( ) (𝑦 − 𝑏 )
𝑦′ 𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑐𝑜𝑠𝜃
Contoh Soal

1. Tentukan bayangan titik A(-1, -2) yang dirotasi sebesar 180o berlawan dengan
arah jarum jam dengan pusat O(0,0).
Jawab :
Bayangan titik A adalah sebagai berikut :

𝑐𝑜𝑠180 − 𝑠𝑖𝑛180 −1
𝐴′ = ( )( )
𝑠𝑖𝑛180 + 𝑐𝑜𝑠180 −2

−1 0 −1
𝐴′ = ( )( )
0 −1 −2

1
𝐴′ = ( )
2

Jadi, bayangan titik A(-1, -2) adalah A’(1,2)

2. Tentukan bayangan parabola 𝑦 = 𝑥 2 + 1 yang diputar sebesar 90o dengan


arah perputaran searah jarum jam, berpusat di titik P(1, -2).
Jawab :
Ambil sebarang titik A(a,b) pada 𝑦 = 𝑥 2 + 1 sehingga b = a2 + 1 (*)
Rotasikan titik A sebesar 90o dengan perputaran searah jarum jam dengan
pusat P(1, -2)

𝑎′ − 𝑚 𝑐𝑜𝑠𝛼 − 𝑠𝑖𝑛𝛼 𝑎 − 𝑚
𝐴′ = ( ′ )=( )( )
𝑏 −𝑛 𝑠𝑖𝑛𝛼 + 𝑐𝑜𝑠𝛼 𝑏 − 𝑛

cos(−90) − sin(−90) 𝑎 − 1
𝐴′ = (𝑎′) = ( )( )
𝑏′ sin(−90) cos(−90) 𝑏 + 2

0 1 𝑎−1
𝐴′ = (𝑎′) = ( )( )
𝑏′ −1 0 𝑏+2

𝑏+2
𝐴′ = (𝑎′) = ( )
𝑏′ −𝑎 + 1

Jadi, bayangan titik A(1,2) adalah A’(b + 2, -a+1)


Perhatikan bahwa: 𝑎′ = 𝑏 + 2 dari persamaan ini didapat 𝑏 = 𝑎′ − 2 ... (**)
𝑏 ′ = −𝑎 + 1 dari persamaan ini didapat 𝑎 = −𝑏 ′ + 1 ... (***)

Substitusikan (**) dan (***) ke (*), maka diperoleh :

𝑎′ − 2 = (−𝑏 ′ + 1)2 + 1

2
𝑎′ = 𝑏 ′ − 2𝑏 ′ + 4

Jadi, bayangan parabola 𝑦 = 𝑥 2 + 1 adalah 𝑥 = 𝑦 2 − 2𝑦 + 4

C. Refleksi
Refleksi atau pencerminan merupakan transformasi berupa pergeseran atau
pemindahan semua titik pada bidang geometri kearah sebuah garis atau cermin
dengan jarak titik awal sama ke cermin dengan jarak titik bayangan ke cermin.
Refleksi juga disebut dengan transformasi yang kaku (rigid) karena tidak
mengubah bentuk benda yang direfleksi.

Matriks pencerminan terhadap sumbu-x


Titik P(x, y) dicerminkan terhadap sumbu-x akan menghasilkan P’(x, -y), bentuk
persamaan hasil pencerminan adalah :
𝑥 ′ = 𝑥 ↔ 𝑥 ′ = 1𝑥 + 0𝑦
𝑦 ′ = −𝑦 ↔ 𝑦 ′ = 0𝑥 ± 1𝑦

Dinyatakan dalam bentuk persamaan matriks:


𝑥′ 1 0 𝑥 1 0
( )=( ) (𝑦), Matriks ( ) disebut matriks pencerminan
𝑦′ 0 −1 0 −1
terhadap sumbu-x.

Matriks pencerminan terhadap sumbu-y


Titik P(x, y) dicerminkan terhadap sumbu-y akan menghasilkan P’(-x, y), bentuk
persamaan hasil pencerminan adalah :
𝑥 ′ = −𝑥 ↔ 𝑥 ′ = −1𝑥 + 0𝑦
𝑦 ′ = 𝑦 ↔ 𝑦 ′ = 0𝑥 + 1𝑦
Dinyatakan dalam bentuk persamaan matriks:
𝑥′ −1 0 𝑥 −1 0
( )=( ) ( ), Matriks ( ) disebut matriks pencerminan
𝑦′ 0 1 𝑦 0 1
terhadap sumbu-y.

Matriks pencerminan terhadap titik asal O(0,0)


Titik P(x, y) dicerminkan terhadap titik asal O(0,0) akan menghasilkan P’(-x, -y),
bentuk persamaan hasil pencerminan adalah :
𝑥 ′ = −𝑥 ↔ 𝑥 ′ = −1𝑥 + 0𝑦
𝑦 ′ = −𝑦 ↔ 𝑦 ′ = 0𝑥 + −1𝑦

Dinyatakan dalam bentuk persamaan matriks:

𝑥′ −1 0 𝑥
( )=( ) (𝑦),
𝑦′ 0 −1

−1 0
Matriks ( ) disebut matriks pencerminan terhadap titik asal O(0,0).
0 −1

Matriks pencerminan terhadap garis y = x


Titik P(x, y) dicerminkan terhadap garis y = x akan menghasilkan P’(y, x), bentuk
persamaan hasil pencerminan adalah :
𝑥 ′ = 𝑦 ↔ 𝑥 ′ = 0𝑥 + 1𝑦
𝑦 ′ = 𝑥 ↔ 𝑦 ′ = 1𝑥 + 0𝑦

Dinyatakan dalam bentuk persamaan matriks:


𝑥′ 0 1 𝑥
( )=( ) ( ),
𝑦′ 1 0 𝑦

0 1
Matriks ( ) disebut matriks pencerminan terhadap garis y = x
1 0

Matriks pencerminan terhadap garis y = -x


Titik P(x, y) dicerminkan terhadap garis y = -x akan menghasilkan P’(-y, -x),
bentuk persamaan hasil pencerminan adalah :
𝑥 ′ = −𝑦 ↔ 𝑥 ′ = 0𝑥 + −1𝑦
𝑦 ′ = −𝑥 ↔ 𝑦 ′ = −1𝑥 + 0𝑦

Dinyatakan dalam bentuk persamaan matriks:


𝑥′ 0 −1 𝑥
( )=( ) (𝑦),
𝑦′ −1 0

0 −1
Matriks ( ) disebut matriks pencerminan terhadap garis y = -x
−1 0

Sifat-Sifat Refleksi
1. Segitiga ABC kongruen dengan bayangannya, yaitu Segitiga A’B’C’
2. Jarak setiap titik pada segitiga ABC ke cermin sama dengan jarak setiap titik
pada segitiga A’B’C’ ke cermin.
3. Sudut yang dibentuk oleh cermin dengan garis yang menghubungkan setiap
titik ke bayangannya adalah sudut siku-siku.

Contoh Soal

1. Tentukan bayangan jajargenjang ABCD dengan titik sudut A(-2, 4) ; B(0, -5) ;
C(3,2) dan D(1,11). Jika :
a. Dicerminkan terhadap sumbu-x
b. Dicerminkan terhadap sumbu-y
c. Dicerminkan terhadap sumbu-x kemudian dilanjutkan dengan
mencerminkan terhadap sumbu-y.

Jawab
a. Pencerminan terhadap sumbu-x
𝑥 ′ 𝑥2 ′ 𝑥3 ′ 𝑥4 ′ 1 0 −2 0 3 1
( 1 )=( )( )
𝑦1 ′ 𝑦2 ′ 𝑦3 ′ 𝑦4 ′ 0 −1 4 −5 2 11
𝑥 ′ 𝑥2 ′ 𝑥3 ′ 𝑥4 ′ −2 0 3 1
( 1 )=( )
𝑦1 ′ 𝑦2 ′ 𝑦3 ′ 𝑦4 ′ −4 5 −2 −11

Jadi, bayangan jajargenjang ABCD jika dicerminkan terhadap sumbu-x


adalah A’(-2, -4) ; B’(0, 5) ; C’(3, -2) ; D’ (1, -11).
b. Pencerminan terhadap sumbu-y

𝑥1 ′ 𝑥2 ′ 𝑥3 ′ 𝑥4 ′ −1 0 −2 0 3 1
( )=( )( )
𝑦1 ′ 𝑦2 ′ 𝑦3 ′ 𝑦4 ′ 0 1 4 −5 2 11

𝑥1 ′ 𝑥2 ′ 𝑥3 ′ 𝑥4 ′ −2 0 −3 −1
( )=( )
𝑦1 ′ 𝑦2 ′ 𝑦3 ′ 𝑦4 ′ 4 −5 2 11

Jadi, bayangan jajargenjang ABCD jika dicerminkan terhadap sumbu-y


adalah A’(-2, 4) ; B’(0, -5) ; C’(-3, 2) ; D’ (-1, 11).

c. Pencerminan terhadap sumbu-x kemudian dilanjutkan dengan


mencerminkan terhadap sumbu-y.

𝑥1 ′ 𝑥2 ′ 𝑥3 ′ 𝑥4 ′ −1 0 −2 0 3 1
( )=( )( )
𝑦1 ′ 𝑦2 ′ 𝑦3 ′ 𝑦4 ′ 0 1 −4 5 −2 −11

𝑥1 ′ 𝑥2 ′ 𝑥3 ′ 𝑥4 ′ 2 0 −3 −1
( )=( )
𝑦1 ′ 𝑦2 ′ 𝑦3 ′ 𝑦4 ′ 4 5 −2 −11

Jadi, bayangan jajargenjang ABCD jika dicerminkan terhadap sumbu-x


kemudian dilanjutkan dengan dicerminkan terhadap sumbu-y adalah A’(2,
4) ; B’(0,5) ; C’(-3, 2) ; D’ (-1, -11).

D. Dilatasi
Dilatasi adalah bentuk transformasi geometri yang memperbesar atau
memperkecil obyek tanpa mengubah bentuk obyek tersebut. Untuk melakukan
dilatasi diperlukan pusat dilatasi dan faktor skala.

Dilatasi dengan pusat O(0,0)

Misalkan titik P(a,b) didilatasi terhadap pusat O(0,0) dengan faktor skala k
menghasilkan titik P’(ka, kb). Secara matematis, ditulis :

𝑃(𝑎, 𝑏) 𝑃′(𝑘𝑎, 𝑘𝑏)


Dapat dinyatakan dalam bentuk matriks yaitu sebagai berikut :

𝑘 0 𝑎
𝑃′ = (𝑎′) = ( )( )
𝑏′ 0 𝑘 𝑏

Dilatasi dengan pusat F(m,n)

Misalkan titik P(a,b) didilatasi terhadap pusat F(m,n) dengan faktor skala k
menghasilkan titik P’(ka, kb). Secara matematis, ditulis :

𝑃(𝑎, 𝑏) 𝑃′(𝑎 + 𝑘(𝑥 − 𝑎), 𝑏 + 𝑘(𝑦 − 𝑏))

Dapat dinyatakan dalam bentuk matriks yaitu sebagai berikut :

𝑚 𝑘 0 𝑎−𝑚
𝑃′ = (𝑎′) = ( ) + ( )( )
𝑏′ 𝑛 0 𝑘 𝑏−𝑛

Sifat Dilatasi

Faktor dilatasi adalah faktor yang menyebabkan diperbesar atau diperkecilnya


suatu bangun. Faktor dilatasi biasanya dinotasikan dengan huruf kecil, misalkan k.

1. Jika k > 1, maka hasil dilatasinya diperbesar.


2. Jika k = 1, maka hasil dilatasinya tidak mengalami perubahan
3. Jika -1 < k < 0 dan 0 < k < 1, maka hasil dilatasinya diperkecil

Bukti

1. Perhatikan gambar disamping. Bayangan titik-titik A, B, C adalah A’, B’ dan


C’ sehingga :
Panjang OA’ = k . Panjang OA
Panjang OB’ = k . Panjang OB
Panjang OC’ = k . Panjang OC

Karena k > 1 maka letak bayangan titik A, B dan C searah dengan vektor OA atau
dapat lebih jauh. Sehingga, bayangan objek oleh faktor skala k > 1 lebih besar dari
objek asalnya.

2. Bayangan titik-titik A, B, C adalah A’, B’ dan C’ sehingga :


Panjang OA’ = k . Panjang OA
Panjang OB’ = k . Panjang OB
Panjang OC’ = k . Panjang OC

Karena k = 1 maka panjang OA’ = panjangOA sehingga, letak bayangan titik A,


B, dan C tetap dan tidak mengalami perubahan begitupula bentuk bangunnya
tidak mengalami pembesaran maupun pengecilan.

3. Perhatikan gambar disamping. Bayangan titik-titik A, B, C adalah A’, B’ dan


C’ sehingga :
Panjang OA’ = k . Panjang OA
Panjang OB’ = k . Panjang OB
Panjang OC’ = k . Panjang OC

Karena 0 < k < 1 maka letak bayangan titik A, B dan C searah dengan vektor OA.
Sehingga, bayangan objek oleh faktor skala 0 < k < 1 lebih kecil dari objek
asalnya.

Sedangakan untuk -1 < k < 0 maka letak bayangan titik A, B dan C berlawanan
arah dengan vektor OA dan bayangan objeknya lebih kecil dari objek asalnya.

Contoh Soal

1. Suatu lingkaran berpusat di titik P(4,2) dan melalui titik Q(4, 4) yang
1
didilatasi terhadap pusat O(0,0) dengan faktor skala 2. Tentukan bayangan dari

lingkaran tersebut!

Jawab

1
0
4 4 2 2
𝑃′ 𝑄′ = ( 2 )( )=( )
1 2 4 1 2
0
2

Maka, bayangan dari lingkaran tersebut berpusat di titik P’(2,1) dan melalui titik
Q’(2,2)

Anda mungkin juga menyukai