Anda di halaman 1dari 18

TUGAS RESUME MEKANIKA ANALITIK

TEORI HAMILTON-JACOBI

Dibuat untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Mekanika Analitik yang Diampu Oleh

Dr. Endi Suhendi, M.Si & Dr. Lilik Hasanah, M.Si

Oleh :
Darwita Hendriyani
Nim 1906574

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2020
I. Persamaan Hamilton-Jacobi untuk Fungsi Utama Hamilton
Variabel-variabel baru konstan dalam waktu dengan mensyaratkan bahwa Hamiltonian
yang ditransformasikan K, harus sama dengan nol, karena persamaan geraknya adalah:
K
= Q1 = 0,
P1
…(1)
K
− = P1 = 0
Q1

Seperti yang telah dilihat, K harus terkait dengan Hamiltonian lama dan fungsi pembangkit
dengan persamaan
F
K=H+
t

Dan karenanya akan menjadi nol jika F memenuhi persamaan sebagai berikut:
F
H ( q , p ,t ) + =0 …(2)
t

Akan lebih mudah untuk menganggap F sebagai fungsi dari koordinat lama qi, momentum
konstan baru Pi, dan waktu. Pada notasi bab sebelumnya, kita akan memetakan fungsi yang
menghasilkan sebagai F2(q,P,t). untuk menulis Hamiltonian di persamaan berikutnya sebagai
fungsi variabel yang sama, penggunaan dapat dibuat dari persamaan transformasi.
F2
pi = ,
qi

Sehingga persamaannya akan menjadi sebagai berikut:


 F F  F
H  q1 ,..., qn ; 2 ,... 2  + 2 = 0 …(3)
 q1 qn  t

Persamaan 3, dikenal sebagai persamaan Hamilton-Jacobi, persamaan ini merupakan persamaan


diferensial parsial dalam variabel (n+1), q1,..,qn; t, untuk fungsi generate yang diinginkan.
Untuk menunjukkan solusi F2 dari persamaan selanjutnya oleh S dan menyebutkan fungsi utama
Hamilton. Integrasi persamaan berikutnya hanya memberikan ketergantungan pada koordinat
dan waktu dan tidak memberi tahu bagaimana momentum baru dalam S. Momentum baru
memang belum ditentukan kecuali bahwa kita tahu mereka pasti konstan. Namun, sifat dari
solusi menunjukkan bagaimana P baru, harus dipilih.

Persamaan matematis selanjutnya memiliki bentuk persamaan diferensial parsial orde pertama
dalam variabel n+1. Misalkan ada solusi untuk persamaan selanjutnya dari bentuk
F2 = S = S (q1,..., qn ,..., an +1; t ) …(4)

Jumlah a1,…,an+1 konstanta independen dari integrasi. Solusi seperti ini dikenal sebagai
solusi lengkap dari persamaan diferensial parsial orde pertama. Namun salah satu konstanta
integrasi sebenarnya tidak relevan dengan solusi, karena akan dicatat bahwa S itu sendiri tidak
muncul dari persamaan selanjutnya, hanya sebagian turunannya yang sehubungan dengan q atau
t yang terlibat. Sehingga, jika S adalah beberapa solusi dari persamaan diferensial, maka S+a,
dimana a adalah konstanta, bila harus menjadi solusi.
Salah satu dari konstanta integrasi n+1 saat dalam persamaan (4), karena itu hanya
muncul sebagai konstanta aditif ditempelkan ke S. Konstatan aditif tidak memiliki kepentingan
dalam fungsi pembangkit, karena hanya tururnan parsial dari pembangkit terjadi dalam
persamaan transformasi. Oleh karena itu, untuk tujuan solusi lengkap persamaan selanjutnya
dapat ditulis dalam bentuk berikut:
S = S (q1,...,qn ,...,an ; t ) …(5)

Dimana tidak ada konstanta independen yang samata-mata aditif. Pada matematika, S
menghitung persis dengan bentuk yang diinginkan untuk tipe F 2 yang menghasilkan fungsi
pembangkit, untuk persamaan selanjutnya menyajikan S sebagai koordinat N, waktu t, dan n
jumlah independen αi. karena itu bebas untuk mengambil n konstanta integrasi menjadi momen
(konstan) baru:
Pi =  i …(6)
Pilihan ini tidak bertentangan dengan pernyataan asli bahwa momentum baru dihubungkan
F 2
dengan nilai awal q dan p pada waktu t0. Persamaan transformasi n, pi = sekarang dapat
q1
ditulis sebagai:
S (q, , t )
Pi = …(7)
qi

Dimana q, berarti set jumlah yang lengkap. Pada saat itu, ini merupakan n persamaan yang
berkaitan dengan a dengan nilai q dan p awal, sehingga memungkinkan kita untuk mengevaluasi
konstanta integrasi dalam hal kondisi awal spesifik masalah. Bagian lain dari persamaan
transformasi menyediakan koordinat konstan baru, muncul sebagai :
S (q, , t )
Qi = i = …(8)
 i

Konstanta β`s dapat juga diperoleh dari kondisi awal, hanya dengan menghitung nilai sisi kanan
persamaan 8 pada t=t0 dengan nilai awal qi yang diketahui, persamaan 8 kemudian dapat
dibaikkan untuk memberikan q j dalam hal α β dan t:
q j = q j ( ,  , t ) …(9)

Memecahkan masalah memberikan koordinat sebagai fungsi waktu dan kondisi awal. Setelah
diferensiasi dalam persamaan (7) telah dilakukan, persamaan (9) dapat digantikan dengan q`s,
sehingga memberikan momenta p; sebagai fungsi dari α β dan t
pi = pi ( ,  , t ) …(10)

Persamaan (9) dan (10) dengan demikian merupakan solusi lengkap yang diinginkan dari
persamaan gerak Hamilton.

Fungsi utama Hamilton merupakan generator transformasi kanonik menjadi koordinat dan
momen konstan; ketika memecahkan persamaan Hamilton-Jacobi, saat yang sama kita
mendapatkan solusi untuk masalah mekanis. Secara sistematis, menetapkan kesetaraaan antara
2n persamaan gerak kanonik, merupakan persamaan diferensial orde pertama ke persamaan
Hamilton Jacobi diferensial orde satu parsial. Korespondensi ini tidak terbatas pada persamaan
diatur oleh Hamilton. Teori umum persamaan diferensial parsial orde pertama sebagian besar
memiliki kaitan dengan sifat-sifat dari persamaan diferensial biasa orde pertama. Persamaan
diferensial parsial dan persamaan kanoniknya berasal dari prinsip variasional yang umum yang
mana hal ini merupakan prinsip modifikasi Hamilton.

Sampai batas tertentu, pilihan a. seperti momentum baru yang berubah-ubah. Kita bisa saja
memilih sembarang jumlah n, γ1 yang merupakan fungsi independen dari α1, konstanta integrasi ;
 i =  i ( ,..., n ) …(11)

Fungsi utama Hamilton dapat ditulis sebagai fungsi qi, γ i, dan t, dan sisa derivasi selanjutnya
tidak berubah. Sering terbukti bahwa, untuk mengambil beberapa set `n` s sebagai momentum
baru, daripada konstanta integrasi yang muncul secara alami dalam mengintegrasikan persamaan
Hamilton Jacobi. Fungsi Hamilton S dilengkapi dengan pemeriksaan total waktu turunanya yang
dapat diambil dari formula
dS S S
= qi +
dt qi t

P ini konstan dalam waktu. Dengan persamaan (7) dan (3), hubungan ini juga dapat ditulis
sebgai berikut:
dS
= pi qi − H = L …(12)
dt

Sehingga fungsi utama Hamilton paling berbeda dari integral waktu lagrangian yang tidak
terbatas hanya oleh konstanta
S =  Ldt + Kons tan …(13)

Prinsip Hamilton menyatakan integral pasti dari I, dan dari sana diperoleh solusi masalah melalui
Lagrange. Disini tindakan yang sama terpisahkan dalam bentuk yang tidak terbatas yang
melengkapi cara lain untuk menyelesaikan masalah. Dalam perhitungan aktual, hasilnya
dinyatakan oleh persamaan (13). Karena persamaan ini tidak membantu maka kita tidak dapat
mengintegrasikan Lagrang terhadap waktu sampai qi dan Pi yang dikenal sebagai fungsi waktu.
Karena Hamilton tidak bergantung secara eksplisit pada waktu dan fungsi Hamilton dapat ditulis
dalam bentuk
S (q,  , t ) = W (q,  ) − t ) …(14)

Dimana W(q,a) disebut fungsi karakteristik Hamilton. Signifikansi fisik dari W dapat dipahami
dengan menulis total watu turunanya
dW W
= qi
dt qi
Kemudian subtitusikan persamaan (14) ke dalam persamaan (7), maka akan menjadi sebagai
berikut:

W
pi = …(15)
qi

Karena
dW
= pi qi …(16)
dt

Dapat diintegrasikan sebagai berikut


W =  pi q dt =  pi dq …(17)
i i
II. Osilator Harmonik Sebagai Contoh Dari Metode Hamilton-Jacobi

Untuk mengilustrasikan teknik Hamilton-Jacobi dalam menyelesaikan sistem mekanik, kita


akan membahas secara terperinci masalah sederhana osilator harmonic satu dimensi. Hamilton
Adalah

H=
1
( )
p 2 = m 2 2 q 2 = E …(18)
2m

Dimana

k
= …(19)
m

K menjadi konstanta gaya. Kita memperoleh persamaan Hamilton Jacobi untuk S dengan
S
menetapkan p sama dengan dan mengganti dalam Hamiltonian; dengan persyaratan
q
Hamiltonian yang baru akan menjadi sebagai berikut:

1  S   S
2

  + m2 2q 2  + =0 …(20)


2m  q   t
 

Karena ketergantungan eksplisit S pada t hanya ada dalam istilah terakhir, Persamaan (14) dapat
digunakan untuk mengilangkan waktu dari persamaan Hamilton Jacobi (20), sehingga dapat
dituliskan sebagai berikut:

1  W  
2

  + m2 2q 2  =  …(21)


2m  q  

Konstanta integrasi a dengan demikian harus diidentifikasi dengan energi total E. ini juga
dikenali langsung dari persamaan (14) dan hubungannya dapat dilihat pada persamaan 3.
S
+H =0
t
Yang kemudian berkurang menjadi
H=α

Persamaan (21) dapat diintegrasikan ke persamaan berikut ini.

m 2 q 2
W = 2ma  dq 1 − …(22)
2

Selanjutnya,

m 2 q 2
S = 2ma  dq 1 − − t …(23)
2

Sementara integrasi terlibat dalam persamaan (23) ini tidak terlalu sulit. Karena yang diinginkan
bukanlah S tetapi tutunan parsialnya. Solusi untuk q muncul dari persamaan transformasi
persamaan (8)

S m dq
2a 
 `= −t
 m 2 q 2 …(24)
1−
2

Dan kemudian dapat diintegrasikan

1 m 2
t +  `= arcsin q …(25)
 2

Persamaan (24) dapat diputarbalikkan untuk melengkapi q sebagai fungsi t dan dua konstanta
integrasi a dan  =  `

m 2
q= sin(t +  )
2

Ini merupakan solusi untuk osilator harmonik. Secara formal, solusi untuk momentum berasal
dari persamaan transformasi (7), dengan menggunakan persamaan (22), serta dapat ditulis dalam
hubungannya dengan solusi q. Sehingga persamaan (25) akan menjadi sebagai berikut:
S W
p= = = 2ma − m 2 2 q 2
q q …(26)
(
p = 2ma 1 − sin (t +  )
2
)

Atau
p = 2ma cos(t +  ) …(27)

Dengan hasil yang demikian dapat diindetifikasi secara sederhana bahwa p sebagai mq. Untuk
menyelesaikan, konstanta a dan  harus dihubungkan dengan kondisi awal 𝑞0 dan 𝑝0 pada
waktu t=0. Ketika mengkuadratkan persamaan (25) dan (27), terlihat jelas bahwa a diberikan
dalam hal 𝑞0 dan 𝑝0 berdasarkan persamaan
2ma = P0 − + 2  2q0
2 2
…(28)

Hasil yang sama akan mengikuti dari indentifikasi sebelumnya sebagai energy total yang
dijabarkan E. dan akhirnya, fase konstanta  yang terkait dengan 𝑞0 dan 𝑝0 sebagai berikut:
q0
tan  = m …(29)
p0

Pilihan 𝑞0 = 0 dan karenanya  =0. Berhubung dengan memulai gerakan dengan osilator pada
posisi setimbangnya q=0

Dengan demikian, fungsi prinsip Hamilton adalah generator transformasi kanonik menjadi
koordinat baru yang mengukur sudut fase osilasi dan momentum kanonik baru yang
diidentidikasi sebagai energy total.
Jika solusi untuk q diganti menjadi persamaan (23), fungsi utama Hamilton dapat ditulis sebagai
berikut:
 1
S = 2  cos2 (t +  )dt − t = 2   cos2 (t +  ) − dt …(30)
 2
Selanjutnya Lagrangian adalah

L=
1
2m
(
p 2 − m 2 2 q 2 )
(
L =  cos (t +  ) − sin 2 (t +  )
2
)
 1
L = 2  cos (t +  ) − 
2

 2

Sehingga S adalah integral waktu dari Lagrangian, sesuai dengan hubungan umum persamaan
(13). Dan identitas tidak dapat dibuktikan sampai setelah solusi untuk masalah tersebut
diperoleh.
Sebagai ilustrasi lain untuk metose Hamilton Jacobi, penting untuk mempertimbangkan osilator
harmonic anisotropic dua dimensi. Jika kita membiarkan m menjadi massa tubuh berosilasi dan
kx dan ky menjadi konstanta pegas dalam arah x dan y, masing-masing maka Hamiltonian
adalah

E=
1
2m
2
(
P x + P y + m 2 x x 2 + m 2 y y 2
2 2 2
)

Dimana

kx ky
 x= dan  y =
m m

Karena koordinat dan momen terpisah menjadi dua set yang berbeda, fungsi utama dapat ditulis
sebagai jumlah fungsi karakteristik untuk setiap pasangan. Sebagi kesimpulan bahwa kita
menyelesaikan ketergantungan fungssional mereka terleih dahulu, maka
S ( x, y,  ,  y , t ) = Fx ( x,  ) + Fy ( y,  y ) − t …(31)

Dan persamaan Hamilton Jacobi diasumsikan dengan bentuk persamaan sebgai berikut:

1  W  
2
 W 
2

  + m  x x +   + m2 y 2 y 2  = 
2 2 2
…(32)
2m  x   y  

Berdasarkan persamaan 18 dengan variabel yang dipisahkan, maka bagian dari persamaan (32)
harus sama dengan konstanta, yang disebut  y , sehingga akna menjadi sebagai berikut:
2
1  W 
  + m 2 y 2 y 2 =  y …(33)
2m  y 

Dan menggantikan symbol 𝛼𝑦 dalam persamaan (33), menjadi persamaan sebagai berikut

1  W 
2

  + m x x =  x …(34)
2 2 2

2m  x 

dengan menuliskan  −  y =  x yang menunjukkan simetri peramaan (33) dan persamaan (34).

Setiap persamaan memiliki solusi yang analog dengan persamaan (25) dan persamaan (27), maka
2 x
x= ( x t +  x )
m x
2

Px = 2m x cos( x t +  x )
…(35)
2 y
y= ( t + y )
m y
2 y

Py = 2m y cos( y t +  y )

Dimana i adalah konstanta fasa dan energi total diberikan oleh

E =x +y =

Sebagai contoh ketiga dari teori Hamilton-Jacobi. Kita dapat mempertimbangakn kembali
osilator harmonik dua dimensi, namun hanya saja kita akan menganggap osilator istropik, jadi
sebagai berikut:
k x = k y = k dan  x =  y = 

Dan menggunakan koordinat kutub seperti dibawah ini:


x = r cos r = x2 +y2
y = r sin  y
 = tan −1
x …(36)
p x = mx
p r = mr
p y = my
p = mr 2
Hamiltonian ditulis sebagai berikut:

1  2 p 
2

E= p r + 2 m 2 2 r 2  …(37)
2m  r 

Adalah siklik dalam koordinat sudut. Fungsi prinsip dapat ditulis sebagai
S (s,  ,  ,   ) = Wr (r ,  ) + W ( ,   ) − t
…(38)
S (s,  ,  ,   ) = Wr (r ,  ) +   ) − t

Seperti yang telah ditunjukkan, koordinat siklik q selalu memiliki komponen fungsi karakteristik
Wqt = qii , momentum kanonik p yang terikat dengan koordinat siklik,  , dihitung dari fungsi

pembangkit berikut ini :


F
p = 


Serta memiliki nilai konstan yang diharapkan.


Saat ini p diganti menjadi persamaan (37) dan persamaan (38) Wr (r , )
2
1  Wr r 
 +   + 1 m w r 2 = 
2
…(39)
2m  r 
 2mr 2 2

Dari pada menyelesaikan persamaan langsung dari Wr, maka akan ditulis solusi koordinar
kartesian untuk kondisi sebagai berikut:
2
x= sin (t +  ) p x = 2m cos(t +  )
m 2
…(35)
2
y= sin t p y = 2m cost
m 2
Kemudian gunakan persaman diatas untuk mendapatkan rekan kutub,

2
r= sin t + sin 2 (t +  ) p r = mr …(40)
m 2

Dan
 sin t 
 = tan −1   p = mr 2
 sin (t +  )

Dari penjabaran ini terdapat dua kasus pembatas yakni antara lain:
Kasus linier adalah ketika β=0, yang mana

4
r= sin t p r = 2m cost …(41)
m 2

Dan

= p = 0
4

Gerakan dalam plot x-y akan mnejadi osilasi semanjang garis diagonal seperti yang ditunjukkan
oleh gambar 1a.


Kasus pembatas lainnya adalah ketika  = , untuk itu
2

2
r = r 00 = , pr = 0 …(42)
m 2

Dan
 = t p = mr02

Gerakan dalam proksi x-y untuk kasus pembatas ini adalah lingkaran dengan jari-jari seperti
yang ditunjukkan pada gambar 1b.
 
Untuk nilai dari   0     , orbit dalam koordinat adalah elips.
 2

Kasus untuk  = ditunjukkan pada gambar 1c.
4
Plot yang ditunjukkan pada gambar 1 adalah contoh lebih lanjut dari angka Lissajous.

Gambar 1. Dua kasing pembatas (a) dan (b) untuk osilator harminik dan contoh antara (c)
III. Fungsi Karakteristik Hamilton-Jacobian untuk Hamilton
Integrasi persamaan Hamilton-Jacobi dapat digunakan untuk osilasi harmoni sederhana. Hal
ini dikarena S bisa dibagi menjadi dua bagian, bagian satu hanya melibatkan q dan yang lainnya
melibatkan waktu. Pemisahan variabel seperti itu menggunakan fungsi karakteristik Hamilton, W
(q, a) Persamaan (14) selalu memungkinkan kapan pun Hamiltonian yang lama tidak melibatkan
waktu secara eksplisit. Ini memberi kita persamaan Hamilton Jacobi terbatas, seperti pada
persamaan berikut ini:
 W 
H  q i  =  1 …(43)
 q i 

Persamaan tersebut tidak lagi melibatkan waktu. Salah satu konstanta integrasi, yaitu a1,
dengan demikian sama dengan nilai konstan H. Fungsi independen waktu, fungsi karakteristik
Hamilton W, muncul disini hanya sebagai bagian dari fungsi pembangkit S ketika H adalah
konstan. Itu juga dapat ditunjukkan bahwa W secara terpisah menghasilkan transformasi
kontaknya sendiri dengan sifat-sifat yang sangat berbeda dari yang dihasilkan oleh S. Perhatikan
suatu transformasi kanonik yang mana momentum baru adalah semua konstanta gerak, dan di
mana a1 khususnya adalah konstanta gerak H. Jika fungsi pembangkit untuk transformasi ini
dilambangkan dengan W (q, P), maka persamaan transformasi adalah sebagai berikut:
W W W
pi = Qi = = …(44)
q i p i  i

Dengan kondisi seperti itu dapat menentukan W bahwa momentum kanonik bar α1:
H (qi , Pi ) =  1

Sehingga dengan menggunakan persamaan 44 akan menjadi persamaan diferensial parsial:


 W 
H  q i  =  1
 q i 

Karena W tidak melibatkan waktu, maka orang Hamilton yang baru dan lama adalah sama, dan
berarti 𝐾=𝛼1. Fungsi karakteristik Hamilton W dengan demikian menghasilkan transformasi
kanonik di mana semua koordinat baru adalah siklik. Telah dicatat dalam pengantar bab ini
bahwa ketika H adalah suatu konstanta dari gerak, suatu transformasi dari sifat ini pada
hakekatnya memecahkan masalah mekanis yang terlibat, untuk integrasi dari persamaan gerak
yang baru kemudian sepele. Persamaan kanonik untuk ,𝑖 pada kenyataannya, hanya mengulangi
pernyataan bahwa konjugasi momentum ke koordinat siklik semuanya konstan:
K
Pi = − =0 pi =  i …(45)
Qi

Karena Hamiltonian yang baru hanya bergantung pada satu dari momentum 𝛼𝑖, persamaan
gerak untuk 𝑄𝑖̇ adalah:
K
Q 1 = − =1 i =1
 i

Q 1 = 0 i 1

Dengan mendapatkan solusi langsung yakni,


W
Q1 = t +  i = i 1 …(46)
 1

Satu-satunya koordinat yang bukan sekadar konstanta gerakan adalah Q1, yang sama dengan
waktu plus konstanta. Contoh lain dari hubungan konjugat antara waktu sebagai koordinat dan
Hamiltonian sebagai momentum konjugatnya dapat dilihat sebgai berikut:
K
Q i = − = vi
 i

dimana 𝑣𝑖 adalah fungsi 𝛾𝑖. Dalam hal ini, semua koordinat baru adalah fungsi waktu linear:
Qi = vii t +  i …(47)

Sehingga persamaan gerak baru akan menjadi sebgai berikut:


K K
Q i = =0 Q i = = vi
p i p i
K K
Pi = − =0 Pi = − =0
Qi Qi

Kemudian mendapatkan solusi langsung


Qi =  i Qi = v i t +  i
P = 
i i P = 
i i

Ketika Hamiltonian tidak melibatkan waktu secara eksplisit, kedua metode cocok, dan fungsi-
fungsi pembangkit kemudian dihubungkan satu sama lain sesuai dengan rumus:
S(q,P,y)=W(q,Q)-α1t
IV. Fungsi Karakteristik Hamilton-Jacobian untuk Hamilton
Koordinat qj dikatakan dapat dipisahkan dalam persamaan Hamilton-Jobi ketika fungsi
utama Hamilton dapat dibagi menjadi dua bagian tambahan, yang salah satunya hanya
bergantung pada koordinat qj dan yang lainnya sepenuhnya independen dari qj. Jadi, jika q1
diambil sebagai koordinat yang dapat dipisahkan, maka Hamiltonian harus sedemikian rupa
sehingga orang bisa menulis:
S (q1 ,..., q n ;  1 ,..., n ; t ) = S1 (q1 ;  1 ,..., n ; t ) + (q 2 ,..., q n ;  1 ,..., n ; t ) = …(48)

dan persamaan Hamilton-Jacobi dapat dibagi menjadi dua persamaan secara terpisah untuk S1
dan yang lainnya untuk S’. Persamaan Hamilton-Jacobi juga dideskripsikan sebagai benar-benar
dapat dipisahkan (atau hanya, dapat dipisahkan) jika semua koordinat dalam masalah dapat
dipisahkan. Solusi untuk fungsi utama Hamilton pada formula dapat ditulis sebagai berikut:
S =  S i (q1 ;  1 ,..., n ; t ) …(49)
i

kemudian membagi persamaan Hamilton Jacobi menjadi n persamaan tipe


 S j  S j
H i  qj; ;  1 ,..., n ; t  + =0 …(50)
 q  t
 j 

yang menyediakan n dan membatasi persamaan Hamilton Jacobi


 Wi 
H i  q i ; ;  1 ,..., n  =  i …(51)
 q i 

Anda mungkin juga menyukai