Anda di halaman 1dari 16

Makalah

Transformasi Laplace

Disusun oleh : 1. Nashrul Khairi (E1R019111)

2. Ririn Aprilia (E1R019129)

3. Qorina Tasya Bila (E1R019124)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS MATARAM

2022
Pendahuluan

1. Deskripsi Pada bab ini akan dibahas mengenai cara penyelesaian persamaan diferensial
parsial dengan metode transformasi Laplace. Terlebih dahulu akan dikaji pengertian transformasi
Laplace serta teorema- teorema pada persamaan diferensial biasa, sebab langkah-langkah
penyelesaian pada persamaan diferensial parsial serupa dengan persamaan diferensial biasa.
Perbedaannya adalah pada persamaan diferensial parsial yang melibatkan fungsi multivariable
dan turunan parsialnya, transformasi Laplace diterapkan terhadap salah satu variabel bebasnya.

2. Kemampuan Akhir Kemampuan akhir yang diharapkan dengan mempelajari bab ini
adalah pembaca mampu menyelesaikan persamaan diferensial parsial menggunakan metode
transformasi Laplace.

3. Indikator

(a) Ketepatan menyelesaikan persamaan diferensial biasa dengan metode transformasi Laplace.

(b) Ketepatan mencari transformasi Laplace dari beberapa fungsi multivariabel.

(c) Ketepatan menyelesaikan persamaan diferensial parsial dengan metode transformasi Laplace.
A. Transformasi Laplace Pada Fungsi Variabel Tunggal

Sebelum pengkajian penyelesaian transformasi Laplace pada persamaan


diferensial parsial, terlebih dahulu diingatkan kembali mengenai definisi dan sifat-
sifat pada tranformasi Laplace fungsi variabel tunggal sebagai berikut.

Definisi 3.1
Transformasi Laplace dari fungsi f (t) dengan 0 ≤ t< ∞adalah fungsi F ( s ) =L \{f(t)\}
yang didefinisikan sebagai

Asalkan limit ini ada.

Memanfaatkan Definisi 3.1 ini, dapat diturunkan transformasi Laplace yang disajikan
dalam table berikut.

Tabel 3.1. Tabel transformasi Laplace


Ket. : Г adalah fungsi gamma, yaitu Г ( x )=∫ e t
−t x−1
dt .

Sifat linieritas pada transformasi Laplace diberikan dalam teorema berikut.

Teorema 3.1 Untuk setiap fungsi f (t), g(t ) dan konstanta a dan b, berlaku :

Contoh : Tentukan transformasi Laplace dari fungsi f ( t )=t 2−sin 2 t+100


Penyelesaian : Transformasi Laplace dari fungsi f ( t )=t 2−sin 2 t +100 dengan
memanfaatkan sifat linieritas pada Teorema 3.1 diperoleh :

Sehingga transformasi Lap,ace dari fungsi f ( t )=t 2−sin 2 t+100 adalah

Transformasi Laplace dari hasil kali fungsi f ( t ) dan g ( t ) tidak bersifat linier artinya
L { f ( t ) g ( t ) } ≠ L { f ( t ) }L {g ( t ) } . Tetapi apabila pada hasil kali fungsi f ( t ) dan g ( t ) salah satu
fungsinya merupakan eksponensial, maka dapat dicari transformasi Laplace dari hasil kali
fungsi eksponensial dengan sebarang fungsi dalam t yang diberikan dalam teorema berikut.

Teorema 3.2 (Translasi Pertama). Jika a sebarang bilangan real, maka

Dengan F ( s ) =L { f ( t ) }

Contoh : Tentukan transformasi Laplace dari fungsi f ( t )=e2 t sin 2 t cos 2 t

Penyelesaian : Laplace dari f ( t )=e2 t sin 2 t cos 2 t adalah

Invers atau balikan dari transformasi Laplace didefinisikan sebagai berikut.

Definisi 3.2. Jika L { f ( t ) }=F ( s ) maka invers dari transformasi Laplace dari F ( s ) adalah

Bentuk F ( s ) pada umumnya berbentuk fungsi rasional. Untuk fungsi F ( s ) yang


kompleks, F ( s ) dapat dinyatakan ulang dalam jumlahan berhingga dari fraksi yang lebih
sederhana dimana masing-masing fraksi terdapat dalam Tabel 3.1. Untuk menentukan bentuk
fraksi dari F ( s ) , terlebih dahulu nyatakan F ( s ) dalam bentuk fungsi rasional sejati
A (s)
F ( s) = yang diuraikan dalam tiga kasus sebagai berikut.
B( s)

Kasus 1. Penyebut B ( s ) adalah hasil kali faktor linier yang berbeda


Penyebut B ( s ) dapat dinyatakan sebagai

tanpa ada faktor yang berulang, sehingga F ( s ) dapat dinyatakan sebagai

Dengan K 1 , K 2, , … , K n , menyatakan konstanta yang akan ditentukan.

Kasus 2. Penyebut B ( s ) adalah hasil kali faktor linier dimana diantaranya ada yang berulang

r
Misalkan pada penyebut B ( s ) terdapat faktor linier yang berulang ( a 1 s+b 1 ) , yaitu dapat
dinyatakan sebagai

Sehingga F ( s ) dapat dinyatakan sebagai

dengan K 11 , K 12 , , … , K 1 , K 2 ,… , K n menyatakan konstanta yang akan ditentukan. Untuk


K1r
mencari transformasi invers dari suku , terkadang dapat dimanfaatkan invers dari
a1 s+ bn
Teorema 3.2, yaitu

Karena f ( t )=L−1 { F ( s ) } , maka


Sehingga

Kasus 3. Penyebut B (s) memuat faktor kuadratik yang tak dapat diuraikan
A (s)
Jika B ( s ) memuat faktor berbentuk as 2+ bc+ c dengan b 2−4 ac< 0 , maka akan memiliki
B( s)
suku yang berbentuk

dengan K dan L adalah konstanta yang akan ditentukan.

4−2 s
Contoh : Tentukan transformasi Laplace invers dari fungsi F ( s ) =
( s +1 ) ( s−1 )2
2

Penyelesaian : Penyebut F ( s ) masuk dalam kasus 2 dan 3 sehingga F ( s ) dinyatakan dalam


fraksi-fraksi yang paling sederhana sebagai berikut:

Atau

Sehingga

Subtitusikan nilai s=1 pada 4−2 s=( As+ B ) ( s−1 )2 +C ( s 2+1 ) ( s−1 ) D ( s2 +1 ) diperoleh
2=2 D atau D=1. untuk memperoleh nilai A, B, dan C, perhatikan bahwa.
Dengan melakukan subtitusi (*) ke (***) diperoleh nilai A = 2, sehingga nilai C=−2.
Selanjutnya subtitusikan (****) ke (**) diperoleh nilai B=1. Sehingga

Teorema 3.3 Jika f ( t ) kontinu pada t ≥ 0 , maka

Karena turunan kedua dari fungsi f ( t ) merupakan turunan pertama dari f ' ( t ), maka menerapkan
Teorema 3.3 diperoleh

Dengan cara yang sama diperoleh


Definisi 3.3. Fungsi langkah satuan didefinisikan sebagai

Gambar 3.1. Grafik fungsi U ( t ) , U ( a−t ) , dan U (t−a)

Memanfaatkan sifat translasi pada fungsi U ( t ) diperoleh U ( t−a ) dengan menggeser


fungsi U (t ) sejauh a satuan ke kanan, yaitu

Misalkan diberikan fungsi tak kontinu f (t ) yang diilustrasikan sebagai berikut :

Gambar 3.2. Grafik fungsi tak kontinu x=a


Memanfaatkan fungsi langkah satuan, fungsi tak kontinu f ( t ) dapat dinyatakan ulang
sebagai berikut

f ( t )=sisi kiri +U ( t−a ) [ sisi kanan−sisi kiri]

Teorema 3.4 (Teorema Translasi Kedua) jika f ( s )=L { f ( t ) } ada untuk s>c ≥ 0 dan
jika a> 0 sebarang konstan, maka

Dari Teorema Translasi Kedua L { f ( t−a ) U ( t−a ) }=e−as F (s) diperoleh


f ( t −a ) U ( t−a )=L {e F ( s ) }. Karena f ( t )=L { F ( s ) } , maka
−1 −as −1

B. Tranformasi Laplace Pada Fungsi Multivariabel

Penyelesaian persamaan diferensial parsial dengan metode transfomasi Laplace


“mengadopsi” penyelesaian pada persamaan diferensial biasa dengan menerapkan transformasi
Laplace terhadap satu variabel bebasnya, umumnya pada variabel . Kemudian melakukan
langkah-langkah penyelesaian seperti pada persamaan diferensial biasa. Berikut diberikan
beberapa contoh penyelesaiannya.

Contoh : Selesaikan dengan transformasi Laplace persamaan diferensial parsial berikut :

Dimana u ( x , 0 ) =0 dan u ( 0 ,t )=t .

Penyelesaian : Untuk menyelesaikan persamaan diferensial parsial ini dengan metode


transformasi Laplace, langkah pertama yang diterapkan adalah kedua ruas pada persamaan
diferensial parsial dikenakan transformasi Laplace terhadap t ,
Memanfaatkan Teorema 3.3, diperoleh L {
∂u
∂x
} = sU ( x , s )−su( x , 0), sedangkan Laplace L
∂u
∂x { }
dicari kembali menggunakan Definisi 3.1 berikut :

Sehingga

1 2

Diperolah persamaan diferensial sederhana dengan faktor integral I =e ∫ xs dx =e 2 s x , sehingga

1 1
Karena u ( 0 , t ) =t , maka U ( 0 , s )= 2 . Mengingat U ( 0 , s )=C ( s ) , maka C ( s ) = 2 akibatnya,
s s
1
1 sx
2

U ( x , s )= 2 e 2 . Sehingga
s
Dengan memanfaatkan invers dari teoema 3.4, nilai a= x dan L { s }=t , diperoleh
1 2 −1
1
2

( ) ( ) ( )
1
1 sx 1 1 1 2
2

L−1 2 e 2 = t− x 2 U t− x 2 dimana U t− x adalah fungsi langkah satuan yang


s 2 2 2

{
1
0 , jika t < x 2
1 2
didefinisikan pada definisi 3.3. karena U t− x =
2 ( )
1, jikat < x
2
1 2
, maka
2

∂u ∂u
Sebagai solusi dari persamaan diferensial parsial +x =0 yang memenuhi
∂x ∂x
u ( x , 0 ) =0 dan u ( 0 ,t )=t .

Contoh : Selesaikan persamaan diferensial parsial

∂u ∂u
+2 x =2 x
∂x ∂t

Dimana u ( x , 0 ) =1 danu ( 0 , t )=1

Penyelesaian : Kenakan transformasi Laplace pada kedua ruas, diperoleh

1 2

Diperoleh persamaan diferensial sederhana dengan faktor, I =e ∫ xsdx =e 2 s x . Sehingga


1 s +1 1
Karena u ( 0 , t ) =1 maka U ( 0 , s )= yang berakibat U ( 0 , s )= 2 +C ( s )= . Sehingga diperoleh
s s s
−1
C ( s) = . Oleh karena itu
s2

Nilai L { } −1 s +1
s 2
=L
−1 1
s
+L
{}
−1 1

s2
=1+t , dan memanfaatkan invers Teorema 3.4 diperoleh

{ }(
1 −x s
{
2
= t−x2 ) U ( t −x 2 ) . karena U ( t−x )= t , jika t < x 2 , maka
2
2
L−1 2
e
s t , jika t < x

∂u ∂u
Sebagai solusi dari persamaan diferensial +2 x =2 x yang memenuhi u ( x , 0 ) =1 dan
dx dt
u ( 0 , t ) =1.
Latihan 3

7. Tentukan solusi dari persamaan diferensial parsial berikut dengan


∂2 u ∂ 2 u −1
transformasi Laplace − 2 dengan syarat batas : u ( 0 , t ) = sin πt dan
2
∂x ∂t π
1 ∂u
u ( 1 ,t )= sin πt , serta syarat awal : u ( x , 0 ) =sin πx dan ¿ =−cos (πx)
π ∂ t t =0
Jawab.
Kenakan transformasi laplace pada kedua ruas, diperoleh

{ } { }
2 2
∂ u ∂u
L 2
−L 2
=0
∂x ∂t

∂2
∂x 2 [ ∂u
L { u ( x , t ) }− s 2 U ( x , s )−su ( x ,0 )− ¿t =0 =0
∂t ]
∂2 u 2
−s U +s sin πx−cos πx=0
∂ x2

∂2 u 2
−s U=−s sin πx+ cos πx
∂ x2

Diperoleh persamaan diferensial orde dua tak homogen dengan solusi :

U ( x , s )=U p ( x , s )+U c ( x , s )

Dimana solusi khusus

U p =C1 ( s ) esx +C2 ( s ) e−sx

Dimana solusi pelengkap

U c ( x , s )= A ( s ) sin πx + B ( s ) cos πx

Substitusikan U c '( x , s) dan U c (x,s ke dalam persamaan diferensial parsial untuk


menentukan nilai A(s)dan B(s), dimana

U 'c ( x , s )=πA ( s ) cos πx−πB ( s ) sin πx


U c (x,s)=- {π} ^ {2} A(s) sin⁡ πx- {π} ^ {2} B(s) cos⁡ π

Sehingga

[−π 2 A ( s ) sin πx−π 2 B ( s ) cos πx ] −s 2 [ A ( s ) sin πx + B ( s ) cos πx ]=−s sin πx+ cos πx

[−π 2 A ( s )−s 2 A ( s ) ] sin πx+ [−π 2 B ( s )−s 2 B ( s ) ] cos πx=−s sin πx +cos πx
Akibatnya diperoleh

2 2
−π A ( s ) −s A ( s ) =−s

2 2
−π B ( s )−s B ( s )=1

Diperoleh

s
A ( s )=
s + π2
2

1
B ( s )=
s + π2
2

Sehingga solusi umumnya :

sx −sx s 1
U ( x , s )=C 1 ( s ) e + C2 ( s ) e + 22
sin πx− 2 2 cos πx
s +π s +π

−1 1 −1 1
Karena u (0 , t)= sin πt , u ( 1 ,t )= sin πt , maka U ( 0 , s )= dan U ( 1 , s) = .
π π s +π2
2
s + π2
2

Sehingga

1 −1
U ( 0 , s )=C 1 ( s ) +C 2 ( s ) − 2 2
= 2 2
s +π s +π

s −s 1 1
U ( 1 , s ) =C1 ( s ) e +C 2 ( s ) e + 2 2
= 2 2
s +π s +π

Dengan menerapkan eliminasi dan substitusi diperoleh C 1 ( s )=0 dan C 2 ( s )=0,


sehingga
s 1
U ( x , s )= 2 2
sin πx− 2 2 cos πx
s +π s +π

L−1 { U ( x , s ) }=L−1
{ 2
s
s +π
2
1
sin πx− 2 2 cos πx
s +π }
u ( x , t )=sin πx L−1
{ } 2
s
s +π 2 { }1
−cos πx L−1 2 2
s +π

u ( x , t )=sin πx cos πx−cos πx sin πx

∂ 2 u ∂2 u
Sehingga solusi persamaan diferensial parsial − =0 dengan syarat
∂ x2 ∂ t 2
−1 1 ∂u
u (0 , t)= sin πt , u ( 1 ,t )= sin πt , u ( x , 0 )=sin πx , dan ¿ =−cos πx adalah
π π ∂ t t =0
u ( x , t )=sin πx cos πx−cos πx sin πx

Anda mungkin juga menyukai