Transformasi Laplace
UNIVERSITAS MATARAM
2022
Pendahuluan
1. Deskripsi Pada bab ini akan dibahas mengenai cara penyelesaian persamaan diferensial
parsial dengan metode transformasi Laplace. Terlebih dahulu akan dikaji pengertian transformasi
Laplace serta teorema- teorema pada persamaan diferensial biasa, sebab langkah-langkah
penyelesaian pada persamaan diferensial parsial serupa dengan persamaan diferensial biasa.
Perbedaannya adalah pada persamaan diferensial parsial yang melibatkan fungsi multivariable
dan turunan parsialnya, transformasi Laplace diterapkan terhadap salah satu variabel bebasnya.
2. Kemampuan Akhir Kemampuan akhir yang diharapkan dengan mempelajari bab ini
adalah pembaca mampu menyelesaikan persamaan diferensial parsial menggunakan metode
transformasi Laplace.
3. Indikator
(a) Ketepatan menyelesaikan persamaan diferensial biasa dengan metode transformasi Laplace.
(c) Ketepatan menyelesaikan persamaan diferensial parsial dengan metode transformasi Laplace.
A. Transformasi Laplace Pada Fungsi Variabel Tunggal
Definisi 3.1
Transformasi Laplace dari fungsi f (t) dengan 0 ≤ t< ∞adalah fungsi F ( s ) =L \{f(t)\}
yang didefinisikan sebagai
Memanfaatkan Definisi 3.1 ini, dapat diturunkan transformasi Laplace yang disajikan
dalam table berikut.
❑
Ket. : Г adalah fungsi gamma, yaitu Г ( x )=∫ e t
−t x−1
dt .
❑
Teorema 3.1 Untuk setiap fungsi f (t), g(t ) dan konstanta a dan b, berlaku :
Transformasi Laplace dari hasil kali fungsi f ( t ) dan g ( t ) tidak bersifat linier artinya
L { f ( t ) g ( t ) } ≠ L { f ( t ) }L {g ( t ) } . Tetapi apabila pada hasil kali fungsi f ( t ) dan g ( t ) salah satu
fungsinya merupakan eksponensial, maka dapat dicari transformasi Laplace dari hasil kali
fungsi eksponensial dengan sebarang fungsi dalam t yang diberikan dalam teorema berikut.
Dengan F ( s ) =L { f ( t ) }
Definisi 3.2. Jika L { f ( t ) }=F ( s ) maka invers dari transformasi Laplace dari F ( s ) adalah
Kasus 2. Penyebut B ( s ) adalah hasil kali faktor linier dimana diantaranya ada yang berulang
r
Misalkan pada penyebut B ( s ) terdapat faktor linier yang berulang ( a 1 s+b 1 ) , yaitu dapat
dinyatakan sebagai
Kasus 3. Penyebut B (s) memuat faktor kuadratik yang tak dapat diuraikan
A (s)
Jika B ( s ) memuat faktor berbentuk as 2+ bc+ c dengan b 2−4 ac< 0 , maka akan memiliki
B( s)
suku yang berbentuk
4−2 s
Contoh : Tentukan transformasi Laplace invers dari fungsi F ( s ) =
( s +1 ) ( s−1 )2
2
Atau
Sehingga
Subtitusikan nilai s=1 pada 4−2 s=( As+ B ) ( s−1 )2 +C ( s 2+1 ) ( s−1 ) D ( s2 +1 ) diperoleh
2=2 D atau D=1. untuk memperoleh nilai A, B, dan C, perhatikan bahwa.
Dengan melakukan subtitusi (*) ke (***) diperoleh nilai A = 2, sehingga nilai C=−2.
Selanjutnya subtitusikan (****) ke (**) diperoleh nilai B=1. Sehingga
Karena turunan kedua dari fungsi f ( t ) merupakan turunan pertama dari f ' ( t ), maka menerapkan
Teorema 3.3 diperoleh
Teorema 3.4 (Teorema Translasi Kedua) jika f ( s )=L { f ( t ) } ada untuk s>c ≥ 0 dan
jika a> 0 sebarang konstan, maka
Sehingga
1 2
1 1
Karena u ( 0 , t ) =t , maka U ( 0 , s )= 2 . Mengingat U ( 0 , s )=C ( s ) , maka C ( s ) = 2 akibatnya,
s s
1
1 sx
2
U ( x , s )= 2 e 2 . Sehingga
s
Dengan memanfaatkan invers dari teoema 3.4, nilai a= x dan L { s }=t , diperoleh
1 2 −1
1
2
( ) ( ) ( )
1
1 sx 1 1 1 2
2
{
1
0 , jika t < x 2
1 2
didefinisikan pada definisi 3.3. karena U t− x =
2 ( )
1, jikat < x
2
1 2
, maka
2
∂u ∂u
Sebagai solusi dari persamaan diferensial parsial +x =0 yang memenuhi
∂x ∂x
u ( x , 0 ) =0 dan u ( 0 ,t )=t .
∂u ∂u
+2 x =2 x
∂x ∂t
1 2
Nilai L { } −1 s +1
s 2
=L
−1 1
s
+L
{}
−1 1
s2
=1+t , dan memanfaatkan invers Teorema 3.4 diperoleh
{ }(
1 −x s
{
2
= t−x2 ) U ( t −x 2 ) . karena U ( t−x )= t , jika t < x 2 , maka
2
2
L−1 2
e
s t , jika t < x
∂u ∂u
Sebagai solusi dari persamaan diferensial +2 x =2 x yang memenuhi u ( x , 0 ) =1 dan
dx dt
u ( 0 , t ) =1.
Latihan 3
{ } { }
2 2
∂ u ∂u
L 2
−L 2
=0
∂x ∂t
∂2
∂x 2 [ ∂u
L { u ( x , t ) }− s 2 U ( x , s )−su ( x ,0 )− ¿t =0 =0
∂t ]
∂2 u 2
−s U +s sin πx−cos πx=0
∂ x2
∂2 u 2
−s U=−s sin πx+ cos πx
∂ x2
U ( x , s )=U p ( x , s )+U c ( x , s )
U c ( x , s )= A ( s ) sin πx + B ( s ) cos πx
Sehingga
[−π 2 A ( s ) sin πx−π 2 B ( s ) cos πx ] −s 2 [ A ( s ) sin πx + B ( s ) cos πx ]=−s sin πx+ cos πx
[−π 2 A ( s )−s 2 A ( s ) ] sin πx+ [−π 2 B ( s )−s 2 B ( s ) ] cos πx=−s sin πx +cos πx
Akibatnya diperoleh
2 2
−π A ( s ) −s A ( s ) =−s
2 2
−π B ( s )−s B ( s )=1
Diperoleh
s
A ( s )=
s + π2
2
1
B ( s )=
s + π2
2
sx −sx s 1
U ( x , s )=C 1 ( s ) e + C2 ( s ) e + 22
sin πx− 2 2 cos πx
s +π s +π
−1 1 −1 1
Karena u (0 , t)= sin πt , u ( 1 ,t )= sin πt , maka U ( 0 , s )= dan U ( 1 , s) = .
π π s +π2
2
s + π2
2
Sehingga
1 −1
U ( 0 , s )=C 1 ( s ) +C 2 ( s ) − 2 2
= 2 2
s +π s +π
s −s 1 1
U ( 1 , s ) =C1 ( s ) e +C 2 ( s ) e + 2 2
= 2 2
s +π s +π
L−1 { U ( x , s ) }=L−1
{ 2
s
s +π
2
1
sin πx− 2 2 cos πx
s +π }
u ( x , t )=sin πx L−1
{ } 2
s
s +π 2 { }1
−cos πx L−1 2 2
s +π
∂ 2 u ∂2 u
Sehingga solusi persamaan diferensial parsial − =0 dengan syarat
∂ x2 ∂ t 2
−1 1 ∂u
u (0 , t)= sin πt , u ( 1 ,t )= sin πt , u ( x , 0 )=sin πx , dan ¿ =−cos πx adalah
π π ∂ t t =0
u ( x , t )=sin πx cos πx−cos πx sin πx