Anda di halaman 1dari 9

Naskah Role Play Konseling Gizi

TUMBUH KEMBANG
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Konseling

Disusun Oleh:

Cut
Novita Kurnia Sari
Nanda Indrawan
Brilliantika Resy F.
Amanda Umihani
Istiqomah Ramadhan F.
Dyah Agustina

G2C009007
G2C009008
G2C009009
G2C009010
G2C009011
G2C009012

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012

Naskah Role Play Konseling Gizi


Novita

: Anak (Novi)

Nanda

: Ibu (Bu Nanda)

Resy

: Nenek (Bu Resy)

Amanda

: Narator

Isti

: Pembantu (Bik Isti)

Dyah

: Konselor (Bu Dyah)

Mba Cut

: Kader (Bu Cut)

Narrator

: Di sebuah perumahan elite di kota Semarang tinggal sebuah


keluarga yang terdiri dari nenek, ayah, ibu, anak, dan seorang
pembantu yang merangkap menjadi baby sitter. Sang Ayah
bekerja di luar pulau yaitu di PT Freeport Papua dan jarang
pulang. Ibunya seorang ibu muda yang memiliki kesibukn di luar
rumah. Anaknya seorang perempuan berumur 3 tahun bernama
Novi yang sehari-hari diasuh oleh nenek dan baby sitter di
rumah.
Suatu hari di komplek perumahan tersebut diadakan kegiatan di
posyandu. Nenek membawa cucunya ke posyandu.

Kader

: Selamat pagi Ibu, kok lama tidak terlihat? (sambil menjabat


tangan nenek)

Nenek

: Selamat pagi. Iya ini Bu, saya ndak ada waktu mengantar cucu
saya ke sini.

Kader

: Oh begitu, boleh saya lihat KMS nya?

Nenek

: Iya silahkan Bu. (sambil menyerahkan KMS)

Narator

: Setelah mengamati KMS yang ada di tangannya, kader terlihat


sedikit mengerutkan dahi. Ia kemudian mengajak Novi untuk
ditimbang dan diukur tinggi badannya.

Kader

: Ayo dik, sini kita timbang dulu yaa. (menggandeng tangan


Novi)

Narrator

: Novi hanya diam mengikuti Ibu Kader. Kader membawa Novi ke


tempat pengukuran untuk diukur tinggi dan berat badannya.

Kader

: (mengukur tinggi dan berat badan novi)

Narrator

: Setelah melakukan pengukuran, kader sedikit terkejut karena


tinggi badan dan berat badan Novi masih sama seperti terakhir
kali ia ditimbang beberapa bulan yang lalu. Setelah melakukan
pencatatan,
kader
kembali
menemui
nenek
sambil
menggandeng Novi.

Kader

: ibu, ini setelah saya timbang ternyata berat badan dan tinggi
badan Novi tidak naik. (sambil menunjukkan hasil pengukuran)

Nenek

: Terus apa yang harus saya lakukan Bu?

Kader

: Makanan dik Novi diperhatikan bu, harus cukup gizinya dan


jumlahnya. Biasanya makannya apa? Disuapi?

Nenek

: wah, kalau soal makan yang ngurusi pembantu saya, saya


nggak tau.

Kader

: Hm, baiknya langsung tanya ke pembantu ibu ya, biar kita tau.
Hari ini ahli gizi dari puskesmas juga ga datang, baru keliling ke
anak gizi buruk. Bagaimana kalau besok saya ke rumah ibu saja,
dengan bu ahli gizi, biar bisa Tanya pembantu ibu sekalian

Nenek

: Oh begitu juga boleh, nanti langsung ke rumah saya saja ya


Bu. Kalo begitu saya pamit dulu, terimakasih.

Narrator

: Keesokan harinya seperti yang sudah direncanakan


sebelumnya, Kader posyandu datang ke rumah Novi.

Kader

: (mengetuk pintu) Assalamualaikum.

Pembantu

: (membuka pintu) Waalaikumsalam. Cari siapa ya Bu?

Kader

: Ibu Resy ada Mbak?

Pembantu

: Oh iya, ada Bu. Mari silahkan masuk, silahkan duduk dulu.


Saya panggilkan ibu sebentar. (pergi memanggil nenek)

Nenek

: (datang bersama Novi)

Kader

: Bu Resy, perkenalkan ini ahli gizi yang kemarin saya ceritakan.

Ahli Gizi

: (mengulurkan tangan) Perkenalkan Ibu, saya Dyah, ahli gizi


dari Puskesmas Pandanaran. Saya sudah mendapat informasi
dari Ibu Manda mengenai kondisi cucu Ibu.

Nenek

: Iya Bu Dyah, saya juga baru mengetahui hal tersebut kemarin


pas saya datang ke posyandu.

Ahli Gizi

: Oh, begitu ya Bu. Boleh saya lihat kondisi Novi terlebih dahulu?

Nenek

: iya Bu, silahkan.

Ahli Gizi

: (mendekati Novi) Adik cantik namanya siapa?

Novi

: (diam)

Ahli Gizi

: Jangan malu-malu Dik. Saya Tante Dyah, adik namanya siapa?

Novi

: Novi.

Ahli Gizi

: Dik Novi sudah makan?

Novi

: (mengangguk, terlihat takut dan malu-malu)

Ahli Gizi

: Makan apa tadi Dik?

Novi

: mie goreng.

Ahli Gizi

: Oh, adik suka makan mie goreng ya?

Novi

: (diam, terlihat tidak suka ditanya kemudian menangis)

Ahli Gizi

: cup cup, adik cantik jangan menangis ya. Ini tante kasih
permen. Jangan nangis lagi ya.

Narrator

: akhirnya ahli gizi tersebut berhenti bertanya pada Novi. Ia


kembali duduk di tempatnya semula. Novi minta neneknya
membukakan permen.

Ahli Gizi

: ibu saya boleh lihat KMS nya dik Novi?

Nenek

: iya bu, silahkan. (menyerahkan KMS)

Ahli Gizi

: ini dari KMS nya saya lihat sudah beberapa kali dik Novi tidak
dibawa ke posyandu ya Bu?

Nenek

: iya Bu. Soalnya ndak ada yang mengantar. Ibunya jarang di


rumah. Pembantu juga sibuk dengan pekerjaan rumah. Saya
juga sering nggak enak badan, maklum sudah tua begini Bu.

Ahli Gizi

: Oh begitu ya. kalo boleh saya tau, pola makan dik Novi sehariharinya seperti apa ya?

Nenek

: kalo masalah makan yang nyiapin semuanya ya pembantu


saya. Ibunya jarang di rumah. jadi ibunya cuma memberikan
uang yang kemudian dibelanjakan oleh pembantu. Dari masak
sampe nyuapin semua pembantu.

Ahli Gizi

: masih disuapin ya bu?

Kader

: iya, klo gak disuapin gak mau makan, makanannya cuma


dibuat mainan, disebar ke mana-mana.

Ahli Gizi

: (mengangguk) boleh saya bicara dengan baby sitternya Bu?

Nenek

: (memanggil bik Isti)

Pembantu

: (datang kemudian duduk) Ibu ada apa ya memanggil saya?

Ahli Gizi

: ini Bi, saya ingin menanyakan beberapa hal mengenai


makanan dik Novi.

Pembantu

: oh, kalau dik Novi itu suka banget makan mie goreng Bu. Dia
juga suka makan sosis sama nugget. Dia nggak suka makan
sayur Bu, makanya saya juga jarang beli sayur. Dia suka minta
dibeliin jajan chiki-chikian itu, sehari bisa habis 5 bungkus. Kalo
udah kenyang makan jajan biasanya nggak mau makan nasi.
Kalo dipaksa malah nangis bu. Yaudah saya juga nggak bisa
apa-apa. Kadang sehari Cuma makan jajan kaya gitu nggak
makan nasi.

Ahli Gizi

: wah adik Novi suka makan makanan instan ya. apakah Bibi
pernah mencoba melarang nya makan chiki-chikian dan
menggantinya dengan jajan/snack yang lebih sehat?

Pembantu

: pernah bu, tapi nggak dimakan jadi ya saya kasihan. Daripada


dia nangis nanti malah saya yang dimarahin jadi ya saya
biarkan makan jajan kesukannya itu.

Ahli Gizi

: (mengangguk) apakah bibi pernah mencoba mengganti sosis


dan nugget dengan daging sapi atau daging ayam yang segar?

Pembantu

: dulu pernah bu, tapi tidak dimakan. Jadi daripada beli kaya gitu
terus mubadzir ya saya belinya langsung yang sosis dan nugget
itu. Yang dah jelas jelas bakal dimakan.

Narrator

: tiba-tiba pintu depan terbuka. Muncul sesosok wanita modis


yang ternyata adalah ibu dari Novi.

Ibu

: wah wah, ada apa ini kok rame sekali? (sambil kerepotan
membawa tas belanjaan). Maaf saya begini biasa habis belanja
sama arisan tadi.

Nenek

: nanda, ini loh ada tamu. Dia ahli gizi yang mau mengurusi si
Novi. Kamu duduk dan bicara dengan dia tentang novi. Jangan
malah mengurusi dirimu sendiri (bicara dengan nada marah
kemudian mengajak Novi pergi)

Pembantu

: (ikut pergi bersama Nenek)

Kader dan ahli Gizi berdiri sambil bergantian menyalami Bu Nanda.


Ibu

: perkenalkan saya Nanda ibunya Novi. Senang bertemu dengan


anda. Kalau boleh saya tahu apa yang terjadi pada anak saya
bu?

Ahli Gizi

: senang bertemu dengan anda juga Bu, saya Dyah ahli gizi dari
puskesmas pandanaran.

Narrator

: ahli gizi tersebut menceritakan tentang kondisi yang dialami


Novi kepada Ibunya. Bu nanda mendengarkan dengan seksama
sedangkan Bu manda sebagai kader kadang membenarkan apa
yang diucapkan oleh ahli gizi. Dari pengamatan disimpulkan
Novi mengalami gizi kurang, badannya lebih pendek dan kurus
dari yang seharusnya, perkembangannya juga lebih lambat:
belum bisa makan sendiri dan terlalu pemalu dan cengeng.
Semua karena kurang pengasuhan, kasih sayang/perhatian dan
pembelajaran di rumah.

Ibu

: oh begitu ya Bu. Saya tidak tahu menahu tentang kondisi anak


saya. Saya menganggap selama ini dia baik-baik saja karena
memang tidak pernah mengeluh sakit. Jadi saya tetap sibuk
mengurusi urusan pribadi saya sampai lupa meberikan

perhatian yang cukup untuk anak saya. Lalu sekarang saya


harus bagaimana Bu?
Ahli Gizi

: begini Bu, sebenarnya mengatasi kondisi Novi saat ini masih


belum terlalu terlambat. Asalkan ibu dan pembantu benar-benar
fokus dan bekerja sama untuk kebaikan Novi. Misalnya saja
untuk masalah makanan, ibu bisa membuat perencanaan menu
yang bergizi tapi dikemas dengan tampilan yang menarik
sehingga disukai anak seumuran Novi.

Ibu

: baiklah Bu. Lalu menu yang bergizi itu yang seperti apa? Saya
tidak terlalu mengerti soal gizi Bu.

Ahli gizi

: saya akan jelaskan secara garis besarnya dulu ya Bu. Jadi


makanan yang bergizi seimbang itu makanan yang memiliki
kandungan yang sesuai dengan kebutuhan Novi. Kalau bisa kita
mencukupi kebutuhan Novi dari sumber makanan alami saja
misal sayur dan buah. Untuk lauk pauk sehari hari bisa
digunakan daging ayam atau daging sapi serta ikan segar,
bukan yang hasil olahan.

Ibu

: (mengangguk-angguk tanda mengerti) Begitu ya, tapi


masalahnya anak saya tidak suka makan masakan rumah
apalagi buah dan sayur.

Ahli Gizi

: oh kalau masalah itu kita bisa mencari solusinya. Kita bisa


melakukan modifikasi menu dan mengatur pola makan dik Novi
agar kebutuhan nya tercukupi. Juga merubah pendekatan
sewaktu menyuapi dia.

Ibu

: modifikasi menu? Seperti apa itu Bu?

Ahli Gizi

: jadi begini, saya beri contoh saja ya Bu. Novi kan menyukai
nugget. Ibu bisa mengakali dengan memberikan nugget sayur
yang ibu atau pembantu buat sendiri, jadi nugget tersebut lebih
terjmin kandungan zat gizinya dan bebas pengawet.

Ibu

: baik Bu, saya sudah sedikit mengerti. Lalu bagaimana pola


makan yang baik dan benar untuk Novi? Kata pembantu saya,
dia suka makan jajajan dan kalu tidak dituruti nanti kan
menangis.

Ahl Gizi

: tenang saja Bu, kita bisa melakukan secara perlahan-lahan.


Kalau memang Novi tidak bisa menghindari jajanan sama sekali,
kita bisa mencoba mengganti dengan snack buatan sendiri.
Chiki boleh kadang-kadang, tapi jangan dibiasakan. Saya
mengerti, memang diperlukan kesabaran, kreativitas dan cobacoba Bu. Namun saya yakin kita bisa melakukannya untuk
kebaikan Novi.

Ibu

: oh begitu, kalau saya meakukan semua itu apakah keadaan


Novi akan membaik Bu? Apakah Novi bisa tumbuh dan
berkembang normal seperti anak lain?

Ahli Gizi

: kalau kita sungguh-sungguh dan yakin, kita pasti bisa. Lagipula


kalau Novi sudah terbiasa menerima diet tersebut, ke depannya
akan jauh lebh mudah untuk mengatur makanannya. Kebiasaan
yang baik akan membawa perubahan yang baik pula Bu.
Mungkin ada cara agar ibu bisa melakukan kegiatan bersama
dengan dek Novi sambil menanamkan kebiasaan baik?

Ibu

: oh, bagaimana kalau kami membuat makanan kecil yang


bergizi dan lucu-lucu bersama? Saya baru membeli buku resep
yang enak dan mudah.

Ahli Gizi

: oh, itu ide yang bagus. Bisa sekalian mengajari pola makan
yang baik, dan bentuk perhatian. Ibu juga bisa mengajari Novi
untuk makan sendiri dengan alat makan yang lucu-lucu dan
makanan yang menarik. Mungkin agak repot awalnya, tapi
dengan perhatian dan pendampingan ibu pasti bisa.

Ibu

: baiklah saya akan mencoba semaksimal dan semampu saya.


Kalau nanti saya ada kesulitan waktu melakukannya, boleh saya
meminta bantuan ibu lagi?

Ahli Gizi

: boleh sekali Ibu. Justru saya berharap Ibu mau menemui saya
lagi untuk menceritakan perkembangan dik Novi. Ini kartu nama
saya, Ibu bisa menghubungi saya dan membuat janji apabila
ada yang perlu dibicarakan dengan saya lagi.

Ibu

: terima kasih Bu atas


melakukannya dengan baik.

bantannya.

Semoga

saya

bisa

Ahli Gizi

: iya Ibu, sama-sama. Kita pasti bisa, ibu bisa berkolaborasi


dengan pembantu dan nenek dalam menyiapkan segala
sesuatunya supaya lebih mudah. Saya pamit dulu.

Ibu

: iya Bu. Terimakasih banyak lho.

Anda mungkin juga menyukai