Anda di halaman 1dari 4

NASKAH ROLE PLAY

Pembagian peran:
1. Perawat A : Ro’ihatus Siha
2. Perawat B : Putri Habsari
3. Mbah Sumi : Merrytania P.
4. Ny. Jannah : Taqiyatul Izzah
5. Narator : Rika Frastiwi
6. Naskah : Roudlotul Ilma
7. Editor video : Annisa Alivia
8. Perekam : Niken Rohdiyah

Di Desa Kembang Kuncup Daerah Kabupaten Blitar, tinggallah Nenek Sumi (65
tahun) bersama anak perempuannya yang janda (45 tahun) bernama Ny. Jannah. Sejak
2 minggu yang lalu, nenek Sumi mengaku tak bernafsu makan, setiap makan selalu
dalam porsi sedikit dan tidak pernah dihabiskan. Selain itu, ia juga mengatakan lemas
dan cepat lelah saat beraktivitas. Semakin hari, nenek Sumi semakin terlihat kurus
saja.
[Di rumah]
Ny. Jannah : “Buk, ayo sarapan dulu bareng-bareng sama Jannah..”
Nenek Sumi : “Udah nduk tinggal saja, ibuk lagi gak nafsu makan. Nanti aja ibuk tak
makan sendiri gakpapa.”
Karena sifatnya yang keras kepala, Nenek Sumi sulit sekali dinasehati oleh Ny.
Jannah. Nenek Sumi menganggap bahwa Ny. Jannah hanya suka ngomel, oleh karena
itu sering terjadi cekcok diantara keduanya.
Ny. Jannah : “yaapa toh buk, mesti kok ibuk ini. Sampean udah gak nafsu makan 2
minggu ini, kalo mau makanpun, porsinya sedikit dan gak dihabiskan. Jannah
khawatir ibuk jadi sakit kalo terus-terusan gak mau makan.”
Nenek Sumi : “Yo terserah aku toh nduk kok e, nanti kalo mau makan biar tak ambil
sendiri. Kamu gak boleh kurang ajar sama ibuk”
Ny. Jannah : “Buk Jannah itu kayak gini karena Jannah sayang sama ibuk, gak mau ibuk
sakit, badan ibuk itulo sampe tinmggal tulang aja. Biar Jannah suapin ibuk ya”
Nenek Sumi : “Kamu itu lho kok ya ngomel terus, yowes ibuk mau tapi dikit aja.”
Ny. Jannah menjadi semakin khawatir akan kesehatan ibunya, akhirnya Ny.
Jannah memutuskan untuk membawa nenek Sumi ke pelayanan kesehatan terdekat
dari rumahnya, yaitu Puskesmas.
[Di Puskesmas]
Perawat A : “Selamat pagi ibuk, mbah. Perkenalkan nama saya Ossy, ibuk dan mbah
dapat memanggil saya Ners Ossy.”
Ny. Jannah : “Selamat pagi Sus”
Perawat A : “Ini mbah Sumi ya, ada yang bisa saya bantu buk, mbah”
Ny. Jannah : “Jadi begini Ners, ibu saya sudah 2 minggu nafsu makannya menurun. Yang
saya lihat belakangan ini ibuk cuma banyak tiduran di kamar.”
Perawat A : “Untuk makannya, sehari berapa kali bu? Porsinya dihabiskan, setengah
porsi, atau hanya beberapa sendok saja?”
Ny. Jannah : “Jarang mau makan Ners, sehari dua kali itu udah syukur. Dan kalau makan
ya gitu, porsinya sedikit dan hanya dimakan seperempat. Oh iya dan ibuk itu
sukanya sama sayur lodeh sisa kemaren yang dipansin gitu lho sus, kalo gak
makan pake itu malah hanya makan beberapa sendok aja”
Menyadari ibuknyta yang sedari tadi cuma duduk diam, Ny. Jannah lalu
menyenggol nenek Sumi dan menyuruhnya untuk berbicara.
Ny. Jannah : “Ibuk pean iku ngomongo talah, ada keluhan apa lagi yang ibuk rasakan.”
Nenek Sumi : “Saya itu gak nafsu makan sus makanya gak mau makan. Gigi saya ini lo
udah rontok semua, sudah ompong jadi kalo mau makan itu susah, akhire lama
kelamaan jadi terbiasa males.”
Perawat A : “apa ada lagi yang dirasakan selain tidak nafsu makn mbah?”
Nenek Sumi : “Oalah iya ners tambahan, saya juga merasa belakangan ini ketika
beraktivitas saya mudah lelah dan tiba-tiba pusing sus, makanya saya banyak
rebahan aja biar tidak lemas. Apa gara-gara saya kurang makan ya ners
makanya saya jadi sering pusing begini?”
Perawat A : “Nah itu bener mbahnya pinter tahu, emang mbah ini kurang makan mbah,
makanan kan sumber energi kita to mbah, jadi kalo mbah Sumi makannya
kurang tenaganya juga gak ada, makanya kalo dibuat aktivitas sedikit
langsung cepat lelah dan pusing.”
Ny. Jannah : “Didengerin tuh buk, ibuk itu kalo dibilangin suka ngeyel biasanya.”
Nenek Sumi : “iyo iyo Mi....”
Perawat A : “Selain makan nasi sama sayur, mbahnya apa makan dengan lauk? Kalau
susu bagaimana mbah?”
Nenek Sumi : “Enggak ners, lhawong saya kalau makan yang amis-amis saya malah
muntah. Sama kaya susu juga saya gak suka baunya ners, mau mual aja
rasanya.”
Ny. Jannah : “Iya ners, di rumah sudah saya sediakan susu tapi tidak pernah diminum.
Padahal dulu ibu saya sendiri yang minta dibelikan susu.”
Perawat A : “Baik mbah ini setelah ini kita ukur dulu berat badan tinggi badannya ya.”
Nenek Sumi : “Iya, sus...”
Perawat A : “Berat badan terakhir berapa mbah? Masih ingatkah?”
Ny. Jannah : “Satu bulan yang lalu sih berat badannya 43 kg ners, kalau tinggi badannya
157 cm kalau tidak salah.”
Perawat A : “Oke sekarang ditimbang lagi mbah, biar tau pastinya ada penurunan berat
badan atau tidak. Sini mbah monggo..”
Nenek Sumi : “Baik, sus...”
Perawat A kemudian membantu nenek Sumi untuk menimbang berat badan
dan mengukur tinggi badannya, selain itu perawat A juga melakukan pengukuran
LILA mbah Sumi. Hasil pengukuran didapatkan BB = 40 kg, TB = 157 cm, LILA = 18
cm (dibawah normal), IMT = 16,2 (kurang).
Perawat A : “Buk, mbah, sesuai dengan keluhan dan hasil pengukuran berat badan, tinggi
badan, dan lingkar lengan atas yang telah dilakukan tadi, hasilnya mbah Sumi
mengalami gizi kurang. Jadi kurang gizi itu buk, mbah, merupakan suatu
keadaan dimana tidak terpenuhinya energi, protein, ataupun keduanya dari
asupan makanan. Nah gizi kurang ini biasanya ditandai dengan penurunan
drastis berat badan. Keadaan ini terjadi karena tidak tercukupinya kalori yang
dibutuhkan oleh tubuh, penyebabnya ya biasanya karena kurang nafsu dan
tidak mau makan.”
Ny. Jannah : (Ny. Jannah terlihat serius dan antusias mendengarkan penjelasan dari Ners)
“Saya sudah menduga akan seperti ini, buk.”
Nenek Sumi : “Astaghfirullahaladziiim saya sedih...”
Setelah itu perawat B yang bertugas memberikan Health Educationpu
memasuki ruangan. Setelah berkenalan perawat B mulai memberikan HE kepada
nenek Sumi dan Ny. Jannah terkait AKG dan rekomendasi makanan yang dibuituhkan
oleh nenek Sumi. Selain itu perawat B juga menunjukkan tabel rekomendasi diet agar
nenek sumi dan Ny. Jannah lebih mudah untuk mengerti dan paham. Setelah
pemberian HE berakhir............
Perawat B : “dari penjelasan saya barusan apakah ada yang ditanyakan atau dikonfirmasi
mbah, bu?”
Ny. Jannah : “Saya kira tidak ners..”
Perawat B : “Oh iya mbah, karena tadi mbah Sumi menyebutkan bahwa giginya menjadi
salah satu faktor yang menyebabkan tidak nafsu makan, mungkin bisa dibantu
dengan penggunaan gigi palsu.”
Nenek Sumi : “Oh seperti itu ya sus, tapi saya takut tidak nyaman kalau menggunakan gigi
palsu.”
Perawat B : “Mungkin awalnya akan terasa seperti itu mbah, namun lama kelamaan
mbahnya akan terbiasa. Atau kalau tidak mbah sumi bisa hanya memakainya
kalau waktunya makan saja, setelah selesai makan bisa dilepas mbah.”
Ny. Jannah : “Nah iya buk, kan bisa juga toh kaya gitu..”
Nenek Sumi : “Baiklah ners....”
Perawat B : “Sama satu lagi buk, mbah yang terakhir, tidak baik mengkonsumsi makanan
sisa kemaren yang dipanaskan mbah. Jadi mulai sekarang bisa dibiasakan
untuk merubahnya ya mbah, pelan-pelan. Bu Jannah bisa dibantu dan
dibimbing ibuknya.”
Ny. Jannah : “Baik sus, siap laksanakan.”
Perawat B : “Baik bu kalau tidak ada yang ingin ditanyakan dan sudah paham saya rasa
cukup. Saya doakan mbah Sumi bisa segera sehat lagi ya...”
Nenek Sumi : “Terimakasih banyak ners”
Setelahnya, Nenek Sumi dan Ny. Jannah berpamitan kepada perawat untuk pulang
Ny. Jannah : “Kalau begitu kami pamit ya ners, terimakasih banyak.”
Perawat B : “Sama-sama bu, mbah.”
Ny. Jannah : “permisi, Assalamualaikum..”
Nenek Sumi : “Assalamualaikum..”
Perawat B : “Wa’alaikumsalam wr.wb”

-SEKIAN-

Anda mungkin juga menyukai