2.
Rencana pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran dalam arti kognitif namun yang diutamakan
pendidikan watak atau kepribadian (value attitude) meliputi:
1.
2.
3.
Lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia yang berdaulat dan sejajar dengan
bangsa lain.
Bentuknya memuat dua hal pokok, yaitu daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, serta
garis-garis pengajarannya.
Lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia yang berdaulat dan sejajar dengan
bangsa lain.
Kelemahan :
Kurikulum pendidikan Indonesia masih dipengaruhi system pendidikan kolonial belanda dan
jepang.
Garis-garis besar pengajaran pada saat itu menekankan pada cara guru mengajar dan cara murid
mempelajari. Misalnya, pelajaran bahasa mengajarkan bagaimana cara berbicara, membaca, dan
menulis. Ilmu Alam mengajarkan bagaimana proses kejadian sehari-hari, bagaimana mempergunakan
berbagai perkakas sederhana (pompa, timbangan), dan menyelidiki berbagai peristiwa sehari-hari,
misalnya mengapa lokomotif diisi air dan kayu, mengapa nelayan melaut pada malam hari, dan
bagaimana menyambung kabel listrik. Pada perkembangannya, rencana pelajaran lebih dirinci lagi setiap
pelajarannya, yang dikenal dengan istilah Rencana Pelajaran Terurai 1952.
Kurikulum pendidikan menengah ditujukan untuk menyiapkan pelajar ke pendidikan tinggi, serta
mendidik tenaga-tenaga ahli dalam pelbagai lapangan khusus, sesuai dengan bakat masingmasing dan kebutuhan masyarakat.
Kurikulum pendidikan tinggi ditujukan untuk menyiapkan pelajaran agar dapat menjadi pimpinan
dalam masyarakat, dan dapat memelihara kemajuan ilmu, dan kemajuan hidup kemasyarakatan.
setiap pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan seharihari.
pada pengembangan pancawardhana dan mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok
bidang studi :moral, kecerdasan, emosional, keterampilan dan jasmani.
Kelemahan:
c. Kurikulum 1964
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum di
Indonesia. Kali ini diberi nama Rencana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang
menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat
pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada
program Pancawardhana yang meliputi pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral. Mata
pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional,
keterampilan, dan jasmani. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan
fungsional praktis.
Kurikulum 1964 tidak bertahan lama. Situasi politik mengalami perubahan pesat dan terjadi peristiwa
yang dikenal dengan nama G.30.S/PKI. Pada tanggal 11 Maret 1966 Presiden Soekarno mengeluarkan
Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) yang memberikan wewenang kepada Mayjen Soeharto untuk
mengamankan ajaran Panglima Besar Revolusi. Dengan kewenangan yang dimilikinya, Mayjen Soeharto
kemudian membubarkan PKI, sesuai dengan Tiga Tuntutan Rakyat (Tritura). Manipol-USDEK dan
Nasakom tidak lagi menjadi ideologi negara. Revolusi menemukan titik akhir perjalanannya. Pada tahun
1966, MPRS menetapkan kebijakan pendidikan untuk menghilangkan pengaruh Manipol dan melarang
ajaran komunis. TAP MPRS XXVI tahun 1966 menentukan bahwa pendidikan haruslah diarahkan pada
Oleh karena itu maka kurikulum baru diperlukan untuk membersihkan pikiran dan hati generasi muda dari
ideologi tersebut. Meski pun demikian, pendidikan ideologi terus berlanjut. Kurikulum baru segera
dikembangkan untuk menggantikan kurikulum 1964, dibersihkan dari Manipol-USDEK dan Nasakom.
d. Kurikulum 1968
Lahirnya Orde Baru memberikan warna tersendiri dalam sistem pendidikan Indonesia. Sesuai dengan
ketetapan TAP MPRS No. XXVII/MPRS/1966 tentang Agama, Pendidikan, dan Kebudayaan, maka
dirumuskan mengenai tujuan pendidikan sebagai bentuk manusia Pancasila sejati berdasarkan
ketentuan-ketentuan sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 dan isi UUD 1945. Isi dari kurikulum 1968
ialah mempertinggi mental. Moral, budi pekerti dan memperkuat keyakinan beragama, mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan, membina atau mengembangkan fisik yang kuat dan sehat.
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya perubahan struktur
kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan
UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 istilah yang
digunakan adalah Rencana Pendidikan bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk
membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada
kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis, mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai
produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968
menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan
dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya Sembilan.
Karakteristik kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya perubahan
struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari
perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Mata pelajaran yang dikorelasikan dengan mata pelajaran yang lain, walaupun batas demokrasi
antar mata pelajaran masih terlihat jelas.
Penjurusan di SMA dilakukan di kelas II, dan disederhanakan menjadi dua jurusan, yaitu sastra
social budaya dan ilmu pengetahuan alam.
Struktur pendidikan dari pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar,
dan kecakapan khusus.
Kelemahan:
Muatan materi masing-masing mata pelajaran masih bersifat teoritis dan belum terikat erat
dengan keadaan nyata dalam lingkungan sekitar.
Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menggunakan prinsip-prinsip di antaranya sebagai
berikut.
1. Berorientasi pada tujuan. Pemerintah merumuskan tujuan-tujuan yang harus dikuasai oleh siswa
yang lebih dikenal dengan hirarki tujuan pendidikan.
2. Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan peranan
yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif.
3. Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
4. Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional (PPSI).
5. Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon (rangsangjawab) dan latihan (Drill). Pembelajaran lebih banyak menggunaan teori Behaviorisme, yakni
memandang keberhasilan dalam belajar ditentukan oleh lingkungan dengan stimulus dari luar,
dalam hal ini sekolah dan guru.
Tujuan institusional.
Berlaku mulai SD, SMP maupun SMA. Tujuan Institusional adalah tujuan yang hendak dicapai lembaga
dalam melaksanakan program pendidikannya.
2)
Struktur program adalah kerangka umum program pengajaran yang akan diberikan pada tiap sekolah.
3)
Garis-Garis Besar Program Pengajaran, memuat hal-hal yang berhubungan dengan program pengajaran,
yaitu.
Tujuan Kurikuler, yaitu tujuan yang harus dicapai setelah mengikuti program pengajaran yang
bersangkutan selama masa pendidikan.
Tujuan Instruksional Umum, yaitu tujuan yang hendak dicapai dalam setiap satuan pelajaran baik
dalam satu semester maupun satu tahun.
Pokok bahasan yang harus dikembangkan untuk dijadikan bahan pelajaran bagi para siswa agar
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Urutan penyampaian bahan pelajaran dari tahun pelajaran satu ke tahun pelajaran berikutnya
dan dari semester satu ke semester berikutnya.
4)
Sistem PPSI berpandangan bahwa proses belajar-mengajar sebagai suatu system yang senantiasa
diarahkan pada pencapaian tujuan. PPSI sendiri merupakan sistem yang saling berkaitan dari satu
instruksi yang terdiri atas urutan, desain tugas yang progresif bagi individu dalam belajar (Hamzah B.Uno,
2007). Oemar Hamalik mendefinisikan PPSI sebagai pedoman yang disusun oleh guru dan berguna
untuk menyusun satuan pelajaran. Komponen PPSI meliputi:
1. Pedoman perumusan tujuan. Pedoman perumusan tujuan memberikan petunjuk bagi guru dalam
merumuskan tujuan-tujuan khusus.
2. Pedoman prosedur pengembangan alat penilaian. Tes yang digunakan dalam PPSI disebut
criterion referenced test yaitu tes yang digunakan unuk mengukur efektifitas program/
pelaksanaan pengajaran.
3. Pedoman proses kegiatan belajar siswa. Pedoman proses kegiatan belajar siswa merupakan
petunjuk bagi guru untuk menetapkan langkah-langkah kegiatan belajar siswa sesuai dengan
bahan pelajaran yang harus dikuasai dan tujuan khusus instruksional yang harus dicapai oleh
para siswa
4. Pedoman program kegiatan guru. Pedoman program kegiatan guru merupakan petunjukpetunjuk bagi guru untuk merencanakan program kegiatan bimbingan sehingga para siswa
melakukan kegiatan sesuai dengan rumusan TIK.
5. Pedoman pelaksanaan program. Pedoman pelaksanaan program merupakan petunjuk-petunjuk
dari program yang telah disusun.
6. Pedoman perbaikan atau revisi. Pedoman perbaikan atau revisi yang merupakan pengembangan
program setelah selesai dilaksanakan.
5)
Sistem Penilaian
Penilaian menggunakan PPSI diberikan pada setiap akhir pelajaran atau pada akhir satuan pelajaran
tertentu., inilah yang membedakan kurikulum 1975 dengan kurikulum sebelumnya yaitu memberikan
penilaian pada akhir semester akhir tahun saja
6)
Setiap siswa memiliki tingkat kecepatan belajar yang tidak sama. Sehingga mereka memerlukan
pengarahan yang akan mengembangkan mereka menjadi manusia yang mampu meraih masa depan
yang lebih baik.
7)
Sebagai suatu lembaga pendidikan memerlukan pengelolaan yang terarah, baik yang digunakan oleh
para guru, administrator sekolah, maupun para pengamat sekolah menggunakan teknik supervisi dan
administrasi sekolah yang dapat dipelajari pada Pedoman pelaksanaan kurikulum tentang supervise dan
administrasi.
Mata Pelajaran dalam Kurikulum tahun 1975 adalah
1. Pendidikan agama
2. Pendidikan Moral Pancasila
3. Bahasa Indonesia
4. IPS
5. Matematika
6. IPA
7. Olah raga dan kesehatan
8. Kesenian
9. Keterampilan khusus
Menekankan pada pendidikan yang lebih efektif dan efisien dalam hal daya dan waktu
Menganut sistem yang senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik,dapat
diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa
b) Kurikulum 1984
Sidang umum MPR 1983 yang produknya tertuang dalam GBHN 1983 menyiratkan keputusan politik
yang menghendaki perubahan kurikulum dari kurikulum 1975 ke kurikulum 1984, karena sudah dianggap
tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi .
Secara umum dasar perubahan kurikulum 1975 ke kurikulum 1984 di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum tertampung ke dalam kurikulum
pendidikan dasar dan menengah.
2. Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengan kemampuan
anak didik.
3. Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di sekolah.
4. Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap jenjang.
5. Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) sebagai bidang pendidikan yang
berdiri sendiri mulai dari tingkat kanak-kanak sampai sekolah menengah tingkat atas termasuk
Pendidikan Luar Sekolah.
6. Pengadaan program studi baru (seperti di SMA) untuk memenuhi kebutuhan perkembangan
lapangan kerja.
4. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Untuk menunjang pengertian
alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa memahami konsep yang
dipelajarinya.
5. Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa. Pemberian materi
pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa dan penyajian pada jenjang sekolah
dasar harus melalui pendekatan konkret, semikonkret, semiabstrak, dan abstrak dengan
menggunakan pendekatan induktif dari contoh-contoh ke kesimpulan.
6. Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses adalah pendekatan
belajar-mengajar yang memberi tekanan kepada proses pembentukkan keterampilan
memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya.
Sedangkan program B adalah program yang mengarah kepada keterampilan kejuruan yang akan dapat
menrjunkan siswa langsung berkecimpung di masyarakat, Tetapi mengingat program B memerlukan
sarana sekolah yang cukup , maka program ini untuk sementara ditiadakan
Pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat
secara fisik, mental, intlektual dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman
belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektip, maupun psikomotor.
Banyak sekolah kurang mampu menafsirkan, yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas
lantaran siswa berdiskusi, di sana sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi
mengajar model berceramah.
c) Kurikulum 1994
Adapun yang menjadi latar belakang di berlakukan kurikulum 1994 adalah sebagai berikut:
1. Bahwa sesuai dengan undang undang Dasar 1945 mengamanatkan upaya untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
satu sistem pengajaran nasional yang di atur oleh undang-undang
2. Untuk mewujudkan pembangunan Nasional di bidang pendidikan diperlukan peningkatan dan
penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan Nasional yang disesuaikan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian , perkembangan masyrakat serta kebutuhasn
pembangunan .
3. Dengan berlakunya undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989 tentanmg sistem
pendidikan Nasional maka kurikulum sekolah menengah umum perlu disesuaikan denga
peraturan perundang undang tersebut.
Pada kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum 1984 proses pembelajaran menekankan pada pola
pengajaran yang berorientasi pada tiori belajar mengajar dengan kurang memperhatikan muatan (isi)
pelajaran. Hal ini terjadi karena disesuaikan dengan suasana pendidikan di LPTK (Lembaga Pendidikan
dan Tenaga Kependidikan) pun lebih mengutamakan teori tentang proses belajar mengajar. Akibatnya,
pada saat itu dibentuk tim basic science yang salah satu tugasnya ikut mengambangkan kurikulum di
sekolah. Tim ini memandang bahwa materi (isi) pelajaran harus diberikan cukup banyak kepada siswa ,
sehingga siswa selesai mengikuti pelajara pada priode tertentu akan mendapatkan materi pelajaran yang
cukup banyak.
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurna kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan undang
undang no 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian
waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem catur wulan, dengan sistem
caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi
kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak.
6. Pengajaran dari hal yang kongkrit ke hal yang abestrak, dari hal yang mudah ke yang sulit, dan
dari hal yang sederhana ke hal yang komplek.
7. Pengulangan pengulangan materi yang di anggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan
pemahaman siswa.
Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan , terutama sebagai akibat dari
kecenderungan kepada pendekatan penguasaan materi (content oriented) di antaranya sebagai adalah:
1. Bahan belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya
materi/substansi setiap mata pelajaran.
2. Materi pelajaran dianggap terlalu sulit karena kurang relevan dengan tingkat perkembangan
berfikir siswa dan kurang bermakna karena kurang terkait denga aplikasi kehidupan sehari-hari.
3. Permasalahan yang dihadapi ketika berlangsung pe;aksanaan kurikulum 1994. Hal ini
mendorong pera pembuat kebijakan untuk penyempurnaan kurikulum tersebut. Salah satu upaya
penyempurnaan tersebut dilkakukannya suplemen kurikulum 1994. Penyempurnaan tersebut
dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip penyempurnaan kurikulum yaitu (a)
penyempurnaan kurikulum secara berterus menerus sebagai upaya menyesuaikan kurikulum
denga perkembangan ilmun pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan kebutuhan
perkembangan ilmun pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan kebutuah masyarakat, (b)
Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang tepat antara tujuan yang
ingin di capai dengan beban belajar, potensi siswa dan keadaan lingkungan serta sarana
pendukung.
4. Penyempurna kurikulum dikukan untuk memperoleh kebenaran substansi materi pelajaran dan
kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa
5. Penyempurnaan kurikulum memprtimbangkan berbagai aspek terkait seperti tujuan materi,
pembelajaran, evaluasi dan sarana dan prasarana termasuk buku pelajaran.
6. Penyempurnaan kurikulum tidak mempersulit guru dalam mengimplementasikan dan tetap dapat
menggunakan buku pelajaran dan saran prasarana pendidikan lainnya yang tersedia di sekolah.
penyempurnaan 1994 di pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan bertahap yaitu tahap
penyempurnaan jangka pendek dan penyempurnaan jangka panjang.
Penggunaan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan
sosial.
Pengajaran dari hal yang konkret ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit, dari
hal yang sederhana ke hal yang kompleks.
Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi/
substansi setiap mata pelajaran.
Materi pelajaran yang dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat
perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi
kehidupan sehari-hari.
b. Kurikulum 1975
Membentuk manusia pembangunan yang berpancasila dan membentuk manusia Indonesia yang sehat
jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan
tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan
kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya dan mencintai sesama
manusia sesuai dengan ketentuan yang bermaktub dalam Undang-Undang Dasar 1945.
c. Kurikulum 1984
Meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi
budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah airagar
dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta
bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
d. Kurikulum 1994
Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia
yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri,
serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Kurikulum ini menitik beratkan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas
dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa
penguasaan terhadap serangkat kompetensi tertentu. KBK diarahkan untuk mengembangkan
pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat peserta didik, agar dapat melakukan
sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan dan keberhasilan dengan penuh tanggungjawab.
Latar belakang Perubahan Kurikulum
KBK tidak ditetapkan dalam UU atau Peraturan Pemerintah. Alasan diubahnya kurikulum 1994 menjadi
KBK karena mutu pendidikan di Indonesia yang kurang baik dan banyak siswa yang tidak menerapkan
ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan, selain itu mereka dituntut untuk menghapal materi tanpa
memahaminya sehingga apa yang telah di ujikan maka materi itu akan dengan mudah lupa.
Oleh karena itu dengan dirubahnya kurikulum 1994 menjadi KBK diharapkan dapat menekankan
kurikulum pada kompetensi yang harus dimiliki dan dikuasai siswa dalam menyelesaikan pembelajaran.
Menurut Paul (2007:43) kompetensi merupakan kemampuan yang dapat berupa keterampilan, nilai
hidup siswa yang mempengaruhi cara mereka berpikir dan bertindak.
Dalam kurikulum KBK ini sekolah diberi keleluasaan dalam menyusun dan mengembangkan silabus mata
pelajaran sehingga dapat mengakomodasi potensi sekolah, kebutuhan dan kemampuan peserta didik
serta kebutuhan masyarakat sekitar sekolah.
Ciri-ciri Kurikulum KBK
1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupaun klasikal.
Artinya isi KBK pada intinya adalah menekankan pada pencapaian sejumlah kompetensi yang
harus dicapai oleh siswa. Kompetensi inilah yang selanjutnya dinamakan standar minimal atau
kemampuan dasar.
2. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman. Artinya, keberhasilan pencapaian kompetensi
dasar diukur oleh indikator hasil belajar. Indikator inilah yang dijadikan acuan apakah kompetensi
yang diharapkan sudah tercapai atau belum.
3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
Dalam KBK proses menerima informasi dari guru harus ditinggalkan. Belajar adalah proses
mencari dan menemukan. Jadi menuntut keaktifan siswa, oleh sebab itu proses pembelajaran
harus bervariasi.
4. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan suatu
kompetensi. Artinya, keberhasilan pembelajaran KBK tidak hanya diukur dari sejauh mana siswa
dapat menguasai isi atau materi pelajaran, akan tetapi bagaimana cara mereka menguasai
pelajaran tersebut. Jadi hasil dan proses adalah dua sisi yang sama penting.
5. Konsep KBK sering mengalami perubahan termasuk pada urutan standar kompetensi dan
kompetensi dasar sehingga menyulitkan guru untuk merancang pembelajaran secara
berkelanjutan.
KHB berisi tentang perencaan pengembangan kompetensi siswa yang perlu dicapai secara keseluruhan
sejak lahir sampai usia 18 tahun. Kurikulum dan hasil belajar ini memuat kompetensi, hasil belajar, dan
indicator. KHB memberikan suatu rentang kompetensi dan hasil belajar siswa yang bermanfaat bagi guru
untuk menentukan apa yang harus dipelajari oleh siswa, bagaimana seharusnya mereka dievaluasi, dan
bagaimana pembelajaran disusun.
2.
Memuat prinsip, sasaran, dan pelaksanaan penilaian berkelanjutan yang lebih akurat dan konsisten
sebagai akuntabilitas publik melalui penilaian terpadu dengan kegiatan belajar mengajar di kelas
(berbasis kelas) dengan mengumpulkan kerja siswa (fortofolio), hasil karya (produk), penugasan
(proyek), kinerja (performance), dan tes tertulis. Penilaian ini mengidentifikasi kompetensi/hasil belajar
yang telah dicapai, dan memuat pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai
serta peta kemajuan belajar siswa dan pelaporan.
3.
KBM diarahkan pada kegiatan aktif siswa dala membangun makna atau pemahaman, guru tidak
bertindak sebagai satu-satunya sumber belajar, tetapi sebagai motivator yang dapat menciptakan
suasana yang memungkinkan siswa dapat belajar secara penuh dan optimal.
4.
Memuat berbagai pola pemberdayaan tenaga kependidikan dan sumber daya lain untuk meningkatkan
mutu hasil belajar. Pola ini dilengkapi dengan gagasan pembentukan jaringan kurikulum, pengembangan
perangkat kurikulum (antara lain silabus), pembinaan profesional tenaga kependidikan, dan
pengembangan sistem informasi kurikulum.
PERBEDAAN
1. Pemberdayaan sekolah dan daerah --> Sentralistik
2. Memuat Standar Kompetensi ---> Tidak memuat standar kompetensi
3. Kegiatan pembiasaan perilaku terintegrasi dan terprogram ---> Tidak ada kegiatan pembiasaan
perilaku terintegrasi dan terprogram
4. Pengenalan mata pelajaran TIK ---> belum ada mata pelajaran TIK
5. Penilaian Berbasis Kelas (PBK) --> Meskipun sudah disarankan untuk melakukan PBK,
kenyataannya masih didominasi penilaian pilihan ganda
6. Pendekatan tematik di kelas I dan II SD/MI untuk memperhatikan kelompok usia --> Pendekatan
tematik di kelas I dan II SD/MI hanya disarankan
7. Kesinambungan pemeringkatan kompetensi bahan kajian dari kelas I sampai kelas XI --> Tidak
ada kesinambungan pemeringkatan kompetensi bahan kajian dari kelas I sampai kelas XII
8. Silabus disusun oleh daerah dan atau sekolah sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya -->
Memberikan peluang pada guru/sekolah/daerah untuk mengembangkan potensinya
3. KTSP untuk setiap program studi di perguruan tinggi dikembangkan dan ditetapkan oleh masingmasing perguruan tinggi dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.
KTSP meruapakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif
dan berprestasi. KTSP merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum yang memberikan otonomi
luas pada setiap satuan pendidikan dan pelibatan masyarakat dalam rangka mengefektifkan belajarmengajar di sekolah. Otonomi diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah memiliki keleluasaan
dalam mengelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai prioritas
kebutuhan serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.
KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakkan pada posisi yang paling dekat
dengan pembelajaran, yakni sekolah dan satuan pendidikan. Pemberdayaan sekolah dan satuan
pendidikan dengan memberikan otonomi yang lebih besar, di samping menunjukkan sikap tanggap
pemerintah terhadap masyarakat juga merupakan sarana peningkatan kualitas, efisiensi dan pemerataan
pendidikan.
Dalam KTSP, pengembangan kurikulum dilakukan oleh guru, kepala sekolah, serta komite sekolah dan
dewan pendidikan. Badan ini merupakan lembaga yang ditetapkan berdasarkan musyawarah dari pejabat
daerah setempat. Komisi pendidikan pada DPRD, pejabat pendidikan daerah, kepala sekolah, tenaga
kependidikan, perwakilan orang tua peserta didikk, dan tokoh masyarakat. Lembaga inilah yang
menetapkan segala kebuijakan sekolah berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang pendidikan yang
berlaku. Selanjutnya komite sekolah perlu merumuskan dan menetapkan visi, misi dan tujuan sekolah
dengan berbagai implikasinya terhadap program-program kegiatan operasional untuk mencapai tujuan
sekolah.
B. Tujuan KTSP
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan
pendidikan melalui pembrian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong
sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum.
Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk :
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan
kurikulum, mengelola dan memberdayakan seuber daya yang tersedia.
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum
melalui pengambilan keputusan bersama.
3. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang
akan dicapai.
Sekolah dan satuan pendidikan juga diberi kewenangan dan kekuasaan yang luas untuk
mengembangkan pembelajaran sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik serta tuntutan
masyarakat.
2.
Orang tua peserta didik dan masyarakat tidak hanya mendukung sekolah melalui bantuan keuangan,
tetapi melalui komite sekolah dan dewan pendidikan merumuskan serta mengembangkan programprogram yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
3.
Kepala sekolah dan guru-guru yang direkrut sebagai tenaga pelaksana kurikulum merupakan orangorang yang memiliki kemampuan dan integritas profesional.
4.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, pihak-pihak terkait bekerjasama secara profesional untuk mencapai
tujuan-tujan yang disepakati bersama.
Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk
menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya.
Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan lima pilar belajar, yaitu : a) belajar untuk beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yng Maha Esa, b) belajar untuk memahami dan menghayati, c)
belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, d) belajar untuk hidup bersama
dan berguna bagi orang lain, e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui
proses pembelajaran yang efekti, aktif, kreatif dan menyenangkan.
Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling
menerima dan mengahrgai, akrab, terbuka, dan hangat dengan prinsip di belakang memberikan
daya dan kekuatan, di tengah membangun semangat dan prakarsa dan di depan memberikan
contoh dan teladan.
Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta
kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara
optimal.
Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan lokal dan
pengembangan diri diselenggrakan dalam keseimbangan, keterkaitan dalam kesinambungan
yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.
diketahui tujuan-tujuan yang telah dicapai dan yang perlu diulang bagi peserta didik, juga dapat
mengidentifikasi kemajuan belajar setiap peserta didik yang medapat kesulitan dalam pembelajaran.
2)
3)
4)
b. Pembentukan kompetensi
Pembentukan kompetensi merupakan kegiatan dari pelaksanaan proses pembelajaran, yakni bagaimana
kompetensi dibentuk peserta didik, dan bagaimana tujuan-tujan pembelajaran direalisasikan.
Kualitas pembentukan kompetensi dapat dilihat dari segi proses dan segi hasil. Dari segi proses, dapat
dikatakan berhasil apabila 75% dari peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial
dalam proses pembentukan kompetensi. Sedangkan dari segi hasil, dapat dikatakan berhasil apabila
terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik sebesar 75% sesuai dengan kompetensi
dasar.
c. Post Tes
Pada umumnya pembelajaran diakhiri dengan post tes. Fungsi post tes anatara lain :
1. Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah ditentukan,
baik secara individu maupun kelompok.
2. Untuk mengetahui kompetensi dan tujuan-tujuan yang dapat dikuasai peserta didik serta
kompetensi dan tujuan-tujan yang belum dikuasainya.
3. Untuk mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti kegiatan remedial, dan yang perlu
melakukan pengayaan serta untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar yang dihadapi siswa.
4. Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap kegiatan pembelajaran dan
pembentukan kompetensi yang dilaksanakan baik terhadap perencanaan , pelaksanaan maupun
evaluasi.
Penilaian Kelas
Penilaian kelas dapat dilakukan dengan ulangan harian yang dilakukan setiap selesai proses
pembelajaran dalam kompetensi dasar tertentu, ulangan umum dilaksanakan pada setiap akhir semester
dan ujian akhir dilakukan pada akhir program pendidikan.
b.
Tes kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui kemampuan membaca, menulis dan berhitung yang
diperlukan dalam rangka memperbaiki program pembelajaran (remedial). Tes kemampuan dasar
dilakukan pada setiap akhir kelas III.
c.
Untuk keperluan sertifikasi, kinerja dan hasil belajar yang dicantumkan di dalam STTB tidak semata-mata
didasarkan atas hasil penilaian pada akhir jrnjang sekolah.
d.
Benchmarking
Benchmarking merupakan suatu standar untuk mengukur kinerja yang sedang berjalan, proses dan hasil
untuk mencapai suatu keunggulan yang memuaskan.
e.
Penilaian Program
Penilaian program dilakukan untuk mengetahui kesesuaian dasar, fungsi dan tujuan pendidikan nasional
serta kesesuainnya dengan tunututan perkembanagan masyarakat dan kemajuan zaman.
5.
Dalam KTSP terdapat berbagai upaya yang dapat dilakukan sebagai tindak lanjut pembelajaran untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.
a.
Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik
melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar.
b.
Motivasi merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keefektifan pembelajaran. Dalam kaitan ini,
guru dituntut memiliki kemampuan membangkitkan motivasi belajar peserta didik sehingga dapat
membentuk kompetensi dan mencapai tujuan belajar.
F.
Kelebihan KTSP :
Mendorong para guru, kepala sekolah dan pihak manajemen sekolah semakin meningkatkan
kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program pendidikan.
KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan mengembangkan
mata pelajaran tertentu bagi kebutuhan siswa.
KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dang memberatkan kurang lebih
20%.
KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk mengembangkan
kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan.
Kelemahan KTSP
Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan satuan
pendidikan yang ada.
Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif baik konsepnya,
penyusunannya maupun prakteknya di lapangan.
Memiliki tujuan yang sama terhadap kemajuan dunia pendidikan yaitu untuk menciptakan sumber
daya manusia yang berkompeten dan cerdas dalam membangun identitas budaya dan bangsa,
berbudi pekerti yang luhur serta mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dalam KBK guru lebih aktif menjelaskan, sedangkan KTSP guru cenderung menunggu pendapat
siswa.
KBK alokasi waktu pada setiap pertemuan lebih banyak, sedangkan KTSP alokasi waktu pada
pertemuan lebih sedikit.
Pengertian Kurikulum secara umum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan
nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta
didik. (BSNP,2006: 1)
Sedangkan kurikulum terbaru saat ini yang digunakan di Indonesia yaitu Kurikulum Tahun 2013, di mana
kurikulum ini lebih mirip dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Model kurikulum berbasis kompetensi
ini ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan
keterampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran. Walaupun hampir mirip dengan
model Kurikulum Berbasis Kompetensi, akan tetapi masih ada juga perbedaan-perbedaannya. Kurikulum
dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi
dan kemampuan yang mereka miliki. Di dalam kurikulum ini memandang bahwa setiap peserta didik itu
memiliki potensinya masing-masing yang perlu digali dan dikembangkan, sehingga kelak potensinya
tersebut dapat bermanfaat di dalam kehidupan si peserta didik nantinya dalam bermasyarakat. Kurikulum
ini dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa setiap peserta didik berada pada posisi sentral dan aktif
dalam belajar, sehingga dapat dikatakan bahwa guru hanya sebagai fasilitator saja. Peran peserta didik di
dalam kegiatan pembelajaran itu lebih diutamakan, sehingga potensi-potensi yang ada di dalam diri
peserta didik menjadi lebih tersalurkan dan dapat berkembang. Penyelenggaraan pendidikan seperti
yang disampaikan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi
penerus bangsa di masa depan.
Perubahan dan pengembangan kurikulum tersebut harus memiliki visi dan arah yang jelas, mau dibawa
kemana pendidikan nasional dengan kurikulum tersebut.
Sejak wacana perubahan dan pengembangan kurikulum digulirkan, telah muncul berbagai tanggapan pro
dan kontra mengenai perubahan dan pengembangan kurikulum 2013. Sehubungan dengan itu untuk
menanggapi tanggapan miring tersebut, Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh dalam
berbagai kesempatan menegaskan perlunya perubahan dan pengembangan kurikulum 2013. Mendikbut
mengungkapkan bahwa pengembangan dan perubahan kurikulum merupakan persoalan yang sangat
penting, karena kurikulum harus bisa disesuaikan dengan perkembangan zaman. Perubahan dan
pengembangan kurikulum ini didasarkan oleh beberapa hasil studi kasus tentang kemampuan peserta
didik Indonesia dalam kancah Internasional. Hasi survey Trend in International Math and science Tahun
2007, yang dilakukan oleh Global Institute, menunjukkan hanya 5% dari peserta didik di Indonesia yang
mampu menyelesaikan soal penalaran tingkat tinggi, padahal peserta didik korea dapat mencapai 71% ,
sebaliknya 78% pesrta didik Indonesia dapat mengerjakan soal hafalan berkategori rendah, sedangkan
peserta didik Korea hanya 10%, dari 65% Negara peserta PISA. Jadi bisa disimpulkan bahwa
kemampuan peserta didik Indonesia hanya sampai pada level 3 saja, sedangkan banyak peserta didik
Negara lain bisa mencapai level 4,5 bahkan level 6. Dalam rangka inilah diperlukan adanya perubahan
dan pengembangan kurikulum, yang dimulai dengan penetapan standar kopetnsi kelulusan, standar isi,
standar proses d an standar penilaian.
Menurut E. Mulyasa perlunya perubahan kurikulum juga karena adanya beberapa kelemahan yag
ditemukan dalam KTSP 2006 sebagai berikut:
1. Isi dan pesan-pesan kurikulum masih terlalu padat, yang ditunjukkan dengan banyaknya mata
pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan kesukarannya melampaui tingkat perkembangan
usia anak
2. Kurikulum belum mengembangkan kopetensi secara utuh sesuai dengan visi, misi, dan tujuan
pendidikan nasional.
3. Kopetensi yang dikembangkan lebih didominasi oleh aspek pengetahuan, belum sepenuhnya
menggambarkan pribadi peserta didik(pengetahuan, keterampilan dan sikap).
4. Berbagai kompetensi yang diperlukan sesuai dengan perkembangan masyarakat, seperti
pendidikan berkarakter, peduli lingkungan, pendekatan dan metode pembelajaran konstruksifistik,
keseimbangan soft skill and hard skill, jiwa kewirahusaan, belum terakomodasi di dalam
kurikulum.
5. Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap berbagai perubahan social yang terjadi pada tingkat
local, nasional, maupun global.
Filosofis Pancasila yang memberikan berbagai prinsip dasar dalam pembangunan pendidikan
Filosofis pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur, nilai akademik, kebutuhan peserta didik
dan masyarakat.
2. Landasan yuridis
IMPRES No.1 Tahun 2010, tentang Percepatan pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional ,
penyempurnaan kurikulum dan metode pembelajaran aktif berdsarkan nilai-nilai budaya bangasa
untuk membentuk daya saing dan karakter bengsa.
3. Landasan konseptual
Relevansi pendidikan
Pembelajaran konstektual
Pembelajaran aktif
Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat karena berangkat, berfokus, dan
bermuara pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai
dengan potensi masing-masing. Dalam hal ini pesrta didik merupakan subjek belajar dan proses
belajar berlansung secara alamiah dalam bentuk bekerja dan mengalami berdasarkan
kompetensi tertentu, bukan transfer pengetahuan. Dengan kata lain siswa dituntut untuk bisa
berbuat dengan kemampuannya sendiri sesuai dengan potensi yang telah dimilikinya.
Kurikulum 2013 berbasis karakter dan kompetensi boleh jadi mendasari pengembangan
kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan dan keahlian tertentu dalam suatu
pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta
pengembanganaspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar
kompetensi tertentu.
Dalam bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang pengembangannya lebih tepat
menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan keterampilan.
Walaupun kurikulum belum sepenuhnya terlaksana tetapi mempunyai beberapa kelemahan yaitu sebagai
berikut.
1. Pemerintah seolah melihat semua guru dan siswa memiliki kapasitas yang sama dalam
kurikulum 2013. Guru juga tidak pernah dilibatkan langsung dalam proses pengembangan
kurikulum 2013.
2. Tidak ada keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam kurikulum 2013.
Keseimbangan sulit dicapai karena kebijakan ujian nasional (UN) masih diberlakukan.
3. Pengintegrasian mata pelajaran IPA dan IPS dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk
jenjang pendidikan dasar tidak tepat, karena rumpun ilmu pelajaran-pelajaran tersebut berbeda
Kurikulum 2006 (KTSP) dan Kurikulum 2013 sama-sama menampilkan teks sebagai butir-butir
KD.
Untuk struktur kurikulumnya baik pada KTSP atau pada 2013 sama-sama dibuat atau dirancang
oleh pemerintah tepatnya oleh Depdiknas.
Terdapat kesamaan esensi kurikulum, misalnya pada pendekatan ilmiah yang pada hakekatnya
berpusat pada siswa. Dimana siswa yang mencari pengetahuan bukan menerima pengetahuan.
Jadi, kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan
hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta
mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perubahan kurikulum yang dilakukan oleh pemerintah dilakukan untuk perbaikan sistem pendidikan.
Setiap kurikulum pastilah memiliki kekurangan dan perlu dievaluasi serta diperbaiki agar tujuan
pendidikan tercapai dengan baik. Perubahan kurikulum dilakukan dengan dua cara, yakni dengan
mengganti beberapa komponen di dalam kurikulum ataupun mengganti secara keseluruhan komponen-
komponen kurikulum. Di Indonesia, semenjak pasca kemerdekaan tercatat sembilan kali perubahan
kurikulum.
Pada kurikulum periode 1947 sampai 1994 kurikulum di Indonesia bersifat sentralistik. Namun, ketika
penerapan kurikulum KBK dan KTSP telah diberlakukan kurikulum secara desentralistik di mana sekolah
mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum untuk diterapkan di setiap satuan
pendidikan masing-masing.
3.2 Saran
Beberapa saran yang bisa kami sampaikan kepada para praktisi pendidikan ialah:
Guru
Guru hendaknya mempelajari serta memahami setiap kurikulum-kurikulum baru yang akan diterapkan
oleh pemerintah, dan harus lebih meningkatkan kompetensi-kompetensi diri sebagai guru yang
professional
Kepala sekolah
Kepala sekolah hendaknya mensosialisasikan setiap perubahan kurikulum agar tidak terjadi salah
komunikasi kepada anggota sekolahnya
Pemerintah
Perubahan kurikulum hendaknya ditinjau dulu baik buruknya dari semua aspek. Jika memang harus
terjadi perubahan kurikulum maka segeralah mensosialisasikannya kepada semua msyarakat serta
memberikan pelatihan kepada guru dan kepala sekolah agar kurikulum yang baru akan berjalan dengan
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. 1990. Pengembangan Kurikulum, Dasar-dasar dan Pengembangannya. Bandung:
Mandar Maju
Sanjaya Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Kencana
Mulyasa, E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. 2010. PT Remaja Rosdakarya : Bandung.
http://etykurniyati.wordpress.com/2013/07/15/analisis-sejarah-kurikulum-di-indonesia/
Mulyasa, E. 2014. pengembangan dan Implementasi kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya.