Hbjsndkja
Hbjsndkja
SUSUNAN REDAKSI
EDITORIAL
Assalamualaikum, Wr Wb
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat
Alloh SWT cita-cita untuk menerbitkan
sebuah jurnal kebidanan terwujud. Jurnal ini
merupakan wujud sumbangsih kami untuk
selalu memperbaharui ilmu pengetahuan.
Tahap akhir dari suatu proses penelitian
adalah mempublikasikan hasil penelitian
kepada masyarakat ilmiah dalam media jurnal.
Hasil penelitian yang tidak dipublikasikan
akan menjadi sampah, publish or perish.
Harapan redaksi jurnal Warta Bhakti
Husada Mulia bisa memperkaya kasanah
pengetahuan para pembaca sesuai dengan
kompetensi masing-masing.
Terakhir saran, masukan dan kritik sangat
redaksi harapkan demi peningkatan kualitas
Jurnal Warta Bhakti Husada Mulia. Mudahmudahan bermanfaat dan selamat membaca.
Wassalamualaikum Wr Wb
PENANGGUNG JAWAB :
Ketua Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
PENYUNTING AHLI :
Cholik Harun, S.Kep.,Ners., M.Kes
KETUA PENYUNTING :
Asasih Villa Sari, S.SiT
SEKRETARIS PENYUNTING :
Muhamad Afif, SIP
SIDANG PENYUNTING :
Riska Ratnawati, SKM., M.Kes
Retno Widiarini, SKM., M.Kes
Hariyadi, S.Kp., M.Pd
Rheny Widi Wardani, S.ST., M.Kes
BENDAHARA :
Sri Manunggal, SE
TATA USAHA :
Yuniar Sulistyani, S.Kom
SIRKULASI :
Irma Rizkiana
Terbit satu kali setahun, berisi artikel ilmiah yang diangkat dari hasil penelitian dan kajian ilmu bidang
kebidanan dan kesehatan.
Jurnal Warta Bhakti Husada Mulia menerima sumbangan tulisan artikel ilmiah yang belum pernah
diterbitkan dalam media lain. Petunjuk naskah selengkapnya tercantum dalam petunjuk penulisan.
Naskah yang masuk dievaluasi dan disunting keseragaman format, tata cara, istilah dan lain-lain.
ISSN 2339-2045
Halaman
ii
Menopause merupakan suatu tahap dimana wanita tidak lagi mendapatkan siklus menstruasi.
Usia menopause tidaklah samaantara satu dengan yang lainnya. Menopause yang datangnya lebih
awal menyebabkan wanita cepat tua dan tidak mencapai usia harapan hidup, tetapi menopause yang
lambat juga dapat meningkatkan resiko kanker payudara. Usia menopause dipengaruhi oleh beberapa
faktor salah satunya pemakaian kontrasepsi hormonal. Adapun penilitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara pemakaian kontrasepsi hormonal dengan usia menopause.
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah analiti korelatif dengan
menggunakan pendekatan retrospektif. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh wanita yang sudah
mengalami berhenti haid sekurang-kurangnya 1 tahun yaitu sejumlah 117 wanita menopause dan
sampelnya 91 wanita menopause diambil dengn menggunakan teknik purposive sampling. Dalam
penelitian ini variabel bebas adalah pemakaian kontrasepsi hormonal sedangkan variabel terikatnya
adalah usia menopause. Pengumpulan data menggunakan wawabcara terpimpin ddengan panduan
kuesioner. Teknik analisa data menggunakan uji statistik Chi Square dengan taraf signifikasi 5%.
Hasil penelitian terhadap 91 responden, menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak
pernah memakai kontrasepsi hormonal sebanyak 52,75% dan sebagian kecil responden pernah
memakai kontrasepsi hormonal sebanyak 47,25%. Sedangkan sebagian besar usia menopause
responden yaitu 51-55 tahun sebanyak 40,66% dan sebagian kecil usia menopause responden yaitu 4650 tahun sebanyak 29,67%.
Hasil tersebut kemudian diuji dengan uji statistik Chi Square dengan taraf signifikasi 5% dan
derajat kebebasan 2 didapatkan X2 hitung 8,306 dan X2 tabel 5,591. X2 hitung > X2 tabel sehingga Ho
ditolakdan H1 diterima.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan anatara pemakaian kontrasepsi hormonal
dengan usia menopause, oleh karena itu maka perlu disarankan kepada wanita menopause untuk
mengikuti posyandu lansia untuk menambah pengetahuan tentang menopause.
Kata kunci : Kontrasepsi hormonal, usia menopause
PENDAHULUAN
Menopause dikenal sebagai berhentinya
menstruasi yang disebabkan oleh hilangnya
aktifitas folikel ovarium. Menopause alamiah
terjadi pada akhir periode menstruasi dan
sekurang-kurangnya selama 12 bulan tidak
mengalami menstruasi (amenorea), dan bukan
disebabkan oleh hal yang patologis. Hal ini
disebabkan karena pembentukan hormon
estrogen dan progesteron dari ovarium wanita
berkurang, ovarium berhenti melepaskan sel
telur sehingga aktivitas menstruasi berkurang
dan akhirnya berhenti sama sekali. Penurunan
kadar estrogen tersebut sering menimbulkan
gejala yang sangat mengganggu aktivitas
kehidupan para wanita, diantaranya hot
flushes (rasa panas dari dada hingga wajah),
night sweat (berkeringat dimalam hari),
dryness
vaginal
(kekeringan
vagina),
penurunan daya ingat, insomnia (susah tidur),
depresi (rasa cemas), fatigue (mudah lelah),
penurunan libido, dyspareunia (rasa sakit
ketika berhubungan seksual) dan incontinence
urinary (beser). (Atikah, 2010)
Data Riskesdas, umur harapan hidup
wanita lebih panjang dibanding umur harapan
hidup laki-laki. Pada tahun 1995 umur
harapan hidup wanita adalah 66 tahun
sedangkan umur harapan hidup laki-laki 62,9
tahun. Sedangkan pada tahun 2005 umur
harapan hidup wanita 68,2 tahun dan umur
harapan hidup laki-laki 64,3 tahun. Pada tahun
2010 usia harapan hidup wanita mencapai 70
tahun. (Siti Mulyani, 2013)
Menopause yang datangnya lebih awal
menyebabkan seorang wanita akan menjadi
lebih tua, sehingga kemungkinan besar wanita
tersebut tidak akan mencapai usia harapan
hidup wanita pada umumnya. Hal ini
disebabkan karena tubuh wanita mempunyai
persediaan sel telur atau ovum dengan jumlah
Metode
IUD
MOP
MOW
IMPLANT
SUNTIK
PIL
KONDOM
Jumlah
26.754 orang
300 orang
7.712 orang
5.837 orang
52.837 orang
5.314 orang
1.787orang
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah metode yang
dipakai sebagai dasar pengembangan metode
ilmiah yang selanjutnya akan menghasilkan
ilmu. (Notoatmodjo, 2012)
Pada bab ini akan disajikan tentang jenis
dan rancangan penelitian, kerangka kerja,
definisi operasional veriabel, populasi dan
sampel penelitian, pengumpulan dan analisa
data, etika penelitian, dan keterbatasan
penelitian.
Rancangan adalah suatu pola atau
petunjuk secara
umum yang dapat
diaplikasikan pada beberapa penelitian.
Rancangan penelitian adalah sesuatu yang
sangat
penting
dalam
penelitian,
memungkinkan
pengontrolan
maksimal
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
akurasi suatu hasil. Istilah rancangan
penelitian digunakan dalam dua hal; pertama,
rancangan penelitian merupakan suatu
strategis penelitian dalam mengidentifikasi
permasalahan sebelum perencanaan akhir
pengumpulan data; dan kedua, rancangan
penelitian
digunakan
untuk
mengidentifikasikan struktur penelitian yang
akan dilaksanakan. (Nursalam, 2011).
Usia
menopause
Sampel :
Sebagian wanita menopause di Dusun Alastuwo
Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan sebanyak
91 orang
Tehnik sampling :
Purposive Sampling
Jenis Penelitian :
Analitik Korelatif
Design Penelitin :
Retrospective
Pengumpulan Data :
Wawancara terpimpin
Pengolahan Data :
Editing, Coding, Scoring,
Tabulating
Analisa Data :
CHI square
Penarikan Kesimpulan
Dependen /
terikat :
Usia
menopause
Nominal
Alat
Ukur
Kriteria/Sk
oring
Kuesio
ner
1 = Pernah
memakai
kontrasepsi
hormonal
2 = Tidak
pernah
pakai
kontrasepsi
hormonal
Kuesio
ner
1=
menopause
pada usia
41-45 tahun
2=
menopause
pada usia
46-50 tahun
3=
menopause
pada usia
51-55 tahun
Pendidikan
SD
SMP
SMA
Perguruan
Tinggi
Total
Frekuensi
50
36
5
0
%
54,95 %
39,56 %
5,49 %
0%
91
100 %
Frekuensi
Tani
Pekerjaan
52
57,14%
Swasta
17
18,68 %
Wiraswasta
12
13,19 %
IRT
8,79 %
PNS
1,10 %
Pensiunan
1,10%
Total
91
100 %
Jumlah
Anak
0
1
2
3
4
5
Total
Frekuensi
6
12
24
31
16
2
91
6,59 %
13,19 %
26,37 %
34,07 %
17,58 %
2,19 %
100 %
Pemakaian
Pernah memakai
Tidak pernah
memakai
Total
Frekuensi
43
48
%
47, 25 %
52,75 %
91
100%
Usia Menopause
41-45 tahun
46-50 tahun
51-55 tahun
Total
Frekuesi
29
27
35
91
%
31,87 %
29,67 %
38,46%
100 %
1
2
Usia Menopause
Pemakaian
kontrasepsi
41-45
46-50
51-55
Jml %
hormonal
F
%
f
%
f
%
Pernah
9 20,93 11 25,58 23 53,49 43 100
memakai
Tidak
20 41,67 16 33,33 12
25
48 100
pernah
memakai
X2 tabel = 5,591
X2 hitung =
KK = 0,657
8,306
Berdasarkan
hasil
tabulasi
silang
hubungan pemakain kontrasepsi hormonal
dengan usia menopause terdapat 23 orang
(25,7%) responden pernah menggunakan
kontrasepsi hormonal dan menopause pada
fase pascamenopause (51-55 tahun) dan 12
orang (13,17%) tidak pernah menggunakan
kontrasepsi hormonal menopause pada fase
pascamenopause.
10
Kasus perkawinan usia muda atau pernikahan dini masih marak di zaman sekarang terutama
pada kalangan remaja, hal ini dikarenakan antara lain pergaulan bebas pada remaja masa kini yang
cenderung dapat berakibat kehamilan di luar nikah. Perkawinan usia muda tidak hanya berdampak
pada segi mental,ekonomi dan lingkungan, tetapi perkawinan usia muda juga berdampak pada segi
kesehatan, pasangan usia muda dapat berpengaruh pada tingginya angka kematian ibu yang
melahirkan, kematian bayi serta berpengaruh pada rendahnya derajat kesehatan ibu dan anak serta
berpengaruh terhadap kejadian kanker serviks. Tujuan penelitian ini untuk menegtahui hubungan
perkawinan usia muda dengan kejadian kanker serviks.
Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan case control. Populasi dan
sampel yang digunakan adalah responden yang menderita kanker serviks dan yang tidak menderita
kanker serviks di Poli Kandungan RSUD Kota Madiun sebanyak 44 responden dan tehnik sampling
menggunakan total sampling.
Hasil penelitian didapatkan responden yang terkena kanker serviks yang menikah pertama kali
usia <19 tahun ada 9 responden (41%), yang menderita kanker serviks menikah >19 tahun ada 13
responden (59%), responden yang tidak terkena kanker serviks yang menikah pertama kali usia <19
tahun ada 5 responden (23%), dan 17 responden yang tidak kanker serviks (77%) menikah pertama
kali usia > 19 tahun, dari hasil uji statistik Chi-Square, maka ternyata x2hitung sebesar 0,943, taraf
signifikan 5 % dimana harga x2tabel adalah 3,841 maka ternyata x2hitung lebih kecil dari x2tabel. Karena
x2hitung lebih kecil dari x2tabel (0,943 < 3,841), maka dapat dinyatakan bahwa tidak ada hubungan
perkawinan usia muda dengan kejadian kanker serviks.
Analisa data dalam penelitian ini adalah analisa bevariate dengan uji statistik Chi-Square.
Penyajian data dalam tabel menggunakan distribusi frekuensi.
Kesimpulan pada penelitian ini bahwa tidak ada hubungan perkawinan usia muda dengan
kejadian kanker serviks. Diharapkan pada tenaga kesehatan terutama bidan agar tetap melaksanakan
program preventif untuk menghindari resiko terkena kanker serviks.
Kata kunci : perkawinan usia muda, kanker serviks
11
PENDAHULUAN
Kasus perkawinan usia muda atau
pernikahan dini masih marak di zaman
sekarang terutama pada kalangan remaja. Hal
ini dikarenakan antara lain pergaulan bebas
pada remaja masa kini yang cenderung dapat
berakibat kehamilan di luar nikah, dan
menurut Ahmad (2009) dalam penjelasannya
di artikel pengadilan Agama Negeri Bantul
masih ada juga pemahaman tentang
perjodohan yang biasanya dilakukan setelah
anak perempuan berusia 12 tahun dan sudah
mengalami masa menstruasi dan hal ini jauh
di bawah batas usia minimum sebuah
pernikahan yang diamanatkan UndangUndang .
Perkawinan usia muda tidak hanya
berdampak pada segi mental, ekonomi dan
lingkungan, tetapi perkawinan usia muda juga
berdampak pada segi kesehatan menurut
Widyastuti (2009) pasangan usia muda dapat
berpengaruh pada tingginya angka kematian
ibu yang melahirkan, kematian bayi serta
berpengaruh
pada
rendahnya
derajat
kesehatan ibu dan anak serta berpengaruh
terhadap kejadian kanker serviks, bahwa
penderita kanker serviks menikah pertama
kali antara umur 15-19 tahun. Beberapa
sarjana melihat adanya hubungan erat antara
kanker serviks dengan perkawinan usia muda.
Kanker Serviks atau kanker leher rahim
merupakan jenis penyakit kanker paling
umum kedua di seluruh dunia yang biasa
diderita wanita diatas umur 15 tahun dan
merupakan salah satu penyebab kematian
wanita yang berhubungan dengan kanker.
Semua wanita berisiko terkena serangan
kanker serviks dalam hidupnya tanpa
memandang usia atau akibat gaya hidupnya.
WHO memperkirakan kematian kanker
serviks akan meningkat sampai 25% setiap
12
13
Variabel
Pengertian
Variabel
independen:
Perkawin
an usia
muda
Variabel
dependent:
Kanker
serviks
Perkawin
an yang
dilakukan
saat usia
masih
muda
yaitu < 19
tahun
Kanker
yang
terjadi
pada
mulut
leher
rahim
wanita
14
Skala
Pengukuran
WawanNominal
cara
Rekam
Medik
Nominal
Kriteria
2= kawin
usia muda
<19 tahun
1= kawin
pada usia
> 19
tahun
2= positif
menderita
kanker
serviks
1= negatif
menderita
kanker
serviks
N
1 ( Ne 2 )
Keterangan:
n = jumlah sampel yang dibutuhkan
N = jumlah populasi
e = standart error (5%)
Perhitungan:
n=
60
1 (60 x 0,05 2 )
52,17 ( 52 )
15
x2
( f 0 fe )
fe
Keterangan:
x2 = nilai chi kuadrat
f0 = frekuensi yang diobservasi
(frekuensi empiris)
fe = frekuensi yang diharapkan
(frekuensi teoritis)
Rumus mencari frekuensi teoritis (fe)
fe
16
Keterangan:
fe = frekuensi yang diharapkan
(frekuensi teoritis)
fk = jumlah frekuensi pada kolom
fb = jumlah frekuensi pada baris
T = jumlah keseluruhan baris atau
kolom
Rumus mencari x2tabel
Dk ( k 1)(b 1)
k = jumlah kolom
b = jumlah baris
Setelah ditemukan hubungan antara
kedua variabel, langkah selanjutnya yaitu
mencari derajat/keeratan hubungan (korelasi).
Korelasi dapat juga untuk mengetahui arah
hubungan dari dua variabel. Koefisien
korelasi dapat diperoleh dari formula berikut:
x2
x2 n
Tingkat Hubungan
Tidak ada hubungan/hubungan
lemah
Hubungan sedang
Hubungan kuat
Hubungan sangat kuat/sempurna
( fk ) x( fb)
Berdasarkan
gambar
4.3
dapat
diinterpretasikan bahwa dari 44 data
responden sebagian besar bekerja sebagai ibu
rumah tangga sebanyak 28 orang (64%) dan
sebagian kecil bekerja sebagai petani yaitu 2
orang (4%).
Data khusus yang diidentifikasi dari
responden dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Distribusi frekuensi yang menderita kanker
serviks dan tidak kanker serviks
Tabel 4.1Distribusi Frekuensi Subyek
Penelitian Berdasarkan Jumlah
Responden yang menderita
Kanker Serviks dan yang tidak
menderita Kanker Serviks di
RSUD Kota Madiun tahun
2010
No
1.
2.
Kanker
Serviks
positif
negatif
Jumlah
Frekuensi
22
22
44
Prosentase
(%)
50
50
100
Berdasarkan
tabel
4.1
dapat
diinterpretasikan bahwa penderita kanker
serviks ada 22 orang ( 50% ) dan yang tidak
17
Usia Saat
Pertama
Menikah
< 19 tahun
> 19 tahun
Jumlah
Frekuensi
Prosentase
(%)
14
30
22
32
68
100
Berdasarkan
tabel
4.2
dapat
diinterpretasikan bahwa sebagian besar
responden menikah pertama kali usia > 19
tahun yaitu 30 responden (68%) dan 14
responden (32%) menikah pertama kali usia <
19 tahun.
3. Hubungan Perkawinan Usia Muda dengan
Kejadian Kanker Serviks di RSUD Kota
Madiun tahun 2010
Tabel 4.3 Hubungan Perkawinan Usia
Muda dengan Kejadian Kanker
Serviks di RSUD Kota Madiun
Usia
Kanker serviks
Jumlah Prosentase
Perkawinan (+) % (-) %
<19 tahun
9 41 5 23
14
32
>19 tahun
13 59 17 77
30
68
Jumlah
22 22 22 22
44
100
Chi Square x2hitung = 0,943
DK = 1
x2tabel = ,841
18
19
1. Tenaga
20
2. Institusi
3. Bagi wanita
Kita harus mengetahui tentang jenis-jenis
permasalahan dalam reproduksi wanita,
dalam penelitian diketahui bahwa tidak ada
hubungan perkawinan usia muda dengan
kejadian kanker serviks tetapi kita harus
tetap waspada dan mencegah penyakit
tersebut, maka
kita harus dapat
menerapkan kapan usia yang baik untuk
menikah yaitu usia yang sudah produktif
bagi wanita sehingga dapat menghindari
resiko kanker serviks.
21
Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) salah satunya dipengaruhi oleh plasenta previa.
Sebagai perdarahan yang dapat berakibat anemia pada ibu akan menyebabkan gangguan ke plasenta
yang mengakibatkan suplai nutrisi dan O2 ke janin terhambat sehingga pertumbuhan bayi juga
terhambat, sehingga beresiko bayi lahir dengan berat badan lahir rendah. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui hubungan plasenta previa dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR). Penelitian ini
dilaksanakan di RSUD Dr. Soeroto Ngawi. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey
analitik korelatif dengan desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah semua ibu bersalin dan
bayi yang dilahirkan di ruang bersalin RSUD Dr. Soeroto Ngawi pada bulan Maret April 2013.
Populasi sebanyak 100 orang dan sampel diambil dengan teknik simple random sampling sebanyak 80
orang. Variabel bebas penelitian ini adalah plasenta previa dan variabel terikat adalah berat badan lahir
rendah (BBLR). Analisis menggunakan uji statistik chi-square dengan taraf signifikasi 0,05.
Hubungan plasenta previa dengan kejadian BBLR mempunyai hasil 2 = 4,3 dan 2 = 3,841 sehingga 2
2. Hal ini menun jukkan bahwa ada hubungan plasenta previa dengan kejadian berat badan lahir
rendah (BBLR). Kesimpulan penelitian ini: ada hubungan antara plasenta previa dengan kejadian berat
badan lahir rendah (BBLR). Diharapkan ibu dapat meningkatkan pengetahuan tentang upaya
mengatasi plasenta previa melalui pendidikan kesehatan dan meningkatkan pelaksanaan strategi
program ANC (Ante Natal Care) serta pemeriksaan kehamilan secara teratur agar plasenta previa
dapat dideteksi secara dini, sehingga akibat plasenta previa yaitu BBLR dapat berkurang.
Kata Kunci : Plasenta Previa, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
22
PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan
barometer pelayanan kesehatan ibu di suatu
negara. Bila AKI masih tinggi berarti
pelayanan kesehatan ibu belum baik.
Sebaliknya bila AKI rendah berarti pelayanan
kesehatan ibu sudah baik. Penyebab langsung
angka kematian ibu antara lain perdarahan
(plasenta previa dan solusio plasenta),
eklampsia, partus lama, infeksi dan
komplikasi aborsi . Profil Kesehatan Jawa
Timur menyebutkan penyebab AKI terbesar
adalah perdarahan (plasenta previa dan
solusio plasenta) sebesar 26,96% (Dinkes
Jatim, 2010). Plasenta previa merupakan
perdarahan yang berbahaya karena terjadi
secara cepat dan dalam jumlah banyak. Selain
itu juga dapat beresiko pada janin salah
satunya yaitu bayi lahir dengan BBLR
(Sastrawinata, 2005).
Prevalensi bayi berat lahir rendah
(BBLR) menurut WHO diperkirakan 15%
dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan
33%-38% dan lebih sering terjadi di negaranegara berkembang atau sosio-ekonomi
rendah. Secara statistik menunjukkan 90%
kejadian BBLR didapatkan di negara
berkembang. Angka kejadian di Indonesia
sangat bervariasi antara satu daerah dengan
daerah lain yaitu berkisar antara 9% - 30%
(Depkes RI, 2011). Berat badan lahir rendah
(kurang dari 2500 gram) merupakan salah satu
faktor utama yang amat berpengaruh terhadap
kematian bayi. Berdasarkan profil kabupaten /
kota tahun 2010 diketahui jumlah bayi BBLR
di Jawa Timur mencapai 16.565 bayi dari
591.746 bayi lahir hidup (2,79 %), 6.829
diantaranya disebabkan oleh perdarahan
(plasenta previa dan solusio plasenta) (1,15%)
dan 9736 karena sebab lain (1,64%) (Dinkes
Jatim, 2010).
23
24
HASIL PENELITIAN
Hasil pengumpulan data menunjukkan
bahwa:
1. Data Umum
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin
Berdasarkan Umur di Ruang
Bersalin RSUD dr. Soeroto Ngawi
Bulan Maret - April 2013
Umur
17-20 tahun
21-24 tahun
25-28 tahun
29-32 tahun
33-36 tahun
37-40 tahun
41-44 tahun
Jumlah
Frekuensi (f)
8
11
15
19
13
10
4
80
Persentase (%)
10
13,75
18,75
23,75
16,25
12,5
5
100
Frekuensi
(f)
7
34
36
3
80
Persentase
(%)
8,75
42,5
45
3,75
100
Frekuensi
(f)
37
6
35
2
80
Persentase
(%)
46,25
7,5
43,75
2,5
100
Jumlah
Frekuensi (f)
Persentase (%)
34
42,5
46
57,5
80
100
BBLR (+)
BBLR (-)
Jumlah
Jumlah
Frekuensi (f)
Persentase (%)
41
51,25
39
48,75
80
100
BBLR
BBLR (+)
BBLR (-)
22 (27,5%) 12 (15%)
Jumlah
34
(42,5%)
19 (23,75%)
27
46
(33,75%)
(57,5%)
41 (51,25%)
39
80
(48,75%
(100%)
Xhitung= 4,3
RP = 2,75
C= 0,22
25
26
27
28
29
30
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Seks bebas merupakan hubungan yang
dilakukan oleh laki- laki dan perempuan tanpa
adanya ikatan perkawinan. Perilaku seks
bebas juga dapat terjadi jika remaja kurang
mempunyai pemikiran yang matang untuk
berbuat sesuatu ditambah lagi karena
dorongan dari teman sebaya.
Menurut hasil statistik dalam kasus
HIV/AIDS Indonesia Ditjen PP dan PL
kepmenkes RI (2013) untuk wilayah Jawa
Timur sendiri penderita HIV/AIDS mencapai
18,41% yang rata-rata didominasi rata-rata
umur 20-29 tahun. Sedangkan untuk masalah
remaja di kabupaten madiun sendiri oleh
Yayasan Bambu Nusantara Cabang Madiun,
yaitu organisasi yang konsen masalah
HIV/Aids (2008), menyebutkan kasus Infeksi
Seksual Menular (IMS) yang beresiko tertular
HIV/Aids menurut kategori pendidikan
sampai akhir Oktober 2007 didominasi pelajar
SMA/SMK sebanyak 51 %, pelajar SMP
sebesar 26%, mahasiswa sebesar 12% dan
SD/MI sebesar 11% .
Berdasarkan studi pendahuluan jumlah
SMA/SMK di kabupaten Madiun seluruhnya
adalah 29 sekolah, dengan jumlah siswa dan
siswi yang bervariasi dari 1.422 siswa/siswi
sampai dengan 144 siwa/siswi. SMAN 1
Nglames termasuk sekolah dengan jumlah
siswa/ siswi banyak yaitu 775 siswa yang
terdiri dari kelas X yang berjumlah 284 siswa,
kelas XI berjumlah 253 siswa dan kelas XII
berjumlah 238 siswa yang kesemua tersebut
terdiri dari 9 kelas mulai dari A I (Diknas,
2012). Dan dari hasil wawancara intrapersonal
dengan beberapa siswa dan siswi SMAN 1
Nglames didapat data bahwa sepanjang tahun
2012 terdapat 5 kasus aborsi yang dilakukan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP
PENYULUHAN
KESEHATAN
2.1.1 Pengertian
Pendidikan kesehatan adalah suatu
penerapan konsep pendidikan di dalam bidang
32
Faktor yang
mempengaruhi
presepsi:
1. Faktor
fungsional
2. Faktor
struktural
3. Faktor
situasional
4. Faktor
personal
Persepsi remaja
yang diberi
penyuluhan
tentang:
Definisi seks beas,
faktor penyebab
seks bebas,
dampak seks
bebas, penyakitpenyakit yang
dapat ditularkan
melalui seks bebas
Persepsi remaja
yang tidak diberi
penyuluhan
tentang :
Definisi seks
beas, faktor
penyebab seks
bebas, dampak
seks bebas,
penyakitpenyakit yang
dapat ditularkan
melalui seks
bebas
Perbedaan
persepsi remaja
antara yang
diberi
penyuluhan dan
tidak diberi
penyuluhan
METODE PENELITIAN
3.1 JENIS
DAN
RANCANGAN
PENELITIAN
Desain penelitian adalah semua proses
yang diperlukan dalam perencanaan dan
pelaksanaan penelitian (M. Nasir, 2009).
Rancangan
penelitian
diartikan
sebagai strategi mengatur latar penelitian agar
peneliti memperoleh data yang valid sesuai
dengan karakteristik variable dan tujuan
penelitian (Notoatmodjo, 2010). Dalam
penelitian ini rancangan penelitian yang
digunakan adalah static group comparison.
Rancangan static group comparison yaitu
rancangan
praekstraperimental
dengan
menambah kelompok kontrol, dengan cara
setelah perlakuan dilakukan pengamatan pada
kelompok perlakuan dan pada kelompok
kontrol dilakukan pengamatan saja (A. Aziz
Alimul, 2012). Berikut bagan rancangan
penelitan yang akan digunakan :
3.2 POPULASI
Populasi dalam penelitian ini adalah
sebagian siswa putra dan putri di SMAN 1
Nglames sejumlah 246 orang.
3.3 SAMPLE DAN KRITERIA SAMPLE
1. Sample
Sample adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2011). Sample yang baik
adalah sample yang mewakili populasi atau
yang
representative
artinya
yang
menggambarkan keadaan populasi atau yang
mencerminkan populasi secara maksimal.
3.4 VARIABLE PENELITIAN
Variable adalah objek penelitian, yaitu
apa yang menjadi titik penelitian (Arikunto,
2010). Dalam penelitian ini terdapat 2
variable yaitu :
33
1. Variable Independen
Variable bebas adalah merupakan
variable yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variable dependennya adalah penyuluhan
kesehatan.
2. Variable Dependen
Dalam penelitian ini variable
dependennya adalah persepsi remaja tentang
seks bebas.
3.7 DEVINISI OPERASIONAL
Definisi
operasional
adalah
mendefinisikan variable secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati,
memungkinkan peneliti untuk melakukan
obsesrvasi atau pengukuran secara cermat
terhadap suatu obyek atau fenomena (Hidayat,
2009).
Tabel 3.7.1 Definisi operasional pengaruh
penyuluhan
kesehatan
terhadap
presepsi
remaja
tentang seks bebas.
Variable
Independen :
Penyuluhan
kesehatan
terhadap
remaja
Definisi
Operasional
Penyuluhan
kesehatan pada1.
remaja adalah
pemberian
2.
pendidikan
kesehatan yang3.
bertujuan untuk
mengubah pola4.
pikir
dan
perilaku remaja
tentang
seks
bebas
1.
2.
3.
4.
Dependen:
Persepsi
remaja
tentang seks
bebas
34
Persepsi
seks
bebas
pada
remaja adalah
proses
pengorganisasia
n,
menginterpresta 1.
sian
remaja
terhadap
2.
rangsangan
yang diterima
oleh
individu3.
tentang
seks
bebas
4.
Parameter
Isi penyuluhan : Definisi
seksbebas
Faktor penyebabseks bebas
Dampak
seks
bebas
Penyakit-penyakit
yang
dapat
ditularkan
oleh
seks bebas
Tidak dilakukan
penyuluhan :
Definisi
seks
bebas
Faktor penyebab
seks bebas
Dampak
seks
bebas
Penyakit-penyakit
yang
dapat
ditularkan
oleh
seks bebas
Meliputi hal-hal
yang
berkaitan
dengan
persepsi
remaja
tentang
seks bebas antara
lain :
Persepsi tentang
definisi seks bebas
Persepsi tentang
faktor-faktor
penyebabnya
Persepsi tentang
dampak yang akan
ditimbulkan
Persepsi tentang
penyakit apa saja
yang
dapat
ditimbulkan dari
seks bebas
Media/ alat
ukur
Leafet
Power
point:
untuk ceramah
Proyektor
Skala
Nominal
Scoring
1
:
Dilakukan
penyuluhan
0 : Tidak
dilakukan
penyuluhan
3.8 TEKNIK
DAN
INSTRUMEN
PENGUMPULAN DATA
1. Teknik pengumpulan data
Prosedur pengumpulan data adalah
suatuproses pendekatan kepada subyek yang
diperlukan dalam suatu penelitian. Langkahlangakah dalam pengumpulan data tergantung
dari desain penelitian (Nursalam, 2005).
2. Instrumen pengumpulan data
Pada
suatau
penelitian,
dalam
mengumpulkan fakta/kenyataan hidup (data)
diperlukan adanya alat dan cara pengumpulan
data yang baik sehingga data yang
dikumpulkan merupakan data yang valid dan
akurat. Dalam penelitian ini instrumen yang
digunakan adalah kuesioner.
Kuesioner sebagai daftar pertanyaan
digunakan untuk megetahui pengaruh
penyuluhan kesehatan terhadap persepsi
remaja tentang seks bebas.
3.9 TEKNIK PENGOLAHAN DATA
DAN ANALISIS DATA
1. Analisa data
a. Analisis Univariat
Pada umumnya dalam analisis ini hanya
menghasilkan distribusi frekuensi dari tiap
variable, belum melihat adanya hubungan.
a) Untuk
mengukur
data
umum
(karakteristik) digunakan rumus :
P = F
Kuesioner
Nominal
Pernytaan
positif :
SS : 4
S :3
TS : 2
STS : 1
Pernytaan
negatif :
SS : 1
S :2
TS : 3
STS : 4
Kriteria
presepsi:
persepsi
positif T
MT
Persepsi
negatif T<
MT
X 100%
Keterangan :
P = presentase
F
= frekuensi jawaban benar responden
N = skor maksimal
Keterangan :
T = stadarisasi dari x
X = skor responden
x = nilai rata-rata kelompok
s = standar deviasi / simpang baku
kelompok
b. Analisis bivariat
Analisis bivariat yang dilakukan terhadap
dua variable yang diduga berhubungan
atau berkolereasi, yaitu melihat hubungan
variable bebas dengan variable terikat.
Dengan menggunakan rumus Chi-square :
X2 = (0 - h)2
h
keterangan :
X2 = signifikansi frekuensi nilai observasi
0 = nilai observasi (pengamatan ) yang
diperoleh dari sample
h = nilai harapan yang diperoleh secara
4.2
teoritis
Untuk mengetahui eratnya hubungan antara 2
variable tersebut dapat dicari dengan
menggunakn koefisien Kontingensi (c)
C=
N x
Keterangan :
C = koefisien Kontingensi
X2 = Chi Square
N = jumlah data
Makin besar harga C berarti hubungan antara
dua variable makin erat, harga C berkisar
antara 0 -1,00
HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENELITIAN
Tabel 4.1
Pengaruh
penyuluhan
kesehatan terhadap persepsi remaja
tentang seks bebas di SMAN 1 Nglames kec
Nglames kab Madiun pada bulan Januari
2014
Persepsi
No
Penyuluhan
Diberi
penyuluhan
Tidak diberi
penyuluhan
Jumlah
Positif
Neg
atif
Jumlah
F
37
%
49,33
F
38
50,67
% F
75
%
100
33
42,86
44
57,14
77
100
70
82
152
35
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa data
penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Persepsi remaja pada kelompok yang
diberi penyuluhan sebagian besar 38 siswa
(50,67%) memiliki persepsi negatif
tentang seks bebas.
36
37
Pijat bayi merupakan salah satu kebudayaan tradisional yang paling tua di Indonesia bahkan di
dunia dan dikembangkan kembali dengan sentuhan ilmu kesehatan dan tinjauan ilmiah yang
bersumber dari penelitian-penelitian para ahli neonatologi, syaraf, dan psikologi anak. Pijat bayi dapat
digolongkan sebagai aplikasi sentuhan karena pijat bayi mengandung unsur sentuhan berupa kasih
sayang, perhatian, suara atau bicara, pandangan mata, gerakan dan pijatan. Stimulasi ini akan
merangsang perkembangan struktur maupun fungsi dari sel-sel otak. Masih banyak orang tua yang
belum mengerti tentang pijat bayi, terutama mengenai perkembangan terakhirnya. Sebagian dari
mereka beranggapan bahwa pijat bayi dilakukan hanya pada bayi yang sakit serta dilakukan oleh
dukun atau tenaga medis yang menguasai pijat bayi. Tujuan umum dari penlitian ini untuk mengetahui
pengaruh penyuluhan pijat bayi pada ibu terhadap ketrampilan pijat bayi di Desa Geger Kecamatan
Geger Madiun.
Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperimen (eksperimen semu) dengan
rancangan penelitian menggunakan Statis Group Comparison. Populasinya adalah Semua ibu bayi
yang melakukan kunjungan posyandu di Desa Krompol Bringin Ngawi. Jumlah sampel 40 ibu yang
mempunyai bayi berusia 1-12 bulan. Teknik sampling adalah Accidental Sampling. Variabel
independen adalah penyuluhan pijat bayi pada ibu dan variabel dependen adalah ketrampilan pijat
bayi. Analisa data menggunakan tabulasi silang.
Dari hasil penelitian responden yang mendapatkan penyuluhan pijat bayi didapatkan hasil nilai
posttest ketrampilan pijat bayinya lebih baik dibandingkan dengan responden yang tidak mendapatkan
penyuluhan pijat bayi. Hal ini berarti ada pengaruh penyuluhan pijat bayi pada ibu terhadap
ketrampilan pijat bayi di Desa Geger Kecamatan Geger Madiun
Kesimpulan penelitian ini yaitu ada pengaruh penyuluhan pijat bayi pada ibu terhadap
ketrampilan pijat bayi di Desa Geger Kecamatan Geger Madiun. Peran bidan sangat dibutuhkan untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan mengenai pijat bayi yang dilakukan ibu bayi sendiri sehingga ibu
bayi mengetahui pentingnya manfaat pijat bayi bila dilakukan ibu bayi sendiri tanpa pergi ke dukun
bayi atau pelayanan pijat bayi lainnya.
Kata Kunci : penyuluhan, ibu, ketrampilan pijat bayi
38
PENDAHULUAN
Masa neonatal merupakan periode
tersingkat dari semua periode perkembangan.
Pada masa ini terjadi penyesuaian yang
radikal. Selain itu masa ini merupakan
pendahuluan dari perkembangan selanjutnya
dan merupakan masa yang berbahaya karena
sulitnya penyesuaian diri pada lingkungan
baru. Penyesuaian diri dengan lingkungan luar
setelah terjadi kelahiran dapat mengakibatkan
berkurangnya berat badan dan kematian bayi
(Amirudin, 2007).
Sejak dilahirkan, bayi memiliki tiga
kebutuhan yang harus dipenuhi oleh orang
tua, yaitu kebutuhan fisik-biologis yang
berguna untuk pertumbuhan otak, sistim
sensorik, serta motorik. Kebutuhan emosi
kasih sayang untuk kecerdasan emosi,
interpersonal dan intrapersonalnya, serta
kebutuhan stimulasi untuk merangsang semua
kerja sistim sensorik dan motoriknya
(Maharani, 2009). Stimulasi merupakan hal
yang penting dalam tumbuh kembang anak
(Ngastiyah, 2005). Stimulus dari luar juga
berperan bagi pertumbuhan fisik dan
perkembangan emosional anak (Wibowo,
2008).
Menurut Maharani (2009) pijat bayi
dapat digolongkan sebagai aplikasi stimulasi
sentuhan pada bayi. Menurut Soedjatmiko
(2006) pijat bayi dapat digolongkan sebagai
aplikasi sentuhan karena pijat bayi
mengandung unsur sentuhan berupa kasih
sayang, perhatian, suara atau bicara,
pandangan
mata,gerakan
dan
pijatan.
Stimulasi ini akan merangsang perkembangan
struktur maupun fungsi dari sel-sel otak.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 369/MENKES/SK/III/2007
tentang Standart Profesi Bidan menyebutkan
bahwa bidan mempunyai kewenangan untuk
39
terutama
mengenai
perkembangan
terakhirnya.
Sebagian
dari
mereka
beranggapan bahwa pijat bayi dilakukan
hanya pada bayi yang sakit serta dilakukan
oleh dukun atau tenaga medis yang menguasai
pijat bayi. Hal ini tidak sepenuhnya salah,
melalui teknik tertentu, pijat bayi diyakini
mampu mengatasi kolik sementara, sembelit
dan bayi rewel. Namun, manfaat utama dari
pijat bayi adalah membantu mengoptimalkan
tumbuh kembang bayi.
Penelitian yang dilakukan oleh
Procianoy (2010) meneliti 73 bayi baru lahir
dimana 35 bayi menerima pemijatan secara
teratur dan 38 bayi sebagai kontrol, dan
diikuti selama dua than. Bayi dalam kelompok
yang mendapat intervensi pijat secara teratur
menunjukkan Psychomotor Development
Index dan Mental Development Index
yang lebih tinggi.
Dari hasil survei pra pendahuluan
bulan
November-Desember
dalam
melaksanakan upaya penyuluhan di Desa
Geger Kecamatan Geger Madiun, di dapatkan
dari data BPS Mahmudah dari 15 ibu hanya 5
ibu yang memijatkan bayinya kefasilitas
pelayanan kesehatan dan 10 ibu yang
memijatkan bayinya ke dukun.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan
untuk
meningkatkan
kesadaran
dan
ketrampilan pijat bayi yang dilakukan oleh ibu
yaitu dengan memberikan pelayanan yang
efektif serta penyuluhan cara melakukan pijat
bayi yang benar agar ibu mengerti bahwa pijat
bayi bisa dilakukan oleh ibu bayi bukan hanya
dukun.
40
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian dan Rancangan
Penelitian
1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan
adalah Quasi Eksperimen (eksperimen semu),
quasi eksperimen termasuk penelitian
eksperimen yaitu suatu penelitian dengan
melakukan kegiatan percobaan, dimana
rancangan penelitian untuk membandingkan
dengan cara memberikan perlakuan kepada
kelompok eksperimen kemudian hasil (akibat)
dari intervensi tersebut dibandingkan dengan
kelompok yang tidak dikenakan perlakuan
(kelompok kontrol) (Notoatmodjo, 2010).
Subyek
G-E
G-K
Pretest
O
O
Perlakuan
I
-
Posttest
O1-E
O1-K
Keterangan:
G-E
: Group Eksperimen
G-K
: Group Kontrol
O
: Observasi
pada
group
eksperimen (pretest)
I
: Intervensi (Perlakuan)
O1- (E+K) : Observasi pada group
eksperimen dan group kontrol
(posttest)
(Nursalam, 2009)
2. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan
adalah Statis Group Comparison, dimana
kelompok eksperimen menerima perlakuan
yang diikuti dengan observasi. Hasil observasi
ini kemudian dibandingkan dengan hasil
observasi pada kelompok kontrol, yang tidak
menerima intervensi (Notoatmodjo, 2010).
Variabel
Dependent
Ketrampilan
Pijat Bayi
Definisi
Operasional
Penambahan
pengetahuan
dan
kemampuan
seseorang
melalui teknik
praktik belajar
Kemampuan
melaksanakan
ketrampilan
pijat bayi
dengan
menggunakan
anggota badan
atau peralatan
kerja yang
tersedia
Indikator
Ibu yang
mempunyai
bayi usia 112 bulan
yang
melakukan
kunjungan
posyandu
dan dalam
keadaan
sehat
jasmani dan
rohani
Tindakan
ibu
melakukan
ketrampilan
pijat bayi
Instrume
nt
Leaflet
Skala
Skor
Tingkat Pendidikan
Lebmar
Ordinal
Katego
ri baik
Frekuensi
Presentase (%)
<20 tahun
12.5
20-35 tahun
21
52.5
>35 tahun
14
35
Jumlah
40
100
1. Tingkat pendidikan
Dari pengumpulan data yang telah
dilakukan diperoleh karakteristik tingkat
pendidikan responden seperti tercantum pada
tabel dibawah ini.
Frekuensi
SD
SMP
SMA
Diploma/Sarjana
Jumlah
3
9
25
3
40
Presentase
(%)
7,5
22,5
62,5
7,5
100
41
Frekuensi
20
17
3
40
Presentase (%)
50
42,5
7,5
100
Frekuensi
Presentase (%)
1-4 bulan
12
30
5-8 bulan
12
30
9-12 bulan
16
40
Jumlah
40
100
Penyuluhan
Baik
F
Cukup
F
Kurang
F
Jumlah
F
Sebelum diberi 5 25
8 40
7 35
20 100
Penyuluhan
Sumber : Hasil Pengolahan Data Penilaian Ketrampilan
Pijat Bayi
42
Baik
Cukup
f %
f %
Kurang Jumlah
f %
Baik
Cukup
f %
f %
Kurang Jumlah
f %
Baik
Cukup
f %
f %
Kurang Jumlah
f %
Tidak diberi
5 25 7 35 8 40 20 100
Penyuluhan
Sumber : Hasil Pengolahan Data Penilaian
Ketrampilan Pijat Bayi
Baik
Cukup
f %
f %
Kurang Jumlah
f %
15 75
15
10
20 100
35
40
20 100
25
43
44
45
46
47
48
49
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Preeklampsia ialah hipertensi yang
timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai
proteinuria. Preeklampsia merupakan salah
satu penyebab mortalitas dan morbiditas ibu
bersalin. Sedangkan asfiksia ialah keadaan
dimana bayi tidak dapat bernafas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir.
(Saifuddin, 2009).
Menurut WHO di seluruh dunia
terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa
pertahun salah satunya adalah preeklampsia,
angka kejadian preeklampsia diperkirakan
sekitar 65.000 wanita (12%) dan merupakan
penyebab
utama
kematian
maternal.
Berdasarkan menurut Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2011
kejadian preeklampsia di Indonesia sebesar
23% dan merupakan salah satu penyebab
kematian terbesar maternal kedua setelah
perdarahan. Sedangkan prosentase penyebab
kematian ibu di jawa timur tahun 2011 karena
preeklampsia mencapai 27,7%. (DINKES
JATIM, 2011). Sedangkan angka kematian
bayi menurut WHO, setiap tahunnya kira-kira
3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir
mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini
kemudian meninggal. Di Indonesia, dari
seluruh kematian bayi, sebanyak 57%
meninggal pada masa BBL (usia dibawah 1
bulan). Penyebab kematian BBL di Indonesia
diantaranya asfiksia (27%), BBLR (29%).
(Asuhan
Persalinan
Normal,
2008).
Sedangkan menurut Depkes RI tahun 2009,
menyebutkan data kematian bayi di Jawa
Timur disebabkan oleh asfiksi neonatorum
23,13%, prematur 21,3%, BBLR 16,4%,
infeksi 9,2%, kelainan kongenetal 4,6%.
Berdasarkan studi pendahuluan di RSUD
Kota Madiun didapatkan data mulai dari bulan
50
51
Hipotesis
H1: Ada hubungan preeklampsia terhadap
kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di
RSUD Kota Madiun.
Faktor ibu :
1. Preeklampsi
2. aPerdaraham
Faktor yang
mempengaruhi
asfiksia :
Faktor janin :
1. Gangguan
aliran darah
2. Depresi
pernapasan
3. Perdarahan
intrakranial
4. Prematur
5. Mekoneum
6. Kelainan tali
pusat
abnormal
3. Partus lama
atau macet
4. Demam
selama
persalinan
5. Kehamilan
post matur
BBL dengan
asfiksia
52
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Desain penelitian adalah suatu strategi
untuk mencapai tujuan penelitian yang telah
ditetapkan dan berperan sebagai pedoman
atau penuntun peneliti pada seluruh proses
peneliti (Nursalam, 2008). Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian analitik,
penelitian analitik yaitu penelitian yang
mencoba menggali bagaimana dan mengapa
fenomena kesehatan itu terjadi (Notoatmodjo,
2010).
Variabel
dependent:
kejadian
asfiksia
pada BBL
Definisi
operasional
Hipertensi
disertai
proteinuri
a dan
edema
setelah
usia
kehamilan
20
minggu.
Hasil
penilaian
pada bayi
baru lahir
berdasark
an nilai
APGAR
Parameter
Alat ukur
Skala
Kode
Tekanan
darah
140/90
mmHg,
proteinuria +,
terlihat edema
pada wajah,
jari tangan,
dan kaki
Lembar
isian
dengan
data
sekunder
nominal
1 ibu
preeklam
psia/ekla
msi
0 ibu
tidak
preeklam
p-sia
APGAR < 7
asfiksia, 7
tidak asfiksia
Lembar
isian
dengan
data
sekunder
nominal
1 bayi
asfiksia
0 bayi
tidak
asfiksia
53
dengan rumus
tabel.
hitung
tabel.
6. Menentukan koefisien kontingensi
Setelah dilakukan adanya hubungan
antara kedua variabel maka perlu
diketahui bagaimana keeratan hubungan
kedua variabel tersebut,
yaitu dengan rumus :
Keterangan :
KK : koefisien kontingensi
chi kuadrat
: jumlah yang diobservasi (Budiarto,
2002)
7. Menurut
Sugiyono
(2012)
untuk
memberikan
interpretasi
koefisien
korelasi antara dua variabel, maka
digunakan pedoman sebagai berikut:
Korelasi (C)
0,00-0,199
0,20-0,399
0,40-0.599
0,60-0,799
0,80-1,000
54
Tingkat hubungan
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat kuat
Preeklampsia
dikatakan
Asfiksia
Tidak
asfiksia
Jumlah
F
9
7
%
16
12,5
16
28,6
Tdk
preeklampsia
F
%
19
34
21
37,5
40
71,4
Jumlah
F
28
28
%
50
50
56
100
ditolak
artinya
tidak
ada
55
56
ABSTRAK
57
PENDAHULUAN
Perserikatan Bangsa - Bangsa telah
menetapkan 2008 sebagai Tahun sanitasi
Internasional. PBB menganggap sanitasi vital
untuk kesehatan, berpengaruh pada aspek
ekonomi karena sanitasi yang lebih baik
berdampak
positif
pada
pengurangan
kemiskinan, sanitasi berkontribusi positif pada
pembangunan sosial, mengurangi penyakit,
meningkatkan gizi anak, serta meningkatkan
produktifitas kerja orang dewasa.
Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan
penyakit yang menitikberatkan kegiatannya
kepada usaha-usaha kesehatan lingkungan
hidup manusia. Sanitasi tidak hanya
mencakup sanitasi dasar seperti jamban,
penyediaan air bersih, tempat pembuangan
sampah, dan saluran air limbah saja, namun
juga meliputi ventilasi, kelembaban udara,
kepadatan hunian dll. Dengan terjaganya
kondisi sanitasi terutama dirumah kita maka
kemungkinan resiko terjadinya penyebaran
penyakit dapat dicegah.
Pengaruh lingkungan terhadap status
kesehatan manusia telah diakui seluruh ahli
kesehatan yang menyatakan bahwa sehat dan
sakit berkenaan dengan interaksi timbal balik
antara tiga komponen yaitu lingkungan
(environment), penjamu (host), bibit penyakit
(agent). Hal ini sesuai dengan teori John
Gordon yang menyatakan bahwa derajat
kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 3 faktor
tersebut.
Penyakit TB disebabkan oleh kuman /
bakteri mycobacterium tuberculosis. Kuman
ini pada umumnya menyerang paru - paru dan
sebagian lagi dapat menyerang diluar paru paru seperti kelenjar getah bening, kulit, usus
/ saluran pencernaan, selaput otak, dan
sebagainya. Menurut data yang diperoleh dari
WHO penyakit TB merupakan salah satu
58
Teknik sampling:
Simple random sampling
Sampel:
sampel kasus dan sampel kontrol masing-masing 37
orang suspek/bukan suspek yang tercatat di Puskesmas
Klagenserut Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun pada
bulan Januari Mei 2013
Variabel Penelitian
1) Variabel Terikat (Dependen Variable)
Yaitu variabel yang terpengaruh akibat
dari variabel bebas yang ada dalam
penelitian.
Variabel
terikat
dalam
penelitian ini adalah suspek penderita TB
paru.
2) Variabel Bebas (Independen Variable)
Yaitu variabel yang mempengaruhi
variabel lain dan menjadi sebab munculnya
variabel lain. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah sanitasi rumah dalam
hal ini pencahayaan alami, kelembaban,
ventilasi dan kepadatan hunian.
Definisi Operasional
2. Sanitasi rumah,
Definisi : Usaha kesehatan masyarakat
yang menitikberatkan pada penguasaan
terhadap berbagai faktor lingkungan yang
mempengaruhi derajat kesehatan antara
lain pencahayaan alami, kelembaban,
ventilasi dan kepadatan hunian
Alat ukur : Check list
Skor : 0 = TMS <50%, 1 = MS 50%
a. Pencahayaan alami,
Definisi : Penerangan rumah secara alami
oleh sinar matahari untuk mengurangi
kelembaban
Alat ukur : Luxmeter
Skor : 0 = TMS <60 atau >120 lux dan 1 =
MS 60 lux - 120 lux
Pengumpulan data :
Pengukuran, check list
59
b. Kelembaban,
Definisi : Kandungan uap air yang dapat
dipengaruhi oleh sirkulasi udara dalam
rumah dan pencahayaan yang masuk
dalam rumah.
Alat ukur : Hygrometer
Skor : 0 = TMS <40% atau >60% dan 1 =
MS 40% - 60%
c. Ventilasi,
Definisi : Lubang angin untuk proses
pergantian udara segar ke dalam dan
mengeluarkan udara kotor dari suatu
ruangan tertutup secara alamiah/buatan
Alat ukur : Rollmeter
Skor : 0 = TMS <15% dari luas lantai dan
1 = MS 15% dari luas lantai
d. Kepadatan hunian,
Definisi : Jumlah orang atau anggota
keluarga yang mendiami atau menghuni
sebuah rumah, tidak termasuk kamar
mandi dan jamban (water closed)
berdasarkan luas lantai dibagi dengan
jumlah penghuni
Alat ukur : Check list
Skor : 0 = TMS Luas lantai <9m2 per satu
orang penghuni dan 1 = MS Luas lantai
9m2 per satu orang penghuni
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Gambaran
Umum
Puskesmas
Klagenserut
Kecamatan
Jiwan
Kabupaten Madiun
Puskesmas Klagenserut terletak di
Desa Klagenserut RT 08 RW 03
Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun, luas
wilayah adalah 1665,9 Ha dengan jumlah
penduduk 24.294 jiwa yang terdiri dari 7
Desa, Desa Bibrik, Desa Ngetrep, Desa
Bedoho, Desa Teguhan, Desa Grobogan,
Desa Klagenserut dan Desa Wayut.
Sumber
Daya
Manusia
Puskesmas Klagenserut sejumlah 25 orang.
60
Pencahayaan Alami
Memenuhi Standar
Tidak Memenuhi
Standar
Jumlah
f
8
29
%
21,6
78,4
37
100
Kelembaban
Memenuhi Standar
Tidak Memenuhi
Standar
Jumlah
f
8
29
%
21,6
78,4
37
100
Kelembaban
rumah
dari
37
responden suspek TB Paru yaitu yang tidak
memenuhi standar sebesar 78,4% dan
kelembaban yang memenuhi standar
sebesar
21,6%.
Ventilasi
Memenuhi
Standar
Tidak Memenuhi
Standar
Jumlah
f
9
%
24,3
28
75,7
37
100
. Hasil uji
2
Kepadatan
Hunian
Memenuhi
Standar
Tidak Memenuhi
Standar
Jumlah
26
70,3
11
29,7
37
100
61
3. Pembahasan
a) Sanitasi Rumah
Sanitasi
rumah
yang
tidak
memenuhi standar sebesar 78,4% dan
sanitasi rumah yang memenuhi standar
yaitu sebesar 21,6%.
Sesuai dengan Arifin (2009),
sanitasi adalah suatu usaha pencegahan
penyakit
yang
menitikberatkan
kegiatannya kepada usaha-usaha kesehatan
lingkungan hidup manusia. Sanitasi tidak
hanya mencakup sanitasi dasar seperti
jamban, penyediaan air bersih, tempat
pembuangan sampah, dan saluran air
limbah saja, namun juga meliputi ventilasi,
kelembaban udara, kepadatan hunian dll.
Dengan terjaganya kondisi sanitasi
terutama dirumah kita maka kemungkinan
resiko terjadinya penyebaran penyakit
dapat dicegah.
Sesuai Kepmenkes (1999), untuk
mendapatkan
sanitasi
rumah
yang
memenuhi standar antara lain dengan :
1) Pencahayaan alami yang memenuhi
standar 60 120 lux dengan cara
pemasangan genteng kaca, letak jendela
yang tidak terhalang oleh bangunan atau
pepohonan agar sinar matahari lebih lama
menyinari lantai.
2) Agar rumah selalu tetap pada
kelembaban optimum yang memenuhi
standar 40 60% dan kelembaban
berkaitan dengan ventiasi maka untuk itu
harus memperhatikan letak dan luas
ventilasi.
3) Luas ventilasi 15%, selain luas,
ventilasi tersebut selalu dibuka pada pagi
hari agar sinar matahari masuk untuk
62
63
64