Lamanya hubungan antara atau kontak antara darah dengan asam lambung
Hematemisis
Melena
Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung & duodenum, keganasan, dll
Penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas terbanyak di Indonesia adalah karena
pecahnya varises esophagus, dengan rata-rata 45-50% seluruh perdarahan saluran cerna
bagian atas (Hilmy, 1971: 58%; Soemomarto, 1981: 60%; Abdurrahman: 50%; Hernomo,
1981: 44,8%; dan Ali: 57,43% seperti dikutip Tondobala, 1987 dalam Suparman, 1993)
Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar mengakibatkan
peningkatan tekanan vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral
dalam submukosa esopagus dan rektum serta pada dinding abdomen anterior
untuk mengalihkan darah dari sirkulasi splenik menjauhi hepar. Dengan
meningkatnya teklanan dalam vena ini, maka vena tsb menjadi mengembang
dan membesar (dilatasi) oleh darah (disebut varises). Varises dapat pecah,
mengakibatkan perdarahan gastrointestinal masif. Selanjutnya dapat
mengakibatkan kehilangan darah tiba-tiba, penurunan arus balik vena ke
jantung, dan penurunan curah jantung. Jika perdarahan menjadi berlebihan,
maka akan mengakibatkan penurunan perfusi jaringan. Dalam berespon
terhadap penurunan curah jantung, tubuh melakukan mekanisme kompensasi
untuk mencoba mempertahankan perfusi. Mekanisme ini merangsang tandatanda dan gejala-gejala utama yang terlihat pada saat pengkajian awal. Jika
volume darah tidak digantikan , penurunan perfusi jaringan mengakibatkan
disfungsi seluler. Sel-sel akan berubah menjadi metabolsime anaerobi, dan
terbentuk asam laktat. Penurunan aliran darah akan memberikan efek pada
seluruh sistem tubuh, dan tanpa suplai oksigen yang mencukupi sistem tersebut
akan mengalami kegagalan.
PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan kolaboratif
Intervensi awal mencakup 4 langkah: (a) kaji keparahan perdarahan, (b) gantikan
cairan dan produk darah untuk mnengatasi shock, (c) tegakan diagnosa
penyebab perdarahan dan (d) rencanakan danlaksanakan perawatan definitif.
a. Resusitasi Cairan dan Produk Darah:
Pasang akses intravena dengan kanul berdiameter besar
Lakukan penggantian cairan intravena: RL atau Normal saline
Kaji terus tanda-tanda vital saat cairan diganti
Jika kehilangan cairan > 1500 ml membutuhkan penggantian darah selain
cairan. Untuk itu periksa gol darah dan cross-match
Kadang digunakan obat vasoaktif sampai cairan seimbang untuk
mempertahankan tekanan darah dan perfusi orghan vital, seperti: dopamin,
epineprin dan norefineprin untuk menstabilkan pasien sampai dilakukan
perawatan definitif.
b. Mendiagnosa Penyebab Perdarahan
Dilakukan dengan endoskopi pleksibel
Pemasangan selang nasogastrik utuk mengkaji tingkat perdarahan (tetapi
kontroversial)
Pemeriksaan barium (double contrast untuk lambung dan duodenum.
Pemeriksaan tsb dilakukan pada berbagai posisi terutama pada 1/3 distal
esopagus, kardia dan fundus lambung untuk mencari ada tidaknya varises,
sedini mungkin setelah hematemisis berhenti.
dalam 24-48 jam. Jika lebih lama depat menyebabkan edema, esopagitis,
ulserasi atau perforasi esopagus.
Hal yang penting dilakukan saat menggunakan balon ini adalah observasi
konstan dan perawatan cermat, dengan mengidentifikasi ketiga ostium selang,
diberi label dengan tepat dan diperiksa kepatenannya sebelum dipasang.
(7) Asuhan Keperawatan
Pasien dipertahankan istirahat sempurna, karena gerakan seperti batuk,
mengejan meningkatkan tekanan intra abdomen (tib) shg dapat terjadi
perdarahan lenjut.
Bagian kepala tempat tidur tetap ditinggikan untuk mengurangi aliran darah ke
sistem porta dan mencegah refluk ke dalam esopagus.
Karena pasien tdk dapat menelan saliva harus sering di suction dari esopagus
bagian atas
Nasoparing harus sering sisuction karena peningkatan sekresi akiat iritasi oleh
selang
NGT harus diirigasi setiap 2 jam untuk memastikan kepatenannya dan menjaga
agar lambung tetap kosong.
Lubang hidung harus sering diperiksa, dibersihkan dan diberi pelumas untuk
mencegah area penekanan yang disebabkan selang.
Jangan membiarkan darah berada dalam lambung karena akan masuk ke
intestin dan bereaksi dengan bakteri menghasilkan amonia, yang akan diserap
ke dalam aliran darah. Sementara kemapuan hepar untuk merubah amonia
menjadi urea rusak, dan dapat terjadi intoksikasi amonia.
(8) Terapi Pembedahan
Reseksi lambung (antrektomi)
Gastrektomi
Gastroentrostomi
Vagotomi
Billroth I : prosedur yang mencakup vagotomi dan antrektomi dengan
anastomosis lambung pada duodenum.
Billroth II : meliputi vagotomi, reseksi antrum dan anastomosis lambung pada
jejunum
Operasi dekompresi hiertensi porta
1. Penatalaksanaan keperawatan
2.1. Pengkajian
a. Anamnesis, Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium
Anamnesis: perlu ditanyakan tentang:
Riwayat penyakit dahulku: hepatitis, penyakit hati menahun, alkohlisme,
penyakit lambung, pemakaian obat-obat ulserogenikdan penyakit darah seperti
leuikemia, dll.
Pada perdarahan karena pecahnya varises esophgaus, tidak ditemukan keluhan
nyeri atau pedih di daerah epigastrium
Tanda-gejala hemel timbul mendadak
Tanyakan prakiraan jumlah darah: misalnya satu gelas, dua gelas atau lainnya.
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum
Kesadaran
Nadi, tekanan darah
Tanda-tanda anemia
Gejala hipovolemia
Tanda-tanda hipertensi portal dan sirosis hati: spider nevi, ginekomasti, eritema
palmaris, capit medusae, adanya kolateral, asites, hepatosplenomegali dan
edema tungkai.
Laboratorium:
Hitung darah lengkap: penurunan Hb, Ht, peningkatan leukosit
Elektrolit: penurunan kalium serum; peningkatan natrium, glukosa serum dan
laktat.
Profil hematologi: perpanjangan masa protrombin, tromboplastin
Gas darah arteri: alkalosis respiratori, hipoksemia.
b. Pemeriksaan Radiologis
Dilakukan dengan pemeriksaan esopagogram untuk daerah esopagus dan
double contrast untuk lambung dan duodenum.
Pemeriksaan tsb dilakukan pada berbagai posisi terutama pada 1/3 distal
esopagus, kardia dan fundus lambung untuk mencari ada tidaknya varises,
sedini mungkin setelah hematemisis berhenti.
c. Pemeriksaan Endoskopi