Disusun oleh:
Zulfadri/1201293
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hepatitis merupakan penyakit yang menyerang organ hati manusia.
Di sini hati atau liver mengalami peradangan sehingga membuat fungsi
hati, yang sebagai tempat penyaring racun-racun dalam darah, menjadi
terganggu. Dengan terganggunya fungsi hati tersebut, maka terganggu pula
fungsi organ yang lain, sehingga membuat kesehatan seseorang akan
hancur secara keseluruhan. Akibat lainnya adalah hati menolak darah yang
mengalir sehingga tekanan darah menjadi tinggi dan pecahnya pembuluh
darah. Penyebab kerusakan fungsi hati atau liver ini bisa karena seseorang
mengkonsumsi alkohol secara berlebihan atau karena termakan racun yang
membebani kerja liver dan mengakibatkan fungsi hati menjadi rusak.
Tetapi, pada kebanyakan kasus, hepatitis disebabkan oleh virus yang
ditularkan penderita hepatitis. Ada 5 macam virus hepatitis yang dinamai
sesuai abjad. Kelima virus itu adalah virus hepatitis A (VHA), virus
hepatitis B (VHB), virus hepatitis C (VHC), virus hepatitis D (VHD) dan
virus hepatitis E (VHE). Virus-virus ini terus berkembang dan bahkan
diperkirakan sedikitnya masih ada 3 virus lagi yang dapat menyebabkan
hepatitis.
Salah satu penyakit hepatitis yang sangat berbahaya adalah
hepatitis C, karena penyakit hepatitis C dapat menjadi kronis dan
menimbulkan cirrhosis dan lalu kanker hati. Hepatitis C adalah salah satu
jenis penyakit hepatitis yang menginfeksi organ hati. Hepatitis C
disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). HCV pertama kali ditemukan
pada tahun 1989, dan menjadi penyebab kasus hepatitis NANB (non-A
non-B) pasca transfusi. Namun pada tahun 1975, penyakit ini dikenal
sebagai kasus-kasus pasca transfusi. HCV merupakan jenis virus RNA dari
2 keluarga Flaviviridae genus Hepacivirus (DirJen PP &PL Kementrian
Kesehatan, 2012).
Hepatitis C seringkali tidak memberikan gejala, namun infeksi
kronis dapat menyebabkan parut (eskar) pada hati, dan setelah menahun
menyebabkan sirosis. Dalam beberapa kasus, orang yang mengalami
sirosis juga mengalami gagal hati, kanker hati, atau pembuluh yang sangat
membengkak di esofagus dan lambung, yang dapat mengakibatkan
perdarahan hingga kematian. Seseorang terutama terkena hepatitis C
melalui kontak darah, penggunaan narkoba suntik, peralatan medis yang
tidak steril, dan transfusi darah. Sekira 130170 juta orang di dunia
menderita hepatitis C. Para ilmuwan mulai meneliti HCV pada tahun
1970-an, dan memastikan keberadaan virus tersebut pada tahun 1989.
Virus Hepatitis C merupakan virus paling berbahaya bila
dibandingkan dengan virus hepatitis yang lainnya, karena 70%-80%
penderita terinfeksi dapat berkembang menjadi infeksi menahun dan
berkelanjutan menjadi hepatitis kronik. Hepatitis C merupakan penyebab
utama pada 27% kasus sirosis dan 25% kasus kanker hati. Dalam beberapa
kasus, orang yang mengalami sirosis juga mengalami gagal hati, kanker
hati, atau pembuluh yang sangat membengkak di esofagus dan lambung,
yang dapat mengakibatkan perdarahan hingga kematian.
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1999
diperkirakan 3% dari populasi dunia atau sekitar 170 juta penduduk
terinfeksi hepatitis C. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) 2009, diperkirakan bahwa tujuh juta penduduk Indonesia
mengidap virus Hepatitis C dan ribuan infeksi baru muncul setiap tahun,
namun 90% penderita tidak menyadari kondisi tersebut.
Hepatitis C dapat menular melalui beberapa media, antara lain
melalui transfusi darah, pencangkokan organ dari donor yang terinfeksi,
kelahiran dari ibu yang terinfeksi, melalui benda-benda pribadi seperti
gunting kuku, pisau cukur, dan peralatan sejenis lainnya. Adapun sumber
penularan yang terbesar dalam kasus penularan hepatitis C adalah
penggunaan jarum suntik yang tidak steril secara bersamaan, terutama oleh
pengguna narkoba melalui jarum suntik dan pembuatan tato. Di Indonesia,
prevalensi HCV diantara pengguna narkoba suntik 3 mencapai 77,3%
(PKNI, tanpa tahun). Berdasarkan hasil Evaluasi Pengumpulan Data
Hepatitis C Tahap I yang dilakukan oleh Depkes pada Oktober 2007
sampai dengan 9 September 2008, terungkap bahwa hampir 40% pasien
hepatitis C yang terdata mengaku menggunakan jarum suntik narkoba dan
penyebab-penyebab yang lain relatif kecil, seperti melalui transfusi darah,
hubungan seks dan lain sebagainya. Prosentase penularan penyakit
diterapkan pada
uraian
diatas,
penulis
tertarik
mengangkat
narkoba suntik.
Menelaah asumsi yang akan digunakan pada model matematika
di peroleh.
Mengkaji aplikasi model matematika SACR penyebaran virus
hepatitis C pada pengguna narkoba suntik.
Menarik kesimpulan.
BAB II
KAJIAN TEORI
Beberapa teori dan definisi yang diperlukan dalam pembentukan
adalah mengenai model matematika SACR penyebaran virus hepatitis C
pada pengguna narkoba suntik, pemodelan matematika dan Selanjutnya
juga akan dibahas analisis kestabilan.
A. Model Matematika
Pemodelan matematika merupakan salah satu cabang ilmu
matematika yang
mampu
memecahkan
atau menjawab
berbagai
Formulasi Persamaan/Pertidaksamaan
Interpretasi Model
Analisis/Penyelesaian Persamaan
Pengujian Model
Melakukan Analisis
Pada langkah ini akan dicari solusi dari persamaan yang telah
b
c
unsur.
Mengadakan pendugaan untuk memperbaiki keadaan objek.
Mengadakan optimasi dalam objek
Definisi 3
Persamaan diferensial parsial (PDP) adalah suatu persamaan yang memuat
turunan parsial dari satu variabel terikat terhadap lebih dari satu variabel
bebas.
(Ross, 1989:2)
Contoh 2:
2 u 2 u 2 u
+
+
=0
x2 y2 z2
Berdasarkan kelinearan, persamaan diferensial dapat dibagi
menjadi dua, yaitu persamaan diferensial linear dan persamaan diferensial
non linear, seperti yang didefinisikan sebagai berikut:
Definisi 4
Suatu persamaan diferensial linear orde-n, dalam variabel terikat y dan
variabel bebas x, adalah suatu persamaan yang berbentuk
dn y
d n1 y
dy
(
)
(
)
a0 x
+a 1 x
++a n1 ( x ) + an ( x ) y=b (x)
n
n1
dx
dx
dx
dimana
a0 0
.
(Ross, 1989:3)
tiga
d 2 x dx
+ 2 x=0
d y 2 dy
Definisi 5
n xn
dan
b(t )
b ( t )=0
dengan
x1 (t )
x= x2 (t )
xn (t )
( )
, dan
f 1 (t , x 1 , , x n )
n
t , x1 , , x
f 2( f n (t , x 1 , , x n ) )
f ( t , x ) =
jika f (t , x)
x1 , , xn
dari
Sistem
x=f(x)jika
memenuhi
f(x)=0.
Contoh 2.7
Diberikan sistem persamaan diferensial
x1=x 1 x 2 + x 1
x2=2 x 12x 2
tersebut
x 1 x 2+ x 1=0
x 1 ( x 2+ 1 )=0
x 1=0 dan x 2=1
Saat
x 1=0
, maka
2
2 x 1 x 2=0
x 2=0
Diperoleh titik ekuilibrium (0,0)
x 2=1
Saat
, maka
menjadi
2 x 12x 2=0
2x 2=0
x 2=2
Diperoleh titik ekuilibrium (-1,2)
Sehingga diperoleh dua titik kesetimbangan yaitu (0,0) dan (-1,2).
BAB III
PEMBAHASAN
A. Formulasi Model Matematika
S(t)
Defenisi
A(t)
C(t)
R(t)
N(t)
individu susceptible
Laju infeksi
ba
bc
(1- )
Susceptibl
e
Acute
Infection
Chronic
carrier
(1) 1
Recovered
Laju infeksi per satuan waktu dipengaruhi oleh laju kontak yang
berupa penggunaan/peminjamaan alat suntik secara bersama-sama dengan
frekuensirata-rata tertentu (), oleh individu susceptible dengan individu
(b NA((t)t) )
acute infection
(b CN (t)(t) )
c
( t ) = ba
A (t)
C (t )
+b c
N (t)
N (t)
dR(t)
=( 1 ) 1 A ( t )+ 2 C ( t )R ( t ) (3.4)
dt
Berdasarkan deskripsi di atas dan dari persamaan (3.1) (3.4)
maka penyebaran penyakit Hepatitis C pada pengguna narkoba suntik
dapat dimodelkan dalam bentuk sistem persamaan diferensial nonlinear
orde satu seperti berikut:
dS(t )
=B S ( t ) S ( t )
dt
dA ( t )
= S ( t ) 1 A ( t ) A ( t ) (3.5)
dt
dC(t )
= 1 A ( t ) 2 C ( t ) C ( t )
d (t)
dR(t)
=( 1 ) 1 A ( t )+ 2 C ( t ) R ( t )
dt
dengan laju infeksi per satuan waktu adalah
( t )= ba
A (t)
C (t )
+b c
N (t)
N (t)
0=
d
d
d
d
S (t )+
A ( t )+
C ( t )+
R (t )
d (t )
d (t )
d (t )
d (t )
( B S ( t ) S ( t ) ) + ( S ( t ) 1 A ( t ) A ( t ) ) + ( 1 A ( t ) 2 C ( t ) C ( t ) ) + ( ( 1 ) 1 A ( t )+
B ( S ( t ) + A ( t )+ C ( t )+ R ( t ) )
B N (t )
B= N ( t )
N ( t )=
B
B
atau =
N (t )
S (t)
A (t)
C (t)
R(t )
, a=
, c=
, r=
N (t)
N (t)
N (t)
N (t )
( t )= ba
Dengan
A (t)
C (t )
+b c
N ( t)
N (t)
, dan s ( t ) +a ( t ) +c ( t ) +r ( t ) =1
B. Titik Ekuilibrium
Titik (s,a,c,r) merupakan titik-titik ekuilibrium dari Sistem (3.7) jika
memenuhi persamaan
ds da dc dr
+ + + =0
. Titik-titik ekuilibrium dari sistem
dt dt dt dt
.
(ii) Jika 0,
E1=( s , a , c ,r ) dengan
s^ =
( 1+ )
k ba +b c
1
(2 + )
((
k ba +b c
a^ =
k ba + bc
1
( 1 + )
( 2 + )
1
( 2+
)
(
))
1 + )
c^ =
1
a^
(2 + )
r^ =
( 2+ (1 ) ) 1
a^
( 2+ )
Bukti
Sistem
(3.7)
akan
mencapai
titik
ekuilibrium
B
ss=0
N
ss=0(3.8)
s 1 aa=0(3.9)
1 a 2 cc=0(3.10)
( 1 ) 1 a+ 2 c r =0(3.11)
Dengan
(i)
t =k ( b a a+bc c )
( 2+ ) c=0
1 a
jika
( 2+ ) c=0
c=0 (3.12)
Berdasarkan persamaan (3.12) diperoleh c = 0. Jika a = 0 dan c = 0, maka dari
persamaan (3.8) diperoleh
( + )s=0
(k ( b a a+bc c ) + ) s=0
s=0
s=1(3.13)
( 1 ) 1 a+ 2 c r =0
r =0
r=0(3.14)
Oleh
karena
itu
diperoleh
titik
ekuilibrium
bebas
penyakit
E0= ( s , a , c , r )=( 1,0,0,0 ) . Jadi terbukti bahwa jika a = 0 , maka sistem (3.7)
1 a^ =( 2 + ) c^
1
^=
c
a^ (3.15)
( 2+ )
c^ =
c^ =
1
a^
( 2+ ) . Jika 0
1
a^
( 2+ ) ., maka dari persamaan (3.9) diperoleh
s^ 1 a^ a^ =0
k ( b a a^ +bc c^ ) s^ ( 1) a^ =0
k ba a^ +b c c^ =
1
a^ s^ ( 1) a^ =0
( 2 + )
((
k ba a^ + bc c^ =
k ba a^ +b c c^ =
1
a^ s^ ( 1 ) =0
( 2+ )
1
a^ ^s( 1 ) a^ =0(3.16)
( 2 + )
dan
k ba a^ +b c c^ =
s^ =
1
a^ s^ =( 1 )
( 2+ )
( 1 )
1
k ba +b c
(2 + )
(3.17)
( 1 ) 1 a^ + 2 c^ r^ =0
( 1 ) 1 a^ + 2
1
a^ r^ =0
( 2+ )
( 1 ) 1 a^ + 2
1
a^ = r^
( 2+ )
Diperoleh
( 1 ) 2 +
( 2 + ) ) 1 a^
r^ =
E1=( s , a , c ,r ) . dengan
( 1 )
E1=( s , a , c ,r ) . Dengan
seperti pada persamaan (3.15), (3.6), (3.17) dan (3.18). Jadi terbukti
bahwa , Jika 0
s^ =
(3.18)
k ba +b c
1
(2 + )
c^ =
1
a^
( 2+ )
( 1 ) 2 +
( 2 +) ) 1 a^
r^ =
[ ][(
k ba a+ bc c ) s
s
=
0
0
Dan
=
1 a+ a
1 a+ 2 c+ c
Kemudian dan
F=
kb a s k b c s
+
0
dan V = 1
0
0
1 2 +
1
Selanjutnya akan dicari V
V 1=
[
[
2+
0
( 1 + ) ( 2+ ) 1 1 +
1
( + ) ( 2+ )
1
( 1+ ) ( 2 + )
1
(1+ )
1
( 1 + ) ( 2+ )
( 1+ ) ( 2 + )
0
1
( 2+ ) 1
+
1
1
(1 + )
kb s k b c s
K=F V 1= a
1
0
0
( 1 + ) ( 2+ )
0
1
( 2+ ) 1
(3.19)
Pada awal kemunculan virus dalam populasi, hampir semua individu rentan
terhadap penyakit, sehingga nilai s pada persamaan (3.19) dapat didekati
kba
k bc 1
+
K=F V = ( 1 + ) ( 1 + ) ( 2 + )
0
1
k bc s
( 2+ )
0
kba
k bc 1
( 1+ ) ( 1+ )( 2 + )
ba
bc 1
+
.
( 1+ ) ( 1+ )( 2 + )
Jika
R0 <1
maka
titik
ekuilibrium
bebas
penyakit
(ii)
Jika
R0 >1
maka
titik
ekuilibrium
bebas
Dengan
t =k ( b a a+bc c )
f 1 ( s , a , c ,r )
s
f 2 ( s , a , c ,r )
s
J=
f 3( s , a , c , r )
s
f 4 ( s ,a ,c , r )
s
f 1 ( s ,a ,c , r )
a
f 2 ( s ,a ,c , r )
a
f 3 ( s , a ,c , r )
a
f 4(s,a,c,r)
a
f 1(s , a , c , r )
c
f 2(s , a , c , r )
c
f 3(s,a,c,r)
c
f 4 ( s , a , c ,r )
c
f 1 ( s , a , c ,r )
r
f 2 ( s , a , c ,r )
r
f 3 ( s , a , c ,r )
r
f 4 (s , a , c , r )
r
penyakit
0
0
k ( b a a+b c c )
kba s
kb c s
0
k ( ba a+ bc c )
kba s 1
(3.21)
kb c s
0
1 2
0 1
R0 <1
0
0
kb a
kb c
0
0
kb a 1
kbc
0
1 2
0 1
J ( E 0 )=
det ( J ( E0 )I ) =0 , dengan
( E0 )
0
0
kba
kb c
0
0
kb a 1
kb c
0
1 2
0 1
=0
kb a 1
kb c
0
1
2
0
1
1
=0
( + )
( + )( ) ( kb a 1 ) ( 2 ) 1 kb c =0
1+
kba () 1 kbc kba ( 2 + ) + ( 2 + ) ( 1 + ) =0(3.22)
2+
2
( + )
Persamaan (3.22) dapat ditulis menjadi
2
+ q1 + q2=0(3.23)
( + )2
Dengan
q1 =kba ( 2 + ) + ( 1 + )
q 2=1 kb c kba ( 2+ ) + ( 2 + ) ( 1+ )
1= 2=
dan
dengan
. Karena bernilai positif, maka bagian real dari kedua nilai eigen
tersebut adalah negatif. Sementara untuk nilai eigen yang lainnya, akan digunakan
kriteria Routh-Hurwitz untuk melihat tipe kestabilan dari persamaan karakteristik
2
+ q1 + q2=0(3.24)
Persamaan
q1 =
q1 =kba ( 2 + ) + ( 1 + )
R0 ( 2 + ) + ( 1 + )
b ( 2 + )
b + ( 2+ )+ ( 1 + )
a
ba ( 2+ ) + bc 1
b a ( 2 + ) + ( 1+ ) +bc 1
ba ( 2+ )+ bc 1+
b a ( 2 + ) +b c 1
R 0 ( 2 + ) + ( 1 + ) b a+ ( 2 + )
Selanjutnya
q 2=1 kb c kba ( 2+ ) + ( 2 + ) ( 1+ )
persamaan
dapat
dinyatakan menjadi:
q 2=(R0 +1) ( 2+ ) ( 1 + )
Dengan
R0=k (
ba
bc 1
(1+ ) ( 2+ ) (1+ )
Apabila diketahui
R0 <1
, diperoleh
q1 >0
dan
q 2<0
. Berdasarkan
kriteria Routh Hurwitz, pembuat nol dari persamaan (3.24) akan bernilai negative
jika
q1 >0
dan
q 2<0
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada makalah ini telah dibahas mengenai model penyebaran virus
Hepatitis C pada pengguna narkoba khususnya melalui jarum suntik. Adapun
kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan model ini yaitu:
4.1.1
( t )= ba
4.1.2
A (t)
C (t )
+b c
N (t)
N (t)
E1=( s , a , c ,r ) , dengan
s^ =
( 1+ )
k ba +b c
1
(2 + )
((
k ba +b c
a^ =
1
( 1 + )
( 2 + )
k ba + bc
4.1.3
1
( 2+
c^ =
1
a^
(2 + )
r^ =
( 2+ (1 ) ) 1
a^
( 2+ )
)
(
))
1 + )
R0=k (
ba
bc 1
(1+ ) ( 2 + ) (1+ )
R0
R0 <1
maka
sedangkan jika
R0 >1
untuk menyebar.
4.1.4
Pada kondisi
R0 <1
R0 1
R0 >1
stabil dan titik ekuilibrium endemik stabil asimtotik lokal. Hal ini
menunjukkan bahwa untuk jangka waktu tertentu, virus Hepatitis C akan
tetap ada.
4.1.5
DAFTAR PUSTAKA
Anton, Howard. (2003). Aljabar Linear Elementer (Alih Bahasa: Refina
Indriasari), Jakarta: Erlangga
Diekmann, O dan Heesterbeek. (2000). Mathematical Epidemiology of Infectious
Diseases. New York: John Wiley and Son
Direktorat Jendral PP & PL. (2012). Pedoman Pengendalian Hepatitis Virus.
Kementrian Kesehatan RI
Dontwi et al. (2010). Mathematical modeling of Hepatitis C Virus transmission
among injecting drug users and the impact of vaccination. Diakses dari
http://scihub.org/AJSIR/PDF/2010/1/AJSIR-1-1-41-46.pdf pada 19
November 2013, Jam 06:30
Driessche and Watmough. (2002). Reproduction numbers and sub-threshold
endemic equilibria for compartmental models of disease transmission.
Mathematical Biosciences. 180 (2002). hlm. 2948
Hahn. 1967. Stability of Motion.Spinger-Verlag.New York
Jain, P K and Gupta V P. (1986). Lebesgue Measure and Integration.
New Delhi:Wiley Eastern Limited
Keeling, M. J and Rohani, P. (2008). Modeling Infectious Diseases in Humans
and Animals. USA: Princeton University