Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MATA KULIAH EKONOMI KOPERASI

ANALISIS JATI DIRI DAN KINERJA EKONOMI TERHADAP KOPERASI SYARIAH


MIITRA KARYA AIRLANGGA

DISUSUN OLEH:

ARIKA KAMELIA

041411331035

KELAS M
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2015

1. Gambaran Umum Koperasi


Koperasi Syariah Mitra Karya Airlangga (MIKA) adalah sebuah koperasi koperasi yang satusatunya dikelola secara syariah Islam di Universitas Airlangga dengan No. Badan Hukum
P2T/24/09.01/VIII/2011 yang didirikan pada tahun 2011. Kantor koperasi tersebut mulai dibuka
dari jam 09.00-15.00 WIB di ruang PDAK (Pusat Data dan Analisa Keuangan) pada hari seninsabtu di samping ruang Mandiri Sekuritas, Ruang Baca Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Airlangga.
Koperasi MIKA memiliki Visi dan Misi yaitu:
1. Visi Koperasi MIKA Airlangga adalah:

Menjadi Soko guru Ekonomi Rakyat/Masyarakat

Menjadikan Koperasi Syariah sebagai tempat kesejahteraan karyawan dan


dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unair (anggota)

2. Misi Koperasi MIKA Airlangga adalah:


a. Meningkatkan pendapatan anggota khususnya dan masyarakat pada
umumnya
b. Mensejahterakan anggota khususnya dan masyarakat luas pada umumnya
c. Membentuk masyarakat Madani dalam usaha ekonominya
d. Menciptakan pengusaha-pengusaha yang tangguh di lingkungan Unair
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya
e. Menciptakan pengusaha-pengusaha tangguh di lingkungan masyarakat
Surabaya
Filosofi berdirinya adalah sebagai media pendukung pembelajaran mahasiswa di bidang
koperasi, kususnya koperasi syariah. Karena dalam koperasi MIKA ini mahasiswa benar-benar
dihadapakan dengan kejadian dan aktivitas yang nyata dalam koperasi daam kehidupan
masyarakat nyata. Pengelola generasi pertama masih didominasi oleh mahasiswa-mahasiswa

jurusan ekonomi syariah. Namun pada generasi kedua dan ketiga saat ini, komposisi mahasiswa
dari semua jurusan di FEB sudah hampir seimbang. Pada generasi ketiga ini, pengelola
(manajemen) dipimpin oleh seorang mahasiswi dari Prodi S1 Akuntansi. Disamping itu,
pendirian koperasi MIKA ditujukan agar civitas akademika FEB dan UNAIR mengetahui bahwa
terdapat koperasi yang berpinsip pada syariah Islam.
Dasar koperasi syariah adalah Itikad (prinsip) takaffur (tolong menolong) yang pada
dasarnya sama dengan prinsip dan asas koperasi pada umumnya yaitu gotong royong,
kekeluargaan, dan demokrasi ekonomi. Koperasi MIKA berlandaskan syariah Islam dimana alam
menjalankannya berlandaskan akad-akad dalam ekonomi Islam. Sehingga koperasi Syariah tidak
mengenal bunga dalam akad simpan pinjamnya. Namun pada penerapannya terjadi kegagalan
dan kerugian dikarenakan orang yang diberi dana dalam bidang simpan ini tidak siap dengan
konsep syariah dalam koperasi MIKA. Koperasi syariah membutuhkan seorang anggota yang
jujur dalam menjalankan dana. Karena minimnya pengetahuan anggota mengenai syariah Islam,
oleh karena itu koperasi yang awalnya menjalankan prinsip syariah Islam menjadi tidak
menjalanakan prinsip-prinsip syariah Islam. Permodalan pendirian koperasi adalah Rp
17.000.000 yang merupakan dana urunan dari para dosen (hibah) yang menginginkan adanya
koperasi syariah serta dana dari simpanan pokok dan simpanan wajib dari anggota yang
notabennya adalah para dosen FEB UNAIR. Koperasi MIKA sempat ditawari oleh Bank BRI
Syariah untuk menjalanakan dana sejumlah 1 miliyar Rupiah namun pengurus memutuskan
untuk menola karena tidak sanggup menjalankan dana sebayak itu dengan kondisi koperasi yang
masih kecil dan baru. Koperasi MIKA sebenarnya sudah mengurus izin untuk menjadikan ruang
MESS di lt 2 untuk dijadikan sebagai ruang koperasi MIKA, namun hingga saat ini birokrasinya
masih tersendat.
Pembina Koperasi MIKA adalah:
1.
2.
3.
4.

Bapak Karyadi Mintarum


Bapak Suherman Rosyidi
Bapak Yazid, dan
Ketua Departemen Ekonomi Syariah

Pengurus Koperasi MIKA adalah:


a. Ketua

: Ibu Dina Fitrisia

b. Sekretari
c. Bendahara

: Bapak Bayu
: Bapak Shaleh

Manajemen:
a. Ketua
: Nining Islamiyah (Akuntansi 2012)
Divisi-divisi yang terdapat pada Manajemen Koperasi MIKA yaitu:
1. Funding : 4 orang
2. Financing : 4 orang
3. Keuangan : 2 orang
4. HRD
: 4 orang
5. KWU
: 3 orang
Pada koperasi tentu terdapat pengurus, namun pengurus ada yang langsung mengurus
koperasi ada yang tidak. Koperasi syariah mitra airlangga memiliki struktur pengurus yang
tersusun dari para dosen departemen ekonomi syariah dan para dosen dari departemen lain yang
berminat di Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Para dosen yang notabennya adalah pengurus, tidak
dapat mengurus koperasi karena terlalu sibuk sehingga dibentuklah manajemen yang teridiri dari
para mahasiswa. Pengurus tidak boleh digaji, yang mendapat gaji adalah para manajer. Dengan
sistem pembagian keuntungannya adalah 50% untuk manajemen dan 50% nya lagi untuk SHU
yang dibagikan kepada anggota.
Pembagiannya menjadi seimbang dikarenakan oleh koperasi MIKA bukan hanya menjadi
tempat bagi mahasiswa (dalam hal ini yang menjadi pengelola) sebagai laboraturorium mereka
yang secara orisinil memberikan mereka ilmu dan permasalahan riil dalam kehidupan koperasi
yang tidak mereka daapatkan dari kebanyakan unit-unit kegiatan lain di fakultas. Apa yang
sekarang diahadapi mahasiswa dalam koperasi MIKA akan sama persis dengan apa yang akan
dihadapinya saat terjun di dunia perkoperasian di luar. Setelah lulus dari FEB UNAIR
diharapakn mahasiswa membuka koperasi-koperassi lain di wilayah-wilayah di Indonesia yang
masih berada di garis kurang sejahtera yang masih membutuhkan program peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
Usaha yang dilakukan oleh Koperasi MIKA adalah:
1. Unit Perdagangan
2. Unit Jasa katering, biro perjalanan, event organizer, jasa perantara

3. Unit Persewaan persewaan kendaraan


4. Unit Konsultan perbankan syariah, konsultan hukum dan fikh syariah
5. Unit Usaha Pendidikan
6. Unit Usaha Kesehatan
7. Unit Usaha Jasa Keuangan syariah (yang paling aktif berjalan)

Simpanan Wajib: 50.000 (dibayarkan setiap bulan)


Simpanan pokok: 50.000
RAT dilaksanakan setahun sekali pada akhir tahun
Sanksi dikenakan pada peminjam yang telat dalam membayar angsurannya. Jumlah
denda Rp 5000 per hari.

Aspek-aspek dalam koperasi MIKA yang tidak sesuai dengan UU No. 25 Tahun 1992
tentang Perkoperasian
Setiap diadakan RAT (Rapat Anggota Tahunan) pengurus jarang sekali bisa hadir karena
alasan kesibukan masing-masing. Dari jumlah pengurus koperasi MIKA yang datang hanya
dari total jumlah pengurus. Hal ini menurut salah satu pengurus dikarenakan oleh para pengurus
kurang concern di bidang ekonomi syariah. Apabila RAT dalam sebuah koperasi terus berjalan
seperti ini sebenarnya tidak bagus untuk perkembangan koperasi ke depannya. Disamping itu,
menurut tujuannya, berdasarkan pasal 3 UU No. 25 Tahun 1992 koperasi didirikan untuk
memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut
membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju,
adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Namun, pada implementasinya koperasi MIKA belum bisa menjalankan pasal tersebut.
Karena seperti yang telah diketahui, anggota dari koperasi MIKA adalah para dosen dimana
ketika meminjam dana dengan nominal yang besar sedangkan dana yang tersedia dalam koperasi
MIKA masih kurang untuk mencukupi kebutuhan anggota. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa terdapat ketidak sesuaian antara dana yang dikelola dengan jumlah yang dibutuhkan oleh
anggota. Sehingga pengurus berinisiatif untuk membuat perubahan dengan dasar pemikiran
bahwa sebenarnya konsumen dalam hal ini adalah anggota koperasi MIKA adalah mahasiswa.

Oleh Karen itu, pada RAT terakhir kemarin diputuskan bahwa mahasiswa akan dijadikan
anggota, dan mahasiswa yang berkeinginan untuk meminjam uang maka harus mendaftar
menjadi anggota. namun terdapat kendalan dalam hal ini, ketika mahasiswa akan melakukan
pinjaman dana dan dimintai kesediananya untuk melakukan simpanan wajib serta pokok, mereka
kurang bersedia karena mereka tidak selalu mempunyai uang saat melakukan pembayaran
simpanan pokok, apalagi simpanan wajib yang dibayarkan secara rutin tiap bulan oleh anggota
koperasi dengan nominal yang ditentukan. Para pengurus dan pengelola berinisiatif untuk
memberikan stimulan pada anggota untuk tertarik melakukan kegiatan menabung melalui
simpanan sukarela agar pada saat dimana ketika mereka sudah tidak lagi menjadi anggota,
mereka memiliki sejumlah uang yang dapat mereka ambil dari koperasi MIKA.
Dalam hal perkembangan koperasi, sampai sejauh ini, belum mendapat penghargaan. Alihalih mendapatkan penghargaan, koperasi MIKA sempat mendapatkan surat teguran dari Dinas
Koperasi karena telat memberikan laporan kegiatan koperasi setelah melakukan RAT. Hingga
kemarin akhirnya dari DinKop melakukan pengecekan terhadap koperasi MIKA. Akhirnya
DinKop tetap memperbolehkan Koperasi MIKA berjalan sebagaimana mestinya karena dengan
pertimbangan bahwa kopersi MIKA merupakan koperasi yang berada di dalam lingkungan
universitas yang juga ditujukan untuk kepentingan akademik. Koperasi-koperasi biasa di luar
akan mendapatkan surat peringatan dari DinKop apabila setelah berjalan setahun tidak
menyetorkan laporan kegiatan koperasi, apabila selama dua tahun berturut-turut tidak
menyetorkan maka akan dicabut izin kegiatan koperasi tersebut.
Beberapa Hal Menarik dan Penting Mengenai Koperasi MIKA
Mahasiswa sudah banyak yang mengonsumsi produk koperasi MIKA, diantaranya adalah
peinjaman dana untuk melakukan kegiatan baik itu produktif maupun konsumtif. Terkahir kali
ada mahasiswa meminjam untuk keperluan pembayaran UKT. Menurut salah satu pengurus
koperasi MIKA yaitu pak Shaleh, kurangnya minat civitas akademika terhadap lembaga-lembaga
keuangan syariah khususnya koperasi juga menjadi kendala koperasi MIKA untuk maju. Banyak
civitas akademika yang berpendapat bahwa bunga bank konvensioanl itu lebih jelas, lebih
terlihat dan fix. Bagi orang ekonomi kejelasan risiko itu jauh lebih bagus dagipada sebuah risiko
yang tidak jelas. Hal ini dikarenakan ketika kita sekolah kita diajarkan menghitung risiko dengan
tingkat suku bunga. Oleh karean itu dalam mindset kita menghitung risiko itu jauh lebih mudah

dengan bunga. Sedangkan dalam sebuah lembaga keuangan yang berdasarkan prinsip syariah
Islam dianggap tidak jelas keuntungan dan bunganya sehingga tidak bisa dihitung. Dalam konsep
koperasi syariah ini pada hakikatnya adalah saling tolong menolong untuk kesejahteran bersama.
Tolong-menolong disini tentunya muncul dari hati nurani masing-masing individu untuk
mencapai taraf kesejahteraan bersama-sama.
Pada hakikatnya semua yang ada pada prinsip syariah Islam dalam koperasi MIKA ini
merujuk pada keimanan kita. Jika kita mau hitung-hitungan materiil, semua hal yang dilakukan
oleh pengurus dan manajemen koperasi jika dibandingkan dengan jumlah materiil yang didapat
tentu akan membuat kita berpikir untuk apa mengelola sebuah lembaga yang tidak memberikan
keuntungan materiil kepada kita. Semua dilakukan karena ada dimensi lain yang sangat
dipercayai. Semua bermuara pada akidah (kepercayaan atau keyakinan) kita kepada Allah. Apa
yang kita dapatkan memang tidak akan Nampak namun kita mempercayainya karena hal ini
menyangkut iman dan kepercayaan seseorang. Ketika mereka mengabdikan diri untuk koperasi
syariah MIKA ini karena mereka percaya bahwa Allah akan memberi lebih. Jika kita hanya
percaya materiil saja kita hanya akan mendapatkan apa yang sesuai dengan hitung-hitungan kita
saja. Sedangkan hitung-hitungan Allah itu jauh lebih banyak dari yang kita bayangkan. Pada
hakikatnya semua perkara dalam koperasi syariah ini mudah dan sederhana, yatu hanya sebatas
niat, keyakinan, pengetahuan mengenai syariah Islam, dan keinginan. Namun manusianya saja
yang membuatnya menjadi rumit.
2. Jatidiri dan Kinerja Ekonomi Koperasi Menurut International Co-operative
Alliance
Definisi koperasi menurut ICA adalah perkumpulan otonom dari orang-orang yang
bersatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi-aspirasi ekonomi,
sosial dan budaya bersama melalui perusahaan yang mereka kendalikan secara demokratis.
Dengan begitu, koperasi merupakan sebuah organisasi yang berdiri sendiri tanpa adanya tekanan
atau campur tangan dari pihak lain yang terbentuk dari kumpulan orang-orang yang secara
sukarela bergabung dalam koperasi untuk memperjuangkan kepentingan dan aspirasi bersama
dalam bidang sosial, ekonomi, dan budaya secara demokratis.

Nilai-nilai koperasi menurut ICA didasarkan pada nilai-nilai yang mendorong diri sendiri,
tanggung jawab sendiri, demokratis, persamaan, keadilan dan kesetiakawanan. Selain itu, setiap
anggota koperasi harus memiliki nilai-nilai etis seperti kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab
sosial, serta kepedulian terhadap orang lain. Sedangkan prinsip-prinsip koperasi menurut ICA
terdiri dari tujuh prinsip yakni keanggotaan yang bersifat sukarela dan terbuka, pengendalian
oleh anggota secara demokratis, partisipasi ekonomi anggota, otonomi dan kebebasan,
pendidikan, pelatihan dan informasi, kerjasama diantara koperasi, kepedulian terhadap
komunitas (Soedjono, 2007).
3. Jatidiri dan Kinerja Ekonomi Koperasi Dalam Undang-Undang No. 17/2012
Dalam Undang-Undang Perkoperasian terbaru No. 17/2012 koperasi didefinisikan
sebagai badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi,
dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang
memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan
nilai dan prinsip koperasi.
Dari pengertian di atas dijelaskan bahwa koperasi merupakan organisasi berbadan hukum
yang artinya koperasi harus bekerja berdasarkan ketentuan undang-undang dan hukum yang
berlaku yang terkait dengan koperasi. Di samping itu, koperasi didirikan oleh sekumpulan orang
(koperasi primer) atau beberapa badan hukum koperasi (koperasi sekunder) bukan perkumpulan
modal seperti halnya pada perseroan. Dalam koperasi terdapat pemisahan kekayaan para
anggotanya yang digunakan sebagai modal untuk menjalankan kegiatan usaha koperasi dan telah
diatur dalam undang-undang perkoperasian. Para anggota koperasi memiliki kepentingan dan
aspirasi yang sama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya, serta bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi.
Nilai-nilai yang mendasari kegiatan koperasi sesuai dengan UU No. 17/2012 terdiri dari
nilai kekeluargaan, menolong diri sendiri, bertanggung jawab, demokrasi, persamaan,
berkeadilan dan kemandirian. Sedangkan nilai-nilai yang diyakini anggota koperasi meliputi
nilai, kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab, dan kepedulian terhadap orang lain.
Prinsip-prinsip koperasi di Indonesia tidak jauh berbeda dengan prinsip-prinsip koperasi
menurut ICA, prinsip-prinsip perkoperasian di Indonesia dinyatakan dalam pasal 6 ayat 1 UU

No. 17/2012 yang isinya adalah keanggotaan koperasi bersifat sukarela dan terbuka; pengawasan
oleh anggota diselenggarakan secara demokratis; anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan
ekonomi koperasi; koperasi merupakan badan usaha swadaya yang otonom dan independen;
koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi anggota, pengawas, pengurus, dan
karyawannya, serta memberi informasi kepada masyarakat tentang jatidiri, kegiatan, dan
kemanfaatan koperasi; koperasi melayani anggotanya secara prima dan memperkuat gerakan
koperasi dengan bekerja sama melalui jaringan kegiatan pada tingkat lokal, nasional, regional,
dan internasional; terakhir, koperasi bekerja untuk pembangunan berkelanjutan bagi lingkungan
dan masyarakatnya melalui kebijakan yang disepakati oleh anggota.
4. Hasil analisis kinerja Koperasi Mitra Karya Airlangga
Jenis-jenis instrumen pengembangan koperasi
a. Penilaian Tangga Perkembangan bagi Koperasi (PTP) atau Development Ladder
Assesment (DLA) Disusun dan digunakan oleh Canadian Co-operative Association
(CCA) untuk membangun koperasi model di Indonesia dalam program Indonesia
Cooperative Development Assistance Program (INCODAP)
b. Indeks Jatidiri Koperasi (Proximity to ICIS Index)
Index untuk menetapkan posisi koperasi dalam suatu diagram yg menggambarkan
konteks jatidiri dan profil koperasi. Indeks jatidiri ada dua model:
Pertama: model metode kwadran, diperkenalkan oleh Dr. Daniel Cote (Univ.
Montreal Kanada)
Kedua: Model Kisis-kisi (grid model) disiapkan oleh International Co-oretaive
Alliance Regional Office for Asia-Pasific (ICA-ROAP) dalam koperensi Menterimenteri Koperasi Asia-Pasifik pada bulan April 2002 di Kathmandu, Nepal.
c. Sistem monitoring Keuangan dgn Rasio-rasio PEARLS.
d. Menggerakkan faktor-faktor Keunggulan Koperasi dan Menjamin Hari Depan
Koperasi.
e. Namun pada pembahasan ini, kami menggunakan instrument pengembangan berupa
Penilaian Tangga Perkembangan bagi Koperasi (PTP) atau Development Ladder
Assesment (DLA) dan Indeks Jatidiri Koperasi (Proximity to ICIS Index)
A. Menggunakan metode Development Ladder Assessment (DLA)
DLA atau PTP () terdiri dari 24 indikator kinerja
7 indikator visi
9 indikator kapasitas
4 indikator sistem dan sumber daya keuangan (dihitung 2 X)
4 indikator jaringan kerja

Masing-masing indikator diberi bobot 1-5 dan kemudian hasil penilaian dibagi
menjadi 3 kelompok (Zona).
Zona Hijau
: kinerja baik
Zona Kuning
: kinerja memuaskan tapi memerlukan perhatian lebih lanjut.
Zona Merah
: organisasi dalam kesulitan

Tabel 1: Kompilasi Hasil Wawancara Pada Koperasi Mitra Karya Airlangga,


Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga
Surabaya, Jawa Timur

No
1.

Variabel
Visi

Indikator
1.

2.

Skor

Keterwakilan perempuan, kaum muda, dan golongan


minoritas dalam staf dan kepengurusan, didukung oleh
AD atau kebijakan tertulis dan keputusan-keputusan.
Efektifitas organisasi melakukan hubungan dengan
anggota.

3.

Upaya organisasi melakukan pengembangan bisnis.

4.

Tingkat komitmen organisasi terhadap pembangunan


sosial.

5.

Efektivitas kepemimpinan dan menejemen pengurus.

6.

Sifat rencana strategik dan efektivitasnya.

7.

Keberadaan mekanisme penyelesaian pertentangan


dalam AD dan pembuatan keputusan-keputusan
terekomendasi.

Kapasitas 1.

2.

Tingkat struktur dan staf organisasi mencerminkan


sebuah koperasi yang memiliki daya hidup dan
berhasil.
Tingkat resistensi pegawai senior dalam menejemen
lima tahun terakhir.

3.

Tingkat kepuasan dari syarat-syarat pelayanan bagi staf.

4.

Tingkat kecukupan komitmen organisasi mengenai


pentingnya pelatihan.

5.

Efektivitas langkah-langkah yang diambil organisasi


untuk menurunkan biaya.

4.

Pemeliharaan sistem operasi dan pengaturan keuangan


organisasi.

7.

Respons terhadap audit dalam lima tahun terakhir.

8.

Pelayanan koperasi kepada anggota berdasarkan


penelitian pasar (menguntungkan).

9.

Keterlambatan laporan-laporan keuangan koperasi.

Sumber-

1. Kecukupan modal organisasi.

daya

2. Pertumbuhan aset dalam arti riil tiga tahun terakhir.

3. Perlindungan terhadap ekuiti dan pengelolaan aset


secara menguntungkan.

4. Efektivitas kedudukan kebijakan perkreditan dan


prosedur pengendalian.

Jaringan

1. Kebijakan fiskal dalam organisasi.

kuning

6.

Sub total

17
2

Sub total
3.

Zonasi

Sub total
2.

Total
Skor

24

kuning

13

Kuning

Kekurangan:

Kurang melakukan branding dengan baik


Jumlah modal sangat minim
Manajemen asset kurang baik
Pernah mendapat surat teguran dari Dinas Koperasi
Para anggota kurang memiliki rasa kepemilikan atas koperasi

Kelebihan:

Membentuk manajemen yang dikelola oleh mahasiswa


Keterwakilan atas perempuan tinggi
Dibimbing oleh orang yang kompeten di bidangnya
Audit terhadap sistem koperasi berjalan dengan baik
Produk usaha yang berupa simpan pinjam berjalan dengan baik

B. Analisis Jatidiri Koperasi Mitra Karya Airlangga Menurut Grid Model ICA
ROAP
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kondisi koperasi pada saat tertentu
dilihat dari segi perusahaan maupun perkumpulannya. Dalam kuadran model kisi-kisi

ini, terdiri dari dua poros yakni poros X yang mencirikan hal-hal yang berkaitan
dengan pengendalian negara pada sebelah kiri dan kemampuan daya saing koperasi di
sebelah kanan. Sedangkan poros Y mencirikan hal-hal yang berkaitan dengan jatidiri
di sebelah atas dan hal-hal yang berkaitan dengan prinsip-pinsip perusahaan yang
berorientasi pada investasi.

Gambar 2: Diagram Model Kisi-Kisi (Grid Model) Koperasi Mitra Karya Airlangga
Menurut ICA ROAP
Jatidri Koperasi (Y)
(+ 9)
Kuadran I
Keadaan Terbaik

Kuadran I
Kuadran II

Mampu

Pengendalian (-9)

(+9) Bersaing

Negara

(Ekonomi pasar
yang sudah
diregulasi) (X)

Kuadran III
Keadaan Terburuk

Kuadran IV

(-9)
Prinsip-prinsip perusahaan dengan orientasi investor
(perusahaan dikendalikan & digerakkan oleh modal)

Sumber: Hasil Penelitian, diolah.

Grafik menunjukkan bahwa hasil perhitungannya berada pada kuadran II


5. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil analisis dan uraian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
a. Secara keseluruhan hasil analisis kinerja Koperasi Mitra Karya Airlangga
menggunakan metode Development Ladder Assessment mendapatkan score 62 yang
berada di zona kuning. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum kinerja Koperasi
Mitra Karya Airlangga memuaskan, namun memerlukan perhatian lebih lanjut.
b. Indikator visi, kapasitas, dan sumber daya pada Koperasi Mitra Karya Airlangga
berada pada zona kuning dengan score masing-masing 17, 24, dan 13 yang
menunjukkan bahwa kinerja koperasi secara umum memuaskan namun ada beberapa
yang belum sesuai dengan visi koperasi. Sedangkan indikator jaringan kerja berada
pada zona kuning dengan score 8 yang berarti bahwa kinerja koperasi memuaskan
tetapi masih memerlukan perhatian lebih lanjut.
c. Dilihat dari analisis indeks jatidiri Daniel Cote, Koperasi Mitra Karya Airlangga
berada pada kuadran II di mana penerapan jatidiri baik namun kurang adanya
kegiatan yang penuh persaingan. Indikator intensitas koperasi terhadap aturan pasar
(sumbu x) menunjukkan bahwa besarnya jumlah rasio solvabilitas yang diwakili oleh
rasio hutang terhadap ekuitas telah melebihi standar rasio yang dianjurkan. Sementara
untuk variabel ukuran pasar pada unit usaha simpan pinjam masih didominasi oleh
para mahasiswa, untuk dosen dan karyawan, koperasi belum mampu memenuhi
permintaan tersebut. Upaya deregulasi dilakukan oleh Koperasi Mitra Karya
Airlangga dengan mempertimbangkan saran dan pendapat anggota dalam
menentukan kebijakan fiscal melalui wawancara ketika pihak koperasi melakukan
penagihan hutang. Akan tetapi, Koperasi Mitra Karya Airlangga kurang optimal
dalam branding sehingga masih banyak civitas akademika di fakultas dan Universitas
yang belum mengetahui keberadaannya.
d. Sementara itu, untuk indikator intensitas jatidiri koperasi yang diwakili oleh sumbu y
menunjukkan pengaplikasian jatidiri koperasi yang baik. adanya pengendalian secara
demokratis di mana setiap anggota memiliki hak suara yang sama, terdapat hubungan
kepemilikan yang kuat di antara anggota, dipenuhinya cadangan koperasi sesuai
kesepakatan, dan pembagian SHU yang adil.
e. Untuk analisis menggunakan model kisi-kisi dari ICA ROAP, Koperasi Mitra Karya
Airlangga berada pada kuadran II yang terletak pada titik temu koordinat (0, 4; 8) dan

(3, 2). Keadaan ini menunjukkan bahwa penerapan jatidiri koperasi cukup baik.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan koperasi didasarkan pada definisi, nilai-nilai, dan
prinsip-prinsip koperasi. Akan tetapi daya saingnya masih sedang dikarenakan
kurangnya jumlah modal, branding yang belum optimal, serta masih tingginya tingkat
ketergantungan koperasi pada modal luar. Sehingga koperasi belum memiliki daya
saing yang cukup tinggi.
Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, maka terdapat beberapa saran yang dapat diajukan
yakni:
a. Meningkatkan keefektifan hubungan organisasi dengan anggota dengan memperbaiki
kualitas pertemuan kelompok agar semua informasi dapat tersampaikan kepada anggota
secara tepat waktu dan juga untuk memupuk rasa kepemilikan dan kebersamaan di antara
anggota.
b. Dalam upaya meningkatkan kualitas kinerjanya, Koperasi juga perlu mencantumkan
mekanisme penyelesaian sengketa dalam Anggaran Dasar agar selanjutnya bila terjadi
persengketaan masalah dapat diselesaikan secara adil dan cepat. Keberadaan mekanisme
penyelesaian sengketa sangat penting karena merupakan bagian dari jatidiri koperasi.
Koperasi merupakan badan usaha yang dikendalikan secara demokratis, oleh karena itu
koperasi menyelesaikan masalahnya dengan musyawarah mufakat dan pemungutan suara
untuk kasus-kasus tertentu yang tidak dapat diselesaikan dengan musyawarah.
c. Dalam upaya meningkatkan daya saing, koperasi perlu melakukan peningkatan jumlah
modal untuk usaha simpan pinjamnya, dan melakukan branding yang efektif.

Anda mungkin juga menyukai