Dinas Urea I A
PT. PUPUK KUJANG CIKAMPEK (PERSERO)
CIKAMPEK JAWA BARAT
Disusun Oleh :
Ari Widiyanti (2009430046)
Revika Nurbayani Syabaan(2009430070)
TEKNIK KIMIA
UNIVERSITA MUHAMMADIYAH JAKARTA
JAKARTA
2012
: 2 April 2012
Dosen Pembimbing,
( Ir. Hartini HS )
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah, kami panjatkan kepada Allah SWT, atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja di
PT. Pupuk Kujang, Cikampek, Jawa Barat sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi di Jurusan Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah
Jakarta.
Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya atas bimbingan, bantuan, dukungan dan dorongan semangat
yang diberikan hingga terselesaikannya laporan kerja praktek ini. Rasa
terimakasih kami haturkan kepada:
1. Allah SWT yang telah berperan besar atas segala keridhoan-Nya
memperlancar proses Kerja Praktek kami.
2. Orang tua kami yang telah memberikan dukungan material dan spiritual
yang tiada batasnya.
3. Ibu Dr. Ir. Ismiyati, M.T selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
4. Ibu Ir. HartiniHS selaku koordinator Kerja Praktek Jurusan Teknik Kimia
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
5. Bapak Ir. Syamsudin dan Drs. Adiwarna selaku dosen Pembimbing
Akademis Jurusan Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta.
6. Ibu Alvika Meta Sari, S.T, MChemEng selaku dosen pembimbing Kerja
Praktek Jurusan Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta.
7. Bapak H. Oday Sadar selaku Kepala Bagian Unit Urea 1A PT. Pupuk
Kujang, Cikampek, Jawa Barat.
8. Bapak Ervi Bukti Bakti, S.T, selaku pembimbing Kerja Praktek di PT.
Pupuk Kujang, Cikampek, Jawa Barat.
9. Widya Eria Pratiwi, Selvera Handayani, Indra Permana (Universitas
Pasundan), Sangga dan Sabda (Universitas Negeri Solo), teman-teman
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB II........................................................................................................28
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................28
2.1
Bahan Baku..................................................................................28
2.1.1
Amonia...................................................................................28
2.1.2 Karbondioksida..........................................................................28
2.2
BAB III......................................................................................................65
DESKRIPSI PROSES................................................................................65
Gas Karbondioksida...............................................................66
Spesifikasi Alat.............................................................................85
DAFTAR TAB
Tabel I. 1 Komposisi Sumber Gas Alam Untuk Bahan Baku....................10
Tabel I. 2 Data Katalis................................................................................15
Tabel I. 3 Komposisi Larutan Benfield......................................................16
Y
Tabel II. 1 Karakteristik Amonia.........................................................................
Tabel II. 2 Komposisi Gas Alam yang Masuk Ke Pabrik...................................
Tabel II. 3 Karakteristik Bed pada ammonium Converter..................................
Tabel II. 4 Sifat Fisik Urea..................................................................................
10
DAFTAR GAMB
Gambar 2. 1 Diagram Alir Pembuatan Amonia..................................................
Gambar 2. 2 CO2 Absorber.................................................................................
Gambar 2. 3 CO2 Stripper...................................................................................
Gambar 2. 4 Methanator.....................................................................................
Gambar 2. 5 Diagram Alir Unit PGRU...............................................................
Gambar 2. 6 Blok Diagram Partial Recycle Process..........................................
Gambar 2. 7 Diagram Alir Total Recycle Process..............................................
Y
Gambar 3. 1 Diagram Unit Purifikasi.................................................................
11
DAFTAR LAMPIRAN
12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada tahun 60-an, pemerintah mencanangkan pelaksanaan program
peningkatan produksi pertanian di dalam usaha swasembada pangan, selain itu
sesuai dengan pasal 33 UUD 1945 yang berbunyi, Kekayaan alam dimanfaatkan
sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Pada tahun 1963 didirikan pabrik pupuk pertama yaitu pabrik pupuk
Sriwijaya I (PUSRI I), sebagai bahan bakunya adalah gas alam dengan kapasitas
terpasang 100.000 ton/ tahun, karena produksi PUSRI I tidak mencukupi
konsumsi pupuk di Indonesia serta faktor-faktor lainnya yaitu gas alam lain yang
belum dimanfaatkan, untuk tambahan devisa negara (ekspor) dan untuk
menanggulangi pengangguran maka perlu didirikan pabrik-pabrik pupuk di
Indonesia.
PT. Pupuk Kujang berlokasi di Kelurahan Dawuan, Kecamatan Cikampek,
Kabupaten Karawang, Propinsi Jawa Barat, pemilihan lokasi ini berdasarkan atas
pertimbangan-pertimbangan:
-
air buangan diatur sedemikian rupa sehingga air yang keluar dari lingkungan
pabrik dianggap tidak membahayakan.
Luas pabrik PT Pupuk Kujang yaitu kurang lebih 350 ha, yang terbagi
menjadi:
1. Daerah pabrik seluas
2. Daerah perumahan seluas
3. Daerah penunjang dan lain-lain
Jumlah
:
:
:
60 ha
60 ha
230 ha
:
350 ha
Pengembangan pabrik Pupuk Kujang dimulai pada awal Juli 1976. Bulan
Oktober flushing dan start up sudah bisa dilakukan dan beberapa unit pabrik
sehingga pada tanggal 17 November 1978 pabrik amonia sudah menghasilkan
produksi yang pertama. Pada tahun 12 Desember 1978 pabrik Pupuk Kujang
diresmikan oleh Presiden Soeharto dan pada tanggal 1 April 1979 Pupuk Kujang
mulai beroperasi secara komersial.
1.4 Produk dan Kapasitas Pabrik
PT. Pupuk Kujang merupakan industri yang menghasilkan pupuk urea
sebagai hasil utama, selain itu juga menghasilkan amonia dan CO sebagai produk
samping untuk memenuhi kebutuhan anak perusahaan PT. Pupuk Kujang.
PT.Pupuk Kujang mulai berproduksi dengan kapasitas terpasang sebagai
berikut :
-
Melalui pertamina gas alam diperoleh dari tiga sumber, yaitu Offshore Arco,
Laut Paragi di lepas pantai Cilamaya sekitar 70 km dari kawasan pabrik dan
sumber gas alam di Mundu Kabupaten Indramayu.
Tabel I. 1 Komposisi Sumber Gas Alam Untuk Bahan Baku
Komposisi
Komponen
Minimal
Maksimal
(% mol)
(% mol)
N2
1,00
1,50
CO2
1,00
5,00
CH4
70,00
90,00
C2H6
1,00
12,00
C3H8
0,75
1,2
i-C4H10
0,10
2,00
n-C4H10
0,10
2,20
i-C5H12
0,02
0,60
n-C5H12
0,01
0,30
C6H14
0,01
0,1
C7H16
0,01
0,1
S (organik)
5.10-4
S(sebagai H2S)
30.10-4
Hg
2,5.10-7
Sumber : Proses Engineering, PT. Pupuk Kujang, 2010
Normal
(% mol)
1,25
3,00
88,36
5,00
2,00
0,24
0,20
0,07
0,04
0,03
0,06
5.10-4
30.10-4
2,5.10-7
Untuk penyediaan gas alam telah dipasang pipa bawah tanah sepanjang 114
km dengan diameter 24 inch, serta digunakan kompresor, sedangkan stasiun
meterannya dibangun di dekat kawasan pabrik, yang berfungsi sebagai pencatat
gas alam yang dipakai oleh PT. Pupuk Kujang. Komposisi sumber-sumber gas
alam sebagai bahan baku dapat dilihat pada Tabel I.1.
2. Udara
Udara yang digunakan diambil dari lingkungan sekitar pabrik, yang telah
dimurnikan terlebih dahulu dari impuritas-impuritasnya yang terkandung di
dalamnya. Jumlah udara yang dibutuhkan oleh PT. Pupuk Kujang untuk
menunjang proses produksi yaitu sebesar 40.635 Nm2/Jam. Komponen utama
yang diambil adalah gas nitrogen (N2) yang digunakan sebagai bahan baku utama
pembuatan amonia. Udara yang digunakan harus bebas dari debu, bebas minyak,
dan mempunyai tekanan 7 kg/cm2. Karakteristik udara adalah sebagai berikut:
sebagai berikut :
Karakteristik
:
bebas minyak, tidak berdebu dan kering
Titik Embun
:
-40 C pada tekanan atmosfer
Tekanan
:
7 kg/cm2G
Temperatur
:
sama dengan temperatur lingkungan
Sedangkan spesifikasi minimal plant air yang harus dipenuhi adalah sebagai
berikut:
Karakteristik
:
udara bersih bertekanan
Tekanan
:
7 kg/cm2G
Untuk memproduksi 1 ton urea, dibutuhkan udara total sebanyak 473,03
Nm3.
3. Air
Air yang diperoleh berasal dari sungai Citarum yang berada di daerah
Parungkadali (Curug) dan di daerah Cikao sebelah hilir Bendungan Jatiluhur yang
berjarak kurang lebih 10 km. Sebelum dimanfaatkan lebih lanjut air dialirkan ke
unit utility untuk mendapatkan perlakuan terlebih dahulu. Pengaliran air dari
Parungkadali ke pabrik menggunakan dua buah pompa dengan kapasitas masingmasing 5.500 gpm, dimana 10.000 gpm dipompakan dan dialirkan ke lokasi
pabrik, sedangkan sisanya ditampung pada penampungan untuk persediaan jika
suplai air tidak mencukupi. Jumlah air yang dibutuhkan adalah 9.000 m3/jam. Air
untuk bahan baku harus diolah agar memenuhi syarat sebagai air pendingin, air
umpan boiler, dan untuk lingkungan pabrik dan pemukiman. Kebutuhan bahan
baku dan utilitas untuk operasi kapasitas penuh, yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Air yang digunakan dalam proses dibedakan menjadi dua yaitu air umpan
ketel dan air pendingin. Kebutuhan air umpan ketel adalah 2,4 m3/ton urea
sementara kebutuhan air pendingin adalah 272,4 ton/ton urea.
Kukus (steam) yang dihasilkan dari ketel (boiler) dibagi menjadi 3 jenis:
a. Kukus bertekanan tinggi (HPS) dengan P = 105 kg/cm2, T = 440 C
b. Kukus bertekanan sedang (MPS) dengan P = 42 kg/cm2, T = 371 C
c. Kukus bertekanan rendah (LPS) dengan P = 3,5 kg/cm2
Kebutuhan steam tekanan tinggi adalah 3,5 ton/ton urea dan kebutuhan
steam tekanan rendah adalah 1,4 ton/ton urea. Selain itu diperlukan amonia panas
sebanyak 0,5 ton untuk membangkitkan steam tersebut.
Di samping itu, penggunaan air di pabrik adalah sebagai air pendingin. Unit
air pendingin ini mengelola air dari proses pendinginan yang suhunya 46 C
menjadi 32C agar dapat digunakan lagi sebagai air proses pendingin pada cooler
(penukar panas) di peralatan yang membutuhkan pendingin. Bahan kimia yang
diinjeksikan pada air pendingin adalah :
a. Senyawa fosfat, untuk mencegah timbulnya kerak dan korosi pada pipa
heatexchanger.
b. Senyawa klor, untuk membunuh bakteri dan mencegah timbulnya lumut
pada menara pendingin.
c. Asam sulfat dan basa, untuk mengatur pH air pendingin.
d. Dispersant, untuk mencegah penggumpalan dan pengendapan kotorankotoran yang terdapat pda air pendingin dan mencegah terjadinya fouling
pada pipa heat exchanger.
Penggunaan air baku yang utama di dalam pabrik adalah sebagai air
pendinginmempunyai spesifikasi sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Turbiditas
pH
Total hardness
Warna
Besi
Klorida
Sulfat
Minyak
Permanganat
:
:
:
:
:
:
:
:
:
< 3 NTU
6,5 7,5
< 25 ppm sebagai CaCO3
< 10 ppm sebagai unit harzen
< 0,1 ppm sebagai Fe
< 8 ppm sebagai Cl
< 10 ppm sebagai SO4
bersih
< 3 ppm sebagai O
j.
k.
l.
m.
n.
o.
Nitrogen
P-alkalinity
M-alkalinity
Padatan terlarut
Tekanan
Temperatur
:
:
:
:
:
:
4. Amonia Cair
Amonia cair yang digunakan pada unit produksi urea berasal dari unit
produksi amonia yang pada umumnya mempunyai spesifikasi :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Kadar ammonia
Kadar air
Kadar minyak
Tekanan
Temperatur
Jumlah Normal
:
:
:
:
:
:
g. Jumlah Rancang
49.180 kg/jam
5. Gas Karbondioksida
Karbondioksida merupakan salah satu produk unit ammonia sekaligus juga
merupakan bahan baku utama dalam pembuatan urea. Karbondioksida yang
digunakan sebagai bahan baku pembuatan urea mempunyai spesifikasi sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Kadar CO2
Kadar air
Kadar sulfur
Tekanan
Temperatur
Jumlah Normal
:
:
:
:
:
:
g. Jumlah Rancang :
6. Listrik
Untuk memenuhi kebutuhan listrik digunakan sebuah turbin gas merek
Hitachi dengan bahan bakar gas alam dan kapasitas 15 MW. Listrik yang
dihasilkan oleh turbin gas tersebut digunakan untuk pabrik, perumahan, dan
8
Jenis katalis
Nikel Oksida
Nikel Oksida
Besi Oksida
Converter
LTS
Chromina
Tembaga
Converter
Methanator
Ammonia
Oksida
Nikel Oksida
Promoted
Converter
ZnO Guard
Magnetile
Chamber
Seng Oksida
Bentuk
Rasching
Ring
Volume
katalis (m3)
18,8
Start-up
Agustus
2002
Agustus
Pellet
33,41
Pellet
51,2
Pellet
65
Pellet
17,64
2004
Juni 2008
Granular
Bola
2004
Mei 2004
Agustus
Kandungan
Fungsi
K2CO3
22,1 %
Sebagai adsorben
1,6 %
V2O5
0,65 %
Inhibitor korosi
Air
60 70%
pelarut
1.5.2 Proses
Unit-unit proses yang ada di PT Pupuk Kujang akan dijabarkan melalui
penjelasan sebagai berikut :
1.5.2.1 Unit Utilitas
Unit ini merupakan unit penunjang bagi unit-unit lainnya yang bertugas
menyediakan sarana dan prasarana untuk kebutuhan proses. Sesuai dengan
operasinya, unit ini meliputi :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
10
Carbondioksida
Ammonium karbamat
Urea
Air
b. Seksi Purifikasi
Pada seksi ini bertugas untuk memisahkan produk urea dari amonium
karbamat dan excess amonia. Larutan amonium karbamat didekomposisi menjadi
gas-gas CO2 dan NH3 pada suhu tinggi namun tekanan rendah.Prosesdekomposisi
dilakukan secara bertahap pada HPD (High Pressure Decomposer) dengan T=145
C dan P= 17 kg/cm2 dan dilanjutkan pada LPD (Low Pressure Decomposer)
dengan T= 117 C dan P= 2,5 kg/cm2 kemudian gas CO2 dan amonia dipisahkan
dengan Gas Separator pada T= 106 C dan P= 0,3 atm.
c. Seksi Recovery
Pada seksi recovery dilakukan penyerapan gas CO2 dari amonia yang belum
bereaksi dari hasil pemisahan di unit pemurnian, untuk dikembalikan ke reaktor
sintesa urea sebagai larutan karbamat. Alat yang digunakan pada unit recovery
antara lain: High Pressure Absorber, Low Pressure Absorber, dan Gas Absorber.
Media penyerap yang digunakan adalah larutan urea dan air.
d. Seksi Kristalisasi dan Pembutian
Pada seksi kristalisasi dan pembutiran berfungsi untuk membentuk urea
prill. Urea cair dikristalisasi dalam Crystallizer, kemudian dipisahkan dalam
Centrifudge. Urea yang telah dikeringkan dalam Fluidizing Dryer, kemudian
11
dilelehkan dalam Melter dan dibentuk butiran-butiran dalam Prilling Tower. Urea
butiran kemudian dikirim ke unit pengantongan dengan Screw Conveyor.
1.5.2.3 Unit Amoniak
Unit amonia PT. Pupuk Kujang dalam proses produksi menggunakan
metode Haber Bosch dengan desain peralatan Kellog Overseas Corporation.
Bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan amonia adalah gas alam, udara,
dan air. Unit ini juga menghasilkan amonia dengan kapasitas terpasang 1.000
ton/hari. Di samping itu juga dihasilkan karbondioksida (CO2) dan Hidrogen (H2).
Unit amonia dapat dibagi beberapa sub unit, yaitu :
a. Sub Unit Pemurnian Gas Alam
Sub unit ini bertujuan untuk memisahkan zat-zat pengotor yang dapat
mengganggu proses sintesa amonia. Pengotor yang dimaksudkan adalah
kondensat, merkuri, dan senyawa belerang. Prinsip pemurniannya adalah sebagai
berikut :
-
12
13
14
tetapi pada kondisi normal hanya 4 buah bin yang beroperasi. Kapasitas masingmasing bin adalah 80 ton.
b. Unit Sistem Pengantongan Urea (Bagging System)
Pada bagian bawah bin storage terdapat mesin penimbang otomatis yang
disebut weighing machine, yang diatur untuk menimbang dengan kapasitas 50 kg
dengan akurasi timbang sekitar 200 gram. Untuk memuat urea curah ke dalam
kantong, operator hanya memasang kantong pada bagian bawah weighing
machine, kemudian menginjak pedal yang disebutfoot pedal switch untuk
mencurahkan urea dengan takaran yang diinginkan telah dicurah seluruhnya,
maka kantong akan terlepas secara otomatis dan dibawa ke belt conveyor menuju
bagian penjahitan.
Pada kondisi normal, kapasitas mesin jahit di unit ini adalah 12 bag/menit
per mesin. Sesuai dengan bin storage yang beroperasi, maka jalur penjahitan ini
juga ada empat buah. Untuk kontrol mutu, maka setiap 20 bag diambil 1 sampel
untuk ditimbang ulang dan diteliti jahitannya. Bila hasil kurang memuaskan, maka
mesin penimbang diset ulang dan mesin jahit diperbaiki atau diperlambat
kapasitas jahitannya.
c. Unit Sistem Pengelolaan Urea Kantong (Bag Handling System)
Urea yang telah dikemas dalam karung plastik dan dijahit dengan kuat
kemudian dibawa ke sarana pengangkut ke gudang penyimpanan dengan belt
conveyor. Sarana alat angkut yang tersedia adalah truk dan kereta api.
Untuk truk digunakan short conveyor sebanyak empat buah dengan
kapasitas normal rata-rata 1.920 bag/jam per conveyor, sedangkan untuk kereta
api dipakai mobil transfer conveyor, kemudian conveyor 2804-VA/VB, bag
flattner, lalu ke over head conveyor I, berputar ke arah stationary rail car loading
dan masuk ke gerbong kereta api. Untuk mengarahkan kantong-kantong urea agar
menuju gerbong, dipakai bag diverte U.
Urea kantong yang tidak termuat dalam truk atau kereta api disimpan dalam
gudang. Sistem penyimpanan yang digunakan adalah sistem pindang agar
15
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1
Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan urea adalah amonium (NH3)
dan gas karbondioksida (CO2).
2.1.1 Amonia
Amonia diperoleh dari hasil reaksi antara gas hidrogen dengan gas nitrogen
yang dilakukan pada unit amonia. Hidrogen untuk proses pembuatan amonia
diperoleh dari hidrokarbon pada gas alam, sedangkan gas nitrogen diperoleh dari
udara bebas.
Spesifikasi amonia cair yang diperbolehkan adalah :
Kadar amonia :
minimal 99,5% berat
Kadar air
:
minimal 0,5% berat
Minyak
:
maksimal 5 ppm (b/b)
Tekanan
:
18 kg/cm2.G
Temperatur
:
25 30 C
Jumlah Normal :
40.983 kg/jam
Jumlah Rancang :
49.180 kg/jam
(Sumber: Petunjuk Operasi Urea IA, PT. Pupuk Kujang Cikampek).
2.1.2 Karbondioksida
Karbondioksida diambil dari unit amonia yang merupakan hasil samping
dari pembuatan amonia sintetis dari hidrokarbon. Spesifikasi gas karbondioksida
:
:
:
:
:
:
:
:
Bentuk
Warna
Densitas
: Gas
: Tidak berwarna
: - Padat: 1,600 g/L
- Gas : 1,98 g/L
: -570C (216 K) (di bawah tekanan)
: -780C (195K) (menyublim)
: 1,45 g/L
: 0,07 cP pada -780C
- Titik Lebur
- Titik didih
- Kelarutan (dalam air)
- Viskositas
(Sumber: Wikipedia.com)
b. Sifat Kimia Karbondioksida
Berikut sifat-sifat Kimia Karbondioksida:
-
2.2
Rumus molekul
Massa molar
Struktur molekul
Momen dipol
Keasaman (pKa)
: CO2
: 44, 0095 g/mol
: Linear
: nol
: 6,35 dan 10,33
6.
19
20
HgS
Tekanan gas alam yang dihasilkan masih dalam belum cukup tinggi
sehingga harus dikompresi dalam feed gas compressor 102-J sehingga tekanannya
berubah dari 14,8 Kg/cm2 menjadi 43 Kg/cm2 dan suhunya sekitar 146 0C.
Kompresor tersebut digerakkan oleh turbin uap 102-JT. Gas alam yang keluar dari
kompresor dialirkan ke feed gas compressor kick back cooler 132-C untuk
didinginkan lalu dimasukkan ke mercury guard chamber dan dikembalikan lagi ke
kompresor, hal tersebut dilakukan untuk mencegah kekurangan gas di kompresor
yang dapat menyebabkan terjadinya surging (kekurangan beban). Gas pada unit
ini yang dihilangkan kandungan merkurinya dari 10 ppb menjadi 0 ppb.Gas yang
keluar selanjutnya dikirim ke feed preheat coil diseksi konveksi primary reformer
untuk dipanaskan hingga temperaturnya mencapai 399 0C.
c. Penghilangan Sulfur (Desulfurisasi)
21
Gas proses yang keluar dari 102-J masih mengandung senyawa belerang.
Senyawa ini harus dihilangkan karena dapat meracuni katalis dalam primary
reformer. Proses desulfurisasi dilakukan dalam dua tahap, yaitu di Cobalt
Molybdenum Hydrotreater (terjadi pengikatan sulfur) 101-D dan Zinc oxide (ZnO)
guard chamber 108-D (terjadi pemisahan sulfur dalam bentuk H2S yang telah
terbentuk akibat reaksi pada hydrotreater).
Gas sebelumnya telah dipanaskan dan dicampur dengan recycle gas sintesa
yang kaya hidrogen, kemudian dimasukkan ke Co-Mo hydrotreater 101-D yang
berisi 28,3 m3 katalis Cobalt Molybdenum dalam bentuk tablet. Katalis ini
berfungsi sebagai activator dalam reaksi hidrogenasi antara belerang dalam
senyawa gas alam dengan gas hydrogen yang akan membentuk senyawa organik
dan H2S pada suhu 399 0C dan tekanan 42 Kg/cm2. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut:
RSH + H2
RH + H2S
RSR + 2 H2
RH + RH + H2S
CO2 + H2
CO + H2O
CO + 3H2
Reaksi di atas jika membesar, maka temperatur akan naik sehingga dapat
merusak katalis. H2S yang terbentuk pada Co-Mo hydrotreater dihilangkan dalam
ZnO guard chamber 108-D yang berisi katalis ZnO dalam bentuk tablet dengan
volume 28,3 m3. Belerang yang berbentuk H2S dalam alat ini akan diubah menjadi
ZnS pada suhu sekitar 371 0C dan tekanan 39 Kg/cm2. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut:
H2S + ZnO
ZnS + H2O
22
23
akan bereaksi dengan steam untuk membentuk CO2. Gas H2 yang dihasilkan
berfungsi untuk sintesa amoniak di ammonia converter. Mekanisme reaksi yang
terjadi dalam primary reformer 101-B adalah sebagai berikut:
Reaksi utama yang bersifat endotermis dengan suhu sekitar 823C :
CH4 + H2O
CO + 3H2
H= +49,27 Kcal/mol
+ H2O
CO2 + H2
H= - 9,83 Kcal/mol
H= +191,7 kkal/mol
Burner-burner fuel gas ini terletak diantara dua baris tube katalis. Ada 10
baris burner, masing-masing terdiri dari 20 burner.
Gas alam dan steam yang akan masuk ke primary reformer harus diatur agar
memiliki perbandingan mol S : C = 3,5 : 1, karena jika pemakaian steam kurang
maka dibutuhkan temperatur yang lebih tinggi agar reaksi berlangsung ke arah
kanan kesetimbangan. Pemakaian steam yang kurang akan menyebabkan reaksi
samping sebagai berikut:
CH4
2CO2
C + 2H2
C + CO2
24
Gas dari riser dikirim ke Secondary Reformer 103-D melalui suatu pipa besar
yang disebut transfer line, suhu gas yang keluar sekitar 810-815 oC dengan
tekanan 32,5 kg/cm2.Transfer linedipasangi jacket water sebagai pelinding dan
pendingin. Gas CH4 yang lolos dari Primary Reformer diharapkan kurang dari 10
%.
Gas hasil pembakaran (fuel gas) yang suhunya makin tinggi dihisap oleh
Induced Fan melalui seksi konveksi, dimana panasnya dimanfaatkan untuk
memanaskan umpan gas alam, udara untuk Secondary Reformer, Boiler
FeedWater dan Superheated Steam untuk power generator.Fuel gas dari seksi
konveksi dibuang ke udara melalui suatu cerobong (stack), suhu gas buang ini
masih sekitar 250 oC.
b. Secondary reformer (103-D)
Secondary reformer (103-D) berfungsi untuk melanjutkan reaksi reforming
dengan mekanisme reaksi yang sama dengan primary reformer, tetapi panas yang
diperlukan diperoleh dari pembakaran langsung dengan udara di dalam reaktor.
Gas dan campuran udara-udara masuk ke secondary reformer secara terpisah dari
bagian atas melalui pipa penghubung 107-D yang di selubungi air. Aliran gas ini
masuk pada temperatur 800-815C dan tekanan 32,5 kg/cm3, kemudian aliran gas
ini mengalir ke bawah dan bercampur dengan udara proses pembakaran. Udara ini
berasal dari udara tekan dari kompresor 101-J yang mengambil aliran keluar dari
penyaring udara 102-L, untuk menghilangkan debu dan partikel halus lainnya.
Secondary reformer terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian atas yang
disebut mixing zone atau combustion zone dan bagian bawah yang disebut
reaction zone.Reaction zone berupa packed bed yang terdiri dari tiga buah bed
katalis nikel oksida yang berbeda-beda komposisinya.
Gas dan udara dicampur dalam mixing zone dengan reaksi pembakaran
sebagai berikut:
CH4 +
2O2
CO2 + 2H2O
H= +191,7 kkal/mol
2H2 +
O2
2H2O
H= + 57,8 kkal/mol
25
CO2 + H2
H= + 9,8 kcal/mol
26
CO2 + H2
H= + 9,2 kkal/mol
Reaksi ini bersifat eksotermis. Gas keluar pada suhu yang lebih tinggiyaitu
433oC dan tekanan 30,3 kg/cm2, maka gas yang masih cukup tinggi suhunya ini
dimanfaatkan panasnya untuk membangkitkan steam di Shift Effluent Waste
Boiler 103-C dan memanaskan gas umpan Methanator 106-D di Methanator
Feed Heater 104-C, sehingga gas pada suhu rendah dapat dicapai untuk masuk di
LTSC. Gas di-quench dengan kondensat air yang berasal dari keluaran draw gas
separator 102-F di dalam knock out drum, sehingga temperatur dapat turun dan
diperoleh konversi reaksi yang lebih tinggi.
2. Low temperatur Shift Converter (LTSC)
LTSC berfungsi untuk meningkatkan konversi reaksi pembentukan CO2.
Katalis yang digunakan adalah Cu sebanyak 66 m3. LTSC dioperasikan minimal
pada suhu 241C berisi 60 m3 katalis terdiri dari dua lapisan. Lapisan atas
berupa 15 m3 katalis ZnO dan lapisan bawah berupa 45 m3 campuran
CuO/ZnO/Al2O3. Reaksi berlangsung lambat tetapi konversi yang terjadi tinggi.
Tekanan operasi adalah 31 kg/cm2. Suhu keluar LTS adalah 254C, setelah itu
panas yang terjadi dimanfaatkan pada penukar panas 1105-C dan 1113-C lalu
dialirkan melalui knock out drum ke raw gas separator 102-F untuk memisahkan
kandungan kondensat air dalam gas. Kondensat air ini selanjutnya digunakan
untuk quenching di proses-proses lainnya sedangkan gas akan dikirim ke unit
pemurnian gas sintesa.
27
28
sehingga menjadi gas metan kembali. Gas metan sendiri tidak merupakan racun
bagi katalis ( inert ).
a. CO2 Absorber (1101-E)
Pada unit ini dilakukan penyingkiran gas CO2.CO2 harus disingkirkan
karena pada kondisi operasi di syn loop apabila masih tersisa CO2 maka akan
terjadi reaksi antara CO2 dan ammonia menjadi ammonium karbamat yang mudah
membeku sehingga dapat menyumbat aliran dan mengganggu kerja kompresor.
Apabila ada CO2 yang tersisa maka nanti akan diubah menjadi metana di
methanator.
Gas yang keluar dari draw gas separator (102-F) dimasukan ke bagian
bawah CO2 Absorber 1101-E melalui sparger dibagian menara. CO2 Absorber ini
tersusun dari empat buah bed berisi tumpukan slotted ring sehingga gas
CO2terabsorbsi oleh larutan penyerap. Larutan penyerap yang digunakan adalah
larutan benfield yang terdiri dari senyawa-senyawa sebagai berikut :
1. Kalium Karbonat (K2CO3) yang berfungsi juga sebagai absorben dan
desorben CO2, dengan kadar 25-30 % berat.
2. Dietanol Amin (DEA) untuk menaikkan kecepatan absorbsi dan desorbsi
CO2 dan untuk menurunkan tekanan uap CO2.
3. Vanadium Pentaoksida (V2O5) sebanyak 0,5-0,6 % berat, sebagai V5+ yang
dapat melapisi permukaan film pada dinding absorber dan menjadi
corrosion inhibitor.
4. Ucon sebanyak 1-2 ppm sebagai pencegah pembentukan buih (antifoam).
5. Sisanya air sebagai pelarut.
Pada proses absorbsi CO2 denganlarutan benfield, mula-mula gas CO2
bereaksi dengan H2O membentuk asam karbonat. Asam karbonat kemudian
bereaksi kembali dengan ion karbonat dari K2CO3 membentuk ion bikarbonat.
Reaksi kimia yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut :
CO2
+ H2O
H2CO3
H2CO3
+ CO32-
2HCO3
2HCO3
+ K2CO3
CO32- +2 KHCO3
29
30
K2HCO3
CO2 +
H2O
Air
Setelah melewati bed kedua, larutan ditampung dalam Trap Out Pan,
dimana sebagian larutan dikeluarkan sebagai larutan lean benfield menuju
Absorber, dan sebagian lagi mengalir ke bed ketiga untuk ditampung dalam Trap
Out Pan kedua. Larutan ini dialirkan ke Reboiler 1105-C dan 1111-C dan steam
31
yang terbentuk dimasukan bagian bawah Stripper. Steam dari Reboiler 1113-C
berasal dari Trap Out Pan diatas bed pertama.
32
Gambar 2. 4 Methanator
Kondisi operasi di Methanator, suhu 288-315oC dan tekanan sekitar 26
kg/cm2. reaksi yang terjadi adalah kebalikan dari reaksi di PrimaryReformer yang
dapat dituliskan sebagai berikut:
CO +3H2
CH4
+ H2O
CO2 +4H2
CH4
+ 2H2O
3H2
HR = +3,903 kkal/mol
2NH3
33
34
35
cair yang dapat dipisahkan dari gas. Amonia cair selanjutnya dialirkan ke primary
ammonia separator (107-F) di unit pemurnian amonia. SynGas yang keluar dari
secondary ammonia separator (106-F) dipanaskan di amonia converter feed
gas/recycle exchanger (120-F) dan ammonia converter feed gas/effluent
exchanger (121-C) yang memanfaatkan panas dari gas yang keluar dari ammonia
converter. Selanjutnya, SynGas diumpankan ke ammonia converter.
Gas yang diumpankan ke ammonia converter memiliki temperatur 454
482 oC dan tekanan 140,6-147,6 kg/cm2. Gas ini memasuki ammonia converter
dari bagian atas dan bawah. Ammonia converter (105-D) terdiri dari 4 bed katalis
promoted iron yang tiap tumpukannya berbeda-beda seperti yang ditunjukkan
oleh tabel II.3 berikut ini:
Tabel II. 3 Karakteristik Bed pada Ammonium Converter
Bed
1
2
3
4
Total
Volume (m3)
8,63
14,01
20,00
30,46
73,1
Berat (Kg)
17269
37697
54404
81929
191299
36
3H2 +
N2
Hidrogen
Nitrogen
Ammoniak
37
dihasilkan setiap kali gas sintesa melalui converter, sehingga sewaktu aliran
kembalian mencapai secondary ammonia separator (106-F) temperaturnya
menjadi -23,3 oC.
Dengan mengembunkan dan memisahkan produk amonia dari rangkaian gas
sintesa pada kondisi temperatur -23.3 oC dan tekanan 140,6-147,6 Kg/cm2 akan
menurunkan amonia dalam aliran gas kembalian dari 12% hingga 2%. Amonia
dingin berkumpul di 106-F yang permukaannya dikontrol oleh LC-13.
Selanjutnya amonia dikirim ke pemurnian dan refrigerasi untuk dimurnikan.
b. Pemurnian Produk Amonia
Cairan amonia yang dipisahkan dari rangkaian gas sintesa masih
mengandung sejumlah gas-gas tertentu yang ikut terlarut di dalamnya yang dapat
mengotori produk. Ada dua fungsi yang dijalankan oleh sistem pendinginan dan
pemurnian ini. Pertama, pemisahan terus-menerus terhadap terhadap cairan
amonia pada tekanan rendah untuk memisahkan gas yang terlarut dan
mengirimkannya langsung ke sistem bahan baker. Kedua, sebagai bagian dari
sistem yang akan menyerap panas dari gas sintesa sampai temperatur -23,3 0C.
Letak dari alat-alat pendingin pada aliran gas sintesa diatur sedemikian rupa
agar dapat memanfaatkan pendinginan pada berbagai tingkat tumpukan tekanan
dan temperatur yang dioperasikan pada alat-alat tersebut.
Di bawah ini akan diurai cara kerja dan pengaturan kondisi berbagai macam
alat yang terdapat dalam sistem ini. Dalam hal ini, digunakan asumsi bahwa
awalnya semua hasil produk amonia mengalir dari Refrigerant Receiver (109-F).
1.
(106-F), tempat amonia pertama kali dipisahkan dari gas sintesa. Selain itu,
primary ammonia separator juga menerima aliran amonia yang berasal dari purge
gas separator (108-F).
38
Tekanan dari separator 107-F dikontrol oleh PIC-8 pada 17,2 Kg/cm2 dan
membuang kelebihan tekanan ke sistem pembuangan gas tekanan rendah. Aliran
cairan dari separator 107-F diturunkan tekanannya menuju kedua tempat dalam
sistem pendigin. Satu aliran dikontrol oleh pengatur permukaan LC-12 yang
mengirim kelebihan cairan ke 3rd stage refrigerant flash drum (112-F). Aliran
lainnya untuk mengirim amonia dari 107-F melalui MIC-37 ke 2nd stage
refrigerant flash drum (111-F). Sistem pendinginan amonia berfungsi untuk
mendinginkan dan mengembunkan amonia di rangkaian gas sintesa dan hasil
produksi serta mendapatkan kembali amonia dari gas-gas yang dibuang.
2.
Dengan penguapan yang kuat, maka semua gas yang tidak diperlukan (inert)
pendingin 119-F.
Menerima uap amonia dari alat pendingin 125-C yang amonianya diperoleh
dari 111-F.
Banyaknya sirkulasi amonia yang melalui Feed and Recycle Gas Third
Stage Chiller (119-C) berbanding langsung dengan panas yang didapat dari
rangkaian gas sintesa. Tekanan tangki dijaga hingga sekitar 0,035 Kg/cm2 oleh
PRC-9 sehingga amonia akan menguap pada 33 0C. Tinggi permukaan cairan pada
112-F dijaga oleh LIC-19. Selama beroperasi, sebagian kecil amoniak dingin
disalurkan keluar dari 3rd Stage Refrigerant Flash Drum 112-F untuk mencegah
pengembunan air di dalam tangki. Pompa 124-J/JA digunakan untuk menyalurkan
amonia ke sistem produksi amonia dingin.
3.
39
pendingin yang melewati kondensor 127-C. Tekanan diatur oleh PIC-17 (16
Kg/cm2) yang membuang gas-gas inert yang tidak diperlukan (purge tekanan
rendah) ke sistem bahan bakar.
Gas yang dibuang dari tangki dilewatkan melalui flash drum chiller (126-C)
untuk mengembunkan amonianya. Hasil pengembunan amonia dialirkan ke pipa
cairan yang keluar dari (109-F). Sebagian besar cairan amonia dari 109-F
dipompa oleh 125-J dan dicampur dengan sebagian produk amonia dingin yang
diambil dari 112-F oleh pompa 118 JA/B untuk mendapatkan temperatur yang
diinginkan, yaitu 30 0C di Battery Limit. Sisa amonia di refrigerant receiver (109F) diuapkan dengan penurunan tekanan dan dikirim ke 1st stage refrigerant flash
drum (110-F) yang temperaturnya 13,3 0C.
4.
diuapkan kembali di 110-F, kecuali sejumlah kecil aliran dari 112-F. Tekanan di
110-F diharapkan sekitar 6,05 Kg/cm2 dan temperaturnya 13,3 0C. Tinggi
permukaan pada 110-F dikontrol oleh LIC-16. Tangki ini juga bertindak sebagai
tangki utama dan memberikan suplai cairan amonia pendingin untuk tiga buah alat
pendingin, yaitu :
-
40
F). Tinggi permukaan pada tangki pemisah ini dikontrol oleh LIC-16. Cairan dari
111-F disirkulasikan dengan efek thermosyphon, dan temperatur yang diharapkan
adalah sekitar -7,2 0C.
Amonia cair mengalir melalui orifice dengan bukaan 13mm, sehingga
kecepatan alirannya tergantung pada beda tekan antara 111-F dan 112-F. Akan
tetapi, jika beban 125-C terlalu rendah, maka aliran harus diatur secara manual.
LIC-8 mengontrol level cairan di 9 111-F agar tetap konstan dan kelebihan cairan
dialirkan ke 3rd Stage Refrigerant Flah Drum (112-F).
6.
110-F, 111-F, 112-F sesuai dengan yang dikehendaki. Hal itu akan menjamin
pengambilan panas yang sempurna dan pemisahan gas-gas yang terlarut dari
aliran produksi. Kedua, untuk menekan uap amonia yang masuk sehingga bisa
diembunkan sampai temperatur sedikit dibawah titik embunnya. Hal ini dilakukan
di dalam ammonia condensor (127-CA/B) dengan tekanan operasi 17,9 Kg/cm2.
Amonia yang diembunkan, didinginkan lagi hingga sekitar 2,2 0C di bawah
temperatur amonia pada 16,7 Kg/cm2 yaitu 44 0C. Hal ini dimaksudkan untuk
menjaga agar tekanan masukan dari kompresor dapat dikontrol dengan cara
membuang gas-gas yang tidak dapat mengembun lewat PIC-7.
Jika pendinginan dilakukan hingga mencapai temperatur yang lebih rendah
dari 42,2 0C (16,3 Kg/cm2), maka terdapat sejumlah besar gas yang terbawa dalam
aliran amonia. Sebaliknya, jika temperatur yang digunakan terlalu tinggi, hingga
mencapai batas 44,4 0C akan menyebabkan beban purge gas chiller (126-C)
terlalu berat. Akibatnya, produk amonia banyak yang hilang terbawa oleh aliran
gas buang.
41
2.2.6 Unit Hydrogen Recovery dan Purge Gas Recovery (HRU dan PGRU)
Unit ini didirikan untuk memanfatkan gas buang (purge gas) dari daur gas
sintesa pabrik amonia yang sebagian besar mengandung gas hidrogen.
MMkkal.
mendapatkan hidrogen murni untuk pembuatan hidrogen peroksida.
menyediakan tambahan ammonia untuk pembuatan asam nitrat (HNO3) dan
ammonium nitrat (NaNO3).
2.3
42
amonium karbamat menjadi urea dalam reaksi endotermis. Reaksi yang terjadi
adalah :
2NH3(l)+ CO2(g) NH2COONH4(l)
Ammonia
Karbondioksida
H = -38 kkal/mol
Ammonium karbamat
Urea
H = +7,7 kkal/mol
Air
Urea dari hasil reaksi sintesa antara amonia cair dan gas karbondioksida
harus dimurnikan dari larutan amonium karbamat dan kelebihan amonia. Larutan
amonium karbamat didekomposisikan menjadi gas-gas karbondioksida dan
amonia dengan cara menaikkan suhu dan menurunkan tekanan. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :
NH2COONH4(l) 2 NH3(g) + CO2(g)
Ammonium karbamat
Ammonia
Karbondioksida
Air
Ammonia
Karbondioksida
Pembentukan Biuret :
NH2CONH2(l) NH2CONHCONH2(l) + NH3(g)
Urea
Biuret
Ammonia
Proses pemurnian hasil reaksi ini dilakukan dalam tiga alat yang kondisinya
berlainan, yaitu 17 kg/cm2; 2,5 kg/cm2; dan tekanan atmosfer.
2.3.1
cair dan gas karbondioksida membentuk ammonium karbamat yang diikuti oleh
dehidrasi ammonium karbamat menjadi urea dalam reaksi endotermis.
43
Karbondioksida
Ammonium Karbamat
Urea
Air
2NH3(g)
Ammonium Karbamat
CO2(g)
Ammonia
Karbondioksida
44
2. Tekanan Kesetimbangan
Tekanan kesetimbangan dipengaruhi oleh kondisi temperatur, mol rasio dari
NH3 dengan CO2 (NH3/CO2) dan mol rasio air dengan CO2 (H2O/CO2). Tekanan
kesetimbangan minimal terjadi pada suatu kondisi temperatur yang bisa dilakukan
pada sintesa urea, perbandingan mol rasio NH3/CO2 = 2. Dengan naiknya
temperatur, keadaan minimal akan berubah dengan naiknya harga NH3/CO2.
2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembuatan Urea
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan urea adalah temperatur,
tekanan, perbandingan CO2 dan NH3 dan kandungan air dan oksigen.
a. Temperatur
Pengaruh temperatur pada proses sintesa urea dapat dijelaskan oleh asas Le
Chatelier yang berbunyi jika suatu sistem berada dalam kesetimbangan, suatu
kenaikan temperatur akan menyebabkan kesetimbangan itu bergeser ke arah yang
menyerap kalor.
Reaksi sintesis urea merupakan reaksi eksotermis :
2NH3(g) + CO2(g) NH2CONH2(aq) + H2O(l) H=+20,48 kkal/mol
Ammonia
Karbondioksida
Ammonium karbamat
Air
Sedangkan reaksi penguraian urea menurut reaksi dibawah ini adalah reaksi
endotermis :
45
Air
Ammonia
Karbondioksida
Karbondioksida
Urea
H2O(l)
Air
Tekanan yang digunakan adalah 195 kg/cm2. Pemilihan tekanan operasi ini
berdasrkan pertimbangan bahwa konversi ammonium karbamat menjadi urea
46
hanya terjsadi pada fase cair dan fase cair dapat dipertahankan dengan tekanan
operasi yang tinggi. Pada suhu tetap konversi naik dengan naiknya tekanan hingga
titik kritis, dimana pada titik ini reaktan berada pada fase cair. Untuk
perbandingan NH3 dan CO2 yang stokiometris suhu 150 C dan tekanan 100 atm
memberikan keadaan yang hampir optimum tetapi pada suhu ini reaksi berjalan
lambat. Pada suhu 190 220 C, tekanan yang digunakan berkisar antara 140
250 atm.
c. Perbandingan NH3 dan CO2
Perbandingan NH3 dan CO2 berkisar 3,5 4 karena selain mempengaruhi
suhu reaktor, jumlah ammonia dapat mempengaruhi reaksi secara langsung.
Adanya kelebihan ammonia dapat mempercepat reaksi pertama. Di samping itu,
kelebihan ammonia juga akan mencegah terjadinya reaksi pembentukan biuret
dengan reaksi :
2NH2CONH2(l)
Urea
NH2CONHCONH2(l)
Biuret
NH3(g)
Ammonia
kebutuhan.
Dapat disimpan lama dan kandungan zat-zat makanan bagi pertumbuhan
serta perkembangan tanaman sangat tinggi.
Oleh karena kelebihan-kelebihan di atas, pupuk urea sangat diminati oleh
Air
Ammonium karbamat
Ammonia
Karbondioksida
Selain terjadi reaksi sintesa urea di atas, terjadi pula rekasi samping yaitu
pembentukan senyawa biuret yang tidak diinginkan karena merupakan racun bagi
tanaman. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
48
Biuret
Ammonium
Di sini terlihat bahwa biuret akan terbentuk bila kadar amonia rendah, dan
penting pula diingat biuret akan terbentuk jika terjadi kontak suhu tinggi yang
cukup lama.
2. Sifat-sifat Fisika Urea
Sifat-sifat fisik urea dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel II. 4Sifat Fisik Urea
Sifat-sifat
Urea Prill
Warna
Tidak berwarna (putih)
Bentuk
Jarum
Rumus Molekul
(NH2)2CO
Berat Molekul
60.05 mol
Berat Jenis
1,335 gr/cm3
Boiling Point
Decomposes
Melting Point
132,7 C
Kadar Nitrogen (formula)
46,78 %
Spesifik Panas
0,320 cal/g C (20 C)
Kelarutan dalam air
78 g/100 ml pada 5 C
(Sumber : Perrys Chemical Engineers Handbook, tabel 2-2, 1994)
Sifat fisik dalam suatu produk dapat digunakan untuk pengecekan keaslian
produk, maupun pemilihan perlakuan yang tepat untuk produk itu sendiri.
2.4
sekali lewat (One Through Process), proses recycle sebagian (Partial Recycle
Process), dan proses Total recycle (Total Recycle Process).
1. Proses Sekali Lewat (One Through Process)
Proses ini pertama kali digunakan untuk memproduksi urea dalam skala
komersial, di mana amonia yang tidak terkonversi dinetralisasi dengan asam nitrat
sebagai produk samping dari produk urea. Proses ini menghasilkan amonium
49
nitrat sebagai produk samping dan urea sebagai produk utama. Reaksi yang terjadi
sebagai berikut :
NH3(l)+
Ammonia
Ammonia karbamat
Urea
Air
Ammonium Nitrat
50
Ada proses total recycle, semua amonia, amonium karbamat serta gas
umpan CO2 masuk ke dalam reaktor yang beroperassi pada tekanan 210 bar.
Amonium karbamat dibentuk dengan bantuan koil pemanas kemudian mengalir
keluar pada bagian bawah. Perbandingan antara NH3 dengan CO2 yang digunakan
dalam reaktor 4 : 1.
b. Mitsui Toatsu Corportion (MTU)
Proses ini dikembangkan oleh Toyo Engineering Corporation dimana
tahapan sintetis pembentukan urea terdiri ddari Urea Synthetis Reactor untuk
mengolah reaktan yang tidak terkonversi, High Pressure Carbamat, Condesor,
dan High Pressure Reactor of Gas Scrubber untuk memperoleh yield urea
maksimum. Setiap melewati reaktor maka dikondisikan tekanan optimum berkisar
140 bar dan perbandingan umpan masuk amonia dan karbondioksida adalah 3 : 1.
Proses ini dibagi menjadi empat unit, yaitu : unit sintesa urea, unit purifikasi, unit
recovery, dan unit kristalisasi. Blok diagram dari Total Recycle Process :
51
hanya tergantung pada suplai NH3 dan CO2 yang berasal dari pabrik amonia dan
dari permintaan produksi urea.
Berdasarkan prinsip recyclenya proses total recycle dibagi menjadi lima,
yaitu :
1. Hot Gas Mixture Recycle
2. Separated Recycle
3. Slurry Recycle
4. Carbamate Solution Recycle
5. Stripping
Empat proses yang pertama memakai tahap dekomposisi yaitu pemisahan
campuran hasil reaksi yang terdiri dari urea, amonium karbamat, biuret, air, dan
excess amonia.
1. Process Hot and Gas Mixture Recycle: campuran gas NH3, CO2, dan air
ditekan dalam 2 3 tahap sehingga menjadi 120 130 atm. Kemudian
dikondensasikan lalu dikembalikan ke reaktor. Proses ini memberikan
keuntungan yaitu konversinya tidak berkurang karena air tidak ikut direcycle dan masalah korosi dari larutan karbamat dapat dihindari dengan
cara penambahan udara anti korosi pada awal proses.
2. Process Separated Gas Recycle : dimana gas NH3 dan gas CO2 dipisahkan
dari urea ditekan secara terpisah sebelum dikembalikan ke reaktor.
3. Process Slurry Recycle : dimana NH3 dan gas CO2 dipisahkan dari larutan
urea yang keluar dari reaktor, lalu dikondensasikan agar terbentuk amonium
karbamat.
4. Process Carbamate Solution Recycle : melibatkan dekomposisi karbamat
pad beberapa tahap penurunan tekanan. Pada tiap tahap gas yang dilepaskan
(CO2 dan NH3) dikondensasikan atau diabsorbsi oleh larutan hasil
52
53
BAB III
DESKRIPSI PROSES
3.1 Persiapan Bahan
Pabrik urea memproduksi pupuk urea dari bahan baku amonia (NH3) dan
gas karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari pabrik amonia. Proses yang
dipakai adalah proses Mitsui Toatsu Recycle C Improved yang memanfaatkan
kembali gas-gas yang tidak bereaksi sebagai larutan karbamat dan direcycle ke
reaktor urea dengan kapasitas terpasang 1.725 MT/hari atau 570.000 MT/hari.
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan urea yaitu amonia cair dan
gas karbondioksida. Kualitas bahan baku dapat dilihat sebagai berikut :
3.1.1 Amonia Cair
Amonia diperoleh dari hasil reaksi antara gas hidrogen dengan gas nitrogen
yang dilakukan pada unit amonia. Hidrogen untuk proses pembuatan amonia
diperoleh dari hidrokarbon pada gas alam, sedangkan gas nitrogen dapat diperoleh
dari udara bebas.
Spesifikasi amonia cair yang diperbolehkan adalah :
-
Kadar Amonia
Kadar Air
Minyak
Tekanan
18 kg/cm2.G
Temperatur
25 30 C
Jumlah Normal :
40.983 kg/jam
Jumlah Rancang :
49.180 kg/jam
54
minimal 98 %
Kadar Air
jenuh
Kadar Sulfur
Tekanan
0,6 kg/cm2.G
Temperatur
38 C
Kadar Penyerap
0,01 %
Jumlah Normal
27.450 kg/jam
Jumlah Rancang
32.940 kg/jam
Kandungan Nitrogen
46%
Air
55
Biuret
Fe
1 ppm (max)
NH3 bebas
Ukuran butir
Kandungan karbon
25 mesh 2% (max)
+ 53 %
Karbondioksida
Ammonium karbamat
Urea
Air
Unit Sintesa.
2.
Unit Pemurnian.
56
a.
b.
c.
Gas Separator
3.
Unit Recovery.
a.
b.
c.
d.
e.
4.
Crystalizer
b.
Centrifuge
c.
Fluidized Dryer
d.
Prilling Tower
57
reaktor adalah 25 menit. Karena zat pereaksi dan produk bersifat korosif maka
seluruh permukaan yang kontak dengan larutan diberi lapisan pelindung stainless
steel. Biasanya baja tahan karat dan stainless steel juga terkorosi oleh reaktan,
tetapi dengan penambahan oksigen (udara antikorosi), maka daya tahan yang
diperoleh lebih tinggi. Sistem pelapisan stainless steel juga menggunakan sistem
lining.
Pada unit urea ini diproduksi melalui reaksi eksotermis yang tinggi dari NH3
dan CO2 untuk membentuk amonium karbamat, diikuti oleh dehidrasi endotermis
amonium karbamat membentuk urea. Reaksi amonium karbamat menjadi urea
hanya berlangsung pada fase cair sehingga dibutuhkan tekanan yang tinggi.
Kenaikan temperatur dan tekanan akan menambah konversi pembentukan urea
hingga batas tertentu. Reaktor ini mendapat umpan berupa gas CO2, amonia cair,
dan larutan karbamat recycle.
Gas CO2 yang berasal dari pabrik amonia dengan P = 0,6 kg/cm2 dan T = 38
C diinjeksikan dengan udara antikorosi sebesar 340 m3 yang mengandung
oksigen 2.550 ppm, diumpankan ke Knock Out Drum (FA-161) untuk
menghilangkan partikel padatan dan tetesan cairan yang terdapat di dalamnya.
Penambahan udara bertujuan untuk menghambat terjadinya korosi pada Urea
Synthetic Reactor (DC-101) karena oksigen yang ada di dalam udara berfungsi
untuk mengoksidasi stainless steel karena stainless steel aktif sebagai penahan
korosi bila keadaan teroksidasi.
Gas CO2 dikompresikan oleh CO2Booster Compressor (GB-102) mengalami
kenaikan tekanan dari P = 0,6 kg/cm2 menjadi 27 kg/cm2. Jenis kompressor yang
digunakan adalah Multi Stage Centrifugal yang digerakkan oleh steam. Tekanan
ini belum cukup tinggi untuk terjadinya reaksi di reaktor, maka dikompresikan
lagi tekanannya sampai menjadi 200 kg/cm2 oleh CO2 Compressor (GB-101).
Jenis kompressor ini adalah Two Stage Reciproating Double Acting dan
digerakkan oleh steam. Gas CO2 masuk ke Reactor Synthetis Urea (DC-101)
melalui bagian bawah reaktor dengan tekanan 200 kg/cm2 dan temperatur 123 C
dan sebagian dialirkan ke Low Pressure Decomposer (DA-202) sebagai proses
stripping.
58
H = +38 Kkal/mol
Ammonium karbamat
Urea
Air
59
H = -7,7 KKal/mol
Ammonia cair dan gas CO2 yang masuk ke reaktor diatur agar memiliki
perbandingan mol 4:1 untuk mencegah terbentuknya senyawa biuret dari hasil
penguraian sebagai berikut
NH2CONH2 NH2CONHCONH2 + NH3
Urea
Biuret
Ammonia
Temperatur
Pada kondisi yang optimal temperatur di dalam reaktor adalah sekitar 200oC
yaitu temperatur dimana konversi mendekati keseimbangan dengan waktu tinggal
0,3-1 jam. Temperatur di reaktor dapat dikontrol dengan mengatur jumlah amonia
dan larutan karbamat recycle yang masuk reaktor. Selain itu dapat juga dilakukan
dengan mengatur temperatur amonia umpan di EA-101. Temperatur di reaktor
dicatat oleh suatu temperatur recorder yang sensornya mengambil tempat
disepanjang reaktor.
b.
Tekanan
Tekanan optimum yang diambil untuk ini adalah 200 Kg/cm2, pemilihan
tekanan operasi ini juga dipertimbangkan berdasarkan reaksi amonium
karbamatmenjadi urea hanya terjadi pada fase cair. Fase ini dapat dipertahankan
dengan operasi pada tekanan tinggi dan temperatur tinggi.
c.
d.
Jumlah air
Jumlah air akan mempengaruhi reaksi (peruraian karbamat menjadi urea dan
air). Adanya air akan mengurangi konversi terbentuknya urea.
60
Produk-produk yang keluar dari reaktor ini terdiri dari urea, air, amonium
karbamat, biuret, dan kelebihan amonia.
3.2.2 Unit Purifikasi
Unit ini bertujuan untuk memisahkan urea dari campuran yang tidak
dikehendaki yaitu memisahkan ammonia berlebih dan ammonium karbamat yang
belum bereaksi menjadi urea dengan tiga langkah dekomposisi yaitu dengan
tekanan 17 kg/cm2, tekanan 2,5 kg/cm2, dan tekanan atmosferik. Campuran gas
dan zat cair yang keluar dari reaktor urea (DC-101) mengalir ke seksi
dekomposisi di mana semua excess amonia dan amonium karbamat dipisahkan
sebagai gas-gas dari larutan urea dengan cara Thermal Decomposition (penguraian
dan pemanasan) yakni dengan menurunkan tekanan dan menaikkan temperatur di
dalam High Pressure Decomposer (DA-201), Low Pressure Decomposer (DA202), dan Gas Separator (DA-203). Penurunan tekanan secara bertahap ini
bertujuan untuk mengurangi terjadinya reaksi samping yang tidak dikehendaki.
Ada beberapa reaksi yang perlu diperhatikan pada seksi ini, yaitu:
1. Reaksi dekomposisi ammonium karbamat
NH2COONH4 2NH3 + CO2
Ammonium karbamat
Ammonia Karbondioksida
Reaksi berlangsung pada suhu antara 120oC 165oC, kenaikan suhu dan
penurunan tekanan akan memperbesar hasil reaksi dekomposisi ini.
2. Reaksi hidrolisa urea
NH2COONH2 + H2O NH3 + CO2
Urea
Air
Ammonia Karbondioksida
Reaksi ini berlangsung pada suhu tinggi, tekanan rendah dan waktu tinggal
lama.
3. Reaksi pembentukan biuret
2NH2CONH2 + H2O NH2CONHCONH2 + NH3
Urea
Air
Biuret
61
Ammonia
Reaksi ini berlangsung pada tekanan parsial amonia yang rendah dan
suhu diatas 90oC.
Reaksi (1) diinginkan bergeser kearah kanan, sedangkan reaksi (2) dan (3)
diinginkan bergeser kekiri, hal ini akan memperbesar hasil urea.Kadar maksimal
biuret diinginkan dalam produk urea adalah 0,5%.
3.2.2.1 High Pressure Decomposer (DA-201)
High Pressure Decomposer (DA-201) terbagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Bagian paling atas disebut Flashing Section
2. Bagian tengah disebut Stripping Section
3. Bagian bawah disebut Falling Film Heater
High Pressure Decomposer (DA-201) berfungsi untuk memisahkan excess
amonia dari hasil reaksi dan mengubah amonium karbamat menjadi amonia dan
gas karbondioksida dengan cara menaikkan suhu dan menurunkan tekanan.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
NH2COONH4 (l) 2 NH3(g) + CO2 (g)
Ammonium carbamate
Ammonia
Karbon dioksida
Hidrolisa Urea
NH2CONH2(aq) + H2O (l) 2 NH3(g) + CO2 (g)
Urea
air
ammoniaKarbondioksida
Pembentukan Biuret
2.
Biuret
Ammonia
62
64
Booster Compressor (GB-102) dengan tekanan 27 kg/cm2 agar sisa amonia yang
terdapat di dalam larutan dapat distripping oleh sebagian gas CO2.
Gas-gas yang keluar dari LPD (DA-202) dikirim ke Low Pressure Absorber
(EA-402) pada tekanan 2,5 kg/cm2, sedangkan larutannya hampir semua
kelebihan amonia dan amonium karbamat sudah dipisahkan, mengalir ke Gas
Separator (DA-203).
3.2.2.3 Gas Separator (DA-203)
Gas Separator berfungsi untuk memurnikan urea yang keluar dari Low
Pressure Decomposser (DA-202). Gas Separator (DA-202) terdiri dari dua
bagian, yaitu bagian atas yang beroperasi pada temperatur 106 C, tekanan 0,3
kg/cm2, dan bagian bawah berupa Packed Bed beroperasi pada tekanan atmosfer
dan temperatur 92 C. Cairan keluaran dari LPD berupa sisa gas NH3 dan CO2
akan mengalami flashing section yaitu penurunan tekanan ddari 2,5 kg/cm2
menjadi 0,3 kg/cm2. Gas-gas yang telah terpisah akan mengalir menuju Off Gas
Condensor (EA-406), untuk mengkondensasikan gas pada unit recovery
sedangkan cairan dari flashing section akan menuju bagian bawah berupa raschig
ring packed bed melalui semacam leher angsa untuk menjaga agar gas-gas yang
telah terpisah tidak masuk ke flashing section. Cairan yang jatuh di bagian bawah
raschig ring packed bed akan mengalami kontak dengan gas yang keluar dari Off
Gas Absorber (DA-402) sebagai stripping pada unit recovery dan disertakan
hembusan udara dari Off Gas Circulation Blower (GB-401) dengan tekanan
atmosfer dan temperatur 36 C melalui distributor di bawah packed bed. Gas-gas
dari bagian atas dan bagian bawah digabungkan bersama-sama lalu dikirim ke Off
Gas Condensor (EA-406). Suhu bagian bawah Gas Separator (DA-203) dengan
konsentrasi sekitar 70 75% yang selanjutnya dikirim ke unit kristalisasi dan
prilling.
65
66
67
203) oleh Mother Liquor Pump (GA-203) yang mempunyai konsentrasi karbamat
30 40%.
Larutan akan bercampur dalam bagian shell LPA mengabsorbsi reaktan yang
terkandung pada aliran gas yang berasal dari LPD. Gas yang tidak terserap akan
terserap akan mengalir ke atas dan diabsorb dengan larutan karbamat dari Off Gas
Absorber (DA-402) dalam packed bed sebagai penyerap CO2 sedangkan gas yang
masih belum terserap di LPA (EA-402) kan masuk ke Off Gas absorber (DA-402)
bagian bawah bercampur dengan gas-gas yang tidak terkondensasi di dalam Off
Gas Condensor (EA-406) untuk dilakukan penyerapan kembali. Tekanan dalam
LPA (EA-402) sangat penting untuk dilakukan penyerapan kembali. Tekanan
dalam LPA (EA-402) sangat penting untuk dikontrol. Tekanan yang melebihi 2,5
kg/cm2 akan menyebabkan penguraian lebih lanjut dalam Gas Separator (DA203). Bila tekanan terlalu rendah akan menyebabkan kesukaran pengiriman
larutan dari LPD (DA-202) ke Gas Separator (DA-203). Larutan yang telah
mengabsorbsi reaktan akan mengalir ke bawah dipompa melalui HPA Pump (GA402) dengan tekanan 16 kg/cm2 dan temperatur 37 C kemudian dialirkan ke
bagian atas HPA (DA-401) untuk menyerap CO2.
3.2.3.3 Recovery Gas dari High Pressure Decomposer
Gas-gas yang berasal dari HPD (DA-201) dengan tekanan 17 kg/cm2 dan
temperatur 123 C pada unit purifikasi akan dialirkan ke HPAC (EA-401). Disini
terjadi penyerapan CO2 oleh slurry dari HPA (DA-401) kurang lebih 65% dari
seluruh CO2 yang berasal dari HPD. Sebagai zat penyerapnya berasal dari larutan
karbamat. High Pressure Absorber Cooler (EA-401) berbentuk seperti heat
exchanger tipe shell and tube yang terletak secara horizontal di mana
pendinginnya mengalir dalm tube sedangkan larutan karbamat mengalir dalam
shell dengan kondisi operasi tekanan 16,5 kg/cm2 dan temperatur 83 C. Di dalam
HPAC (EA-401) terdapat tiga fluida pendingin yaitu yang pertama larutan urea
sirkulasi dari Crystallizer (FA-201) yang mengambil kelebihan panas sekitar 65%,
yang kedua cooling water mengambil kelebihan panas sekitar 15%, yang ketiga
hot water mengambil kelebihan panas sekitar 25%. Temperatur di HPAC (EA401) dijaga pada suhu 98 C dan tekanan 17 kg/cm2. Hasil penyerapan berupa
68
69
3.2.4.1 Pengkristalan
Unit ini berfungsi untuk membentuk urea menjadi butiran dari urea yang
berasal dari Gas Separator (DA-203) yang masih mengandung 25% air. Larutan
urea yang mempunyai konsentrasi 70 -75% yang berasal dari Gas Separator (DA203) dipompakan oleh Urea Solution Feed Pump (GA-205) dialirkan ke bagian
bawah Crystallizer (FA-201) untuk dikristalkan secara vakum. Crystallizer ini
terbagi menjadi dua bagian, bagian atas berupa Vacuum Concentration dengan
Vacuum Generator (EE-201) yang terdiri dari Steam Ejector tingkat I dan II
dengan Barometric Condensor tingkat I dan II. Bagian bawah berupa Crystallizer
dengan agitator di mana terbentuk kristal-kristal urea dalam larutan slurry dengan
kadar 80%. Vacuum Concentrator beroperasi pada tekanan 72,5 mmHgabs dan
temperatur 60 C, kristalisasi secara vakum dipilih karena pemanfaatan panas
yang effisien sehingga penguapan air dapat dilakukan pada suhu yang lebih
rendah. Kemudian dengan menggunakan Circulation Pump for Crystallizer (GA201), larutan urea dari bagian bawah Cystallizer disirkulasikan ke Vacuum
Concentrator untuk dipekatkan dan sebagian telah dilewatkan ke HPAC (EA-401)
untuk menyerap panas. Panas digunakan untuk proses pem-vakuman di
Crystallizer pada permukaan atas. Panas yang berasal dari larutan yang keluar dari
HPAC memberikan panas 65% dari total yang dibutuhkan untuk penguapan air.
Crystallizer dilengkapi dengan jaket air panas untuk mencegah terbentuknya
endapan urea pada dindingnya.
3.2.4.2 Pemisahan
Proses ini bertujuan untuk memisahkan kristal urea dari larutan induknya.
Proses ini terjadi pada Centrifudge (GF-201) yang berjumlah lima buah dan
bekerja secara paralel. Larutan slurry urea dari Crystallizer bagian bawah
dipompa oleh Slurry Feed Pump (GA-202) dialirkan ke Centrifudge (GF-201 AE) untuk dipisahkan kristal urea dari larutan induknya berdasarkan gaya
sentrifugal sehingga dihasilkan kristal urea dengan kadar air 2,4% dan sebagian
disirkulasi kembali ke Crystallizer untuk mencegah kebuntuan pipa. Larutan
induk ditampung di Mother Liquor Tank (FA-203) yang dilengkapi Steam Heating
Tube untuk mencegah terjadinya kristalisasi. Untuk mencegah terjadinya
70
akumulasi biuret dalam Mother Liquor Pump (GA-203) maka larutan induk
dipompakan ke dalam LPA (EA-402) sebagai penyerap CO2 dan ke Crystallizer
untuk dikristalkan.
3.2.4.3 Pengeringan
Kristal urea dari Centrifudge masuk ke Fluidizing Dryer (FF-301). Di
Fluidizing Dryer (FF-301), kristal urea dikeringkan sampai kandungan airnya 0,1
0,3% dengan hembusan udara dari Forced Fan Dryer (GB-301) yang telah
melewati pemanasan udara (EC-301) atau Air Heater for Dryer dengan
menggunakan steam condensate dan steam bertekanan rendah 4 kg/cm2. Udara
panas yang masuk ke Fluidizing Dryer (FF-301) dijaga suhunya 120 C dan tidak
boleh melebihi 130 C sebab ada kemungkinan terjadi pelelehan urea di
Fluidizing Dryer (FF-301). Kristal-kristal urea dengan bantuan hembusan udara
pengering dari Induced Fan (GB-302) dan Pneumatic Duct akan terhisap ke atas
Prilling Tower (I-301). Kristal urea yang ukurannya terlalu besar (berupa
gumpalan) dibawa ke tepi oleh sudu-sudu pengaduk untuk kemudian dilarutkan
kembali ke Dissolving Tank I (FA-302) untuk dipompakan ke Mother Liquor Tank
(FA-203).
3.2.4.4 Pembutiran
Krista-kristal urea dengan kadar 99,8% dengan bantuan udara pengering dan
hisapan dari Induced Fan for Dryer (GB-301) dan Pneumatic Duct akan terhisap
ke atas Prilling Tower (TA-301). Kristal yang terhisap ke atas Prilling Tower (TA301) ini memasuki 4 buah Cyclone (FC-301) yang bekerja secara paralel. Dari
bawah Cyclone kristal urea akan turun melewati Screw Conveyor (JD-301) untuk
kemudian dilelehkan di Melter (EA-301). Debu-debu yang ukurannya kecil akan
terhisap oleh Induced Fan (GB-302) dan masuk ke Dust Chamber (PF-302).
Udara dikeluarkan ke atmosfer oleh Induced Fan for Prilling Tower (GB-304)
Melter (EA-301) beroperasi pada temperatur 135 C yaitu temperatur sedikit
di atas titik leleh urea (132,70 C) dengan menggunakan bantuan pemanas steam
bertekanan rendah yaitu 7 kg/cm2. Temperatur ini dijaga hingga konstan agar
pembentukan biuret dapat ditekan sekecil mungkin. Pengontrolan temperatur ini
71
dapat dilakukan dengan jalan mengontrol laju alir steam yang digunakan sebagai
pemanas pada Melter. Lelehan urea pada Melter kemudian mengalir ke Strainer
for Distributor (FD-301) lalu ke Head Tank for Distribution (PF-301) yang
berjumlah 12 buah. Constant Heat di atas dibutuhkan untuk mengontrol ukuran
butiran urea yang keluar Distributor. Lelehan urea dari Distributor yang
berbentuk tetesan-tetesan akan memadat selama jatuh ke dalam Fluidized Bed
(FD-302) dengan temperatur 40 C yang dihembus udara Blower dari bawah
menggunakan steam yang berfungsi untuk memadatkan urea yang sudah
berbentuk butiran agar tidak menempel satu sama lain.
Butiran-butiran urea yang sudah terbentuk, kemudian masuk ke ayakan
Trommel (FD-303), untuk selajutnya dikirim ke bagian pengantongan (bagging)
melalui Belt Conveyor sedangkan oversize butiran urea yang berukuran besar
(gunpalan) jatuh dari ayakan masuk ke dalam Dissolving Tank II (FA-303) yang
kemudian dikembalikan ke Mother Liquor TankII (FA-303) untuk daur ulang.
3.3 Pengantongan
Pengelolaan butiran urea di unit pengantongan dibagi menjadi beberapa
bagian, yaitu :
a.
b.
c.
72
73
BAB IV
SPESIFIKASI ALAT
4.1
Spesifikasi Alat
Tipe
Silinder tegak
Jumlah
1 buah
Ukuran
-
Diameter
2.170 mm
Panjang total
34.815 mm
Tebal shell
153 mm
Tebal head
125 mm
Jumlah tray
12 buah
725 buah
1450 buah
2175 buah
0,315 inchi
Temperatur operasi
195C
Temperatur desain
200 C
Tekanan operasi
200 kg/cm2G
Tekanan desain
200 kg/cm2G
Korosi diperbolehkan
2,3 mm
74
75
Tipe
Silinder tegak
Jumlah
1 buah
Posisi
Vertikal
Ukuran
-
Diameter
2.300 mm
Panjang total
6.390 mm
890 mm
880 mm
Temperatur operasi
38 C
Temperatur desain
70 C
Tekanan operasi
0,53 kg/cm2
Tekanan desain
1,00 kg/cm2
Kapasitas
7,8 m3
Bahan kontruksi
Carbon Steel
Tipe
Centrifugal
22.660 m3/jam
Desain
23.731 m3/jam
3.205 m3/jam
Desain
3.365 m3/jam
Tekanan suction
1,533 kg/cm2A
Temperatursuction
38 C
Tekanan discharge
31 kg/cm2A
Temperatur discharge
174 C
Tekanan maksimum
37 kg/cm2A
Temperatur maksimum
193 C
76
Speed normal
8.217 rpm
Speed maksimal
8.300 rpm
3.641 rpm
12.864 rpm
23.220 kg/jam
Power
450 Kw
Jumlah
1 buah
Bahan kontruksi
Carbon Steel
Fungsi
Tipe
Reciprocating
Fluid CO2
98 %
Gas inert
2%
Kapasitas
15.940 Nm3/jam
Jumlah
2 buah
Power
130 Kw
Kondisi Suction
1stStage
-
Tekanan
30,5 kg/cm2
Temperatur
42 C
Humidity
100 %
55 C
2nd Stage
-
Temperatur
Tekanan
261 kg/cm2
Temperatur
123 C
Speed
300 rpm
Bahan kontruksi
Carbon steel
77
water
sebagai media pemanasnya
Tipe
Jumlah
1 buah
Diameter side
700 mm
Tebal side
14 mm
OD
15,9 mm
Tebal tube
2,6 mm
Panjang tube
7.200 mm
Jumlah tube
580 buah
Tipe head
Surface per cell
Fluida
Laju alir
Temperature masuk
Temperature keluar
Temperature desain
Tekanan operasi
Tekanan desain
Tekanan hidrostatik
Bahan konstruksi
Ellips
Shell
190 m
Hot water
178.370 kg/jam
80 C
60 C
110 C
2,5 kg/cm2
4 kg/cm2
6 kg/cm2
Carbon steel
78
Tube
NH3 cair
95.750 kg/jam
35,5 C
58,6 C
90 C
259 kg/cm2
263 kg/cm2
395 kg/cm2
79
Tipe
Jumlah
1 buah
Ukuran
-
Diameter side
500 mm
Tebal shell
2,6 mm
8.389 mm
Tipe head
Ellips
OD tube
15,9 m
Panjang tube
7.200 mm
Jumlah tube
273 buah
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Shell
84 m
Steam condensate
59.270 kg/jam
143 C
106 C
200 C
3 kg/cm2
9 kg/cm2
13,5 kg/cm2
3 mm
Carbon steel
80
Tube
NH3 cair
95.750 kg/jam
58,6 C
81,4 C
110 C
250 kg/cm2
263 kg/cm2
395 kg/cm2
1,5 mm
81
Tipe
Jumlah
4 buah
Luas permukaan
981 m2
Beban panas
5.274.500 kkal/jam
Fluida
Laju alir
Temperatur masuk
Temperatur keluar
Temperatur desain
Tekanan operasi
Tekanan desain
Bahan konstruksi
:
:
:
:
:
:
:
:
Shell side
Gas ammonia
14.703,97 kg/jam
47 C
37 C
80 C
16 kg/cm2
20 kg/cm2
Carbon Steel
Tube side
Air dingin
1.352.000 kg/jam
31,1 C
35 C
70 C
3,0 kg/cm2
4,5 kg/cm2
82
Tipe
:
Jumlah
:
Posisi
:
Ukuran
Diameter
:
2.743 mm
Panjang total
:
12.000 mm
Temperatur desain
:
70 C
Temperatur operasi
:
37 C
Tekanan operasi
:
15,7 kg/cm2G
Tekanan desain
:
20 kg/cm2G
Insulation (cold)
:
25 mm
Errection weight
:
28.800 kg
Total weight full of water
:
107.300 kg
Kapasitas
:
74 m3
Pompa
:
GA-404 A/B
Bahan kontruksi
:
Carbon steel
Silinder vertikal
Jumlah
1 buah
Ukuran
-
Diameter top
3.350 mm
Diameter middle
2.100 mm
Diameter bottom
800 mm
Panjang total
14.212 mm
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Tube side
20,0 kg/cm2
0,175 kg/cm2
200 C
3 mm
17 kg/cm2
150-165 C
100 mm
Carbon steel
84
Shell side
15 kg/cm2
0,175 kg/cm2
220 C
C.S. 3 mm
10 kg/cm2
183 C
203 m
100 mm
Tipe
Silinder Vertikal
Jumlah
1 buah
4 kg/cm2
0,175 kg/cm2
Temperatur desain
160 C
Corrosion allowance
1 mm
85
Tekanan operasi
2,5 kg/cm2
Insulation
75 mm
Ukuran
-
Diameter
2.000 mm
Panjang total
13.200 mm
Tipe head
Ellips 2 : 1
Bahan konstruksi
Carbon steel
86
Posisi
Vertikal
Jumlah
1 buah
Ukuran
-
Diameter
1.700 mm
Panjang total
13.200 mm
Tebal
6 mm
Tekanan desain
0,3 kg/cm2
Tekanan operasi
0,3 kg/cm2
Temperatur desain
150 C
Temperatur operasi
105C
Bahan konstruksi
Carbon steel
87
Tipe
V-BEM
Jumlah
1 buah
Ukuran
-
Diameter shell
1.850 mm
Tebal shell
18 mm
OD tube
38,1 mm
Tebal tube
BWG 12
Panjang tube
5.000 mm
Jumlah tube
1.227 buah
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Shell side
694 m
Steam
183 C
183 C
220 C
10 kg/cm2
15 kg/cm2
22,5 kg/cm2
3,0 mm
20 %
100 mm hot
Carbon steel
88
Tube side
Larutan urea
151 C
151 C
200 C
17 kg/cm2
20 kg/cm2
30 kg/cm2
C.S. 3,0 mm
100 %
100 mm hot
Tipe
V-AEM
Jumlah
1 buah
Ukuran
-
Diameter shell
650 mm
Diameter tube
25,3 mm
Tebal shell
6 mm
Tebal tube
2 mm
Panjang total
6.868 mm
Jumlah shell
Jumlah tube
227 buah
89
Shell side
Tube side
108 m
Fluida
Steam
Laju alir
3.870 kg/jam
Karbamat
1.120 kg/jam
Density
3,1 kg/cm3
1,12 kg/cm3
Diameter
650 mm
25,3 mm
Temperatur masuk
158 C
130 C
Temperatur keluar
158 C
130 C
Temperatur desain
200 C
200 C
Tekanan operasi
5,0 kg/cm2
2,5 kg/cm2
Tekanan desain
9,0 kg/cm2
4,0 kg/cm2
Corrosion allowance
3,0 mm
2,0 mm
Insulation
100 mm hot
75 mm hot
Bahan konstruksi
Carbon steel
1st stage
2nd stage
Jumlah
1 buah
Stroke
180 mm
Rpm
370 rpm
Motor output
55 Kw
Kapasitas
207 Nm3/jam
Bahan konstruksi
Carbon steel
Tipe
BEU
Jumlah
1 buah
90
Ukuran
-
Diameter shell
1.050 mm
Diameter tube
31,8 mm
Tebal shell
8 mm
Tebal tube
BWG 12
5.000 mm
Jumlah shell
Jumlah tube
196 buah
Fluida
Temperature masuk
Temperature keluar
Temperature desain
Tekanan desain
Tekanan hidrostatik
Corrosion allowance
Insulation
Bahan konstruksi
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Shell side
Larutan Karbamat
130 C
130 C
160 C
4 kg/cm2
6 kg/cm2
2,0 mm
75 mm hot
Carbon steel
Tube side
Larutan karbamat
166 C
145 C
200 C
20 kg/cm2
30 kg/cm2
3,0 mm
100 mm hot
Jumlah
1 buah
Ukuran
-
Diameter
1.900 mm
Tebal
6 mm
Panjang total
8.200 mm
Tipe head
Elips 2 : 1
39C
39C
91
Temperatur desain
100 C
Tekanan operasi
Atmosfer
Kapasitas
25 m3
S.G. Liquid
1,15
Corrosion allowance
1,0 mm
Bahan konstruksi
Carbon steel
Ukuran
-
Diameter
800 mm
92
Tebal
8 mm
Tebal head
10 mm
Panjang total
6.281 mm
Jumlah
4 buah
:
:
:
:
:
:
:
:
Shell side
139 m2
Gas NH3 dan CO2
111 C
61 C
130 C
Atmosfer
1 mm
Carbon steel
93
Tube side
Cooling water
39 C
40 C
70 C
3 kg/cm2
3,0 mm
Tipe
Centrifugal Pump
Jumlah
2 buah
Kapasitas normal
5 m3/jam
Kapasitas desain
6 m3/jam
Tekanan discharge
2 kg/cm2G
Tekanan suction
1 atm
Total head
20 m
Power
1,5 Kw
Fluida
Larutan Karbamat
Specific Gravity
Tekanan uap
Pumping Temperatur
61 C
Viskositas
0,5 cp
Bahan konstruksi
Carbon steel
Tipe
Centrifugal Pump
Jumlah
2 buah
Kapasitas normal
138 m3/jam
Kapasitas desain
152 m3/jam
Tekanan discharge
20 kg/cm2G
Tekanan suction
1 atm
Total head
20 m
Power
18,5 Kw
Pumping temperatue
45 C
Fluida
Larutan Karbamat
Specific Gravity
1
94
Tekanan uap
0,1 kg/cm2Abs
Viskositas
0,6 Cp
Bahan konstruksi
Carbon steel
Tipe
Jumlah
1 buah
Fluida
Densitas
Tipe head
Temperatur operasi masuk
Temperatur operasi keluar
Tekanan operasi
Tekanan udara
Corrosion allowance
Surface area
Bahan konstruksi
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Shell side
Larutan Karbamat
1.150 kg/cm3
Elips 2 : 1
45,1 C
45,1 C
2,2 kg/cm2
200 kg/cm2
1 mm
1.807 m2
Carbon steel
Tube side
Cooling water
1.000 kg/cm3
Flat
31,1 C
35 C
3 kg/cm2
3,0 mm
Tipe
Jumlah
1 buah
95
Slurry
: 744
: 25,4
: 2 mm
Shell side
Tube side
Karbama Urea
Jumlah tube
Diameter (mm)
Tebal tube
Tipe head
Corrosion allowance
Temperatur masuk
Temperatur keluar
Temperatur desain
Tekananoperasi
:
:
:
:
:
:
t
2 mm
100 C
100 C
130 C
16,5
(kg/cm2)
Bahan konstruksi
Carbon steel
Flat
1 mm
60 C
68 C
110 C
1,0
Hot water
389
25,4
2 mm
Cold water
148
25,4
2 mm
Hot water
Cold water
3 mm
70 C
80 C
100 C
2,5
3 mm
35 C
50 C
110 C
2,5
Silinder Vertikal
Jumlah
1 buah
Ukuran
-
Diameter puncak
2.900 mm,tebal :
28 mm
Diameter tengah
13 mm
Diameter bawah
28 mm
Panjang total
17.550 mm
Bahan konstruksi
Tipe Head
Temperatur Operasi
Temperatur desain
Tekanan Operasi
Tekanan desain
: Titanium
Tube Side
Ellips 2 : 1
Atas 50 C
Bawah 100 C
130 C
15 kg/cm2
20 kg/cm2
97
Shell Side
Ellips 2 : 1
Masuk 35 C
Keluar 50 C
80 C
3,0 kg/cm2
4,5 kg/cm2
Tipe
H-AGM
Jumlah
1 buah
Ukuran
-
OD tube
25,4 mm
Tebal tube
2 mm
Jumlah tube :
411 mm
98
Panjang tube :
5.000 mm
Tube side
: NH3 cair
: 35 C
35 C
:
70 C
:
:
15,5 kg/cm2
:
20 kg/cm2
:
1,5 mm
:
Carbon steel
Fluida
Temperature operasi masuk
Temperature operasi keluar
Temperature desain
Tekanan operasi
Tekanan desain
Corrosion allowance
Bahan konstruksi
Shell side
Cooling water
31,1 C
34 C
70 C
3 kg/cm2
4,5 kg/cm2
3,0 mm
Tipe
Centrifugal Pump
Jumlah
2 buah
Kapasitas normal
92 m3/jam
Kapasitas desain
92 m3/jam
Tekanan discharge
25 kg/cm2G
Tekanan suction
25 kg/cm2G
Total head
78 m
Power
45 Kw
Pumping temperatur
45 C
Fluida
Specific Gravity
1,15
Tekanan uap
16 kg/cm2Abs
Viskositas
1 cps
Bahan konstruksi
Carbon steel
Centrifugal Pump
Jumlah
2 buah
Kapasitas normal
6,2 m3/jam
99
Kapasitas desain
7,4 m3/jam
Tekanan discharge
20 kg/cm2G
Tekanan suction
15 kg/cm2G
Total head
69,4 m
Power
11 KWh
Pumping temperatue
35 C
Specific Gravity
1,18
Tekanan uap
0,8 kg/cm2Abs
Viskositas
0,7 cp
Bahan konstruksi
Carbon steel
Tipe
Vessel
Jumlah
1 buah
Posisi
Vertikal
Ukuran
-
Diameter
7.500 mm
Panjang total
3.500 mm
Tebal shell
16 2 mm
23 2 mm
16 2 mm
Dish
Cone
Temperatur desain
100 C
Temperatur operasi
60 C
Tekanan operasi
Tekanan desain
Full vacuum
Bahan kontruksi
Carbon steel
Fungsi
Mengkristalkan urea
Tipe
Jumlah
1 buah
Posisi
Vertikal
Ukuran
diameter
8.000 mm,
4 mm
Panjang total
3.750 mm
9 mm
Tebal :
9 mm
Bahan konstruksi
: Carbon steel
Shell Side
Flat (datar)
1,0 mm
60 C
100 C
Atmosfer
Full vacuum
Tipe head
Corrossion allowance
Temperatur operasi
Temperatur desain
Tekanan operasi
Tekanan desain
Panjang total
3.500 mm
101
Tube Side
Kerucut (cone)
3,0 mm
80 C
100 C
Full water
Full water
Lebar (tinggi)
2.400 mm
Tebal
5 mm
Kapasitas
17 m3
Temperatur operasi
Temperatur desain
Tekanan operasi
Tekanan desain
Shell
60 C
100 C
Atmosfer
Full liquid
:
:
:
:
Tube
143 C
180 C
3 kg/cm2G
7 kg/cm2G
3. Melter (EA-301)
Fungsi
Jumlah
1 buah
Ukuran
-
Panjang
8.300 mm
Lebar
120 mm
Tipe head
Temperatur operasi
Temperatur desain
Tekanan operasi
Tekanan desain
Corrosion allowance
Bahan konstruksi
:
:
:
:
:
:
:
Shell side
Flat
135 C
170 C
Atmosfer
Full water
1 mm
Carbon steel
1.800 mm
216,3 mm
102
Tube side
158 C
200 C
5 kg/cm2
9 kg/cm2
C.S. 3,0 mm
550,0 mm
Jaket
3 mm
Temperature operasi
Temperature desain
Tekanan operasi
Tekanan desain
Kapasitas
Diameter
:
:
:
:
:
:
Shell side
135 C
170 C
Atmosfer
Full liquid
0,12 m3
550 mm
Jumlah
1 buah
Ukuran
-
Panjang
1.100 mm
Lebar
1.600 mm
Temperatur desain
110 C
Temperatur operasi
80 C
Tekanan desain
atmosfer
Fluida
Larutan urea
Berat air
5.150 kg
Kapasitas
4 m3
Bahan konstruksi
Carbon steel
Fungsi
Jumlah
1 buah
Ukuran
-
Panjang
2.000 mm
Lebar
1.000 mm
Temperatur desain
110 C
Temperatur operasi
80 C
Tekanan desain
full liquor
Tekanan operasi
4 kg/cm2
Kapasitas
2 m3
103
Jacket
143 C
170 C
3 kg/cm2
7 kg/cm2
0,03 m3
Steam oil
-
Tekanan operasi
4 kg/cm2
Temperatur operasi
151 C
Bahan konstruksi
Carbon steel
7. Distributor (PF-301)
Fungsi
Fluidized Bed
Jumlah
12 buah
Ukuran
-
500 mm
60,5 mm
Panjang
250 mm
Tebal
0,6 mm
Tekanan desain
Full liquid
Temperatur desain
150 C
Jumlah holes
2130 holes
Corrosion allowance
1 mm
Pitch
9,5 mm
Fungsi
Jumlah
1 buah
Ukuran
-
Diameter
800 mm
Tinggi
6000 mm
Temperatur operasi
120 C
Tekanan operasi
250 mmHg
Bahan konstruksi
Beton
104
105
BAB V
UTILITAS DAN PENGOLAHAN LIMBAH
5.1 UTILITAS
Utilitas merupakan bagian yang menyediakan bahan pembantu proses atau
biasa disebut sebagai sarana penunjang proses. Unit ini memegang peranan yang
sangat penting dalam produksi, karena tanpa adanya unit ini maka proses produksi
tidak dapat berjalan secara optimal. Unit penunjang (utilitas) yang ada di PT.
Pupuk Kujang Cikampek dibagi menjadi beberapa unit meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
106
107
b.
sempurna antara zat-zat yang ditambahkan tersebut dengan air. Batasan operasi
yang dikehendaki pH 6,3 6,8 dan kekeruhan 5 200 Ntu. Premix tank
dilengkapi dengan agitator, berfungsi sebagai pengaduk air baku dengan bahan
kimia agar larutan dapat homogen. Coagulant aid diinjeksikan pada aliran outlet
premix tank. Coagulant aid berfungsi untuk mengikat flok-flok kecil yang tidak
terendapkan menjadi flok besar sehingga mudah mengendap.
Koagulasi merupakan proses penggumpalan akibat penambahan zat kimia
atau bahan koagulan ke dalam air. Flokulasi merupakan proses pembentukan inti
flok hasil koagulasi sehingga menghasilkan flok yang lebih besar agar mudah
untuk diendapkan. Koagulan yang digunakan dalam Premix Tank adalah
aluminium sulfat (tawas).
Selain dapat menghilangkan partikel-partikel tersuspensi dan partikelpartikel koloid, proses flokulasi juga dapat mengurangi warna dan dapat
mengurangi logam-logam terlarut. Efisiensi proses flokulasi dipengaruhi kadar
dan jenis tersuspensi, pH larutan, kadar dan jenis koagulan, waktu dan kecepatan
pengadukan. Penambahan gas Cl dimaksudkan untuk memecah zat organik yang
terdapat dalam umpan air agar dapat terikat alum.
5.1.2.2 Clarifier dan Clear Well
Keluar dari premix tank, air dimasukkan ke dalam clarifier, dimana flokflok yang terbentuk diendapkan secara gravitasi sambil diaduk dengan putaran
rendah sehingga dapat diendapkan dengan mudah. Untuk membantu terjadinya
108
proses tersebut, air ditambah dahulu dengan koagulan aid 0,1 - 0,2 ppm sebelum
masuk ke clarifier. Tujuannya adalah membantu menggabungkan partikel-partikel
besar. Lumpur hasil pengendapan diblow-down (dibuang dari bawah), sedangkan
air keluar dari bagian atas. Urutan terjadinya flokulasi adalah sebagai berikut :
a.
b.
c.
pH 6,3 - 6,8
Antrafiet
Fine sand
Fine gravel
Medium gravel
109
Air yang keluar dari sand filter ditampung ke dalam dua buah tangki, yaitu:
a. Filtered water storage tank, berfungsi untuk menampung air yang
digunakan untuk keperluan make up air pendingin, air hidran dan umpan
unit demineralisasi air.
b. Potable water storage tank, berfungsi menampung air yang digunakan
untuk keperluan sehari-hari di pabrik dan pemukiman.
5.1.2.4 Air Sanitasi
Kebutuhan air minum mencapai 75 m3/jam, dengan karakteristik yang sama
dengan karakteristik air umpan pabrik, sehingga biasanya air umpan pabrik dapat
langsung digunakan sebagai bahan air minum. Tapi jika air yang berasal dari sand
filter belum memenuhi syarat, maka perlu ditambahkan klorin.
Tabel V. 1 Karakteristik Air Umpan Pabrik dan Air Sanitasi
Karakteristik Air Umpan
Pabrik
kekeruhan < 2 Ntu
pH 6,8 - 7,5
pH 7,0 - 7,5
110
Tidak korosif
b.
c.
111
pH = 6,5 8.0
PO4 = 13 - 18 ppm
Pabrik
kekeruhan < 2 Ntu
pH 6,8 7,5
pH 6,5 8,0
112
Water Treatment
AGITATOR
Alum sulfate
Coag-aid
Caustic
RAW
FLOCTREATER
WATER
PREMIX
CLEAR WELL
Sand fiter
Filter Water
Storage A~ F
SKP
Potable
PERUMAHAN
AN
PABRIK
MNK
KUNISEAL
Water
AK
Demineralizer
PE AKZO
service water
RU
SA PIP
Hydrant
HA
AN
113
pH
6,87,5
Kekeruhan
Klorin
b.
Cation Exchanger
Cation exchanger merupakan suatu silinder baja tegak yang berisi resin
R-H, yaitu polimer dengan rantai karbon R yang mengikat ion H. Misal kation
Ca2+ , Reaksi yang terjadi :
Ca2+ + H2R CaR + 2 H+
Kation dalam operasi akan diganti oleh ion H+ dari resin R-H sehingga air
yang dihasilkan bersifat asam dengan pH sekitar 3,0 - 3,9. Regenerasi dilakukan
jika resin sudah berkurang keaktifannya (jenuh), biasanya dilakukan pada selang
waktu tertentu atau berdasarkan jumlah air yang telah melewati unit ini.
Regenerasi ini dilakukan dengan asam sulfat dan dilakukan dalam tiga tahap,
yaitu back wash atau cuci balik, regenerasi dengan menggunakan bahan kimia
114
asam sulfat dan pembilasan dengan air demin. Reaksi yang terjadi pada proses
regenerasi adalah kebalikan dari reaksi operasi, yaitu :
CaR + H2SO4 H2R + CaSO4
Air yang keluar dari cation exchanger kemudian diumpankan ke anion
exchanger untuk menghilangkan anion-anion mineralnya. Kemungkinan jenis
anion yang ditemui adalah HCO3-, CO32-, Cl-, NO- dan SiO32-.
Batasan Operasi Cation Exchanger adalah:
-
pH
3,0 3,9
Conductivity
330 600 mm
30 75 ppm
hos/cm
b.
Anion Exchanger
Seperti pada cation exchanger, anion exchanger ini juga berupa tiga buah
bejana tekan yang berisi resin. Resin yang terdapat pada anion exchanger dapat
dituliskan dengan simbol R-OH. Misal anion SO42- Reaksi yang terjadi pada unit
ini adalah sebagai berikut:
SO42- + ROH RSO4 + 2 OHa berlangsung ke kanan, sehingga ion negatif
Pada saat operasi, reaksi akan
akan diganti oleh ion OH dari resin R-OH. Air yang keluar dari anion exchanger
diharapkan mempunyai pH sekitar 8,3 9,8. Regenerasi dilakukan dengan
menambahkan larutan NaOH 4% dengan suhu 490C sebagai regenerant. Reaksi
berlangsung sehingga resin jenuh akan kembali menjadi R-OH.Reaksi yang
terjadi adalah:
RSO4 + NaOH ROH + Na2SO4
Untuk menyempurnakan kerja kedua unit penukar ion diatas, maka air dari
anion exchanger selanjutnya dialirkan ke mixed bed exchanger.Batasan operasi
pada anion exchanger adalah :
pH
8,3 9,8
Conductivity
< 25 mmhos/cm
115
Silica
c.
Tugas Mix Bed Polisher adalah menjaga kemungkinan sisa-sisa kation dan
anion yang masih lolos. Unit ini berupa vessel dengan isi resin penukar ion negatif
dan positif yang telah dicampur. Air yang keluar dari unit ini diharapkan
mempunyai pH sekitar 6,0 - 6,5 dan selanjutnya dikirim ke unit demineralized
water storage(Demin Tank) sebagai penyimpanan sementara sebelum diproses
lebih lanjut sebagai BFW. Batasan operasi mix bed adalah :
-
pH
6,0- 6,5
Conductivity
Silica
<0,01 ppm
COND
: 404
ENSA
ANIcuftMI
333
cuft
CAT
TE
ON
X
DE
MI
BE
URN
N
D;
CAR
TADESIGN
18 : 2.200 M3
TB. CAP. PROD
BON ACID
CAUSTIC
NKM3 DESIGN
0 : 320.000
MB.
CAP. PROD
FILT
cu
ER
ft
RET ION
Air yang akan dijadikan steam harus memenuhi syarat-syarat tertentu agar
ketel tidak cepat rusak. Oleh karena itu perlu diolah lebih dahulu sebelum
diumpankan ke ketel. Air yang sudah mengalami demineralisasi masih
116
CONDENSATE
RETURN
VENT
DEMIN
STEAM
LS HYDRAZINE
BFW
NH3
Gambar 5. 3 Deaerator
b. Na3PO4
Berfungsi untuk melunakkan kerak yang terbentuk dan mengatur
kesadahan air. Endapannya dikeluarkan lewat blow down
(pembuangan dari bawah). Ion Ca2+ dan Mg2+ yang ada akan bereaksi
dengan Na3PO4 membentuk garam kompleks. Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut:
2 Na3PO4 + 3 CaCO3 Ca3(PO4)2 + 3 Na2CO3
2 Na3PO4 + 3 MgCO3 Mg3(PO4)2 + 3 Na2CO3
2. Air keluar dari deaerator, diinjeksikan amonia yang berfungsi untuk
mengontrol pH air umpan ketel, pH perlu dijaga karena jika terlalu asam
maka akan menyebabkan korosi atau terbentuknya kerak pada bahan
konstruksi. Air yang keluar dari deaerator diharapkan memiliki pH 9,0
10,5 dengan temperatur sekitar 112,5oC dan tekanan 60 kg/cm2 sehingga air
117
ini siap dipakai sebagai air umpan ketel. Batasan operasi yang
diperbolehkan untuk air umpan ketel yang keluar dari deaerator adalah :
-
pH
9,0 10,5
kandungan hidrazin :
O2 :
Pabrik
-
pH 6,8 - 7,5
pH 9,0 - 10,5
konduktivitasnya150
mmHos/cm
118
119
dinas amonia
dinas urea
dinas utilitas
= 125 ton/jam
= 110 ton/jam
= 27 ton/jam
120
Spesifikasi alat :
1.
Pembuat
: Kellog Overseas
Corporation
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Tipe
: Ketel pipa air
Kapasitas max
: 350 ton/jam
Kapasitas operasi
: 300 ton/jam
Tekanan max
: 115 kg/cm2
Tekanan operasi
: 105 kg/cm2
Temperatur uap max
: 1100oC
Temperatur uap operasi : 1000oC
Temperatur air umpan ketel : 120oC
10.
Media pemanas
reformer
b.
-
2.
Uap yang di blow down yang berasal dari steam drum pada
Package Boiler
3.
a.
-
Spesifikasi WHB
Pembuat
Tipe
: Ketel pipa air
Kapasitas max
: 110 ton/jam
Kapasitas operasi : 90,7 ton/jam
Tekanan max
: 58 kg/cm2
Tekanan operasi
:42,2 kg/cm2
Temperatur uap max
: 428oC
Temperatur uap operasi: 400oC
Temperatur air umpan ketel : 113oC
Media pemanas
: panas keluaran turbin
Tipe
: Ketel pipa air
Kapasitas max
: 110 ton/jam
Kapasitas operasi : 102,06 ton/jam
Tekanan max
: 49,26 kg/cm2
Tekanan operasi
: 42,2 kg/cm2
Temperatur uap max
: 430oC
Temperatur uap operasi: 1400oC
Temperatur air umpan ketel : 120oC
Media pemanas
: panas keluaran secondary
reformer
b.
-
Jenis uap
Tekanan
Temperatur
Kapasitas
122
Untuk mencegah kerusakan pada dinding steam drum dan pipa-pipa ketel
maka diinjeksikan fosfat. Fungsi fosfat adalah untuk mencegah korosi pada
dinding steam drum dengan membuat lapisan film pada dinding steamdrum dan
untuk mencegah pengendapan yang dapat membentuk kerak-kerak. Untuk
mengontrol konsentrasi metal solid dilakukan continuous blow down dengan
aliran 2 ton/jam. Dan untuk menurunkan konsentrasi hardness air ketel serta
parameter lainnya seperti kadar silika, kadar besi, dan konduktivitas, maka
dilakukan intermitten blow down.
Batasan operasi untuk air ketel :
-
pH
: 9,0-9,5
Besi (Fe)
:<0,25 ppm
Konduktivitas
PO4 (fosfat)
: 15-25 ppm
b.
Loading chemical (membelah drum kostik padat dan bahan kimia di cooling
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
tower)
Pengaduk chemical (alum sulfat dan coagulant aid)
Pembakaran di burning pit
Hose connection (blower, impact, blowing)
Regenerasi mix bed (pengaduk resin di utility dan ammonia)
Pasivasi di reaktor urea (apabila GB 103 mati )
Blow out di ammonia heater (2101 C)
Pada waktu emergency bisa digunakan sebagai instrument air.
123
a.
b.
c.
Relief valve dipasang di bagian atas dengan setting 8,8 9,1 Kg/Cm2.
Dryer, Ada 2 jenis yaitu steam dryer (2006 L) dan electric dryer
(2006 LA)
124
1. Steam dryer2006 L
Untuk merubah PA menjadi IA dengan jalan mengeringkan PA
sehingga bebas dari H2O (design dew point 400C ).Media yang
digunakan adalah silica gel/desiccant sebagai adsorber.
Data Instrument steam dryer :
-
Silica gel/desiccant.
Activated alumina ball.
Berat per tower 204,3 Kg
Operasi steam dryer :
Service
125
4 jam
2.
Regenerasi (heating)
:
2 jam
Cooling Down
:
2 jam
Temperatur heating
:
120 C
Temperatur cooling down
:
60 C
Temperatur inlet
:
37,8 C
Tekanan steam untuk regenerasi :
10,5 kg/cm2
Electric dryer 2006 LA
Digunakan bila steam dryer ada perbaikan dan media pemanas
untuk regenerasi adalah element heater
126
1. Limbah Cair
2. Limbah Padat
3. Limbah Gas
Sumber- sumber limbah di PT. Pupuk Kujang di bagi dalam 3 macam, yaitu:
1. Limbah Cair
-
2. Limbah Padat
-
3. Limbah Gas
-
Limbah gas buang yang berasal dari daur ulang sintesa pabrik
ammonia
127
Seluruh sistem air buangan pabrik di PT. Pupuk Kujang dibuang melalui
pintu pembuangan PO I, II, III, III/I, II/I, IV, V ke pond sewer untuk kemudian
dibuang ke Sungai Cikaranggelam.
SUMBER
JENIS
PABRIK
AIR
AMMONIA
BUANGAN
BAK P.III
MENGAND
PABRIK
AIR
PABRIK
UNG
UTILITY
BUANGAN
UREA
AMMONIA
UNIT
BEKAS
BLOW
AIR
PABRIK
DEMINERA
REGENERA
DOWN
CT.
BUANGAN
UTILITY
LISASI
SI
UREA
MENGAND
CLARIFIER,
BAK OILY
AIR /
ASAM
UNMG
BOILER,
SUMP 2405
BUANGAN
BASA
LUMPUR
BLOW
AA/AB/AC
MENGAND
UNIT
AIR
DOWN
DARI
UNG
SANITASI
BUANGAN
C.TOWER
PABRIK
MINYAK /
DAN
KELUARAN
UTILITY/U
OLI
Gambar 5. 6Sumber dan Jenis Air Buangan Pabrik
URINOIR
SANITASI
REA DAN
AMMONIA
Sumber-sumber limbah
di PT. Pupuk Kujang antara lain :
a. Air buangan dari water treatment
Air buangan yang berasal dari blow down 2201 UF ditampung dan
dipompakan ke bak pengendap lumpur air jernih (sludge containment pond).
Bagian yang jernih dan terpisah dari endapannya akan over flow ke kolam
penampung air buangan yang sudah netral (equalization pond). Selanjutnya air
buangan tersebut dipakai untuk pengairan sawah-sawah sekitar kolam dan juga
digunakan untuk perikanan sebagai indikator terhadap air buangan. Air buangan
yang berasal dari proses regenerasi back wash 2202 UA-UF ditampung di suatu
bak untuk digunakan kembali ke inlet premix tank dengan pompa 2405 J/JA.
b. Air buangan dari unit demin
128
Air buangan dari regenerasi carbon filter tidak perlu diolah dan dapat
langsung dibuang ke Sungai Cikaranggelam karena hanya sedikit mengandung
kotoran.
Air buangan dari regenerasi two bed dan mix bed ditampung terlebih dahulu
di neutralisasi basin 2404 A untuk dinetralkan kadar pH-nya. Setelah pH-nya
netral dapat dialirkan oleh pompa 2401 J/JA melalui PO VII langsung ke Sungai
Cikaranggelam.
c. Air buangan dari boiler
Air buangan blow down dari flush drum dialirkan melalui pipa menuju bak
penampung sludge containment pond. Bagian yang jernih dan terpisah dari
endapannya akan over flow ke kolam penampung air buangan yang sudah netral
(equalization pond). Selanjutnya air buangan tersebut dipakai untuk pengairan
sawah-sawah sekitar kolam dan juga digunakan untuk perikanan sebagai indikator
terhadap air buangan.
d. Air buangan dari cooling tower
Air buangan blow down cooling tower ditampung di bak 2405 AA.
Kemudian dipompakan oleh pompa vertical 2404 JA ke sludge containment pond.
Bagian yang jernih dan terpisah dari endapannya akan over flow ke kolam
penampung air buangan yang sudah netral (equalization pond). Selanjutnya air
buangan tersebut dipakai untuk pengairan sawah-sawah sekitar kolam dan juga
digunakan untuk perikanan sebagai indikator terhadap air buangan.
e. Air buangan sanitasi
Air buangan sanitasi diolah di clow unit untuk proses stabilisasi untuk
kemudian akan dibuang ke sluge containment pond.
f. Air buangan mengandung oli bocoran dari pompa dan compresor
Air buangan yang mengandung minyak oli ditampung di bak-bak
penampung 2405 AC, 2405 AB dan 2404 AA. Dari bak-bak penampung tersebut
129
oli minyak oli dipompakan ke oil separator 2403 L untuk dipisahkan antara air
dan minyak oli.
PA
BURNING PIT
K.BIOLOGIS
P-9
AMMONIA
2404 J - C/D
REMOVAL
Ke K.Biologis
VENT
LS
OILY
SEPARATOR
P.III A/B
130
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Selama melaksanakan praktek kerja di PT.Pupuk Kujang Cikampek Dinas
Urea IA, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.
2.
a. Seksi Sintesa
Pada seksi ini urea diproduksi melalui reaksi eksotermis tinggi dari
ammonia dan karbondioksida membentuk ammonium karbamat.Kemudian
diikuti dengan dehidrasi endotermis ammonium karbamat membentuk urea.
b. Seksi Purifikasi
Pada seksi ini urea dipisahkan dari campuran reaksi. Excess ammonia,
ammonia karbamat, dan uap air akan dipisahkan dari campuran reaksi dalam
bentuk gas dengan cara thermal decomposition.
c. Seksi Recovery
Seksi ini berfungsi untuk mengabsorbsi gas- gas yang belum bereaksi
(hasil pemisahan di seksi purifikasi) untuk dikembalikan ke Reaktor Sintesa
Urea.
131
d. Seksi Kristalisasi
Seksi ini berfungsi untuk membentuk urea butiran dari larutan urea
yang berasal dari Gas Separator.
3.
4.
5.
6.2 Saran
Dari pengamatan setelah melaksanakan Praktek Kerja, kami dapat
memberikan saran yang mungkin bermanfaat antara lain:
1.
2.
132
DAFTAR PUSTAKA
Perry, R.H., 1984. Chemical Engineers Handbook, 6th edition, Mc Graw Hill
PT. Pupuk Kujang. 2010. Rekapitulasi Kekuatan Karyawan. Cikampek : Jawa
Barat
PT. Pupuk Kujang. 2011. Struktur Organisasi PT. Pupuk Kujang. Cikampek :
Jawa Barat
PT. Pupuk Kujang, Unit IA. 2010. P&I Diagram. Cikampek : Jawa Barat
PT. Pupuk Kujang. 2010. Rekaman Mutu Bahan Baku dan Bahan Pembantu.
Cikampek : Jawa Barat
LAMPIRAN
133