Anda di halaman 1dari 49

HALAMAN JUDUL

LAPORAN KARYA INOVASI GURU

ALAT UJI LARUTAN ELEKTROLIT DAN


NON ELEKTROLIT

OLEH:

YENI RONALISA SASELAH

NIP. 19810429 201001 2 013

Guru Mata Pelajaran Kimia

Tanggal 24 November 2014

UPTD SMK - SPPN SAMARINDA

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

i
SURAT PERNYATAAN DAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Yeni Ronalisa Saselah

NIP : 19810429 201001 2 013

NUPTK : - (masih dalam proses)

Jabatan : Guru Pertama/ Pengelola Laboratorium Kimia Fisika Biologi

Judul Laporan : Alat Uji Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit

menyatakan bahwa laporan ini asli hasil kerja sendiri, bukan jiplakan, dan belum

pernah dinilai pada lomba sejenis, baik di dalam maupun di luar Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan.

Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila di kemudian

hari terbukti tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan

oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Samarinda, 01 Desember 2014

Mengetahui,
Kepala UPTD SMK-SPP Negeri Samarinda Peserta Lomba,

Ir. Marfiatun, M. Si Yeni Ronalisa Saselah


NIP. 19810429 201001 2 013 NIP. 19810429 201001 2 013

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Illahi rabbi atas semua karunia-Nya

sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Hasil Karya Inovatif dengan tepat

waktu.

Laporan ini berisi paparan kegiatan kami dari pembuatan karya sampai

pelaksanaan pada praktikum kimia di sekolah. Besar harapan kami bahwa alat ini

dapat berguna untuk alat praktikum uji elektrolit pada sekolah mana saja, bukan

hanya di dekolah kami. Masukan dan saran yang membangun kami harapkan

untuk penyempurnaan alat ini kedepannya.

Laporan ini dapat selesai dengan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu

kami hendak menyampaikan rasa terima kasih sedalam-dalamnya kepada orang

tua, suami dan anak-anak kami yang yang selalu mendukung aktivitas kami

selama ini. Tak lupa kepada Ibu Kepala Sekolah yang selalu memberikan

pengarahan kepada kami dan teman-teman seperjuangan yang mengiringi hari-

hari kerja kami.

Samarinda, 1 Desember 2014

Peserta Lomba,

Yeni Ronalisa Saselah

NIP. 19810429 201001 2 013

iii
ABSTRAK

SASELAH, YENI RONALISA. Alat Uji Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit.
Laporan Karya Inovasi Guru. Samarinda: UPTD SMK-SPPN Samarinda, Tahun
2014.
Kami mengadakan alat peraga praktik (APP)
Kimia dengan cara merancang dan membuat APP
ABSTRACT Kimia sederhana buatan sendiri. Produk
pengembangan APP Kimia walaupun sederhana
We design by own self to make dalam tampilan fisik, tetapi dapat mendukung
prinsip kerja dan konsep Kimia yang
chemistry instrument for diajarkannya sehingga tidak menimbulkan
experiment. Our instrument is not miskonsepsi.
complicated, but good enough to Kami membuat suatu alat uji
make students understand about elektrolit dalam rangka mengadakan APP
concepts of chemistry. Kimia di sekolah . Tujuan pembuatan alat
We make instrument to test uji elektrolit ini adalah pertama,
electrolyte and non electrolyte membuat alat yang dapat digunakan pada
solution. The purposes are first, we praktikum untuk mengetahui daya hantar
can use it in the experiment in the listrik larutan. Kedua, peserta didik dapat
laboratory. Second, the students can lebih memahami tujuan pembelajaran
understand about electricity of the dan mencapai kompetensi dasar yang
solution. Therefore, they can reach diharapkan. Ketiga, Peserta didik dapat
competence standard of the semakin tertarik dengan pembelajaran
curriculum. Third, students are mata pelajaran kimia.
more insterested to learn chemistry. Ruang lingkup pembuatan alat uji larutan
This instruments included theree elektrolit ini adalah sebagai berikut. Pertama,
area. First, we use it in the penggunaan alat saat praktikum kimia yang
dilaksanakan di lingkungan belajar UPTD SMK-
chemistry learning process for SPP Negeri Samarinda kelas XI program studi
second grade students in the Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura dan
environment UPTD SMK-SPPN Agribisnis Tanaman Perkebunan. Kedua,
Samarinda. The second, the termasuk dalam standar kompetensi memahami
material included of competence sifat- sifat larutan non elektrolit dan elektrolit,
serta reaksi oksidasi reduksi dengan kompetensi
standard to understand the dasar membedakan larutan elektrolit dan non
characteristics of electrolyte and elektrolit. Ketiga, Tujuan pembelajaran setelah
non electrolyte solution, and melakukan praktikum ini siswa diharapkan
reduction and oxidation reaction. mampu menjelaskan perbedaan larutan elektrolit
Based of competence to diffrenciate dan non elektrolit berdasarkan sifat hantaran
listriknya diamati dengan benar dan menjelaskan
the electrolyte and non electrolyte ciri-ciri hantaran listrik dalam berbagai larutan
solution. The third, the learning disimpulkan berdasarkan hasil percobaan.
purposes are after the experiment, Kesimpulan yang dapat kami ambil
students can explain the diffrenciate adalah bahwa alat uji larutan elektrolit
of the electrolyte and non dan non elektrolit yang dibuat dapat
electrolyte solution by the digunakan pada praktikum untuk
mengetahui daya hantar listrik larutan.
Alat ini mudah dibawa kemana saja tanpa

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

SURAT PERNYATAAN DAN PENGESAHAN....................................................ii

KATA PENGANTAR............................................................................................iii

ABSTRAK.............................................................................................................iv

DAFTAR ISI..........................................................................................................iv

DAFTAR TABEL.................................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................viii

DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................1

B. Ruang Lingkup.......................................................................................5

C. Tujuan.....................................................................................................6

D. Dasar Teori.............................................................................................6

BAB II LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN...........................................20

A. Rancangan Alat.....................................................................................20

B. Proses Pembuatan Alat.........................................................................20

C. Pedoman Penggunaan Alat...................................................................22

D. Prosedur Penggunaan alat dalam Pembelajaran...................................22

E. Hasil yang diperoleh.............................................................................23

F. Evaluasi Kebermanfaatan Alat..............................................................24

BAB III LAPORAN HASIL.................................................................................27

A. Deskripsi Hasil Pembelajaran..............................................................27

v
B. Analisis Hasil Pembelajaran.................................................................28

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................30

A. Kesimpulan...........................................................................................30

B. Saran.....................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................31

LAMPIRAN - LAMPIRAN..................................................................................32

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbandingan sifat-sifat larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.

Tabel 2. Tabel perbedaan sifat dan pengamatan terhadap tiga jenis larutan.

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Gambar hantaran listrik.

Gambar 2. Rancangan alat

Gambar 3. Gambar rancangan rangkaian kutub positif dan negatif alat

Gambar 4. Gambar rangkaian kutub positif dan negatif alat

Gambar 5. Kerangka luar alat

Gambar 6. Alat yang sudah dirangkai

Gambar 7. Foto Tabel Hasil Praktikum

Gambar 8. Siswa menguji larutan sampel.

Gambar 9. Daya minat peserta didik kelas XI terhadap pembelajaran kimia

metode praktikum.

Gambar 10. Gambar kotak penyimpanan alat

Gambar 11. Gambar alat sebelum digunakan

Gambar 12. Gambar alat setelah dipasang baterai

Gambar 13. Pelaksanaan praktikum larutan elektrolit dan non elektrolit di

laboratorium

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Kerja Siswa

Lampiran 2. Analisis Hasil Belajar Siswa Kelas XI A

Lampiran 3. Analisis Hasil Belajar Siswa Kelas XI B

Lampiran 4. Analisis Hasil Belajar Siswa Kelas XI C

Lampiran 5. Hasil Penilaian Psikomotorik

Lampiran 6. Hasil Observasi Wawancara

Lampiran 7. Bio Data Peserta Lomba

Lampiran 8. Foto-foto

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu hal yang dinamis, selalu bergerak maju

mengikuti perkembangan masyarakat sebagai akibat dari kemajuan ilmu

pengetahuan, oleh karena itu pendidikan perlu mendapatkan perhatian, baik

dalam usaha pengembangan maupun peningkatan mutu pendidikan yang sesuai

dengan tuntutan masyarakat. Upaya dalam peningkatan kualitas pendidikan

diperlukan terobosan, baik dalam pengembangan kurikulum dan inovasi

pembelajaran. Faktor yang sangat mempengaruhi dalam meningkatkan kualitas

pendidikan yaitu guru dan siswa. Guru dituntut untuk membuat pembelajaran

menjadi lebih inovatif yang mendorong siswa dapat belajar secara optimal baik

secara mandiri maupun pembelajaran di kelas. Pembelajaran inovatif yang

mendorong siswa dapat belajar secara optimal dapat terlaksana dengan

penggunaan metode, strategi dan model pembelajaran yang efektif dan selektif

sesuai dengan konsep yang diajarkan.

Dunia pendidikan kita saat ini tengah mengalami krisis yang cukup serius.

Krisis ini tidak saja disebabkan oleh anggaran pemerintah yang sangat rendah

untuk membiayai kebutuhan vital dunia pendidikan kita, tetapi juga lemahnya

tenaga ahli, visi serta politik pendidikan nasional yang tidak jelas. Dalam

berbagai forum seminar muncul kritik; konsep pendidikan telah tereduksi

1
menjadi pengajaran, dan pengajaran lalu menyempit menjadi kegiatan di kelas.

Sementara yang berlangsung di kelas tak lebih dari kegiatan guru mengajar murid

dengan target target tertentu (Hidayat. 2006).

Pada level global, sekarang muncul kesadaran baru tentang pentingnya

pendidikan yang memberikan kepedulian pada ekologi (lingkungan). Kesadaran

ini didasari atas sebuah fakta, bahwa kemajuan ilmu pengetahuan yang bersifat

positif, yang muncul terutama pada ke-20, ternyata dinilai telah membawa

implikasi yang sangat serius berupa kehancuran ekosistem, baik lingkungan alam

maupun sosial (Hidayat. 2006).

Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal, secara sistematis

merencanakan bermacam-macam lingkungan, yakni lingkungan pendidikan yang

menyediakan berbagai kesempatan bagi peserta didik untuk melakukan berbagai

kegiatan belajar. Lingkungan tersebut disusun dan ditata dalam suatu kurikulum

yang pada gilirannya dilaksanakan dalam bentuk proses pembelajaran. Proses

pembelajaran akan berhasil dengan baik, jika berawal dari pengetahuan dan

pengalaman serta keterlibatan langsung dari peserta didik. Berdasarkan hal

tersebut maka seharusnya pendidik dan calon pendidik berupaya semaksimal

mungkin melibatkan siswa secara langsung dalam kegiatan belajar mengajar.

Tujuan pengajaran dapat dicapai dengan penggunaan model pembelajaran

yang optimal. Hal ini berarti, untuk mencapai kualitas pengajaran yang tinggi,

setiap mata pelajaran khususnya kimia harus diorganisasikan dengan model

pembelajaran yang tepat dan selanjutnya disampaikan kepada siswa dengan

model yang tepat pula. Model pembelajaran yang membuat siswa aktif berkerja

2
sama dalam proses pembelajaran baik secara emosional maupun sosial tanpa ada

perbedaan, sehingga siswa lebih aktif dan mampu mencapai hasil belajar yang

optimal.

Kebanyakan guru berbicara kurang lebih 100-200 kata per-menit. Namun

berapa banyak kata yang dapat siswa dengar, ini tergantung pada bagaimana

mereka mendengarkan. Jika siswa betul-betul konsentrasi, barangkali mereka

dapat mendengarkan antara 50-100 kata per-menit, atau setengah dari yang

dikatakan guru. Hal ini karena siswa sambil berfikir ketika mereka

mendengarkan. Sulit dibandingkan dengan seorang guru yang banyak bicara.

Barangkali para peserta didik tidak konsentrasi karena sangat sulit konsentrasi

secara terus-menerus dalam waktu lama, kecuali materi pelajarannya menarik

(Hidayat. 2006). De Porter, Bobbie dan Hernacki, Mike (2006) dalam

publikasinya yang terkenal berjudul Quantum Learning menyatakan bahwa

belajar dapat terjadi dengan cara 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang

kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan

dengar, 70% dari apa yang kita katakan dan 90% dari apa yang kita katakan dan

lakukan.

Proses pembelajaran aktif dengan menambahkan visual pada pelajaran

menaikkan ingatan dari 14% ke 38% (Pike, 1989). Penelitian itu juga

menunjukkan perbaikan sampai 200% ketika kosa kata diajarkan dengan

menggunakan dengan alas visual. Bahkan, waktu yang diperlukan untuk

menyampaikan konsep berkurang sampai 40% ketika visual digunakan untuk

menambah presentasi verbal. Sebuah gambar barangkali tidak bernilai ribuan

3
kata, namun tiga kali lebih efektif dari pada hanya kata-kata saja (Hidayat. 2006).

Dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007, tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi

Guru disebutkan bahwa salah satu kompetensi guru adalah guru harus dapat menyelenggarakan

pembelajaran yang mendidik dengan kompetensi inti dapat menyusun rancangan pembelajaran

yang lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun di lapangan dan

menggunakan media pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik.

Pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen merupakan salah

satu metode efektif untuk pembelajaran mata pelajaran kimia. Media

pembelajaran yang paling banyak digunakan di sekolah di samping buku adalah

alat dan bahan. Sehubungan dengan kegiatan pembelajaran kimia, alat yang

diperlukan adalah alat peraga praktik (APP) Kimia. Di sekolah APP Kimia dan

chemicals (bahan atau zat kimia) umumnya dibuat oleh pabrik (pabrikan),

droping pemerintah (Kemendiknas) atau pembelian alat dan bahan oleh sekolah

dengan ragam, dan jumlah masing-masing terbatas, sehingga guru Kimia dituntut

lebih kreatif dan inovatif dalam upaya mengadakan APP Kimia yang lebih

beragam serta dengan jumlah yang memadai untuk melaksanakan pembelajaran

Kimia.

Terlepas dari kondisi kelengkapan fasilitas laboratorium Kimia, pendidikan hendaknya dapat

terus diselenggarakan tanpa harus menunggu lengkapnya fasilitas. Oleh karena itu untuk menjaga

kelangsungan pendidikan Kimia melalui praktikum/eksperimen, perlu dikembangkan alternatif

alat peraga praktik (APP) Kimia yaitu APP sederhana (buatan sendiri) agar pembelajaran Kimia

dapat berjalan secara optimal.

Dalam upaya mengadakan APP Kimia tersebut, guru dan atau dengan peserta didik dapat

melakukan pengembangan dengan cara merancang dan membuat APP Kimia sederhana (buatan

sendiri). Produk pengembangan APP Kimia walaupun sederhana dalam tampilan fisik, tetapi

4
dapat mendukung prinsip kerja dan konsep Kimia yang diajarkannya sehingga tidak menimbulkan

miskonsepsi.

Atas dasar penjelasan di atas, penulis mengembangkan alat penguji larutan elektrolit yang

dapat digunakan pada praktikum larutan elektrolit dan larutan non elektrolit baik yang

dilaksanakan di laboratorium sekolah mau pun di lapangan.

B. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pembuataan alat uji larutan elektrolit ini adalah sebagai berikut.

1. Penggunaan alat saat praktikum kimia yang dilaksanakan di lingkungan belajar UPTD SMK-SPP Negeri

Samarinda kelas XI program studi Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura dan Agribisnis Tanaman

Perkebunan.

2. Termasuk dalam standar kompetensi memahami sifat- sifat larutan non elektrolit

dan elektrolit, serta reaksi oksidasi reduksi dengan kompetensi dasar

membedakan larutan elektrolit dan non elektrolit.

3. Tujuan pembelajaran setelah melakukan praktikum ini siswa diharapkan

mampu menjelaskan perbedaan larutan elektrolit dan non elektrolit berdasarkan sifat hantaran

listriknya diamati dengan benar dan menjelaskan ciri-ciri hantaran listrik dalam berbagai larutan

disimpulkan berdasarkan hasil percobaan.

C. Tujuan dan Manfaat

Tujuan umum pembuatan alat uji elektrolit ini adalah membuat alat yang

dapat digunakan pada praktikum untuk mengetahui daya hantar listrik larutan

sehingga peserta didik dapat semakin tertarik dengan pembelajaran mata

pelajaran kimia dan dapat digunakan oleh siapa saja yang yang ingin mengetahui

daya hantar listrik suatu larutan.

Tujuan khusus pembuatan alat uji elektrolit ini adalah peserta didik dapat

5
lebih memahami tujuan pembelajaran dan mencapai kompetensi dasar yang

diharapkan.

Manfaat yang diharapkan dari pembuatan alat bagi peserta didik adalah

secara umum dapat digunakan dalam pembelajaran praktikum larutan elektrolit

dan non elektrolit di sekolah. Sehingga mereka dapat memenuhi tujuan

pembelajaran dan mencapai standar kompetensi yang suda ditetapkan. Manfaat

bagi guru dan sesama guru adalah membuat pembelajaran menjadi lebih menarik

dan konkret sehingga lebih mudah difahami peserta didik.

D. Dasar Teori

1. Belajar

Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri

individu dengan individu, dan individu dengan lingkungannya sehingga

mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya (Suryosubroto,

1997). Menurut Slameto (1991) belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya. Suryosubroto (1997) menyatakan

bahwa belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan individu

yang belajar, perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkan

kemampuan baru yang berlaku dalam waktu relatif lama serta perubahan

itu didapatkan karena usaha.

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat

dikatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang baru secara

6
keseluruhan dari diri individu dengan lingkungannya sebagai hasil

pengalaman sendiri serta perubahan itu didapatkan karena usaha dan

berlaku dalam waktu yang relatif lama.

2. Proses Belajar Mengajar

Belajar mengajar adalah segala yang disengaja dalam rangka

memberikan kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar-

mengajar sesuai dengan tujuan yang dirumuskan. Sasaran akhir dari proses

pendekatan siswa adalah siswa belajar (Rusyan, 1989). Proses belajar

mengajar meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan,

pelaksanaan, kegiatan sampai evaluasi, dan program tindak lanjut yang

berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai pendekatan (Suryobrot,

1997).

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa proses

belajar-mengajar adalah suatu kegiatan yang saling berinteraksi antara guru

dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Proses belajar mengajar menurut Bruner, dalam proses belajar dapat

dibedakan menjadi tiga fase, yakni infromasi, transformasi dan evaluasi.

Informasi dalam tiap pelajaran kita peroleh sejumlah informasi, ada

yang menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperhalus

dan memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan dengan apa

yang telah kita ketahui sebelumnya, misalnya bahwa tidak ada energi yang

lenyap. Transformasi, informasi itu harus dianalisis, diubah atau

7
ditransformasi kedalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar

dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. Dalam hal ini bantuan guru

sangat diperlukan. Evaluasi, kemudian kita nilai hingga manakah

pengetahuan yang kita peroleh dan transformasi itu dapat dimanfaatkan

untuk memahami gejala-gejala lain (Nasution, 2011).

Sikap, idealisme, minat, dan selera adalah dasar tujuan khusus ranah

afektif dan merupakan suatu kualitas emosi yang penting. Tidak ada

salahnya dengan emosi ini, jika dikendalikan dan diarahkan dengan baik.

Kenyataan bahwa ada aspek yang sangat penting, namun sering diabaikan

yaitu kegagalan dalam mengembangkan respons emosional yang terkendali

terhadap situasi yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Emosi adalah

faktor yang sangat penting dalam pendidikan karena emosi cenderung

menentukan apa yang dilakukan orang terhadap suatu hal. Emosi juga

memberikan warna, semangat, dan kebahagiaan hidup.

3. Hasil Belajar

Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan

menghasilkan hasil belajar. Didalam proses pembelajaran, guru sebagai

pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang

besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan peserta didik

dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor intern dari siswa itu sendiri.

Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti

setiap peserta didik mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik,

8
sebab hasil belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam mencapai

tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang

baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan

terjadinya hasil belajar yang baik.

Hasil belajar merupakan kemapuan yang diperoleh individu setelah

proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku

baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan mahasiswa sehingga

menjadi lebih baik dari sebelumnya. Hasil belajar kimia merupakan tingkat

kemampuan yang dapat dikuasai dari materi yang telah diajarkan mencakup

tiga kemampuan sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Bloom di dalam

Sudjana (2009) bahwa tingkat kemampuan atau penugasan yang dikuasai

oleh siswa mencakup tiga aspek, yaitu :

a. Kemampuan kognitif (cognitive domain) adalah kawasan yang

berkaitan dengan aspek-aspek intelektual atau secara logis yang biasa

diukur dengan pikiran atau nalar. Hal ini terdiri dari:

1) Pengetahuan (Knowledge), mencakup ingatan akan hal-hal yang

pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan.

2) Pemahaman (Coprehension), mengacu pada kemampuan memahami

makna materi.

3) Penerapan (Application), mengacu pada kemampuan menggunakan

atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru

dan menyangkut penggunaan aturan dan prinsip.

4) Analisis (Analysis), mengacu pada kemampuan menguraikan materi

9
ke dalam komponen-komponen atau faktor penyebabnya, dan

mampu memahami hubungan diantara bagian yang satu dengan

lainnya sehingga struktur dan aturan dapat lebih dimengerti.

5) Sintesis (Synthesis), mengacu pada kemampuan memandukan

konsep atau komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola

struktur atau bentuk baru.

6) Evaluasi (Evaluation), mengacu pada kemampuan memberikan

memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan

tertentu.

b. Kemampuan afektif (The affective domain) adalah kawasan yang

berkaitan dengan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat,

sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya. Hal ini terdiri dari:

1) Kemampuan menerima (Receiving), mengacu pada kesukarelaan

dan kemampuan memperhatiakan respon terhadap simulasi yang

tepat.

2) Sambutan (Responding), merupakan sikap siswa dalam memberikan

respon aktif terhadap stimulus yang datang dari luar, mencakup

kerelaan untuk memperhatiakan secara aktif dan berpartisipasi dalam

suatu kegiatan.

3) Penghargaan (Valueving), mengacu pada penilaian atau pentingnya

kita mengaitkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-

reaksi menerima, menolak, atau tidak memperhitungkan. Tujuan-

tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi sikap yang apresiasi.

10
4) Pengorganisasian (Organizing), mengacu pada penyatuan nilai

sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan.

5) Karakteristik nilai (Characterization by value), mencakup

kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian

rupa, sehingga menjadi milik pribadi dan menjadi pegangan nyata

dan jelas dalam mengatur kehidupannya.

c. Kemampuan psikomotor (The psychomotor domain) adalah hal yang

berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi

sistem syaraf dan otot dan fungsi psikis. Hal ini terdiri dari:

1) Persepsi (Perseption), mencakup kemampuan untuk mengadakan

diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih,

berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-

masing rangsangan.

2) Kesiapan (Ready), mencakup kemampuan untuk menempatkan

dirinya dalam keadaan akan memulai sesuatu gerakan atau rangkaian

gerakan.

3) Gerakan terbimbing (Guidance response), mencakup kemampuan

untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh

yang diberikan.

4) Gerakan yang terbiasa (Mechanical response), mencakup

kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan

lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi

contoh yang diberikan.

11
5) Gerakan kompleks (Complexs response), mencakup kemampuan

untuk melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri atas beberapa

komponen dengan lancar, tepat, dan efisien.

6) Penyesuaian pola gerak (Adjusment), mencakup kemampuan untuk

mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan

kondisi setempat atau dengan menunjukkan suatu taraf keterampilan

yang telah mencapai kemahiran.

7) Kreatifitas (Creativity), mencakup kemampuan untuk melahirkan

aneka pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakasa dan

sendiri.

Menurut Dalyono (2009), berhasil atau tidaknya seseorang

dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi

pencapaian hasil belajar yaitu sebagai berikut :

a. Faktor internal, yaitu faktor yang datang dari diri siswa sendiri.

Yang termasuk faktor intenal adalah seperti kesehatan, intelegensi

dan bakat, minat dan motivasi, serta cara belajar.

b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang datang dari luar diri siswa.

Yang termasuk faktor eksternal adalah seperti keluarga, sekolah,

masyarakat dan lingkungan sekitar.

(Dalyono, 2009)

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Individu yang belajar akan

memperoleh hasil dari apa yang telah dipelajari selama proses belajar itu.

12
Hasil belajar yaitu suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar,

bukan hanya perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga untuk

membentuk kecakapan, kebiasaan, pengertian, penguasaan, dan penghargaan

dalam diri seseorang yang belajar. Menurut Purwanto (1990), evaluasi dalam

pendidikan adalah penafsiran atau penilaian terhadap pertumbuhan dan

perkembangan siswa menuju kearah tujuan-tujuan dan nilai-nilai yang

ditetapkan dalam kurikulum. Hasil penilaian ini pada dasarnya adalah hasil

belajar yang diukur. Hasil penilaian dan evaluasi ini merupakan umpan balik

untuk mengetahui sampai dimana proses belajar mengajar yang telah

dilaksanakan.

4. Model Pembelajaran Keterampilan (suatu penerapan pada belajar

praktikum di laboratorium)

Teori belajar praktik sebenarnya tidak berbeda dengan teori belajar

pada umumnya. Namun, teori belajar praktik memiliki kekhususan karena

biasanya dapat diukur melalui observasi, dan konotasi belajar praktik adalah

belajar keterampilan. (Uno, Hamzah B, 2008)

Thorndike, salah satu seorang pendiri aliran tingkah laku,

mengemukakan bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang

mungkin berupa pikiran, perasaan, atau gerakan). Jelasnya, menurut

Thorndike, perubahan tingkah laku boleh berwujud sesuatu yang konkret

(dapat diamati), atau yang nonkonkret (tidak bisa diamati).

Dalam hubungan dengan belajar praktik, perubahan tingkah laku yang

ditampakkan siswa akan dapat dilihat secara konkret atau dapat diamati.

13
Pengamatan ini dapat diwujudkan dalam bentuk gerakan yang dilakukan

terhadap suatu objek yang dikerjakannya. Seorang guru memberikan

perintah kepada siswa untuk melakukan kegiatan praktik merupakan

“stimulus” dan siswa dengan menggunakan pemikirannya melakukan

kegiatan praktik merupakan “respon” yang hasilnya langsung dapat diamati.

Dengan demikian, kegiatan belajar yang tampak dalam teori belajar tingkah

laku dalam pandangan Thorndike mengarah pada hasil belajar langsung,

atau tingkah laku yang ditampilkannya.

Menurut Uno, Hamzah B (2008: 193) ada dua perspektif teoretis yang

berbeda tentang belajar keterampilan. Pertama, teori Stimulus-Response (S-

R), sebagaimana telah dikemukakan, yang menunjukkan bahwa performa

terampil berasal dari rantai unit-unit S-R diskrit dan dipelajari terpisah.

Kedua, teori pemrosesan informasi kognitif. Para peneliti menunujukkan

bahwa suatu program motor (gerak) hierarkis bukanlah suatu unit rantai

Stimulus-Respon, tetapi ia dipelajari secara internal.

Hal ini tampak dalam kegiatan belajar keterampilan yang secara tidak

disadari terjadi suatu rangkaian stimulus-respon. Dalam belajar suatu

keterampilan, gerakan-gerakan diperbaiki melalui praktik-praktikyang

dipandu oleh suatu program keterampilan. Model dan rencana juga berubah

selama jalannya belajar keterampilan. Itulah sebabnya pembelajaran yang

didasarkan pada pendekata teoritis ini menuntut guru untuk mampu

mengkomunikasikan program itu kepada para siswa, menganalisis

14
keterampilan ke dalam komponen-komponennya, mendiagnosis kinerja

siswa dan membimbing praktik.

5. Konsep Larutan

Larutan adalah campuran homogen (komposisinya sama), serba sama

(ukuran partikelnya), tidak ada bidang batas antara zat pelarut dengan zat

terlarut (tidak dapat dibedakan secara langsung antara zat pelarut dengan zat

terlarut), partikel- partikel penyusunnya berukuran sama (baik ion, atom,

maupun molekul) dari dua zat atau lebih.

Dalam larutan fase cair, pelarutnya (solvent) adalah cairan, dan zat yang

terlarut di dalamnya disebut zat terlarut (solute), bisa berwujud padat, cair,

atau gas. Dengan demikian, larutan = pelarut (solvent) + zat terlarut (solute).

Khusus untuk larutan cair, maka pelarutnya adalah volume terbesar. (Brady,

James E. 1999)

Brady, James E dalam Kimia Universitas (1999: 167-169) membagi

larutan menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut.

a) Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut)

kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan

kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi

dengan pereaksi (masih bisa melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi

apabila bila hasil kali konsentrasi ion < Ksp berarti larutan belum jenuh

( masih dapat larut).

b) Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang

larut dan mengadakan kesetimbangn dengan solut padatnya. Atau dengan

15
kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan

pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila

bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat jenuh.

c) Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu suatu larutan yang

mengandung lebih banyak solute daripada yang diperlukan untuk larutan

jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat

terlarut sehingga terjadi endapan. Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila

hasil kali konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat jenuh (mengendap).

Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut, larutan dapat dibedakan

menjadi 2, yaitu: a) Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung relatif

lebih banyak solute dibanding solvent. b) Larutan encer yaitu larutan yang

relatif lebih sedikit solute dibanding solvent.

Bila zat terlarut dalam fasa cair seperti alkohol maka teknik yang

digunakan adalah dengan pengenceran. Aturan umum yang digunakan

adalah dengan menemukan konsentrasi larutan encer yang diperlukan,

kemudian tambahkan sejumlah pengencer untuk menjadi volume

keseluruhan sampai kepada nilai angka larutan awal (pekat) sebelum

diencerkan.

a. Perbedaan Larutan Berdasarkan Daya Hantar Listrik

Keterangan mengenai elektrolit pertama kali diberikan oleh Svante

Arrhenius, ahli kimia terkenal dari Swedia. Sangatlah menarik untuk

disimak bahwa hampir saja ia tak diberikan gelar doktornya pada tahun 1884

di Universitas Upsala, Swedia, karena mengemukakan hal ini.

16
Bagaimanapun teorinya tetap bertahan sampai kini, karena telah

menerangkan dengan sukses mengenai sifat larutan garam. (Brady, James E.

1999)

Berdasarkan daya hantar listriknya, larutan terbagi menjadi 2 golongan

yaitu larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.

Tabel 1. Perbandingan sifat-sifat larutan elektrolit dan larutan non elektrolit

Larutan Elektrolit Larutan Non Elektrolit


1. Dapat menghantarkan listrik. 1. Tidak dapat menghantarkan listrik

2. Terjadi proses ionisasi 2. Tidak terjadi proses ionisasi (terurai


menjadi ion-ion)

3. Lampu dapat menyala terang 3. lampu tidak menyala dan tdak ada
atau redup dan ada gelembung gas gelembung gas.

Contoh: Contoh :
Garam dapur (NaCl) Larutan gula (C12H22O11)
Cuka dapur (CH3COOH) Larutan urea (CO NH2)2
Air accu (H2SO4) Larutan alkohol C2H5OH (etanol)
Garam magnesium (MgCl2) Larutan glukosa (C6H12O6)

Adakah pengaruh daya hantar listrik dengan jenis zat tersebut? Seorang

ahli kimia dari Swedia (1887), Svante August Arrhenius (1859 – 1927)

menjelaskan bahwa larutan elektrolit mengandung atom-atom bermuatan

listrik (ion-ion) yang bergerak bebas, hingga mampu untuk menghantarkan

arus listrik melalui larutan. Contoh : larutan HCl.

Tabel 2. Tabel perbedaan sifat dan pengamatan terhadap tiga jenis larutan.

Jenis Sifat dan Pengamatan Contoh Senyawa Reaksi Ionisasi


Larutan Lain

Elektrolit terionisasi sempurna NaCl, HCl, NaCl → Na+ + Cl-


kuat menghantarkan arus listrik NaOH dan H2SO4 NaOH → Na+ + OH
lampu menyala terang KCl H2SO4 → 2H+ + SO42-
terdapat gelembung gas KCl → K+ + Cl-

17
Elektrolit terionisasi sebagian CH3COOH, CH3COOH → H++
lemah menghantarkan arus listrik NH4OH CH3COO-
lampu menyala redup HCN dan Al(OH)3 HCN → H+ + CN-
terdapat gelembung gas Al(OH)3 → Al3+ + 3OH-

Non tidak terionisasi C6H12O6, C12H22O11 C6H12O6


elektrolit tidak menghantarkan arus CO(NH2)2 dan C12H22O11
listrik C2H5OH C2H5OH
lampu tidak menyala
tidak terdapat gelembung
gas

b. Penyebab Larutan Elektrolit dapat Menghantarkan Listrik

Gambar 1. Gambar hantaran listrik

Sebagai contoh larutan elektrolit adalah HCl. Larutan HCl di dalam air

mengurai menjadi kation (H+) dan anion (Cl-). Terjadinya hantaran listrik

pada larutan HCl disebabkan ion H+ menangkap elektron pada katoda

dengan membebaskan gas Hidrogen (H2). Sedangkan ion-ion Cl- melepaskan

elektron pada anoda dengan menghasilkan gas klorin (Cl 2). Perhatikan

gambar di atas.

18
BAB II

LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN

A. Rancangan Alat

19
Gambar 2. Rancangan alat

B. Proses Pembuatan Alat

Proses pembuatan alat ini kami uraikan sebagai berikut.

1. Membuat tempat duduk lampu LED.

2. Membuat rangkaian kabel, lampu LED, baterai dan elektrode karbon.

Kabel yang menghubungkan kutub positif dari lampu menuju batang

karbon yang berfungsi sebagai kutub positif. Kutub negatif dari lampu

LED dihubungkan ke kutub positif baterai. Kutub negatif baterai

dihubungkan ke batang karbon yang berfungsi sebagai kutub negatif.

20
Dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Gambar rancangan rangkaian kutub positif dan negatif alat.

Gambar 4. Gambar rangkaian kutub positif dan negatif alat.

3. Membuat kerangka luar alat dari

21
bahan pipa paralon.

Gambar 5. Kerangka luar alat.

4. Membuat batas pencelup pada batang karbon.

5. Membuat tutup lampu yang tembus cahaya dari tempat bekas jelly.

6. Membuat penutup luar batang karbon.

Gambar 6. Alat yang sudah dirangkai.

C. Pedoman Penggunaan Alat

Cara menggunakan alat ini cukup sederhana dan praktis. Pertama, dengan

membuka masing-masing penutup alat yang terletak di bagian ujung kanan dan

kiri alat. Anda akan melihat lampu dan elektrode. Kedua, celupkan alat ke larutan

contoh. Setiap selesai dicelupkan, ujung elektrode harus disemprot dengan

aquades dan dilap memakai lap/ tisu agar tidak ada larutan yang tertinggal.

Ketiga, setelah selesai digunakan, tutup kembali alat dan simpan ke dalam kotak

alat.

22
D. Prosedur Penggunaan alat dalam Pembelajaran

Alat penguji elektrolit ini kami gunakan dalam pembelajaran kimia metode

eksperimen sehingga peserta didik melaksanakan praktikum di laboratorium.

Prosedur penggunaan alat ini adalah sebagai berikut.

1. Sediakan larutan-larutan yang akan diuji di gelas kimia. Siapkan alat penguji

dengan membuka tutup alat penguji.

2. Celupkan alat uji elektrolit pada masing-masing larutan.

3. Ingatlah untuk selalu membersihkan elektroda yang sudah dicelupkan pada

larutan elektrolit dengan kertas tisu agar hasil uji akurat.

4. Catatlah hasil percobaan dalam tabel hasil percobaan di dalam jurnal

praktikum yang telah dibuat.

E. Hasil yang diperoleh

Praktikum dilaksanakan pada saat jam mata pelajaran kimia dengan durasi

waktu 2 jam pelajaran (2 x 45 menit). Lembar kerja siswa sudah disediakan dan

peserta didik harus mengisi lembar kerja tersebut. Lembar kerja dikumpul setelah

melaksanakan praktikum. Evaluasi koginitf yang berupa ulangan harian

dilaksanakan setelah pembahasan hasil praktikum di kelas. Evaluasi psikomotorik

dilakukan melalui kegiatan observasi (lembar observasi dapat dilihat pada

lampiran)

Setelah melakukan praktikum di laboratorium peserta didik dapat mengisi

tabel hasil pengamatan. Conto hasil tabel pengamatan yang sudah di isi dapat

dilihat dari gambar berikut ini.

23
Gambar 7. Tabel Hasil Praktikum

E. Evaluasi Kebermanfaatan Alat

Berdasarkan buku “Pedoman Pembuatan Alat Peraga Kimia Sederhana untuk SMA “ (2011:

11-12). Evaluasi kebermanfaatan/ keberhasilan produk hasil pembuatan/ pengembangan alat

peraga praktik IPA sederhana dapat diuraikan sebagai berikut.

Untuk mengevaluasi keberhasilan produk hasil pembuatan atau pengembangan alat peraga

praktik IPA sederhana yang merupakan inovasi/kreativitas guru dan/atau peserta didik, dapat

menggunakan minimal lima aspek utama agar memeperoleh alat peraga sederhana yang dianggap

mempunyai tampilan yang memadai.

Pertama, akurasi hasil pengukuran, artinya alat peraga praktik yang dikembangkan tersebut

presisi dalam memperagakan suatu fenomena alam. Alat penguji elektrolit ini digunakan untuk

menguji apakah suatu larutan tergolong elektrolit kuat, elektrolit lemah atau non elektrolit yang

dapat diamati pada alat dengan melihat nyalanya lampu dan ada tidaknya gelembung air pada

elektroda ketika alat dicelupkan di larutan. Sehingga peserta didik dapat memahamai peristiwa

24
hantaran dan mana dikatakan gelembung udara (banyak, sedikit atau tidak ada gelembung).

Sehingga tidak menimbulkan salah konsep atau pengertian.

Kedua, bernilai pendidikan bagi peserta didik. Peserta didik dapat mengkaji fenomena

hantaran listrik dalam larutan melalui alat penguji elektrolit. Dengan menggunakan alat penguji

elektrolit, peserta didik dimungkinkan secara berulang-ulang, memperlambat, mempercepat,

terbuka memperlihatkan fenomena tersebut.

Ketiga, tidak mengandung faktor resiko (zero-risk) bagi peserta didik yang menggunakan

alat peraga tersebut. Pada alat penguji eletrolit yang kami buat tidak mengandung resiko yang

dapat berupa adanya bagian yang tajam/membahayakan, kemungkinan jatuh/terbakar menimpa

peserta didik, tersengat istrik.

Keempat, life-time atau lama-pakai alat peraga. Alat penguji elektrolit ini diusahakan

terbuat dari bahan yang relatif dapat dipakai lama atau secara berulang-ulang. Dengan demikian,

alat penguji elektrolit hasil proses kreatif ini tidak sekali pakai langsung habis. Alat ini juga dibuat

simple sehingga dapat digunakan dimana saja.

Kelima, bernilai estetika tinggi. Walaupun hanya sebagai alat peraga praktik yang

digunakan dalam laboratorium, alat penguji elektrolit ini mempunyai penampilan yang bernilai

seni, tanpa mengurangi kinerja alat peraga tersebut. Dan menggunakan barang-barang bekas.

Keenam, ketersediaan bahan baku alat peraga praktik di sekitar sekolah.

Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan alat uji elektrolit ini, untuk

beberapa bagian seperti kabel dan batang karbon sebagai elektroda tersedia di

laboratorium, sedangkan untuk pipa paralon dapat diperoleh di lingkungan

sekolah bekas perbaikan instalasi di sekolah, dan bekas tempat jelly dapat di

ambil di kotak sampah.

Dari hasil observasi kami tentang kegunaan alat terhadap peserta didik

semua responden mengatakan alat penguji elektrolit ini berguna untuk

mendeteksi daya hantar listrik larutan sehingga peserta didik dapat mengamati

25
secara langsung peristiwa hantaran listrik dan meilaht gejala-gejala yang timbul

pada alat ketika larutan dapat menghantarkan listri. Dan dapat diaplikasikan pada

larutan contoh.

Tentang mudah tidaknya alat ini digunakan, semua respoonden berpendapat

bahwa alat ini sederhana dan sangat mudah digunakan karena tinggal dicelupkan

ke larutan contoh dan dapat dibawa kemana saja tanpa merusak alat.

BAB III
LAPORAN HASIL

A. Deskripsi Hasil Pembelajaran

Praktikum dilaksanakan pada saat jam

mata pelajaran kimia dengan durasi waktu 2

jam pelajaran (2 x 45 menit). Praktikum

dilaksanakan per kelompok. Setiap kelompok

beranggotakan kurang lebih 6 orang peserta

didik. Pada pertemuan sebelumnya sudah

26
diberitahukan untu mempelajari lembar kerja siswa dan membawa alat dan

bahan-bahan praktik untuk pelaksanaan praktikum.

Pada permulaan siswa mendapat pengarahan dari guru mata pelajaran.

Kemudian masing-masing ketua kelompok mengambil bon peminjaman alat

kepada guru. Setelah menuliskan alat yang akan dipinjam, ketua kelompok

mengembalikan bon peminjaman alat dan mengambil alat yang dipinjam.

Lembar kerja siswa sudah disediakan dan peserta didik harus mengisi lembar

kerja tersebut. Lembar kerja dikumpul setelah melaksanakan praktikum berupa

laporan praktikum. Evaluasi yang dilakukan berupa evaluasi kognitf, evaluasi


Gambar 8. Siswa menguji larutan sampel.
psikomotorik dan evaluasi afektif. Evaluasi koginitf yang berupa laporan

praktikum dan ulangan harian dilaksanakan setelah pembahasan hasil praktikum

di kelas. Evaluasi psikomotorik dan evaluasi afektif dilakukan melalui kegiatan

observasi (lembar observasi dapat dilihat pada lampiran).

B. Analisis Hasil Pembelajaran

Evaluasi hasil pembelajaran kami lakukan dengan cara berikut ini. Pertama,

evaluasi kognitif. Hasil yang kami peroleh berupa nilai laporan praktikum, nilai

tugas dan nilai ulangan harian. Hasil yang kami peroleh sangat bagus. Peserta

didik mampu melaksanakan tugas yang diberikan dan menjawap pertanyaan yang

diberikan. Jumlah soal ulangan harian adalah lima buah dengan bentuk soal

essay.

Kami melakukan analisis hasil ulangan harian dari tiga kelas yang dapat

kami uraikan berikut ini.

27
1. Kelas XI A Program Studi Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura

ketuntasan belajar 94 % dan tidak tuntas 6 %.

2. Kelas XI B Program Studi Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura

ketuntasan belajar 100 %.

3. Kelas XI C Program Studi Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura

ketuntasan belajar 89 % dan tidak tuntas 11 %.

Kedua, evaluasi psikomotorik kami lakukan melalui lembar observasi

melalui pengamatan kinerja dalam kelompok. Hasil observasi dapat dilihat pada

lampiran 5. Ketiga, evaluasi sikap/ penilaian diri kami laksanakan observasi

dengan lima pertanyaan sebagai berikut ini.

1. Menyukai pembelajaran praktik/eksperimen


2. Mampu memahami larutan elektrolit dan non elektrolit
Pembelajaran larutan elektrolit dan non elektrolit kreatif dan
3. menyenangkan

4. Sudah mampumembedakan larutan elektrolit dan non elektrolit


5. Mendapatkan pengetahuan dan keterampilan baru
Kami menggunakan 104 reponden yang berasal dari kelas XI A, X B dan XI

C untuk mengetahui daya minat siswa terhadap pembelajaran kimia metode

praktikum. Menghasilkan bahwa semua siswa pada umumnya (97, 6 % dari 104

persta didik) meyukai pembelajaran dengan metode praktikum. Dapat kita dilihat

pada tabel berikut.

28
Gambar 9. Daya minat peserta didik kelas XI terhadap pembelajaran kimia

metode praktikum

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Alat uji larutan elektrolit dan non elektrolit yang dibuat dapat digunakan

pada praktikum untuk mengetahui daya hantar listrik larutan. Alat ini mudah

dibawa kemana saja tanpa takut rusak.

2. Peserta didik menjadi lebih tertarik dengan pembelajaran kimia. Hasil

observasi menghasilkan bahwa semua siswa pada umumnya (97, 6 % dari

104 persta didik) menyukai pembelajaran kimia metode praktikum.

B. Saran

1. Guru mata pelajaran lebih kreatif untuk merangsang kreatifitas siswa agar

mampu membuat alat-alat uji lainnya.

2. Kepada pihak sekolah agar bisa menyelenggarakan lomba karya inovasi guru

29
untuk membangkitkan kemampuan menulis guru dan mendokumentasikan

hasil-hasil karya inovasi guru.

DAFTAR PUSTAKA

Brady, James E. 1999. Kimia Universitas: Asas & Strukur. Jilid 1. Edisi ke 5.
Jakarta: Bumi Aksara.

De Porter, Bobbi dan Hernacki, Mike. 2006. Quantum Learning: Membiasakan


Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.

Dalyono. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Direktorat Pembinaan SMA. 2011. Pedoman Pembuatan Alat Peraga Kimia


Sederhana untuk SMA. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan.

Nasution. 2011. Tekhnologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Romdhoni. (2011). Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit. Tanggal diakses: 29


November 2014. Sumber: http://romdhoni.staff.gunadarma.ac.id.

Rusyan, A. Tabrani. 1989. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar.

30
Bandung: Remadja Karya.

Slameto. 2010. Belajar & Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka


Cipta.

Sudjana, Nana, Ibrahim. 2009. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:


Sinar Baru Algesindo.

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.

Suryabrata, Sumadi. 2007. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Uno, Hamzah B. 2008. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Yusuf, Farida. 2008. Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk Program
Pendidikan dan Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Lampiran 1
LEMBAR KERJA SISWA

PRAKTIKUM DAYA HANTAR LISTRIK

A. Tujuan Praktikum

1. Mengamati gejala – gejala hantaran listrik melalui larutan

2. Menyelidiki perbedaan larutan elektrolit dan nonelektrolit

3. Mengamati perbedaan elektrolit kuat (daya hantar baik), elektrolit lemah

(daya hantar buruk) dan non elektrolit

B. Alat dan Bahan

31
1. Alat penguji elektrolit 6. Larutan asam klorida

2. Gelas kimia 50 ml 7. Air kolam

3. Air suling 8. Larutan natrium hidroksida

4. Larutan garam dapur 9. Larutan gula

5. Larutan asam cuka 10. Air ledeng

C. Cara Kerja

1. Susunlah alat penguji elektrolit sehingga berfungsi dengan baik

2. Masukkan 50 ml larutan yang akan diuji ke dalam gelas kimia kemudian uji

daya hantarnya. Catat apakah lampu menyala atau timbul gelembung pada

elektrode.

3. Bersihkan electrode dengan air dan keringkan. Kemudian dengan cara yang

sama ujilah daya hantar larutan lain yang tersedia

D. Hasil Pengamatan

Ada Gelembung /
Larutan Yang diuji Lampu Menyala / tidak
Tidak
Air suling

Air sumur

Larutan HCl

Asam cuka

Larutan NaOH

Larutan NaCl

Larutan Gula

32
Setelah melakukan percobaan. Cobalah Anda jawab pertanyaan-pertanyaan

berikut dan jangan lupa berdiskusi dengan teman-temanmu ini.

1. Cobalah amati dengan seksama, apa yang terjadi pada lampu dan batang

elektroda, adakah perubahan?

2. Diantara bahan yang diuji, zat manakah yang dapat menghantarkan arus

listrik dan yang tidak dapat menghantarkan listrik.

3. Buatlah definisi tentang larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.

4. Diantara larutan elektrolit di atas, manakah zat terlarutnya yang tergolong

(a) ikatan ion; (b) ikatan kovalen.

E. Pertanyaan

1. Gejala apakah yang menandai lantara listrik melalui larutan

2. Kelompokkan bahan- bahan yang diuji ke dalam larutan elektrolit dan

nonelektrolit

3. Kelompokkan bahan yang diuji ke dalam elektrolit kuat ( daya hantar baik

sehingga lampu menyala terang) dan elektrolit lemah (daya hantar buruk

sehingga lampu menyala redup atau tidak menyala tetapi menghasilkan

gelembung )

KUIS KEGIATAN PRAKTIKUM

NAMA : ……………………………………
KELAS : ……………………………………
KELOMPOK : ……………………………………

33
Jawablah Pertanyaan di bawah ini !

1. Tulislah judul kegiatan praktikum yang akan anda lakukan

…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………...
2. Tuliskan tujuan praktikum yang akan anda lakukan

…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………...
3. Sebutkan alat dan bahan yang akan digunakan

…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………...
4. Tulis dengan kata – kata sendiri urutan langkah kerja praktikum tersebut

…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………

34
Lampiran 7. Bio Data Peserta Lomba

1 Nama Yeni Ronalisa Saselah


2 NIP 19810429 201001 2 013
3 NUPTK - (Masih dalam proses)
4 Jabatan Guru Pertama/ Pengelola Laboratorium Kimfisbio
5 Pangkat/ Gol/ Ruang Penata Muda/ III-A
6 Tempat Tanggal Lahir Samarinda, 29 April 1981
7 Jenis Kelamin Perempuan
8 Agama Islam
9 Mata Pelajaran yang Kimia
Diajarkan
10 Masa Kerja Guru **) 9 tahun 3 bulan
11 Judul Karya Tulis Alat Uji Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
12 Pendidikan Terakhir Pasca Sarjana
13 Fakultas/ Jurusan ***) Manajemen Pendidikan
14 Status Perkawinan Kawin/ Belum Kawin ****)
15 Sekolah

35
a. Nama Sekolah UPTD SMK - SPPN Samarinda
b. Jalan Jl. Thoyyib Hadiwijaya
c. Kelurahan/ Desa Sempaja
d. Kecamatan Samarinda Utara
e. Kabupaten Kota Samarinda
f. Provinsi Kalimantan Timur
g. Telepon (0541) 251021
16 Alamat Rumah
a. Jalan Jl. A. M. Sangaji Gang 16 No 23
b. Kelurahan/ Desa Bandara
c. Kecamatan Sungai Pinang
d. Kabupaten Kota Samarinda
e. Provinsi Kalimantan Timur
f. Telepon 0852 5087 1185
17 Kegiatan Peningkatan a. Workshop Workshop Implementasi Learning
Management System 2012 di UPTD SMK-
profesionalitas Guru
SPPN Samarinda
yang pernah diikuti b. Workshop Pelatihan Pengembangan
Pemanfaatan Tekhnologi Informasi 2013 di
*****)
UPTD SMK- SPPN Samarinda
c. Implementasi Kurikulum 2013 Mapel Kimia
Dinas Pendidikan Kota Samarinda
d. Diklat Bahasa Inggris Bandiklat Pemprov
Kaltim 2014 di Balai Bahasa Unmul
e. English For Academic Purpose Program 2014 di
The University of Adelaide, South Australia
18 Kegiatan lomba Guru 1. Lomba Karya Ilmiah Guru KementrianPertanian
yang pernah diikuti 2014
2. Lomba Guru Berprestasi Kementrian Pertanian
2014 masuk 6 besar dipanggil ke Jakarta.

Samarinda, 01 Desember 2014

Mengetahui,
Kepala UPTD SMK-SPP Negeri Samarinda Peserta Lomba,

Ir. Marfiatun, M. Si Yeni Ronalisa Saselah


NIP. 19810429 201001 2 013 NIP. 19810429 201001 2 013
36
*) Dapat ditulis bagi yang memiliki
**) SK CPNS/ Surat Keputusan Menjadi Guru Tetap dari Yayasan
***) Kalau Ada

****) Coret salah satu


*****) Dapat ditulis di kertas sendiri
Lampiran 8. Foto-foto

37
Gambar 10. Gambar kotak penyimpanan alat

Gambar 11. Gambar alat sebelum digunakan

Gambar 12. Gambar alat setelah dipasang baterai

38
39
Gambar 13. Pelaksanaan praktikum larutan elektrolit dan non elektrolit di

laboratorium.

40

Anda mungkin juga menyukai