Dinas Urea I A
PT. PUPUK KUJANG CIKAMPEK (PERSERO)
CIKAMPEK JAWA BARAT
Disusun Oleh :
Ari Widiyanti (2009430046)
Revika Nurbayani Syabaan (2009430070)
TEKNIK KIMIA
UNIVERSITA MUHAMMADIYAH JAKARTA
JAKARTA
2012
Praktikan/ NIM
Dosen
( Ir. Hartini HS )
ABSTRAK
PT . Pupuk Kujang adalah sebuah BUMN yang didirikan pada
tanggal 9 Juni 1975, pendirian PT. Pupuk Kujang mulai berproduksi
secara komersial pada tanggal 1 April 1979 yang terletak di desa
Dawuan Cikampek Jawa Barat.
Bahan yang digunakan untuk memproduksi urea yaitu amonia
cair dan gas karbondioksida. Proses yang dipakai dalam pembuatan
urea adalah proses Mitsui Toatsu Total Recycle C Improved yang terdiri
dari empat buah seksi yaitu: seksi sintesa, seksi purifikasi, seksi
recovery, seksi kristalisasi dan pembutiran. Produk urea yang
dihasilkan mempunyai kandungan Nitrogen sebesar 46% yang
dipasarkan ke dalam negeri dan ke luar negeri. Kapasitas total pabrik
amonia adalah sebesar 1.000 ton/hari dan pabrik urea 1.725 ton/hari.
Reaksi sintesa urea terjadi di Reaktor (DC-101), dekomposisi urea
terjadi pada High Pressure Decomposser (DA-201), Low Pressure
Decomposser (DA-202), dan Gas Separator (DA-203). Recovery gas
hasil dekomposisi urea terjadi di High Pressure Absorber Cooler (EA401), High Pressure Absorber (DA-401), Low Pressure Absorber (DA402), dan Off Gas Absorber (DA-403). Sedangkan pembutiran terjadi di
Crystallizer (FA-201) dan Prilling Tower.
Sebagai penunjang operasi, Dinas Operasi PT. Pupuk Kujang
Cikampek memiliki Unit Utilitas yang bertugas menyediakan bahanbahan pembantu dalam proses seperti unit penyedia air, unit
pembangkit steam, unit penyedia udara tekan, distribisu listrik, unit
pengolahan limbah cair, dan lain-lain.
Untuk meningkatkan efisiensi dan pengendalian mutu produk
yang dihasilkan PT. Pupuk Kujang menyediakan laboratorium quality
control di setiap dinasnya agar produk yang dihasilkan sesuai dengan
spesifikasi yang diinginkan.
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah, kami panjatkan kepada Allah SWT, atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan
Laporan Praktek Kerja di PT. Pupuk Kujang, Cikampek, Jawa Barat
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Jurusan Teknik
Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya atas bimbingan, bantuan, dukungan dan
3
Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN KERJA PRAKTEK...................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PENGUJI.................................................ii
ABSTRAK................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR..................................................................................iv
DAFTAR ISI............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL........................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR...................................................................................xi
INTISARI................................................................................................ xii
BAB I...................................................................................................... 1
PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2
Produk........................................................................16
BAB II................................................................................................... 28
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 28
2.1
2.1.1
Bahan Baku....................................................................28
Amonia......................................................................28
2.1.2 Karbondioksida........................................................................... 28
2.2
2.3.1
2.3.2
BAB III.................................................................................................. 65
DESKRIPSI PROSES............................................................................... 65
3.1 Persiapan Bahan............................................................................ 65
3.1.1 Amonia Cair................................................................................ 65
3.1.2
Gas Karbondioksida..................................................66
Spesifikasi Alat...............................................................85
4.1.1
4.1.2
4.1.3
4.1.4
DAFTAR TAB
Tabel I. 1 Komposisi Sumber Gas Alam Untuk Bahan Baku..................10
Tabel I. 2 Data Katalis...........................................................................15
Tabel I. 3 Komposisi Larutan Benfield...................................................16
Y
Tabel II. 1 Karakteristik Amonia....................................................................
Tabel II. 2 Komposisi Gas Alam yang Masuk Ke Pabrik.................................
Tabel II. 3 Karakteristik Bed pada ammonium Converter.............................
Tabel II. 4 Sifat Fisik Urea.............................................................................
DAFTAR GAMB
Gambar 2. 1 Diagram Alir Pembuatan Amonia............................................
Gambar 2. 2 CO2 Absorber...........................................................................
Gambar 2. 3 CO2 Stripper............................................................................
Gambar 2. 4 Methanator..............................................................................
Gambar 2. 5 Diagram Alir Unit PGRU...........................................................
Gambar 2. 6 Blok Diagram Partial Recycle Process......................................
Gambar 2. 7 Diagram Alir Total Recycle Process..........................................
Y
Gambar 3. 1 Diagram Unit Purifikasi............................................................
DAFTAR LAMPIRAN
10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada tahun 60-an, pemerintah mencanangkan pelaksanaan
program peningkatan produksi pertanian di dalam usaha swasembada
pangan, selain itu sesuai dengan pasal 33 UUD 1945 yang berbunyi,
Kekayaan alam dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat.
Pada tahun 1963 didirikan pabrik pupuk pertama yaitu pabrik
pupuk Sriwijaya I (PUSRI I), sebagai bahan bakunya adalah gas alam
dengan kapasitas terpasang 100.000 ton/ tahun, karena produksi
PUSRI I tidak mencukupi konsumsi pupuk di Indonesia serta faktorfaktor lainnya yaitu gas alam lain yang belum dimanfaatkan, untuk
tambahan devisa negara (ekspor) dan untuk menanggulangi
pengangguran maka perlu didirikan pabrik-pabrik pupuk di Indonesia.
PT. Pupuk Kujang berlokasi di Kelurahan Dawuan, Kecamatan
Cikampek, Kabupaten Karawang, Propinsi Jawa Barat, pemilihan lokasi
ini berdasarkan atas pertimbangan-pertimbangan:
1Dekat dengan sumber bahan baku gas alam di Cimalaya
2Dekat dengan sumber air tawar Sungai Citarum, Curug
3Dekat dengan sumber tenaga listrik Jatiluhur
4Tersedianya sarana transportasi darat
5Berada di tengah-tengah daerah pemasaran pupuk
Proses pembuatan pupuk urea di PT. Pupuk Kujang adalah proses
continue sehingga lay-out disusun sedemikian rupa dengan
pertimbangan untuk memudahkan jalannya proses produksi. Di
samping itu juga untuk memudahkan keluar masuknya kendaraan baik
kendaraan berat ataupun kendaraan ringan sebab untuk perbaikan
perlu peralatan berat seperti derek fork lift dan sebagainya. Unit
pengantongan diletakkan di bagian depan. Hal ini dimaksudkan untuk
pengolahan air buangan diatur sedemikian rupa sehingga air yang
keluar dari lingkungan pabrik dianggap tidak membahayakan.
Luas pabrik PT Pupuk Kujang yaitu kurang lebih 350 ha, yang
terbagi menjadi:
1
60 ha
60 ha
Jumlah
230 ha
:
350 ha
gas alam, udara, dan air. Unit Urea menghasilkan urea dalam bentuk
butiran (prill) yang memerlukan bahan baku berupa ammonia dan
karbon dioksida yang dihasilkan dari unit ammonia.
1.5.1.1 Bahan Baku Utama
Bahan baku yang digunakan di PT. Pupuk Kujang dalam proses
produksi amonia dan urea adalah gas alam, uap air, dan udara.
1
Gas Alam
Melalui pertamina gas alam diperoleh dari tiga sumber, yaitu
Offshore Arco, Laut Paragi di lepas pantai Cilamaya sekitar 70 km dari
kawasan pabrik dan sumber gas alam di Mundu Kabupaten Indramayu.
Maksimal
Normal
(% mol)
(% mol)
(% mol)
N2
1,00
1,50
1,25
CO2
1,00
5,00
3,00
CH4
70,00
90,00
88,36
C2H6
1,00
12,00
5,00
C3H8
0,75
1,2
2,00
i-C4H10
0,10
2,00
0,24
n-C4H10
0,10
2,20
0,20
i-C5H12
0,02
0,60
0,07
n-C5H12
0,01
0,30
0,04
C6H14
0,01
0,1
0,03
C7H16
0,01
0,1
0,06
S (organik)
5.10-4
5.10-4
S (sebagai H2S)
30.10-4
30.10-4
Hg
2,5.10-7
2,5.10-7
Komponen
Udara
Udara yang digunakan diambil dari lingkungan sekitar pabrik,
yang telah dimurnikan terlebih dahulu dari impuritas-impuritasnya
yang terkandung di dalamnya. Jumlah udara yang dibutuhkan oleh PT.
Pupuk Kujang untuk menunjang proses produksi yaitu sebesar 40.635
Nm2/Jam. Komponen utama yang diambil adalah gas nitrogen (N 2) yang
digunakan sebagai bahan baku utama pembuatan amonia. Udara yang
digunakan harus bebas dari debu, bebas minyak, dan mempunyai
tekanan 7 kg/cm2. Karakteristik udara adalah sebagai berikut:
-140,7 C
37,2 atm
Densitas
350 kg/m3
Enthalpi (H1200 K)
1278 kJ/kg
Karakteristik :
Titik Embun :
Tekanan
7 kg/cm2G
Temperatur
Karakteristik :
Tekanan
7 kg/cm2G
Air
Air yang diperoleh berasal dari sungai Citarum yang berada di
daerah Parungkadali (Curug) dan di daerah Cikao sebelah hilir
Bendungan Jatiluhur yang berjarak kurang lebih 10 km. Sebelum
dimanfaatkan lebih lanjut air dialirkan ke unit utility untuk
mendapatkan perlakuan terlebih dahulu. Pengaliran air dari
Parungkadali ke pabrik menggunakan dua buah pompa dengan
kapasitas masing-masing 5.500 gpm, dimana 10.000 gpm dipompakan
dan dialirkan ke lokasi pabrik, sedangkan sisanya ditampung pada
penampungan untuk persediaan jika suplai air tidak mencukupi. Jumlah
air yang dibutuhkan adalah 9.000 m3/jam. Air untuk bahan baku harus
5
diolah agar memenuhi syarat sebagai air pendingin, air umpan boiler,
dan untuk lingkungan pabrik dan pemukiman. Kebutuhan bahan baku
dan utilitas untuk operasi kapasitas penuh, yaitu:
1
Turbiditas
< 3 NTU
pH
6,5 7,5
Total hardness
Warna
Besi
Klorida
Sulfat
Minyak
bersih
Permanganat
10
Nitrogen
11
P-alkalinity
12
M-alkalinity
13
Padatan terlarut
< 80 ppm
14
Tekanan
15
Temperatur
temperatur lingkungan
Amonia Cair
Amonia cair yang digunakan pada unit produksi urea berasal dari
unit produksi amonia yang pada umumnya mempunyai spesifikasi :
1
Kadar ammonia
Kadar air
Kadar minyak
Tekanan
18 kg/cm2
Temperatur
25 30 C
Jumlah Normal
40.983 kg/jam
Jumlah Rancang
49.180 kg/jam
Gas Karbondioksida
Karbondioksida merupakan salah satu produk unit ammonia
sekaligus juga merupakan bahan baku utama dalam pembuatan urea.
Kadar CO2
Kadar air
jenuh
Kadar sulfur :
Tekanan
0,6 kg/cm2
Temperatur
38 C
Jumlah Normal
27.450 kg/jam
Jumlah Rancang
32.940 kg/jam
Listrik
Untuk memenuhi kebutuhan listrik digunakan sebuah turbin gas
merek Hitachi dengan bahan bakar gas alam dan kapasitas 15 MW.
Listrik yang dihasilkan oleh turbin gas tersebut digunakan untuk
pabrik, perumahan, dan perkantoran. Kebutuhan listrik yang diperlukan
untuk pembuatan 1 ton urea adalah 78 KWh.
1.5.1.2 Bahan Baku Penunjang
Bahan baku penunjang berfungsi untuk membantu poses namun
tidak terkonversi sebagai produk. Bahan baku penunjang diantaranya
adalah asam sulfat, soda kaustik, klorin, hidrazin, dan orthophosphat.
Semua bahan ini adalah bahan kimia tambahan untuk pembuatan air
proses, air umpan ketel (BFW), dan air minum. Selain itu bahan baku
penunjang untuk produksinya adalah katalis cobalt-molybdenum, nikel,
Fe-Cr, dan campuran Cu-ZnO-Alumina.
Bentuk
Volume
katalis
(m3)
Start-up
Primary
Reformer
Nikel Oksida
Rasching
Ring
18,8
Agustus
2002
Secondary
Reformer
Nikel Oksida
Pellet
33,41
Agustus
2004
HTS
Converter
Besi Oksida
Chromina
Pellet
51,2
Mei 2004
LTS
Converter
Tembaga
Oksida
Pellet
65
Agustus
2004
Methanator
Nikel Oksida
Pellet
17,64
Juni 2008
Ammonia
Promoted
Granular
Converter
Magnetile
ZnO Guard
Chamber
Seng Oksida
Bola
Kandungan
Fungsi
K2CO3
22,1 %
Sebagai adsorben
DEA
1,6 %
Menurunkan tekanan
uap CO2, menaikkan
absorpsi dan desorpsi
V2O5
0,65 %
Inhibitor korosi
Air
60 70%
pelarut
1.5.2 Proses
Unit-unit proses yang ada di PT Pupuk Kujang akan dijabarkan
melalui penjelasan sebagai berikut :
1.5.2.1 Unit Utilitas
Unit ini merupakan unit penunjang bagi unit-unit lainnya yang
bertugas menyediakan sarana dan prasarana untuk kebutuhan proses.
Sesuai dengan operasinya, unit ini meliputi :
1
(l)
+ CO2
(g)
NH2COONH4
Ammonia Carbondioksida
NH2COONH4
(l)
NH2CONH2
Ammonium karbamat
Urea
(l)
Ammonium karbamat
(l)
+ H2O
(l)
Air
Seksi Purifikasi
Pada seksi ini bertugas untuk memisahkan produk urea dari
amonium karbamat dan excess amonia. Larutan amonium karbamat
didekomposisi menjadi gas-gas CO2 dan NH3 pada suhu tinggi namun
tekanan rendah. Proses dekomposisi dilakukan secara bertahap pada
HPD (High Pressure Decomposer) dengan T= 145 C dan P= 17 kg/cm2
dan dilanjutkan pada LPD (Low Pressure Decomposer) dengan T= 117
C dan P= 2,5 kg/cm2 kemudian gas CO2 dan amonia dipisahkan
dengan Gas Separator pada T= 106 C dan P= 0,3 atm.
Seksi Recovery
Pada seksi recovery dilakukan penyerapan gas CO2 dari amonia
yang belum bereaksi dari hasil pemisahan di unit pemurnian, untuk
dikembalikan ke reaktor sintesa urea sebagai larutan karbamat. Alat
yang digunakan pada unit recovery antara lain: High Pressure
Absorber, Low Pressure Absorber, dan Gas Absorber. Media penyerap
yang digunakan adalah larutan urea dan air.
10
Primary reformer
Pada Primary Reformer ini terjadi reaksi reforming, gas alam
direaksikan dengan steam dengan bantuan katalis Nikel Oksida (NiO)
yang terdapat di dalam tube-tube katalis, membentuk gas H 2, CO2, dan
CO. Reaksi berjalan dalam keadaan endotermis.
Secondary reformer
Reaksi reforming disempurnakan pada secondary reformer. Gas
sintesa yang terbentuk pada primary reformer dicampur dengan udara
dengan perbandingan H2 : N2 adalah 3 : 1. Reaksi ini terjadi pada
bagian atas secondary reformer yang disebut mixing zone. Reaksi pada
secondary reformer terjadi di dua tempat yaitu: mixing zone (reaksi
pembakaran udara) dan dilanjutkan ke reaction zone (reaksi reforming)
dengan bantuan katalis Nikel Oksida (NiO).
11
di unit ini, tetapi pada kondisi normal hanya 4 buah bin yang
beroperasi. Kapasitas masing-masing bin adalah 80 ton.
2
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bahan Baku
Kadar amonia
Kadar air
Minyak
Tekanan
18 kg/cm2.G
Temperatur
25 30 C
Jumlah Normal
40.983 kg/jam
Jumlah Rancang
49.180 kg/jam
Kadar air
Kadar sulfur
Tekanan
0,6 kg/cm2G
Temperatur
38 C
Kadar penyerap
0,01 %
Jumlah normal
27.450 kg/jam
Jumlah rancang
32.490 kg/jam
jenuh
: Gas
10Warna
: Tidak berwarna
11Densitas
13Titik Lebur
14Titik didih
: 1,45 g/L
16Viskositas
(Sumber: Wikipedia.com)
2 Sifat Kimia Karbondioksida
Berikut sifat-sifat Kimia Karbondioksida:
17Rumus molekul
: CO2
18Massa molar
19Struktur molekul
: Linear
20Momen dipol
: nol
21Keasaman (pKa)
2.2
Nilai
Rumus Molekul
NH3
Berat Molekul
17,03 g/gmol
Titik Didih
-33,35 oC
Titik Beku
-77 oC
Temperatur Kritis
133 oC
Tekanan kritis
1657 Psia
15
Panas Pembentukan
(kkal/mol)
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
16
%mol
N2
3,02
CO2
4,90
CH4
89,95
C2H6
1,110
C3H8
0,520
i-C4H10
0,12
n-C4H10
0,13
i-C5H12
0,06
n-C5H12
0,03
H2S
5,7 ppm
H2
Trace
Ar
0,16
Penghilangan Merkuri
Merkuri yang terdapat dalam gas alam harus dihilangkan karena
dapat meracuni katalis pada proses berikutnya. Merkuri diserap oleh
karbon aktif dalam mercury guard chamber 109-D, selanjutnya beraksi
dengan sulfur dengan reaksi sebagai berikut:
Hg + S
HgS
RH + H2S
RSR + 2 H2
RH + RH + H2S
CO + H2O
HR(298K) = +9,8381
ZnS + H 2O
CO + 3H2
H= +49,27
+ H2O
CO2 +
H2
H= - 9,83 Kcal/mol
CO2 + 2H2O
H= +191,7
Burner-burner fuel gas ini terletak diantara dua baris tube katalis.
Ada 10 baris burner, masing-masing terdiri dari 20 burner.
Gas alam dan steam yang akan masuk ke primary reformer harus
diatur agar memiliki perbandingan mol S : C = 3,5 : 1, karena jika
pemakaian steam kurang maka dibutuhkan temperatur yang lebih
tinggi agar reaksi berlangsung ke arah kanan kesetimbangan.
Pemakaian steam yang kurang akan menyebabkan reaksi samping
sebagai berikut:
CH4
C + 2H2
2CO2
C + CO2
20
2O2
CO2
2H2
+
+ 57,8 kkal/mol
O2
2H2O
21
2H2O
H=
H=
CO2 + H2
H=
CO2 + H2
H= + 9,2
Reaksi ini bersifat eksotermis. Gas keluar pada suhu yang lebih
tinggi yaitu 433oC dan tekanan 30,3 kg/cm2, maka gas yang masih
cukup tinggi suhunya ini dimanfaatkan panasnya untuk
22
CO2
+ H 2O
H2CO3
H2CO3 + CO32-
2HCO3
2HCO3 + K2CO3
CO32-
+ 2 KHCO3
2 KHCO3
H=
25
K2HCO3
CO2 +
H 2O
Air
26
Methanator (106-D)
Gas yang keluar dari absorber masih mengandung CO dan CO 2
sisa yang merupakan racun di Amonia Converter, karena itu perlu
diubah menjadi CH4 dalam Methanator 106-D. Methanator berisi katalis
nikel sebanyak 19.8 m3 yang tersusun menjadi tiga bed. Gas yang
masuk Methanator dibatasi kadar CO dan CO2 nya maksimum 0,1%
untuk CO2 dan 0,6 % untuk CO karena secara teoritis 1% CO 2 mampu
menaikkan suhu sebesar 77 oC, sedangkan reaksi pembentukan
metana adalah reaksi eksotermis.
27
Gambar 2. 4 Methanator
Kondisi operasi di Methanator, suhu 288-315 oC dan tekanan
sekitar 26 kg/cm2. reaksi yang terjadi adalah kebalikan dari reaksi di
Primary Reformer yang dapat dituliskan sebagai berikut:
CO
+ 3H2
CH4
H 2O
HR(298 K) = -49,3
+ 4H2
CH4
2H2O
HR(298 K) = +39,5
kcal/mol
CO2
kcal/mol
Reaksi yang terjadi adalah reaksi eksotermis sehingga
Methanator dilengkapi dengan system interlock yang akan
menghentikan aliran gas bila terjadi kenaikan suhu sebesar 399 oC,
serta menghentikan alilran Boiler Feed Water ke 144-C. Gas yang
keluar dari Methanator diharapkan mempunyai kadar CO dan CO2
maksimum 0,3 ppm.
2.2.4 Unit Sintesa Amonia
Reaksi pembentukan amoniak dari gas N2 dan H2 mengikuti
persamaan sebagai berikut:
N2
3H2
2NH 3
HR = +3,903 kkal/mol
Volume (m3)
8,63
14,01
20,00
30,46
73,1
Berat (Kg)
17269
37697
54404
81929
191299
31
+
Hidrogen
N2
Nitrogen
2NH3
Ammoniak
32
sehingga secara kontinyu harus dipisahkan dari aliran gas sintesa yang
dikembalikan ke converter.
Proses ini dilakukan dengan melewatkan gas sintesa kembalian
melalui pendingin untuk mengembunkan amonia yang terkandung di
dalamnya, yang dihasilkan setiap kali gas sintesa melalui converter,
sehingga sewaktu aliran kembalian mencapai secondary ammonia
separator (106-F) temperaturnya menjadi -23,3 oC.
Dengan mengembunkan dan memisahkan produk amonia dari
rangkaian gas sintesa pada kondisi temperatur -23.3 oC dan tekanan
140,6-147,6 Kg/cm2 akan menurunkan amonia dalam aliran gas
kembalian dari 12% hingga 2%. Amonia dingin berkumpul di 106-F
yang permukaannya dikontrol oleh LC-13. Selanjutnya amonia dikirim
ke pemurnian dan refrigerasi untuk dimurnikan.
b. Pemurnian Produk Amonia
Cairan amonia yang dipisahkan dari rangkaian gas sintesa masih
mengandung sejumlah gas-gas tertentu yang ikut terlarut di dalamnya
yang dapat mengotori produk. Ada dua fungsi yang dijalankan oleh
sistem pendinginan dan pemurnian ini. Pertama, pemisahan terusmenerus terhadap terhadap cairan amonia pada tekanan rendah untuk
memisahkan gas yang terlarut dan mengirimkannya langsung ke
sistem bahan baker. Kedua, sebagai bagian dari sistem yang akan
menyerap panas dari gas sintesa sampai temperatur -23,3 0C.
Letak dari alat-alat pendingin pada aliran gas sintesa diatur
sedemikian rupa agar dapat memanfaatkan pendinginan pada
berbagai tingkat tumpukan tekanan dan temperatur yang dioperasikan
pada alat-alat tersebut.
Di bawah ini akan diurai cara kerja dan pengaturan kondisi
berbagai macam alat yang terdapat dalam sistem ini. Dalam hal ini,
digunakan asumsi bahwa awalnya semua hasil produk amonia
mengalir dari Refrigerant Receiver (109-F).
1.
34
5.
ton/hari.
menurunkan pemakaian energy per ton produksi ammonia sekitar
-
0,3 MMkkal.
mendapatkan hidrogen murni untuk pembuatan hidrogen
peroksida.
36
2.3
(l)
CO2
Ammonia
NH2COONH4
(g)
Karbondioksida
NH2COONH4
(l)
NH2CONH2
Ammonium karbamat
(l)
H = -38 kkal/mol
(l)
Ammonium karbamat
+ H 2O
H = +7,7 kkal/mol
(l)
Urea
Air
Urea dari hasil reaksi sintesa antara amonia cair dan gas
karbondioksida harus dimurnikan dari larutan amonium karbamat dan
kelebihan amonia. Larutan amonium karbamat didekomposisikan
menjadi gas-gas karbondioksida dan amonia dengan cara menaikkan
suhu dan menurunkan tekanan. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut :
NH2COONH4
(l)
2 NH3
Ammonium karbamat
(g)
+ CO2
(g)
Ammonia
Karbondioksida
(l)
Urea
+ H 2O
(l)
2 NH3
(l)
Air
+ CO2
(g)
Ammonia
Karbondioksida
Pembentukan Biuret :
NH2CONH2
Urea
(l)
NH2CONHCONH2
Biuret
(l)
+ NH3
(g)
Ammonia
37
NH2COONH4(l)
Ammonia
Karbondioksida
NH2COONH4(l)
Ammonium Karbamat
NH2CONH2(l) + H2O(l)
H = +7,7 kkal/mol
(2)
Ammonium Karbamat
Urea
Air
2NH3(g)
Ammonium Karbamat
CO2(g)
Ammonia
Karbondioksida
38
Tekanan Kesetimbangan
Tekanan kesetimbangan dipengaruhi oleh kondisi temperatur, mol
rasio dari NH3 dengan CO2 (NH3/CO2) dan mol rasio air dengan CO2
(H2O/CO2). Tekanan kesetimbangan minimal terjadi pada suatu kondisi
temperatur yang bisa dilakukan pada sintesa urea, perbandingan mol
rasio NH3/CO2 = 2. Dengan naiknya temperatur, keadaan minimal akan
berubah dengan naiknya harga NH3/CO2.
2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembuatan Urea
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan urea adalah
temperatur, tekanan, perbandingan CO 2 dan NH3 dan kandungan air
dan oksigen.
Temperatur
Pengaruh temperatur pada proses sintesa urea dapat dijelaskan
oleh asas Le Chatelier yang berbunyi jika suatu sistem berada dalam
kesetimbangan, suatu kenaikan temperatur akan menyebabkan
kesetimbangan itu bergeser ke arah yang menyerap kalor.
Reaksi sintesis urea merupakan reaksi eksotermis :
2NH3(g) + CO2(g) NH2CONH2(aq) + H2O(l) H= +20,48
kkal/mol
Ammonia Karbondioksida
Ammonium karbamat
Air
Air
Ammonia
Karbondioksida
Tekanan
Pengaruh perubahan tekanan dalam campuran kesetimbangan
gas dapat dipahami melalui asas Le Chatelier. Menurut asas ini,
kenaikan tekanan menyebabkan reaksi bergeser ke kanan, tetapi jika
tekanan berkurang maka kecepatan reaksi akan berkurang dalam
sistem kesetimbangan.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
2NH3(l)
CO2(g)
NH2CONH2(aq)
Ammonia Karbondioksida
H2O(l)
Urea
Air
NH2CONHCONH2(l)
Urea
Ammonia
NH3(g)
Biuret
40
41
(l)
Urea
Air
Ammonium karbamat
Ammonia
Karbondioksida
(l)
Urea
Biuret
Ammonium
Di sini terlihat bahwa biuret akan terbentuk bila kadar amonia rendah,
dan penting pula diingat biuret akan terbentuk jika terjadi kontak suhu
tinggi yang cukup lama.
2
Urea Prill
Warna
Bentuk
Jarum
Rumus Molekul
(NH2)2CO
Berat Molekul
60.05 mol
Berat Jenis
1,335 gr/cm3
Boiling Point
Decomposes
Melting Point
132,7 C
46,78 %
Spesifik Panas
78 g/100 ml pada 5 C
2.4
(l)
Ammonia
CO2
(g)
NH2COONH4 (l)
Karbondioksida
NH2COONH4
(l)
Ammonia karbamat
NH2CONH2
Ammonium karbamat
(l)
+ H 2O
(l)
Urea
Air
(l)
+ HNO3
(l)
NH4NO3 (l)
Ammonium Nitrat
Separated Recycle
44
Slurry Recycle
Stripping
Empat proses yang pertama memakai tahap dekomposisi yaitu
pemisahan campuran hasil reaksi yang terdiri dari urea, amonium
karbamat, biuret, air, dan excess amonia.
1Process Hot and Gas Mixture Recycle : campuran gas NH3, CO2, dan air
ditekan dalam 2 3 tahap sehingga menjadi 120 130 atm.
Kemudian dikondensasikan lalu dikembalikan ke reaktor. Proses ini
memberikan keuntungan yaitu konversinya tidak berkurang
karena air tidak ikut di-recycle dan masalah korosi dari larutan
karbamat dapat dihindari dengan cara penambahan udara anti
korosi pada awal proses.
2Process Separated Gas Recycle : dimana gas NH3 dan gas CO2
dipisahkan dari urea ditekan secara terpisah sebelum
dikembalikan ke reaktor.
3Process Slurry Recycle : dimana NH3 dan gas CO2 dipisahkan dari
larutan urea yang keluar dari reaktor, lalu dikondensasikan agar
terbentuk amonium karbamat.
4Process Carbamate Solution Recycle : melibatkan dekomposisi
karbamat pad beberapa tahap penurunan tekanan. Pada tiap
tahap gas yang dilepaskan (CO2 dan NH3) dikondensasikan atau
diabsorbsi oleh larutan hasil kondensasi tahap sebelumnya dan
larutan yang dihasilkan dikembalikan ke reaktor.
5Pada proses Stripping terdapat perbedaan yang mendasar dengan
proses lainnya yaitu pada cara merecovery amonium karbamat
yang terkonversi dari larutan yang keluar dari reaktor. Pada
proses ini larutan karbamat distripping dari larutan urea pada
tekanan yang sama dengan tekanan pada reaktor. Gas hasil
stripping dikondensasikan dan dikembalikan ke reaktor.
45
BAB III
DESKRIPSI PROSES
3.1 Persiapan Bahan
Pabrik urea memproduksi pupuk urea dari bahan baku amonia
(NH3) dan gas karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari pabrik amonia.
Proses yang dipakai adalah proses Mitsui Toatsu Recycle C Improved
yang memanfaatkan kembali gas-gas yang tidak bereaksi sebagai
larutan karbamat dan direcycle ke reaktor urea dengan kapasitas
terpasang 1.725 MT/hari atau 570.000 MT/hari.
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan urea yaitu amonia
cair dan gas karbondioksida. Kualitas bahan baku dapat dilihat sebagai
berikut :
3.1.1 Amonia Cair
Amonia diperoleh dari hasil reaksi antara gas hidrogen dengan
gas nitrogen yang dilakukan pada unit amonia. Hidrogen untuk proses
pembuatan amonia diperoleh dari hidrokarbon pada gas alam,
sedangkan gas nitrogen dapat diperoleh dari udara bebas.
Spesifikasi amonia cair yang diperbolehkan adalah :
1
Kadar Amonia
Kadar Air
Minyak
Tekanan
18 kg/cm2.G
Temperatur
25 30 C
Jumlah Normal
40.983 kg/jam
Jumlah Rancang
49.180 kg/jam
minimal 98 %
Kadar Air
Kadar Sulfur
Tekanan
0,6 kg/cm2.G
Temperatur
38 C
Kadar Penyerap
0,01 %
jenuh
46
Jumlah Normal
27.450 kg/jam
Jumlah Rancang
32.940 kg/jam
Kandungan Nitrogen
46%
Air
Biuret
Fe
1 ppm (max)
NH3 bebas
Ukuran butir
Kandungan karbon :
25 mesh 2% (max)
+ 53 %
(g)
+ CO2
(g)
NH2COONH4
(1)
47
(l)
HR
(298 K)
= -38 Kkal/mol
Ammonia
NH2COONH4
(l)
NH2CONH2
Ammonium karbamat
(l)
+ H2O HR
Urea
(298 K)
Air
Unit Sintesa.
Unit Pemurnian.
1High Pressure Decomposer (HPD)
2Low Pressure Decomposer (LPD)
3Gas Separator
3Unit Recovery.
1Daerah Off Gas Condenser
2Daerah Off Gas Absorber
3Daerah Low Pressure Absorber
4Daerah High Pressure Absorber
5Daerah Amonia Recovery Absorber (ARA)
4Unit Kristalisasi dan Pembutiran.
1Crystalizer
2Centrifuge
3Fluidized Dryer
4Prilling Tower
48
49
(l)
+ CO2
(g)
NH2COONH4
Ammonia Karbondioksida
NH2COONH4
(l)
NH2CONH2
Ammonium karbamat
(l)
Ammonium karbamat
(l)
+ H 2O
Urea
H = +38 Kkal/mol
H = -7,7 KKal/mol
(l)
Air
Ammonia cair dan gas CO2 yang masuk ke reaktor diatur agar
memiliki perbandingan mol 4:1 untuk mencegah terbentuknya
senyawa biuret dari hasil penguraian sebagai berikut
NH2CONH2 NH2CONHCONH2 + NH3
Urea
Biuret
Ammonia
Temperatur
50
Tekanan
Tekanan optimum yang diambil untuk ini adalah 200 Kg/cm 2,
pemilihan tekanan operasi ini juga dipertimbangkan berdasarkan reaksi
amonium karbamat menjadi urea hanya terjadi pada fase cair. Fase ini
dapat dipertahankan dengan operasi pada tekanan tinggi dan
temperatur tinggi.
Jumlah air
Jumlah air akan mempengaruhi reaksi (peruraian karbamat
menjadi urea dan air). Adanya air akan mengurangi konversi
terbentuknya urea.
Produk-produk yang keluar dari reaktor ini terdiri dari urea, air,
amonium karbamat, biuret, dan kelebihan amonia.
3.2.2 Unit Purifikasi
Unit ini bertujuan untuk memisahkan urea dari campuran yang
tidak dikehendaki yaitu memisahkan ammonia berlebih dan
ammonium karbamat yang belum bereaksi menjadi urea dengan tiga
langkah dekomposisi yaitu dengan tekanan 17 kg/cm 2, tekanan 2,5
kg/cm2, dan tekanan atmosferik. Campuran gas dan zat cair yang
keluar dari reaktor urea (DC-101) mengalir ke seksi dekomposisi di
mana semua excess amonia dan amonium karbamat dipisahkan
sebagai gas-gas dari larutan urea dengan cara Thermal Decomposition
(penguraian dan pemanasan) yakni dengan menurunkan tekanan dan
menaikkan temperatur di dalam High Pressure Decomposer (DA-201),
Low Pressure Decomposer (DA-202), dan Gas Separator (DA-203).
Penurunan tekanan secara bertahap ini bertujuan untuk mengurangi
terjadinya reaksi samping yang tidak dikehendaki.
Ada beberapa reaksi yang perlu diperhatikan pada seksi ini, yaitu:
51
Air
Ammonia Karbondioksida
Reaksi ini berlangsung pada suhu tinggi, tekanan rendah dan waktu
tinggal lama.
3
Air
Biuret
Ammonia
Ammonia
(g)
+ CO2 (g)
Karbon dioksida
Hidrolisa Urea
NH2CONH2
(aq)
Urea
+ H 2O
air
(l)
2 NH3
(g)
+ CO2 (g)
ammonia
Karbondioksida
Pembentukan Biuret
NH2COONH2
(l)
NH2CONHCONH2
Ammonium kabamat
(l)
+ NH3 (g)
Biuret
Ammonia
flashing section yaitu penurunan tekanan ddari 2,5 kg/cm 2 menjadi 0,3
kg/cm2. Gas-gas yang telah terpisah akan mengalir menuju Off Gas
Condensor (EA-406), untuk mengkondensasikan gas pada unit
recovery sedangkan cairan dari flashing section akan menuju bagian
bawah berupa raschig ring packed bed melalui semacam leher angsa
untuk menjaga agar gas-gas yang telah terpisah tidak masuk ke
flashing section. Cairan yang jatuh di bagian bawah raschig ring
packed bed akan mengalami kontak dengan gas yang keluar dari Off
Gas Absorber (DA-402) sebagai stripping pada unit recovery dan
disertakan hembusan udara dari Off Gas Circulation Blower (GB-401)
dengan tekanan atmosfer dan temperatur 36 C melalui distributor di
bawah packed bed. Gas-gas dari bagian atas dan bagian bawah
digabungkan bersama-sama lalu dikirim ke Off Gas Condensor (EA406). Suhu bagian bawah Gas Separator (DA-203) dengan konsentrasi
sekitar 70 75% yang selanjutnya dikirim ke unit kristalisasi dan
prilling.
55
packed bed sebagai penyerap CO2 sedangkan gas yang masih belum
terserap di LPA (EA-402) kan masuk ke Off Gas absorber (DA-402)
bagian bawah bercampur dengan gas-gas yang tidak terkondensasi di
dalam Off Gas Condensor (EA-406) untuk dilakukan penyerapan
kembali. Tekanan dalam LPA (EA-402) sangat penting untuk dilakukan
penyerapan kembali. Tekanan dalam LPA (EA-402) sangat penting
untuk dikontrol. Tekanan yang melebihi 2,5 kg/cm 2 akan menyebabkan
penguraian lebih lanjut dalam Gas Separator (DA-203). Bila tekanan
terlalu rendah akan menyebabkan kesukaran pengiriman larutan dari
LPD (DA-202) ke Gas Separator (DA-203). Larutan yang telah
mengabsorbsi reaktan akan mengalir ke bawah dipompa melalui HPA
Pump (GA-402) dengan tekanan 16 kg/cm2 dan temperatur 37 C
kemudian dialirkan ke bagian atas HPA (DA-401) untuk menyerap CO 2.
3.2.3.3 Recovery Gas dari High Pressure Decomposer
Gas-gas yang berasal dari HPD (DA-201) dengan tekanan 17
kg/cm2 dan temperatur 123 C pada unit purifikasi akan dialirkan ke
HPAC (EA-401). Disini terjadi penyerapan CO 2 oleh slurry dari HPA (DA401) kurang lebih 65% dari seluruh CO 2 yang berasal dari HPD. Sebagai
zat penyerapnya berasal dari larutan karbamat. High Pressure
Absorber Cooler (EA-401) berbentuk seperti heat exchanger tipe shell
and tube yang terletak secara horizontal di mana pendinginnya
mengalir dalm tube sedangkan larutan karbamat mengalir dalam shell
dengan kondisi operasi tekanan 16,5 kg/cm2 dan temperatur 83 C. Di
dalam HPAC (EA-401) terdapat tiga fluida pendingin yaitu yang
pertama larutan urea sirkulasi dari Crystallizer (FA-201) yang
mengambil kelebihan panas sekitar 65%, yang kedua cooling water
mengambil kelebihan panas sekitar 15%, yang ketiga hot water
mengambil kelebihan panas sekitar 25%. Temperatur di HPAC (EA-401)
dijaga pada suhu 98 C dan tekanan 17 kg/cm 2. Hasil penyerapan
berupa larutan amonium karbamat kemudian dipompa ke reaktor
sebagi recycle sedangkan gas yang tidak terserap mengalir ke HPA
(DA-401).
HPA (DA-401) mempunyai dua bagian utama, bagian atas berupa
bubble cap tray 4 tingkat sedangkan bagian bawah raschig ring packed
bed. Kondisi operasi dijaga pada temperatur 47 C dan tekanan 16,5
kg/cm2. Larutan dari penyerapan berupa slurry yang keluar HPA (DA401) dari bagian bawah yang selanjutnya digunakan sebagai media
penyerap di HPAC (EA-401). Gas yang lolos dari penyerapan berupa
gas amonia murni dikondensasikan di Ammonia Condensor (EA-404 AD) untuk kemudian disimpan di Ammonia Recovery Absorber (EA-405
A-D) untuk meningkatkan amonia hingga di atas 90% dengan media
penyerap adalah Steam Condensate. Gas amonia dialirkan ke bagian
atas HPA (DA-401) melalui Amonia Pump (GA-405) agar sisa
karbondioksida dapat diserap secara sempurna.
Larutan hasil absorbsi berupa karbamat yang keluar dari HPAC
(EA-401) dipompakan oleh Recycle Solution Boost Up Pump (GA-102)
menuju reaktor sintesa urea (DC-101).
57
kristal urea dengan kadar air 2,4% dan sebagian disirkulasi kembali ke
Crystallizer untuk mencegah kebuntuan pipa. Larutan induk ditampung
di Mother Liquor Tank (FA-203) yang dilengkapi Steam Heating Tube
untuk mencegah terjadinya kristalisasi. Untuk mencegah terjadinya
akumulasi biuret dalam Mother Liquor Pump (GA-203) maka larutan
induk dipompakan ke dalam LPA (EA-402) sebagai penyerap CO 2 dan
ke Crystallizer untuk dikristalkan.
3.2.4.3 Pengeringan
Kristal urea dari Centrifudge masuk ke Fluidizing Dryer (FF-301).
Di Fluidizing Dryer (FF-301), kristal urea dikeringkan sampai kandungan
airnya 0,1 0,3% dengan hembusan udara dari Forced Fan Dryer (GB301) yang telah melewati pemanasan udara (EC-301) atau Air Heater
for Dryer dengan menggunakan steam condensate dan steam
bertekanan rendah 4 kg/cm2. Udara panas yang masuk ke Fluidizing
Dryer (FF-301) dijaga suhunya 120 C dan tidak boleh melebihi 130 C
sebab ada kemungkinan terjadi pelelehan urea di Fluidizing Dryer (FF301). Kristal-kristal urea dengan bantuan hembusan udara pengering
dari Induced Fan (GB-302) dan Pneumatic Duct akan terhisap ke atas
Prilling Tower (I-301). Kristal urea yang ukurannya terlalu besar (berupa
gumpalan) dibawa ke tepi oleh sudu-sudu pengaduk untuk kemudian
dilarutkan kembali ke Dissolving Tank I (FA-302) untuk dipompakan ke
Mother Liquor Tank (FA-203).
3.2.4.4 Pembutiran
Krista-kristal urea dengan kadar 99,8% dengan bantuan udara
pengering dan hisapan dari Induced Fan for Dryer (GB-301) dan
Pneumatic Duct akan terhisap ke atas Prilling Tower (TA-301). Kristal
yang terhisap ke atas Prilling Tower (TA-301) ini memasuki 4 buah
Cyclone (FC-301) yang bekerja secara paralel. Dari bawah Cyclone
kristal urea akan turun melewati Screw Conveyor (JD-301) untuk
kemudian dilelehkan di Melter (EA-301). Debu-debu yang ukurannya
kecil akan terhisap oleh Induced Fan (GB-302) dan masuk ke Dust
Chamber (PF-302). Udara dikeluarkan ke atmosfer oleh Induced Fan for
Prilling Tower (GB-304)
Melter (EA-301) beroperasi pada temperatur 135 C yaitu
temperatur sedikit di atas titik leleh urea (132,70 C) dengan
menggunakan bantuan pemanas steam bertekanan rendah yaitu 7
kg/cm2. Temperatur ini dijaga hingga konstan agar pembentukan biuret
dapat ditekan sekecil mungkin. Pengontrolan temperatur ini dapat
dilakukan dengan jalan mengontrol laju alir steam yang digunakan
sebagai pemanas pada Melter. Lelehan urea pada Melter kemudian
mengalir ke Strainer for Distributor (FD-301) lalu ke Head Tank for
Distribution (PF-301) yang berjumlah 12 buah. Constant Heat di atas
dibutuhkan untuk mengontrol ukuran butiran urea yang keluar
Distributor. Lelehan urea dari Distributor yang berbentuk tetesantetesan akan memadat selama jatuh ke dalam Fluidized Bed (FD-302)
dengan temperatur 40 C yang dihembus udara Blower dari bawah
59
60
Urea yang telah dikemas dalam karung plastik dan dijahit agar
kuat ketika akan dibawa ke sarana angkutan atau gudang
penyimpanan dengan belt conveyer. Sarana alat angkut yang tersedia
adalah truk.
Untuk truk digunakan short conveyor sebanyak 4 buah dan
kapasitas normal rata-rata 1920 bag/jam/conveyer, kemudian
conveyer 2480 VA/VB, bag flattener, lalu ke overhead conveyer.
Urea kantong yang tidak termuat dalam truk atau kereta api
disimpan dalam gudang. Sistem penyimpanan yang digunakan adalah
sistem pindang, agar kapasitas penyimpanan dapat maksimum dan
pengambilannya mudah. Kapasitas penyimpanan digudang ini adalah
25.000 ton urea yang dikantongi.
61
BAB IV
SPESIFIKASI ALAT
4.1
Spesifikasi Alat
1
2
3
4
5
1
2
3
Tipe
Jumlah
Ukuran
Diameter
:
2.170 mm
Panjang total
:
34.815 mm
Tebal shell
:
153 mm
Tebal head
:
125 mm
Jumlah tray
:
12 buah
Jumlah lubang tray 1 3 :
725 buah
Jumlah lubang tray 4 8 :
1450 buah
Jumlah lubang tray 9 12 :
2175 buah
Diameter lubang pada Tray:
0,315 inchi
Temperatur operasi
:
195 C
Temperatur desain
:
200 C
Tekanan operasi
:
200 kg/cm2G
Tekanan desain
:
200 kg/cm2G
Korosi diperbolehkan
:
2,3 mm
62
63
:
:
yang
6
7
8
9
Tipe
Jumlah
Posisi
Ukuran
Diameter
Panjang total
Tinggi head atas
Panjang head bawah
Temperatur operasi
Temperatur desain
Tekanan operasi
Tekanan desain
Kapasitas
Bahan kontruksi
:
:
:
:
2.300 mm
6.390 mm
890 mm
880 mm
:
38 C
:
70 C
:
:
:
:
0,53 kg/cm2
1,00 kg/cm2
7,8 m3
Carbon Steel
Tipe
Volume hisap (dry) normal
Desain
Volume hisap (wet) normal
Desain
Tekanan suction
Temperatur suction
Tekanan discharge
Temperatur discharge
Tekanan maksimum
Temperatur maksimum
Speed normal
Speed maksimal
First critical speed
Second critical speed
Steam consumption max
Power
Jumlah
Bahan kontruksi
:
Centrifugal
:
22.660 m3/jam
:
23.731 m3/jam
3.205 m3/jam
3.365 m3/jam
:
1,533 kg/cm2A
38 C
31 kg/cm2A
:
174 C
37 kg/cm2A
:
193 C
8.217 rpm
:
8.300 rpm
3.641 rpm
:
12.864 rpm
23.220 kg/jam
450 Kw
1 buah
:
Carbon Steel
CO2
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
10
11
12
13
14
15
16
Kapasitas
:
15.940 Nm3/jam
Jumlah
:
2 buah
Power
:
130 Kw
Kondisi Suction
1st Stage
Tekanan
:
30,5 kg/cm2
Temperatur
:
42 C
Humidity
:
100 %
nd
2 Stage
Temperatur
:
55 C
Kondisi bagian pengeluaran (discharge stage)
Tekanan
:
261 kg/cm2
Temperatur
:
123 C
Speed
:
300 rpm
Bahan kontruksi
:
Carbon steel
65
17
18
19
20
21
22
:
:
700 mm
14 mm
:
15,9 mm
:
2,6 mm
:
7.200 mm
580 buah
:
Ellips
Shell
Tube
190 m
Fluida
Hot water
NH3 cair
Laju alir
178.370 kg/jam
95.750 kg/jam
Temperature
80 C
35,5 C
60 C
58,6 C
110 C
90 C
Tekanan operasi
2,5 kg/cm2
259 kg/cm2
Tekanan desain
4 kg/cm2
263 kg/cm2
Tekanan
6 kg/cm2
395 kg/cm2
masuk
Temperature
keluar
Temperature
desain
hidrostatik
Bahan konstruksi Carbon steel
66
67
23
24
25
26
27
28
29
pemanasnya
Tipe
Jumlah
Ukuran
Diameter side
Tebal shell
Panjang total shell :
Tipe head
OD tube
Panjang tube
Jumlah tube
:
:
Shell and Tube
1 buah
:
500 mm
:
2,6 mm
8.389 mm
:
Ellips
:
15,9 m
:
7.200 mm
273 buah
Shell
Tube
84 m
Fluida
Steam condensate
NH3 cair
Laju alir
59.270 kg/jam
95.750 kg/jam
Temperature
143 C
58,6 C
106 C
81,4 C
200 C
110 C
Tekanan operasi
3 kg/cm2
250 kg/cm2
Tekanan desain
9 kg/cm2
263 kg/cm2
Tekanan
13,5 kg/cm2
395 kg/cm2
3 mm
1,5 mm
masuk
Temperature
keluar
Temperature
desain
hidrostatik
Corrosion
allowance
Bahan konstruksi :
Carbon steel
68
69
Fungsi
ammonia
Tipe
Jumlah
Luas permukaan
Beban panas
Mengkondensasikan gas
:
Shell and Tube
4 buah
:
981 m2
5.274.500 kkal/jam
:
:
Shell side
Tube side
Fluida
Gas ammonia
Air dingin
Laju alir
14.703,97 kg/jam
1.352.000 kg/jam
Temperatur masuk :
47 C
31,1 C
Temperatur keluar :
37 C
35 C
Temperatur desain :
80 C
70 C
Tekanan operasi
16 kg/cm2
3,0 kg/cm2
Tekanan desain
20 kg/cm2
4,5 kg/cm2
Bahan konstruksi
Carbon Steel
70
Tipe
Silinder
Jumlah
1 buah
Posisi
Horizontal
Ukuran
30
Diameter
2.743 mm
31
Panjang total
12.000 mm
Temperatur desain
70 C
Temperatur operasi
37 C
Tekanan operasi
15,7 kg/cm2G
Tekanan desain
20 kg/cm2G
Insulation (cold)
25 mm
Errection weight
28.800 kg
107.300 kg
Kapasitas
Pompa
74 m3
GA-404 A/B
Bahan kontruksi
Carbon steel
32
33
34
35
Tube side
Shell side
20,0 kg/cm2
15 kg/cm2
Tekanan ekstern
0,175 kg/cm2
0,175 kg/cm2
Temperatur desain
200 C
220 C
Corrosion allowance
3 mm
C.S. 3 mm
Tekanan operasi
17 kg/cm2
10 kg/cm2
Temperatur operasi
150-165 C
183 C
Surface area
203 m
Insulation
100 mm
100 mm
Bahan konstruksi
Carbon steel
desain
72
36
Menyempurnakan dekomposisi
keluar dari HPD
:
Silinder Vertikal
1 buah
:
4 kg/cm2
:
0,175 kg/cm2
160 C
1 mm
:
2,5 kg/cm2
:
75 mm
:
:
2.000 mm
73
37
38
Panjang total
Tipe head
Bahan konstruksi
:
:
13.200 mm
Ellips 2 : 1
:
Carbon steel
urea
39
Posisi
Jumlah
Ukuran
Diameter
:
:
:
Vertikal
1 buah
1.700 mm
74
40
41
Panjang total
:
Tebal
:
Tekanan desain
Tekanan operasi
Temperatur desain
Temperatur operasi
Bahan konstruksi
13.200 mm
6 mm
:
0,3 kg/cm2
:
0,3 kg/cm2
:
150 C
:
105 C
:
Carbon steel
42
43
44
45
46
47
694 m
Fluida
Steam
Larutan urea
75
Temperatur masuk
183 C
151 C
Temperatur keluar
183 C
151 C
Temperatur desain
220 C
200 C
Tekanan operasi
10 kg/cm2
17 kg/cm2
Tekanan desain
15 kg/cm2
20 kg/cm2
Tekanan hidrostatik
22,5 kg/cm2
30 kg/cm2
Corrosion allowance
3,0 mm
C.S. 3,0 mm
Radiographed
20 %
100 %
Insulation
100 mm hot
100 mm hot
Bahan konstruksi
Carbon steel
48
49
50
51
52
53
54
Tipe
Jumlah
Ukuran
Diameter shell
Diameter tube
Tebal shell
Tebal tube
Panjang total
Jumlah shell
Jumlah tube
:
V-AEM
1 buah
:
650 mm
:
25,3 mm
:
6 mm
:
2 mm
:
6.868 mm
227 buah
:
:
Shell side
Tube side
108 m
Fluida
Steam
Laju alir
3.870 kg/jam
1.120 kg/jam
Density
3,1 kg/cm3
1,12 kg/cm3
Diameter
650 mm
25,3 mm
Temperatur masuk :
158 C
130 C
Temperatur keluar :
158 C
130 C
Temperatur desain :
200 C
200 C
Tekanan operasi
5,0 kg/cm2
2,5 kg/cm2
Tekanan desain
9,0 kg/cm2
4,0 kg/cm2
Corrosion
3,0 mm
2,0 mm
100 mm hot
75 mm hot
Bahan konstruksi :
Carbon steel
allowance
Insulation
6
55
56
Bahan konstruksi
7
57
58
59
60
61
62
63
64
Carbon steel
Shell side
Tube side
Fluida
Larutan Karbamat
Larutan karbamat
Temperature masuk
130 C
166 C
Temperature keluar
130 C
145 C
Temperature desain
160 C
200 C
Tekanan desain
4 kg/cm2
20 kg/cm2
Tekanan hidrostatik
6 kg/cm2
30 kg/cm2
Corrosion allowance
2,0 mm
3,0 mm
Insulation
75 mm hot
100 mm hot
Bahan konstruksi
Carbon steel
dikondensasikan
dalam packed bed bagian
bawah oleh
larutan recycle yang didinginkan
dalam
65
Jumlah
Ukuran
Diameter
:
:
1.900 mm
78
66
67
Tebal
:
6 mm
Panjang total
:
8.200 mm
Tipe head
:
Elips 2 : 1
Temperatur operasi top
:
39 C
Temperatur operasi bottom :
39 C
Temperatur desain
:
100 C
Tekanan operasi
:
Atmosfer
Kapasitas
:
25 m3
S.G. Liquid
:
1,15
Corrosion allowance
:
1,0 mm
Bahan konstruksi
:
Carbon steel
68
69
70
Ukuran
Diameter
Tebal
Tebal head
:
:
:
800 mm
8 mm
10 mm
79
71
Panjang total
Jumlah
6.281 mm
:
4 buah
Shell side
Tube side
-
139 m2
Fluida
111 C
39 C
61 C
40 C
Temperatur desain
130 C
70 C
Tekanan operasi
Atmosfer
3 kg/cm2
Corrosion allowance
1 mm
3,0 mm
Bahan konstruksi
Carbon steel
80
:
:
:
:
Fluida
Shell side
Tube side
Larutan
Cooling water
Karbamat
81
Densitas
1.150 kg/cm3
1.000 kg/cm3
Tipe head
Elips 2 : 1
Flat
Temperatur operasi
45,1 C
31,1 C
45,1 C
35 C
Tekanan operasi
2,2 kg/cm2
3 kg/cm2
Tekanan udara
200 kg/cm2
Corrosion allowance
1 mm
3,0 mm
Surface area
1.807 m2
Bahan konstruksi
Carbon steel
masuk
Slurry
Hot water
Cold water
Jumlah tube
744
389
148
Diameter (mm)
25,4
25,4
25,4
Tebal tube
2 mm
2 mm
2 mm
Tipe head
Karbamat Urea
Flat
82
Corrosion allowance
2 mm
1 mm
3 mm
3 mm
Temperatur masuk
100 C
60 C
70 C
35 C
Temperatur keluar
100 C
68 C
80 C
50 C
Temperatur desain
130 C
110 C
100 C
110 C
Tekanan operasi
16,5
1,0
2,5
2,5
Carbon steel
(kg/cm )
Bahan konstruksi
terserap di
HPAC sampai habis sehingga
gas
keluar dari HPA tidak
mengandung
CO2 lagi.
Memurnikan kelebihan NH3
berupa gas dan dikembalikan ke
83
72
Tipe
Jumlah
Ukuran
Diameter puncak
28 mm
73
Diameter tengah
13 mm
74
Diameter bawah
28 mm
75
Panjang total
17.550 mm
Bahan konstruksi
: Titanium
Tube Side
Shell Side
Tipe Head
Ellips 2 : 1
Ellips 2 : 1
Temperatur
Atas 50 C
Masuk 35 C
Bawah 100 C
Keluar 50 C
Operasi
80 C
Tekanan Operasi
15 kg/cm2
3,0 kg/cm2
Tekanan desain
20 kg/cm2
4,5 kg/cm2
84
Tipe
H-AGM
Jumlah
1 buah
Ukuran
76
OD tube
25,4 mm
77
Tebal tube :
2 mm
78
Jumlah tube
411 mm
79
Panjang tube
5.000 mm
Tube side
Shell side
Fluida
:NH3 cair
Cooling water
:35 C
31,1 C
85
35 C
34 C
Temperature desain
70 C
70 C
Tekanan operasi
15,5 kg/cm2
3 kg/cm2
Tekanan desain
20 kg/cm2
4,5 kg/cm2
Corrosion allowance
1,5 mm
3,0 mm
Bahan konstruksi
Carbon steel
10
86
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
Mengkristalkan urea
:
Vessel dengan jaket air
pengaduk
Jumlah
:
1 buah
Posisi
:
Vertikal
Ukuran
:
diameter
:
8.000 mm,
tebal head atas
:
4 mm
Panjang total
:
3.750 mm
tebal head bawah
:
9 mm
Tebal :
9 mm
Bahan konstruksi
: Carbon steel
Shell Side
Tube Side
Tipe head
Flat (datar)
Kerucut (cone)
Corrossion allowance
1,0 mm
3,0 mm
Temperatur operasi
60 C
80 C
Temperatur desain
100 C
100 C
Tekanan operasi
Atmosfer
Full water
Tekanan desain
Full vacuum
Full water
87
92
93
:
:
:
Shell
Tube
Temperatur operasi
60 C
143 C
Temperatur desain
100 C
180 C
Tekanan operasi
Atmosfer
3 kg/cm2G
Tekanan desain
Full liquid
7 kg/cm2G
Melter (EA-301)
Fungsi
urea
Jumlah
Ukuran
Panjang
Lebar
Melelehkan kristal-kristal
1 buah
:
8.300 mm
120 mm
Shell side
Tube side
Tipe head
Flat
Temperatur operasi
135 C
158 C
Temperatur desain
170 C
200 C
Tekanan operasi
Atmosfer
5 kg/cm2
Tekanan desain
Full water
9 kg/cm2
88
Corrosion allowance
1 mm
Bahan konstruksi
Carbon steel
C.S. 3,0 mm
94
95
1.800
:
550,0
:
mm
216,3 mm
mm
3 mm
Shell side
Jacket
Temperature operasi
135 C
143 C
Temperature desain
170 C
170 C
Tekanan operasi
Atmosfer
3 kg/cm2
Tekanan desain
Full liquid
7 kg/cm2
Kapasitas
0,12 m3
0,03 m3
Diameter
550 mm
:
:
1.100 mm
mm
:
110 C
:
80 C
:
atmosfer
:
Larutan urea
:
5.150 kg
:
4 m3
:
Carbon steel
89
96
97
98
99
7
100
101
102
103
104
105
:
:
:
2.000 mm
1.000 mm
:
110 C
:
80 C
:
full liquor
:
4 kg/cm2
:
2 m3
:
4 kg/cm2
151 C
:
:
:
:
:
:
:
Carbon steel
500 mm
60,5 mm
250 mm
0,6 mm
:
Full liquid
:
150 C
:
2130 holes
:
1 mm
:
9,5 mm
:
:
800 mm
mm
:
120 C
:
250 mmHg
:
Beton
90
91
BAB V
UTILITAS DAN PENGOLAHAN LIMBAH
5.1 UTILITAS
Utilitas merupakan bagian yang menyediakan bahan pembantu
proses atau biasa disebut sebagai sarana penunjang proses. Unit ini
memegang peranan yang sangat penting dalam produksi, karena
tanpa adanya unit ini maka proses produksi tidak dapat berjalan secara
optimal. Unit penunjang (utilitas) yang ada di PT. Pupuk Kujang
Cikampek dibagi menjadi beberapa unit meliputi:
1
2
3
4
5
6
7
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
pH 6,3 - 6,8
Antrafiet
: 0.60-0.78 mm = 101 cuft/unit
Fine sand
: 20-30 mesh = 561cuft/unit
Medium sand
: 6-14 mesh = 67 cuft/unit
Fine gravel
: 1/8-1/4 inchi = 66 cuft/unit
Medium gravel
: 1/4-1/2 inchi = 66 cuft/unit
Coarse gravel
: 1/2- 1 inchi = 301 cuft/unit
Regenerasi pada sand filter dilakukan dengan cara backwash
(pencucian balik). Pencucian balik dilakukan dengan merubah aliran
air yang dilakukan secara automatic di control room atau secara
manual di tempat. Tahapan regenerasi adalah :
1Drain down, yaitu mengurangi sebagian air dalam vessel
2Back wash, yaitu untuk mengaduk lumpur yang mengendap pada
permukaan pasir dan mengeluarkan lumpur dari dalam sand filter.
3Rinse, yaitu membuang lumpur yang masih tertinggal di dalam sand
filter.
Air yang keluar dari sand filter ditampung ke dalam dua buah tangki,
yaitu:
1Filtered water storage tank, berfungsi untuk menampung air yang
digunakan untuk keperluan make up air pendingin, air hidran dan
umpan unit demineralisasi air.
2Potable water storage tank, berfungsi menampung air yang digunakan
untuk keperluan sehari-hari di pabrik dan pemukiman.
5.1.2.4 Air Sanitasi
Kebutuhan air minum mencapai 75 m3/jam, dengan karakteristik
yang sama dengan karakteristik air umpan pabrik, sehingga biasanya
air umpan pabrik dapat langsung digunakan sebagai bahan air minum.
Tapi jika air yang berasal dari sand filter belum memenuhi syarat,
maka perlu ditambahkan klorin.
Tidak korosif
pH = 6,5 8.0
96
PO4 = 13 - 18 ppm
97
SKP MNK
KUNISEAL
AKZO
PIP
Demineralizer
Alum
Coag-aid
Caustic
sulfate
ANAK
PERUSAHAAN
Water
Treatm
FLOCTREATER
RAW
CLEAR
PREMIX
WELL
PERUMAHAN
Potable
PABRIK
Filter
Sand
Water
fiter
AGITATOR
service
water
WATER
Water
Storage
A~
Hydrant F
98
pH
6,87,5
Kekeruhan
Klorin
Cation Exchanger
99
pH
3,0 3,9
Conductivity
30 75 ppm
Anion Exchanger
Seperti pada cation exchanger, anion exchanger ini juga berupa
tiga buah bejana tekan yang berisi resin. Resin yang terdapat pada
anion exchanger dapat dituliskan dengan simbol R-OH. Misal anion
SO42- Reaksi yang terjadi pada unit ini adalah sebagai berikut:
SO42- + ROH RSO4 + 2 OHPada saat operasi, anio
reaksi akan berlangsung ke kanan, sehingga
ion negatif akan diganti noleh ion OH- dari resin R-OH. Air yang keluar
dari anion exchanger diharapkan mempunyai pH sekitar 8,3 9,8.
Regenerasi dilakukan dengan menambahkan larutan NaOH 4% dengan
suhu 490C sebagai regenerant. Reaksi berlangsung sehingga resin
jenuh akan kembali menjadi R-OH.Reaksi yang terjadi adalah:
RSO4 + NaOH ROH + Na2SO4
Untuk menyempurnakan kerja kedua unit penukar ion diatas,
maka air dari anion exchanger selanjutnya dialirkan ke mixed bed
exchanger. Batasan operasi pada anion exchanger adalah :
100
pH
Conductivity :
Silica
8,3 9,8
< 25 mmhos/cm
:
pH
6,0- 6,5
Conductivity :
Silica
<0,01 ppm
CONDENSATE
: RETURN
404 cuft
333
MIX BED
ANION
;cuft
180 cuft
CATION
DEMIN
TANK
CARBON
FILTER
TB. CAP. PROD : 2.200 M3 DE
CAUSTIC
MB. CAP. PROD
:ACID
320.000 M3
Gambar 5. 2 Proses Demineralisasi
Air yang akan dijadikan steam harus memenuhi syarat-syarat
tertentu agar ketel tidak cepat rusak. Oleh karena itu perlu diolah lebih
dahulu sebelum diumpankan ke ketel. Air yang sudah mengalami
demineralisasi masih mengandung gas-gas terlarut terutama oksigen
dan karbondioksida. Gas-gas tersebut dihilangkan dari air karena dapat
menimbulkan korosi. Tahapan prosesnya adalah sebagai berikut :
101
Hidrazin
Hidrazin yang berfungsi mengikat oksigen berdasarkan
reaksi berikut:
N2H4 + O2 N2 + 2 H2O
Nitrogen sebagai hasil reaksi besama-sama dengan gas lain
dihilangkan melalui stripping dengan uap bertekanan
rendah.
VENT
CONDENSATE RETURN
DEMIN
STEAM
LS
HYDRAZINE
BFW
NH3
Gambar 5. 3 Deaerator
2
Na3PO4
Berfungsi untuk melunakkan kerak yang terbentuk dan
mengatur kesadahan air. Endapannya dikeluarkan lewat
blow down (pembuangan dari bawah). Ion Ca2+ dan Mg2+
yang ada akan bereaksi dengan Na3PO4 membentuk garam
kompleks. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
2 Na3PO4 + 3 CaCO3 Ca3(PO4)2 + 3 Na2CO3
2 Na3PO4 + 3 MgCO3 Mg3(PO4)2 + 3 Na2CO3
2Air keluar dari deaerator, diinjeksikan amonia yang berfungsi untuk
mengontrol pH air umpan ketel, pH perlu dijaga karena jika terlalu
asam maka akan menyebabkan korosi atau terbentuknya kerak
pada bahan konstruksi. Air yang keluar dari deaerator diharapkan
memiliki pH 9,0 10,5 dengan temperatur sekitar 112,5 oC dan
tekanan 60 kg/cm2 sehingga air ini siap dipakai sebagai air umpan
ketel. Batasan operasi yang diperbolehkan untuk air umpan ketel
yang keluar dari deaerator adalah :
1pH
: 9,0 10,5
102
2kandungan hidrazin
3O2
pH 6,8 - 7,5
kadar Cl2 0,5 ppm
kesadahan < 50 ppm
kekeruhan < 2 Ntu
3
4
5
Sumber : Dokumen dinas utilitas, PT
pH 9,0 - 10,5
konduktivitasnya150
mmHos/cm
kadar SiO2 < 5 ppm
kadar PO4 15 - 25 ppm
kadar Fe < 0,5 ppm
Pupuk Kujang, 2010
103
dinas amonia
= 125 ton/jam
dinas urea = 110 ton/jam
dinas utilitas
= 27 ton/jam
104
Spesifikasi alat :
1Pembuat
: Kellog Overseas Corporation
2Tipe
: Ketel pipa air
3Kapasitas max
: 350 ton/jam
4Kapasitas operasi
: 300 ton/jam
5Tekanan max
: 115 kg/cm2
6Tekanan operasi
: 105 kg/cm2
7Temperatur uap max
: 1100oC
o
8Temperatur uap operasi : 1000 C
9Temperatur air umpan ketel
: 120oC
10
Media pemanas
reformer
1
2
3
1
Jenis uap
Tekanan
Temperatur
Kapasitas
:
:
:
:
Uap yang di blow down yang berasal dari steam drum pada Package
Boiler
Spesifikasi WHB
1
2
3
4
5
6
7
Pembuat
Tipe
Kapasitas max
Kapasitas operasi : 90,7
Tekanan max
Tekanan operasi
Temperatur uap max
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
1
2
3
4
Jenis uap
: uap tekanan sedang (middle steam)
Tekanan
: 42 kg/cm2
o
Temperatur : 400 C
Kapasitas
: 290 ton/jam
5.1.5.3 Uap Bertekanan Rendah (Low Pressure Steam)
Jenis uap
Tekanan
: 35 kg/cm2
Temperatur
: 150oC
Kapasitas
: 30 ton/jam
Untuk mencegah kerusakan pada dinding steam drum dan pipapipa ketel maka diinjeksikan fosfat. Fungsi fosfat adalah untuk
mencegah korosi pada dinding steam drum dengan membuat lapisan
film pada dinding steam drum dan untuk mencegah pengendapan
yang dapat membentuk kerak-kerak. Untuk mengontrol konsentrasi
metal solid dilakukan continuous blow down dengan aliran 2 ton/jam.
Dan untuk menurunkan konsentrasi hardness air ketel serta parameter
lainnya seperti kadar silika, kadar besi, dan konduktivitas, maka
dilakukan intermitten blow down.
Batasan operasi untuk air ketel :
1
pH
: 9,0-9,5
106
Besi (Fe)
: <0,25 ppm
Konduktivitas
1
2
3
4
5
6
7
8
1
2
3
107
2
3
4
5
6
7
1
Kapasitas :
1
108
Silica gel/desiccant.
Service
4 jam
10
Regenerasi (heating)
2 jam
11
Cooling Down
2 jam
12
Temperatur heating
120 C
13
60 C
14
Temperatur inlet
15
:
:
37,8 C
10,5 kg/cm2
PLN.
Sumber ini hanya berfungsi untuk cadangan saja bila generator
yang digunakan mengalami kerusakan. Listrik dari PLN dapat
memenuhi tegangan sebesar 150 KVA dengan daya 15 MVA.
Stand by Generator.
Berjumlah tiga buah, berupa mesin diesel yang mampu
menghasilkan listrik sebesar 450 volt dengan daya sebesar 3 x 750
KVA. Generator ini digunakan hanya pada waktu kedua sumber listrik
lainnya mengalami gangguan.
Emergency Generator.
Emergency generator akan langsung menyediakan listrik saat
adanya pergantian sumber listrik.
Daya generator ini sebesar 300 KVA. Tenaga yang dihasilkan ini
hanya dipakai untuk :
16
17
18
1
2
3
Jenis- jenis limbah di PT. Pupuk Kujang di bagi dalam 3 macam, yaitu:
Limbah Cair
Limbah Padat
Limbah Gas
Sumber- sumber limbah di PT. Pupuk Kujang di bagi dalam 3 macam,
yaitu:
Limbah Cair
110
1
2
3
4
5
2
6
7
3
SUMBER
JENIS
PABRIK UTILITY
AIR BUANGAN BEKAS REG
UNIT DEMINERALISASI
ASAM / BASA
BUANGAN MENGANDUNM
PABRIKAIR
UTILITY
CLARIFIER,BOILER, BLOW DOWN C.TOWER
BAK OILY SUMP 2405 AA/AB/AC DARIAIR
PABRIK
BUANGAN
UTILITY/UREA
MENGANDUNG
DAN A
UNIT SANITASI DAN
AIR URINOIR
BUANGAN KELUARAN
Gambar 5. 6Sumber dan Jenis Air Buangan Pabrik
112
P-9
113
OILYVENT
Ke K.Biologis
P.III A/B
LS
SEPARATOR
BURNING PIT
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Selama melaksanakan praktek kerja di PT.Pupuk Kujang Cikampek
Dinas Urea IA, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1 PT. Pupuk Kujang Cikampek didirikan berdasarkan atas pertimbangan
pemilihan lokasi yang dekat dengan sumber bahan baku, air tawar,
tenaga listrik, dan tersedianya jalur transportasi darat yang
memadai. Proses pembuatan pupuk urea di PT. Pupuk Kujang
Cikampek adalah proses kontinyu sehingga lay out disusun
sedemikian rupa dengan pertimbangan untuk memudahkan
jalannya proses produksi.
2 Proses yang dipakai di PT. Pupuk Kujang Cikampek dalam pembuatan
urea
PA adalah proses Mitsui Toatsu Total Recycle C Improved ,
dimana gas CO2 dan NH3 yang tidak bereaksi menjadi urea di
recycle dan dikirim ke Reaktor Sintesa Urea. Proses Mitsui Toatsu
Total Recycle C Improved terdiri dari empat seksi, yaitu :
Seksi Sintesa
K.BIOLOGIS
114
AMMONIA
2404
J - C/D
REMOVAL
Pada seksi ini urea diproduksi melalui reaksi eksotermis tinggi dari
ammonia dan karbondioksida membentuk ammonium karbamat.
Kemudian diikuti dengan dehidrasi endotermis ammonium
karbamat membentuk urea.
Seksi Purifikasi
115
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
116