Kapal Oleng
Kapal Oleng
ii
KAPAL OLENG
BERLAYAR DARI JOGJA BERLABUH DI SKANDINAVIA
iii
Published by
Supported by
2015
www.kongko.co
iv
Kan ku arungi
samudera dunia
Tanpa henti
pancarkan cahaya
Sebagai anak bangsa yang mengabdi
Raih semua asa untukmu negeri
Sagara Jayasvarna
Kami laut emasmu oh Indonesia
Sagara Jayasvarna
Satukan tekad menuju
Indonesia Jaya
Terimakasihku
tuk pejuang bangsa
Kini waktuku
tuk balas semua jasa
Beriku gelombang kan kuterjang
Beriku perompak ku tetap menang
vi
vii
DAFTAR ISI
MENGAPA KAPAL OLENG?
DAFTAR ISI
DAFTAR FOTO
BAGIAN I
BAGIAN II
BAGIAN III
vi
viii
ix
28
KISAH KEDATANGANKU DI
SWEDIA
52
PENULIS
85
viii
DAFTAR FOTO
Ibuku mendampingiku wisuda
Aku dan teman-teman EnglishDiscuss
setelah makan malam bersama
Selfie bersama para penggagas Leisure Community
Belajar berkebun bersama Komunitas Jogja Berkebun
Aku bersama guru sosiologiku di SMA, Pak Bagyo
Peta dunia yang aku pajang di dinding kamar kosku
di Jogja
Aku diterima di University of Leicester, Inggris,
tapi tidak beasiswanya
Email penolakan yang aku terima
dari beasiswa Chevening
Email balasan dari Stockholm University
yang membuka harapan
Surat rekomendasi yang akhirnya ditandatangani
Pak Dekan
Dengan penuh harap, aku mendaftar beasiswa LPDP
Bersama teman-teman LGD setelah selesai diskusi
Bersama teman-teman Ekspedisi Nusantara Jaya
wilayah pelayaran Kepulauan Seribu
Masjid di Muara Angke, tempat aku mendapat
keajaiban lolos seleksi beasiswa LPDP
Aku dan teman-teman ENJ di Pulau Harapan
Personil angkatan PK 37 LPDP
Kopdar penerima beasiswa LPDP di Yogyakarta
Aku tergabung dalam kelompok PK yang selalu
meneriakkan yel-yel "Kapten! kapal kita oleng
Kapten!"
Ruang tunggu di Kedutaan Besar Swedia di Jakarta
ix
4
7
9
11
13
16
20
22
26
34
36
38
44
45
46
48
49
50
55
55
56
57
59
62
63
64
65
66
67
68
70
72
73
75
76
77
78
80
82
83
BAGIAN I
KISAH PERJALANANKU
MERAIH KESEMPATAN
STUDI DI SWEDIA
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
pertama kalinya
negeriku.
aku
membayangkan
betapa
kaya
20
21
*-*
Keuntungan dari mengambil setiap peluang yang
lewat
adalah
bisa
merasakan
manis-pahitnya
kegagalan
Beberapa hari kemudian kabar dari Chevening datang. Aku
berharap kabar baik, namun ternyata yang datang adalah
kabar menyedihkan. We regret to inform you.... bla bla
bla. Segera aku menyambut dalam hati; Goodbye
Chevening!.
22
23
24
25
26
27
BAGIAN II
KISAH PERJALANANKU
MERAIH BEASISWA LPDP
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
Lagi-lagi
sebuah
kebetulan
menimpaku.
Hari
keberangkatan ENJ bersamaan dengan hari pengumuman
beasiswa LPDP. Pagi hari ketika sinyal full, aku
mengaktifkan internet, mencari-cari hasil seleksi.
Sayangnya, belum diumumkan. Siang hingga malam, aku
kehilangan sinyal karena pergi ke pelabuhan Muara Angke,
Jakarta untuk persiapan berangkat paginya. Tidak ada
akomodasi penginapan karena ini program ristisan yang
penuh dengan kekurangan. Terpaksa aku dan beberapa
teman tidur di masjid pelabuhan di Muara Angke. Dengan
diselimuti dingin aku terus berdoa, semoga hasilnya baik.
Aku mengaktifkan handphone, mendapatkan sinyal
internet tapi tidak stabil. Saat itu baru saja selesai sholat
Maghrib. Sambil berharap, aku mendapati sedikit koneksi
internet, notifikasi Whatsapp berangsung-angsur masuk.
44
45
46
47
48
49
[Aku tergabung dalam kelompok PK yang selalu meneriakkan yelyel Kapten! Kapal kita oleng Kapten!]
50
51
BAGIAN III
KISAH KEDATANGANKU DI
SWEDIA
52
53
54
55
56
*-*
Jangan sampai ketinggalan pesawat, jangan sampai
kehabisan uang
Itulah pesan kakakku didetik-detik terakhir menjelang
keberangkatanku. Perjalanan ini adalah perjalanan
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
Jerman, dan Spanyol. Sisanya warga Swedia. Aku satusatunya mahasiswa Indonesia di kelas itu. Kelas pertama di
kampus banyak diisi dengan diskusi. Aku mendapati diriku
diam saja. Kemampuan bahasa Inggris yang pas-pasan ini
sukses membuatku merasa inferior. Tapi seusai kelas aku
seringkali mendekati dosen untuk bertanya langsung apa
yang tidak aku mengerti. Dihari-hari pertama kuliah, aku
benar-benar minder bicara di kelas.
*-*
Sensasi senasib-seperantauan
kekeluargaan
menumbuhkan
rasa
74
75
76
[Bus di Swedia]
77
78
79
80
81
82
83
84
PENULIS
Sidiq Hari Madya, lahir di Batang pada 17
Oktober 1989. Sewaktu masih bayi pernah
dibawa orang tuanya ke Solo, lalu dibawa ke
Jakarta, menikmati masa kecil di ibukota
sampai kelas 2 SD. Kelas 3 pulang ke
kampung kelahiran, melanjutkan sekolah
sampai lulus SMA. Setelah tamat, pindah ke
Kota Gudeg Jogja melanjutkan studi S1 Sosiologi. Sekarang
tinggal di Stockholm untuk studi S2 Sosiologi juga. Sidiq suka
mengamati perilaku orang-orang yang dianggapnya menarik
untuk dijadikan inspirasi. Hobinya kadang membaca kadang
menulis, kalau capek tidur, kalau bosan seringkali pergi ke luar
atau nongkrong di cafe. Catatan kekinian tentang kegiatan
kesehariannya sering ia unggah melalui akun instagramnya
@sidiqharim
85