Anda di halaman 1dari 2

Hujan, Pramuka, dan Kebahagiaan

Oleh : Hidayat

Pramuka.

Sejak mengenal satu kata itu, banyak pertanyaan yang menari-nari di benak saya. Apa itu pramuka?
Mengapa banyak orang yang mengikutinya? Mengapa pula sampai seragamnya menjadi kewajiban bagi
para seluruh siswa di setiap hari Sabtu? Sebegitu istimewanya ia?

Berbekal rasa penasaran yang tinggi, hari itu, tepat ketika saya menginjak bangku kelas tiga sekolah
dasar, saya mulai bergabung dalam kegiatan Pramuka. Walau tak banyak, tapi saya berhasil
mendapatkan ilmu dasar organisasi. Hingga pada tahun 2006, saya mengikuti perkemahan Pramuka
untuk pertama kalinya.

Masih teringat di benak saya, bagaimana sulitnya saya menyesuaikan diri, bahkan sampai terpaksa
mengikuti lomba lukis yang diadakan pada kegiatan itu. Namun perasaan tak enak itu berubah ketika
saya berhasil mendapat juara ketiga. Tak menyangka, tapi terjadi. Dan saya tau bahwa saat itu adalah
titik awal keaktifan diri saya dalam kegiatan Pramuka.

Pada tahun 2007, hujan deras melanda tempat saya dan rekan-rekan saya melakukan kegiatan Persami
(Perkemahan Sabtu Minggu). Hampir seluruh tenda terpal melayang dan pakaian basah kuyup. Namun
beruntung saat itu seluruh kegiatan telah selesai sehingga kami hanya perlu mengungsi ke dalam kelas-
kelas kosong untuk berteduh sekaligus istirahat. Kami juga ikut berpartisipasi dan bahu membahu untuk
membuat parit serta tenda darurat. Sungguh, cuaca yang tidak bersahabat itu berubah menjadi hikmah
bagi kami semua. Hikmah untuk lebih banyak bersyukur dan persahabatan antar anggota semakin erat.

Tak cukup sampai disana, pada saat saya mengenyam pendidikan di bangku kelas dua Sekolah
Menengah Pertama saya mengikuti kegiatan pembersihan lingkungan desa untuk memperingati Hari
Sumpah Pemuda. Seluruh pemuda turun ke sepanjang jalan desa untuk membersihkan sampah, parit,
masjid serta tempat-tempat umum lainnya. Kegiatan ini sangat sesuai dengan Dasa Darma Pramuka
poin kedua, yaitu cinta alam dan kasih sayang sesama manusia. Jelas bahwa kegiatan yang tampak
remeh temeh ini sesungguhnya kegiatan yang sangat bermanfaat bagi banyak orang.
Hujan deras kembali melanda di kegiatan Persami saat pelantikan Bantara di Sekolah Menengah Atas
dan seperti terulang kembali kejadian saat Persami kala itu. Singkat cerita, pada tahun 2012, saya resmi
menjadi seorang Pramuka Penegak Bantara sebab keaktifan saya ketika menjadi Siaga dan Penggalang.
Selain itu, keikutsertaan saya dalam perkemahan Pramuka tingkat Provinsi dan berbagai macam prestasi
di bidang pentas seni, cerdas cermat dan MTQ juga menjadi nilai tambah dalam peresmian itu. Pramuka
betul-betul membawa dampak yang baik bagi diri saya sendiri serta orang-orang di sekitar saya.

Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah bagi semua umat Muslim di seluruh dunia, tak
terkecuali para anggota Pramuka. Untuk itulah saya dan rekan-rekan Pramuka lainnya berinisiatif untuk
mengadakan bakti sosial yang meliputi pengumpulan pakaian bekas layak pakai, bahan bacaan, bahan
makanan pokok serta dana tunai yang bisa digunakan oleh anak-anak yatim piatu di Panti Asuhan.
Bersedekah tentu tak akan mengurangi rezeki, tapi malah akan memperluas pintu rezeki kita semua.
Salah satunya rezeki kebahagiaan yang kita dapatkan ketika mampu berbagi terhadap sesama.

Bolehkah saya berkata, bahwa melalui Pramuka saya seperti menemukan diri saya yang sesungguhnya?
Berkat kegiatan Pramuka yang saya ikuti, saya paham bagaimana saya harus bergotong-royong dengan
banyak orang, bagaimana saya harus menolong antar sesama, hingga mengutamakan kelompok
daripada diri sendiri. Benar, Pramuka mengajarkan saya untuk tidak egois dalam melakukan apapun
sekaligus memberikan saya sebuah kebahagiaan akan pengalaman yang begitu luar biasa.

Dan rasa penasaran saya dahulu kini terjawab sudah. Hasilnya? Saya bersyukur menjadi bagian dari
Pramuka.

Anda mungkin juga menyukai