Anda di halaman 1dari 6

A.

PPK-PROSEDUR TINDAKAN
1. DEFINISI
Urtikaria adalah reaksi vascular di kulit akibat bermacam-macam
sebab,biasanya ditandai dengan edema setempat yang cepat timbul dan
menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di
permukaan kulit sekitarnya terdapat halo
2. ANAMNESIS
Gejala yang timbul pada urtikaria adalah sebagai berikut:

Gatal, rasa terbakar, atau tertusuk.


Biduran berwarna merah muda sampai merah.
Lesi dapat menghilang dalam 24 jam atau lebih, tapi lesi baru dapat mucul

seterusnya.
Serangan berat sering disertai gangguan sistemik seperti nyeri perut diare,
muntah dan nyeri kepala.

3. HASIL PEMERIKSAAN FISIK


a. Pemeriksaan kulit pada urtikaria, meliputi:

Lokalisasi: badan, ekstremitas, kepala, dan leher.

Efloresensi: eritema dan edema setempat berbatas tegas dengan elevasi


kulit, kadang-kadang bagian tengah tampak pucat.

Ukuran: beberapa milimeter hingga sentimeter.

Bentuk: papular, lentikular, numular, dan plakat.

Dermographism.

b. Pemeriksaan fisik sebaiknya terfokus pada keadaan yang memungkinkan


menjadi presipitasi urtikaria atau dapat berpotensi mengancam nyawa,
diantaranya adalah:

Faringitis atau infeksi saluran nafas atas, khususnya pada anak-anak.

Angioedema pada bibir, lidah, atau laring.

Sklera ikterik, pembesaran hati, atau nyeri yang mengindikasikan


adanya hepatitis atau penyakit kolestatik hati.

Pembesaran kelenjar tiroid.

Lymphadenopati atau splenomegali yang dicurigai limfoma.

Pemeriksaan sendi untuk mencari bukti adanya penyakit jaringan


penyambung, rheumatoid arthritis, atau systemic lupus erythematosus
(SLE).

Pemeriksaan pulmonal untuk mencari pneumonia atau bronchospasm


(asthma).

Ekstremitias untuk mencari adanya infeksi kulit bakteri atau jamur.

4. KRITERIA DIAGNOSTIK
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang
Komplikasi :
a) Purpura dan excoriasi
b) Infeksi sekunder
c) Bibir kering
5. DIAGNOSIS KERJA
Urtikaria
6. DIFERENTIAL DIAGNOSIS
Purpura Alergis atau purpura anafilaktoid, Ptiriasis Rosea
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tes Alergi, Tes Provokasi, Tes foto tempel, Suntikan mecholyl intradermal, tes
eliminasi makanan, tes fisik.

8. TERAPI

9. EDUKASI PADA ORANG TUA


Menjelaskan kepada orang tua pasien tentang penyakit urtikaria dengan

menggunakan bahasa verbal atau tertulis.


Menjelaskan kepada orang tua pasien mengenai perjalanan penyakit
urtikaria yang tidak mengancam nyawa, namun belum ditemukan terapi
yang adekuat, dan fakta jika penyebab urtikaria terkadang tidak dapat
ditemukan.

10. PENCEGAHAN
Menghindari faktor-faktor yang memperberat seperti terlalu panas, stres,

alcohol, dan agen fisik.


Menghindari penggunaan acetylsalicylic acid, NSAID, dan ACE inhibitor.
Menghindari agen lain yang diperkirakan dapat menyebabkan urtikaria.
Menggunakan cooling antipruritic lotion, seperti krim menthol 1% atau

2%.
11. KRITERIA RUJUKAN
Adanya distress pernafasan

12. PERALATAN
1. Pen Light
2. Lup
13. PROGNOSIS
Urtikaria akut prognosisnya lebih baik karena penyebabnya cepat dapat
diatasi, sedangkan urtikaria kronik lebih sulit diatasi karena penyebabnya sulit
dicari.
1. Quo Ad vitam (kehidupan)
: Bonam
2. Quo Ad functionam (fungsi organ) : Bonam
3. Quo Ad sanationam (kesembuhan) : Bonam
Catatan: dubia adalah ragu-ragu, bonam adalah baik, malam adalah buruk
14. KEPUSTAKAAN
1.
2.

IDAI, Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta: IDAI hal 329-332


FKUI. Buku kuliah ilmu kesehatan anak. Jakarta : FKUI. 1985

3.

Aisah. Urtikaria. Dalam : Djuanda. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 2. Jakarta :
FKUI. 2005: 169-76.

B.PPK-PROSEDUR TINDAKAN

1. DEFINISI

Urtikaria adalah reaksi vascular di kulit akibat bermacam-macam


sebab,biasanya ditandai dengan edema setempat yang cepat timbul dan
menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di
permukaan kulit sekitarnya terdapat halo
2. INDIKASI
Urtikaria yang meluas dengan cepat (hitungan menit-jam) disertai dengan
angioedema hebat, distress pernafasan, dan nyeri perut hebat
3. KONTRA INDIKASI :
Urtikaria yang tidak meluas cepat tidak perlu di rawat
4. PERSIAPAN OBAT, ALAT DAN ALAT HABIS PAKAI
1. Obat
:
Etiologi :
Antihistamin H1 (generasi ke-2) :
Cetirizin 0,25 mg/kg/kali, 6-24 bulan : 2 kali, >24 bulan : 1 kali
Antihistamin H1 (generasi ke-1), Sedatif :
CTM 0,25 mg/kg/hari (terbagi dalam 3 dosis) setiap 8 jam
2. Alat

:
Pen Light
Lup

3. Alat Habis Pakai : Handscoon


5. PROSEDUR TINDAKAN

Lakukan teknik aseptic dan antiseptic dalam melakukan tindakan pada


pasien

Ukur tanda vital tiap 4-6 jam

Pantau adanya tanda-tanda infeksi

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet

Jelaskan gejala gatal berhubungan dengan penyebabnya (misal keringnya


kulit) dan prinsip terapinya (misal hidrasi) dan siklus gatal-garuk-gatalgaruk.

Tanyakan pada dokter untuk pemberian obat pengurang rasa gatal

6. PASCA PROSEDUR TINDAKAN :

Jaga kebersihan kulit pasien

Jaga lingkungan pasien agar tetap bersih

Cuci

semua

pakaian

sebelum

digunakan

untuk

menghilangkan

formaldehid dan bahan kimia lain

Libatkan peran serta keluarga dalam memberikan bantuan pada pasien

7. TINGKAT EVIDENS
Distribusi usia paling sering adalah 0-9 tahun dan 30-40 tahun. Urtikaria
disebut akut jika berlangsung kurang dari 6 minggu. Paling sering episode
akut pada anak-anak adalah karena reaksi merugikan atau efek samping
dari makanan atau karena penyakit-penyakit virus. Episode urtikaria yang
persisten melebihi 6 minggu disebut kronik dan paling sering adalah
urtikaria idiopatik atau urtikaria yang disebabkan karena autoimun.
8. TINGKAT REKOMENDASI
Dapat dirawat di RS tipe C
9. PENELAAHAN KRITIS
Dapat terjadi angioedema, distress pernafasan, sampai syok anafilaktik
10. INDIKATOR PROSEDUR TINDAKAN KEPERAWATAN
Indikator tindakan medis
Menghindari hal-hal yang memperberat keadaan pasien, Megobati
urtikaria, menghilangkan pruritus,
Indikator dietetik
Makanan yang tidak berpotensi mencetuskan alergi
11. KEPUSTAKAAN
1.
2.

IDAI, Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta: IDAI hal 329-332


FKUI. Buku kuliah ilmu kesehatan anak. Jakarta : FKUI. 1985

3.

Aisah. Urtikaria. Dalam : Djuanda. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 2. Jakarta :
FKUI. 2005: 169-76.

Anda mungkin juga menyukai