Anda di halaman 1dari 13

Aluminium dan Paduannya

Aluminium ditemukan oleh Sir Humhrey Davy tahun 1809 sebagai unsur, pertama
kali direduksi sebagai logam oleh H.C Oerted tahun 1825, dan secara industri tahun 1886
oleh Paul Heroult dari Perancis dan C.M. Hall di Amerika Serikat secara terpisah telah
memperoleh aluminium dan alumina dengan cara elektrolisa dari garamnya yang terfusi.
Aluminium merupakan logam ringan yang mempunyai ketahanan korosi, daya hantar listrik
(60% Cu) dan sifat-sifat baik lainnya dari logam.
Kekuatan mekaniknya akan meningkat dengan penambahan senyawa Cu, Mg, Ni.
Oleh karena itu logam ini dipergunakan dalam banyak proses industri.
Klasifikasi paduan Aluminium
Klasifikasi paduan aluminium di susun oleh the International Alloy Designation System
(IADS) , klasifikasi tersebut didasarkan dari penamaan asosiasi aluminium di Amerika
Serikat.
Klasifikasi yang diterima oleh banyak Negara adalah :
1. Klasifikasi paduan aluminium tempa
2. Klasifikasi paduan aluminum coran
1. Klasifikasi paduan Aluminium Tempa
Setiap paduan aluminium tempa disusun menggunakan empat digit nomor.
Nomor Pertama ; mengindikasikan kelompok paduan berdasarkan pada unsure
paduan utamanya.
1xxx
2xxx

Aluminium murni dengan persentase hampir 99,0%


Paduan aluminium dengan unsure paduan utamanya adalah tembaga

(HT)
3xxx

sebesar 1,9 6,8%


Paduan Aluminium dengan padauan unsure utamanya Manganese

4xxx

sebesar 0,3 1,5 %


Paduan Aluminum dengan paduan unsure utamanya silicon sebesar

5xxx

3,6 13,5 %
Paduan Aluminium dengan paduan unsure utamanya magnesium

6xxx

sebesar 0,5 5,5 %


Paduan aluminium dengan paduan unsure utamanya Magnesium

(HT)
7xxx

0,4% - 1,5% dan Silikon 0,2-1,7%


Paduan aluminium dengan paduan unsure utamanya Zinc sebesar 1

(HT)
8xxx

8,2% dan magnesium


Paduan aluminium dengan paduan unsure utamanya lithium

Nomor Kedua : Mengindikasikan modifikasi paduan dan batasan persentase


impuritiesnya.
Paduan Original (basic) di lambangkan dengan 0 pada nomor keduanya.
Penomoran 19 mengindikasikan modifikasi berbagai jenis paduan aluminiumnya
dengan besaran komposisi yang tidak terlalu jauh.
Pada paduan series 1xxx penomoran keduan mengindikasikan besaran
ketidakmurniannya

(impuritiesnya),

1..9

mengindikasinya

besaran

ketidakmurniannya.
Dua Nomor terakhir ; Mengindikasikan persentase kemurnian paduan aluminiumnya.
Contoh untuk grup 1 :
1070 atau 1170
: Persentase aluminum sebesar 99,70%
1050 atau 1250
: Persentase aluminium sebesar 99,50 %
1100 atau 1200
: persentase aluminium sebesar 99,00 %
Untuk jenis grup paduan aluminium lainnya series 2xxx hingga 8xxx : dua
nomor terakhir menunjukan signifikasi perbedaan paduan dalam kelompok
paduannya.
2. Klasifikasi paduan aluminium cor.
Setiap paduan aluminium cor di designasi dengan empat digit dengan titik desimal
memisahkan angka ketiga dan ke empatnya.
Angka pertama menunjukkan kelompok paduan sesuai dengan elemen paduan utama:
1xx.x
2xx.x
3xx.x

Aluminium 99,0% minimum


Tembaga (4% ... 4,6%);
Silicon (5% ... 17%) dengan tembaga dan / atau magnesium

4xx.x
5xxx
7xxx
8xxx
9xx.x

ditambahkan;
Silicon (5% ... 12%);
Magnesium (4% ... 10%);
Zinc (6,2% ... 7,5%);
Paduan aluminium dengan paduan unsure utamanya Tin;
Lainnya

Dua digit kedua ; mengidentifikasi paduan aluminium atau menunjukkan kemurnian


paduan. Dalam paduan dari seri 1xx.x kedua dua digit menunjukkan tingkat
kemurnian paduan - sama dengan dua digit ke kanan titik desimal dalam konsentrasi
minimum aluminium (dalam persen): 150.0 berarti minimum 99.50% aluminium
dalam paduan, 120,1 berarti minimal 99,20% aluminium dalam paduan. Dalam semua

kelompok lain dari paduan aluminium (2xx.x melalui 9xx.x) kedua dua digit
menandakan paduan yang berbeda dalam kelompok.
Digit terakhir : menunjukkan bentuk produk: pengecoran (ditunjuk oleh "0") atau
ingot (ditunjuk oleh "1" atau "2" tergantung pada batas komposisi kimia.)
Sebuah modifikasi dari paduan atau pengotor batas asli ditunjukkan dengan surat
berantai sebelum penunjukan numerik.
Perlakuan Panas Aluminium Paduan
Perlakuan panas pada aluminium paduan dilakukan dengan memanaskan sampai
terjadi fase tunggal kemudian ditahan beberapa saat dan diteruskan dengan pendinginan cepat
hingga tidak sempat berubah ke fase lain. Jika bahan tadi dibiarkan untuk jangka waktu
tertentu maka terjadilah proses penuaan (aging). Perubahan akan terjadi berupa presipitasi
(pengendapan) fase kedua yang dimulai dengan proses nukleasi dan timbulnya klaster atom
yang menjadi awal dari presipitat. Presipitat ini dapat meningkatkan kekuatan dan
kekerasannya. Proses ini merupakan proses age hardening yang disebut natural aging. Jika
setelah dilakukan pendinginan cepat kemudian dipanaskan lagi hingga di bawah temperatur
solvus (solvus line) kemudian ditahan dalam jangka waktu yang lama dan dilanjutkan dengan
pendinginan lambat di udara disebut proses penuaan buatan (artificial aging).

Gambar 1. Diagram fasa perubahan mikrostruktur paduan Al-Cu,

Proses dari pemanasan awal hingga pendinginan cepat disebut proses perlakuan
pelarutan (solution treatment), dan proses sesudahnya disebut proses perlakuan pengendapan
(precipitation treatment).
Mekanisme Pengerasan
Untuk menjelaskan mekanisme terjadinya pengerasan, sebagai contoh diambil untuk
diagram fase Al-Cu. Dari diagram tampak bahwa kelarutan Cu dalam Al menurun dengan
menurunnya temperatur. Suatu paduan dengan 4 % Cu mulai membeku di titik 1 dengan
membentuk dendrit larutan padat a. Dan pada titik 2 seluruhnya sudah membeku menjadi
larutan padat a dengan 4 % Cu. Pada titik 3 kelarutan Cu dalam Al mencapai batas jenuhnya,
bila temperaturnya diturunkan akan ada Cu yang keluar dari larutan padat a berupa
CuAl2. Makin rendah temperaturnya makin banyak Cu-Al yang keluar. Pada gambar struktur
mikro Al-Cu tampak partikel CuAl tersebar didalam matriks a.
Dengan pemanasan kembali sampai diatas garis solvus (titik 3) semua Cu larut
kembali di dalam a. Dengan pendingan cepat (quench) Cu tidak sempat keluar dari a. Pada
suhu kamar struktur masih tetap berupa larutan padat a fase tunggal Sifatnyapun masih belum
berubah. Masih tetap lunak dan sedikit ulet. Dalam keadaan ini larutan dikatakan sebagai
larutan yang lewat jenuh karena mengadung solute yang melampaui batas jenisnya untuk
temperatur itu. Setelah beberapa saat larutan yang lewat jenuh ini akan mengalami perubahan
kekerasan dan kekuatan. Menjadi lebih kuat dan keras , tetapi struktur mikro tidak tampak
mengalami perubahan .
Penguatan ini terjadi karena timbulnya partikel CuAl2 (fase q) yang berpresipitasi di
dalam kristal a. Presipitat ini sangat kecil tidak tampak di mikroskop (submicroscopic) dan
akan menyebabkan terjadinya tegangan pada lattis kristal a di sekitar presipitat ini . Karena
presipitat tersebar merata didalam lattis kristal. Maka dapat dikatakan seluruh lattis menjadi
tegang mengakibatkan kekuatan dan kekerasan menjadi lebih tinggi. Struktur mikro dari
presipitasi Al-Cu dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Micrograph showing Cu rich GP zones in Al-4%Cu, aged for 6 hours at 180 C.

Micrograph showing precipitates in Al-4%Cu, aged for 2 hours at 200 C

Micrograph showing precipitates in Al-4%Cu, aged for 45 mins at 450 C.


Aging dapat dilakukan dengan membiarkan larutan lewat jenuh itu pada temperatur
kamar selama beberapa waktu. Dinamakan natural aging atau dengan memanaskan kembali
larutan lewat jenuh itu ke temperatur di bawah garis solvus dan dibiarkan pada temperatur
tersebut selama beberapa saat. Dinamakan artficial aging Bila aging temperatur terlalu tinggi
dan atauaging time terlalu panjang maka partikel yang terjadi akan terlalu besar (sudah
mikroskopik) sehingga effek penguatannya akan menurun bahkan menghilang sama sekali,
dan ini dinamakan over aged.
Proses precipitation hardening atau hardening dapat dibagi menjadi beberapa tahap yaitu:
1. Solution treatment, yaitu memanaskan paduan hingga diatas solvus line.
2. Mendinginkan kembali dengan cepat (quenching)
3. Aging, yaitu menahan pada suatu temperatur tertentu (temperatur kamar atau
temperatur dibawah solvus line) selang waktu tertentu.
Paduan Aluminium lainnya yang dapat di perlakukan panas sebagaimana diagram fasa
di bawah ini :
1. Paduan Al-Mg dengan kadar Mg kurang dari 17,1 % termasuk yang heat
treatable karena jika dipanaskan di atas garis solvus mampu mencapai fasa tunggal.

2. Paduan Al-Si masuk kategori non heat tretable, tetapi untuk paduan Al-Si dengan
kadar Si kurang dari 1,6 sebagaimana diagram fasa di bawah ini masih
memungkinkan Al-Si mencapai fasa tunggal jika dipanaskan di atas garis solvus.
Berarti memungkinkan untuk di heat treatment.

3. Paduan Al-Cu dengan kadar Cu kurang dari 5,65 % juga heat treatable.

Cold Working pada Aluminium


Suatu logam dikatakan mengalami pengerjaan dingin (Cold Working) apabila butirbutir kristalnya berada dalam keadaan terdistorsi setelah mengalami deformasi plastik. Dalam
keadaan ini pada kristal terdapat berbagai dislokasi setelah terjadi slip dan atau twinning.
Sebagai akibat dari pengerjaan dingin ini beberapa sifat mekanik akan mengalami perubahan,
misalnya : Tensile Strenght, Yield streghth dan Hardnessnya akan naik sedangkan keuletan
(ductility) akan menurun sebanding dengan makin tingginya derajat deformasi dingin yang
dialami.

Dari gambar diatas dapat kita analisa sebagai berikut : bahwa laju kenaikan Yield
Strenght itu lebih tinggi dari pada laju kenaikan Tensile Strenght dan pada derajat deformasi
yang lebih tinggi lagi perbedaan antara Yield Strenght dengan Tensile Strenght hanya sedikit
sekali. Jadi apa maksudnya? Maksudnya adalah deformasi yang akan terjadi sebelum patah
sedikit sekali (keuletannya rendah). Dan ini juga berarti bahwa akan sangat berbahaya bila
menderformasikan logam yang telah mengalami derajat deformasi dingin yang cukup tinggi
karena sewaktu-waktu dapat patah (putus).

Keterangan : The grain structure of a low carbon steel produced by cold working: (a)
10% cold work, (b) 30% cold work, (c) 60% cold work, and (d) 90% cold work (250).
Sebagaimana telah dikemukakan diawal bahwa akibat dari pengerjaan dingin adalah Tensile
Strenght, Yield streghth dan Hardnessnya akan naik sedangkan keuletan (ductility) akan
menurun sebanding dengan makin tingginya derajat deformasi dingin yang dialami. Selain itu
juga perlu diketahui bahwa sebagian energi yang diberikan untuk mendeformasi logam itu
dikeluarkan lagi sebagai panas dan sebagian lagi tetap tersimpan dalam struktur kristal
sebagai energi dalam (tegangan dalam) yang dikaitkan dengan cacat kristal yang terjadi
sebagai akibat dari deformasi. Jadi, secara sederhana bahwa setiap logam yang mengalami
pengerjaan dingin itu pasti akan menyimpan sejumlah tegangan dalam sebagai akibat
terjadinya

sejumlah

dislokasi.

Seumpama ada contoh kasus : Logam yang telah mengalami pengerjaan dingin ini
dipanaskan kembali, apa yang terjadi? Maka terjadi suatu keadaan dimana atom-atom akan
menerima sejumlah energi yang dapat dipakai untuk membentuk sejumlah kristal yang lebih
bebas cacat dan bebas tegangan dalam. Nah, tahapan-tahapannya itu seperti berikut ini :
1. Recovery
Pada Fase Recovery ini terjadi pada awal pemanasan kembali dan dengan temperatur
pemanasan yang rendah (A low-temperature annealing heat treatment), hal ini bertujuan
untuk mengurangi tegangan dalam yang terjadi selama deformasi dan pada tahapan ini belum
terjadi

perubahan

sifat

mekanik

maupun

struktur

mikro.

2. Recrystallization
Pada fase rekristalisasi ini dilakukan pemanasan kembali dengan temperatur pemanasan yang
lebih tinggi (A medium-temperature annealing heat treatment), hal ini bertujuan untuk
mengeliminasi semua akibat dari pengerasan regangan yang terjadi (strain hardening) selama
pengerjaan

dingin.

Rekristalisasi

terjadi

melalui

tahapan nucleaction (pengintian)

dan growth (pertumbuhan).


3. Grain growth
Pertumbuhan dari batas butir dengan proses difusi yang bertujuan untuk mengurangi
jumlah dari Area Batas Butir.

Bentuk Struktur Mikro Paduan Aluminium

Struktur mikro alumina, bahan baku aluminium.

Struktur mikro dari aluminium murni

Struktur mikro dari paduan aluminium-silikon. Gambar (a) merupakan paduan Al-Si tanpa
perlakuan khusus. Gambar (b) merupakan paduan Al-Si dengan perlakuan termal. Gambar (c)
adalah paduan Al-Si dengan perlakuan termal dan penempaan. Perhatikan bahwa semakin ke
kanan, struktur mikro semakin baik.

Struktur mikro Al-Si-Mg tanpa perlakuan termal

Struktur mikro dari paduan Al-Si-Mg setelah perlakuan termal

Struktur mikro dari Al-Cu

Anda mungkin juga menyukai