Anda di halaman 1dari 3

Casting adalah proses dimana wax pattern dari restorasi dikonversi untuk

mereplikasikan dental alloy. Proses casting digunakan untuk membuat restorasi


gigi seperti inlay, onlay, mahkota , jembatan, dan removable partial denture.
(Craig,2002, pg.516). Langkah awal yang di lakukan setelah pengecoran model
malam dengan bahan tanam tuang adalah pembuangan malam tersebut dengan
cara memanaskan bumbung tuang. Pemanasan mould investment harus dilakukan
sampai malam pada bumbung tuang benar-benar habis. Juga penting bahwa suhu
cetakan yang dipanaskan cukup untuk memungkinkan terjadinya ekspansi termal
dan inversi serta suhu ini tidak dibiarkan turun secara signifikan sebelum
pengecoran dimulai. Ini menandakan bahwa cetakan harus dipanaskan sampai
sekitar 750C untuk memungkinkan pendinginan yang mungkin terjadi sebelum
pengecoran dimulai.(Mc.cabe,2008, pg.80).
Keseimbangan antara suhu logam cair dan suhu cetakan penting agar dapat
memproduksi sebuah hasil tuangan yang lengkap dan akurat serta mempunyai
struktur halus. Logam harus cukup panas untuk memastikan bahwa logam
sepenuhnya cair dan tidak mendingin dahulu sebelum masuk ke dalam cetakan,
tetapi tidak boleh terlalu panas karena dapat mengakibatkan logam mulai
mengoksidasi atau tertundanya kristalisasi saat mencapai ujung-ujung cetakan
atau dapat merusak interaksi dengan dinding cetakan. (Mc.cabe,2008, pg.80).
Kemudian
alat
tuang
sentrifugal
diputar
2-5
kali.
(Annusavice,2003,pg.330). Kemudian logam dicairkan dengan blow torch di
dalam cawan tuang (crucible casting) yang sudah dipanaskan dan dicekatkan pada
lengan mesin. Sifat lengan ini akan mempercepat putaran awal dari crucible dan
casting ring, sehingga meningkatkan kecepatan linear dari logam cair ketika
logam memasuki cetakan. (Annusavice,2003,pg.330). Suhu pada blow torch
berkisar antara 870C sampai 1000C. (Craig,2002, pg.530).
Logam paling baik dicairkan dengan menempatkannya pada bagian dalam
dinding crucible. Dalam posisi ini, operator dapat mengawasi proses pencairan,
dan ada kesempatan bagi gas-gas di dalam semburan api untuk dipantulkan dari
permukaan
logam,
bukan
diserap
oleh
permukaan
logam.
(Annusavice,2003,pg.333).
Salah satu cara melihat pemanasan ini sudah sesuai maka logam yang
dipanaskan akan menjadi terang dan jernih . Jika salah maka logam akan berwarna
merah gelap maka itu telah terjadi oksidasi dan pemanasan tidak efektif dan
kusam. Posisi blowtorch juga tidak boleh terlalu dekat, karena juga akan
menyebabkan oksidasi.(Craig,2002, pg.531).
Ada beberapa bagian dari api yang pada torch yaitu yang berwarna hijau
dan paling dekat dengan inner cone adalah zona kombusi. Yang kedua adalah
yang berwarna biru yang teletak tepat diluar zona kombusi disebut zona reduksi,
pada zona ini merupakan nyala api yang paling panas. Yang ketiga adalah zona
yang berada di outer cone,dimana pada zona ini terjadi pembakaran dengan
oksigen di udara yang disebut zona oksidasi . Dalam praktikum ini kita
menggunakan zona reduksi yang merupakan tempat nyala api yang paling panas
yang digunakan untuk melelehkan logam. (Annusavice,2003,pg.334).
Jika logam dipanaskan sampai temperatur yang terlalu tinggi (over
heating) sebelum pengecoran, permukaan bahan tanam cenderung rusak dan
timbul permukaan kasar pada tuangan. (Annusavice,2003,pg.340). Setelah itu
tekan porosnya hingga alat ini berhenti. Lalu angkat bumbung tuang. Setelah itu

didiamkan sampai logam tidak berwarna merah membara. Lalu dilakukan proses
quenching. Ada dua manfaat melakukan quenching yaitu logam dalam kondisi
annealed untuk burnishing, polishing dan prosedur lain yang serupa. Dan ketika
air kontak langsung dengan bumbung tuang yang masih panas kemudian terjadi
reaksi yang keras sehingga logam mudah dilepaskan. (Annusavice,2003,pg.335).
Yang terakhir adalah mengukur marginal gap menggunakan jangka
sorong. Adanya marginal gap adalah akibat adanya gelembung pada bahan tanam
tuang yang menyebabkan udara terjebak.. Hal ini disebabkan oleh W/P rasio yang
rendah menyebabkan bahan tanam lebih kecil sehingga tidak pas dengan
shrinkage yang terjadi dan menyebabkan timbulnya marginal gap. Begitu juga
jika w/p rasio yang terlalu tinggi akan menyebabkan timbulnya marginal gap
akibat adanya kekasaran dan bintil pada bagian dalam dari hasil casting.
(Annusavice,2003,pg.306,316.)
Kelompok C10 telah melakukan praktikum penuangan logam (casting)
dengan enam kali pengecoran dalam mould di bumbung tuang dengan konsistensi
yang berbeda-beda. Konsistensi tersebut antara lain encer , normal dan kental.
Pada semua hasil percobaan terdapat marginal gap atau sela marginal. Sela
marginal yang paling besar terdapat pada percobaan II dengan w/p rasio normal.
Sedangkan marginal gap yang lebih kecil didapat dari percobaan I dengan w/p
rasio encer. Bintil pada mould II (w/p rasio normal) lebih banyak daripada bintil
pada mould I (w/p rasio encer), sehingga ketika dipasangkan pada master die
terdapat marginal gap. Selain itu terdapat bintil dan cekungan pada luar
permukaan hasil cetakan. Pada mould III (w/p rasio kental) didapat hasil yang
tidak sesuai yaitu cetakan tidak utuh. Kegagalan saat casting disebabkan oleh
beberapa hal yaitu :
1. Ada/tidaknya porositas
Rongga atau porositas dapat terjadi jika gas yang terbentuk saat
alloy dipanaskan berkontak dengan sisa karbon (Annusavice, 2003, hal
340). Porositas berbentuk bulatan yang lebih besar dapat disebabkan
oleh gas yang dikeluarkan oleh semburan api tidak diatur dengan baik,
atau penggunaan zona oksidasi dari semburan api bukan zona
reduksi(Annusavice, 2003, hal 346).
Porositas karena udara yang terjebak pada permukaan dalam casting disebut
sebagai porositas back pressure, yang dapat menghasilkan cekungan yang besar.
Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan udara di dalam mould untuk keluar
melalui pori bahan tanam atau karena perbedaan tekanan yang
memindahkan pocket udara ke ujung bahan tanam melalui sprue
yang mencair (Annusavice, 2003, hal 346). Porositas dapat
dikurangi dengan menghindari overheating pada alloy (McCabe &
Walls, 2008, hal. 82)
2. Terdapat bintil
Bulatan pada hasil casting ini disebabkan oleh gelembung udara
yang melekat pada model malam selama atau sesudah penanaman
(Annusavice, 2003, hal 338). Jika melakukan metode manual, ada beberapa
tindakan yang dapat dilakukan untuk mengilangkan udara dari
adonan bahan tanam sebelum penanaman dilakukan. Wet t i n g
a g e n t d a p a t m e m b a n t u m e n c e g a h pengumpulan gelembung

udara di permukaan model malam. Wetting agent hanya boleh dioleskan


selapis tipis saja Selain penggunaan wetting agent, bintil pada hasil casting
dapat dihindari apabila pada saat penanaman model malam tidak ada udara yang
terjebak. (Annusavice, 2003, hal338-339).
3. Cetakan tidak utuh
Penyebab dari keadaan ini adalah terhalangnya cairan alloy untuk
mengisi mould secara utuh. Ada dua faktor yang dapat menghambat
jalannya cairan logam, yaitu:
a.Pemanasan yang kurang
Hal ini berhubungan langsung dengan back pressure dari udara di
dalam mould. Jika udara tidak dapat dikeluarkan dengan cepat, maka
cairan alloy tidak dapat mengisi mould sebelum mengeras. Jika tekanan
casting yang digunakan kurang benar, maka back pressure juga tidak
dapat diatasi. Tekanan casting harus ditahan sampai alloy benar-benar
sudah masuk ke dalam mould, walaupun alloy masih cukup lunak
pada tahap awal. Oleh karena itu, tekanan harus ditahan beberapa
detik lagi.Kegagalan ini biasanya terlihat berupa tepi yang membulat
dan tidak lengkap (Annusavice, 2003, hal 347).
b.Pembuangan sisa malam yang tidak sempurna dari dalam mould.
Jika terlalu banyak hasil pembakaran yang tertinggal di dalam mould,
maka pori-pori dari bahan tanam tertutup malam sehingga udara tidak
dapat keluar seutuhnya. Jika ada cairan atau partikel malam yang
tertinggal,maka kontak dari alloy dengan sisa malam dapat
menimbulkan back pressure untuk menghalangi masuknya alloy ke dalam
mould. Kegagalan ini terlihat berupa tepi yang membulat.
(Annusavice, 2003,hal 347).
4. Distorsi
Distorsi pada proses penuangan logam terjadi saat manipulasi malam
inlay, sehingga pencegahan terjadinya distorsi tergantung pada proses
manipulasi malam inlay. Distorsi terjadi akibat stress release, yaitu
tekanan yang sangat besar pada material akibat malam dicetak tanpa
pemanasan yang cukup hingga diatas suhu transisi solid-solid. Distorsi
dapat terjadi sewaktu membentuk dan melepas model malam dari mulut
atau die. Keadaan ini terjadi karena perubahan suhu dan pelepasan stress
yang muncul sewaktu terjadinya kontraksi saat pendinginan, udara yang
terjebak, serta temperatur selama penyimpanan (Craig, 2002, pg.438).

Anda mungkin juga menyukai