PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Feminisme erat kaitannya dengan gerakan politik yang memperjuangkan
kesetaraan hak. Pembicaraan tentang feminisme bukanlah hal yang baru, baik di
kalangan pejuang hak-hak wanita pada umumnya. Gerakan feminisme mulai
membuahkan hasil nyata sekitar tahun 1960-an. Feminisme menyangkut
bagaimana memposisikan subjek perempuan dalam masyarakat.
Menjadi feminis merupakan suatu proses panjang yang muncul dari
berbagai rasa sakit dan kepahitan, serta kegetiran atas ketimpangan yang
berlangsung di dalam tatanan masyarakat, baik yang berlangsung di ranah publik
maupun yang berlangsung di ranah domestik, di ranah pribadi.
Feminisme mewujud seperti tubuh perempuan, yang tidak berpusat, yang
tidak satu terintegrasi, yang dapat membagi diri tanpa menjadi berkurang, yang
dapat menyatu tanpa kehilangan subyektivitasanya, yang karena berbeda maka
saling melengkapi.
Sebagian besar pemikiran feminis meresistensi kategorisasi, terutama
kategorisasi berdasarkan label dari bapak pemikiran itu. Feminisme bukanlah
ideologi yang moopolitik, bahwa feminis tidak berpikiran sama, dan bahwa seperti
semua modus berpikir yang dihargai oleh waktu, pemikiran feminis mempunyai
masa lalu, masa kini serta masa depan
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Feminisme ?
2. Bagaimana sejarah feminisme di dunia ?
3. Bagaimana keragaman pemikiran feminisme ?
4. Siapa saja tokoh-tokoh feminisme ?
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu:
1.
2.
3.
4.
1.4. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Feminisme
Berbicara feminisme artinya membicarakan ideologi, bukan wacana.
Hakikat feminisme adalah perlawanan, anti, dan bebas dari penindasan, dominasi,
hegemoni, ketidakadilan, dan kekerasan. Kekhasan feminisme adalah melawan
penindasan. Perlawanan ini ditempuh dengan berbagai macam cara atau aksi.
Karena melawan penindasan, maka perlawanan ini harus diawali dengan adanya
kesadaran kritis dan pengorganisasian diri. Dengan mata, hati dan tindakan yaitu
bahwa dia menyadari, melihat, mengalami adanya penindasan yang terjadi pada
perempuan mempertanyakannya, menggugat dan mengambil aksi untuk merubah
kondisi tersebut. Feminisme dengan demikian berpihak pada perempuan, pada
mereka yang ditindas, didiskriminasi, diekploitasi, dan diabaikan.
Feminisme membongkar pengalaman ketertindasan sebagai perempuan,
mempertanyakan relasi-relasi kekuasaan yang berlangsung pada perempuan.
Feminisme memperjuangkan kemanusiaan kaum perempuan, memperjuangkan
2
Sejarah Feminisme
Feminisme dimulai sejak perempuan mulai secara sadar mengorganisasikan
diri mereka dalam skala yang cukup untuk memperbaiki kondisi ketertindasan
mereka.
Awal abad 17 istilah feminisme mulai digunakan, maknanya dipahami
dalam konteks waktu itu, berakar pada analisis politik tahun 1970-an. Dalam buku
Encyclopedia of Feminism , yang ditulis Lisa Tutle, 1986, feminisme atau bahasa
Inggris : feminism, berasal dari bahasa latin yaitu femina : woman dan secara
harfiah atinya having qualities of femals. Telah disepakati bahwa feminisme
sebagai istilah untuk pertama kali digunakan pada abad ke-17 di Inggris, menurut
Kumari Jayawardena (1986). Dalam buku Feminism and Nationalism in the
Third World (1986) Kumari menguraikan bahwa perbincangan mengenai hak
perempuan dan pendidikan telah berlangsung di Cina pada abad 18 dan bahwa
pada abad 19 dan awal 20 telah ada perjuangan kaum feminis di India, Iran, Turki,
Mesir, Jepang, Korea, Philipina, Vietnam, Srilanka, dan Indonesia.
2.3
Feminis
radikal-kultural
mengungkapkan
sistem hubungan kekuasaan dan hubungan pertukaran. Hal ini bisa dilihat ketika
kekuatan kerja seseorang bisa dipertukarkan dengan sejumlah upah sedangkan
kapitalisme sebagai hubungan kekuasaan bisa dilihat ketika pertukaran yang ada
menjadi lahan eksploitatif bagi majikan untuk memaksa pekerjanya bekerja giat
tanpa tambahan gaji yaitu tidak mendapatkan upah sesuai dengan pengorbanan
yang telah diberikannya untuk menghasilkan barang atau jasa seperti yang
diperintahkan majikannya. Seharusnya setiap komoditas yang dihasilkan oleh
pekerja harus dibalas sesuai dengan pekerjaan, pengeluaran energi, dan intelejensi
pekerja. Mereka tidak melakukan apapun karena menganggap hal tersebut sebagai
hal yang wajar.
tenaga
kerja
dengan
mengorbankan
perempuan.
Elshtain
Kritik Dari Feminis Sosialis: Kritik dari Allison Jaggar kepada feminis
marxis merupakan kritik dari perspektif sosialis yang khawatir bahwa feminis
marxis kurang memadai dalam membahas opresi terhadap perempuan oleh lakilaki. Feminis marxis dalam membahas mengenai opresi terhadap perempuan,
mereka berargumentasi bahwa kapital sebagai opresor utama terhadap perempuan
8
Iris Young: Menurut Young, analisa kelas sebagai pusat kategori analisis
tidak akan mampu menjelaskan bagaimana opresi yang terjadi di negara-negara
sosialis sekalipun karena itu menurutnya kategori pembagian kerja yang lebih
melek gender mempunyai kekuatan konseptual untuk mentransformasi teori
feminis Marxis yang mampu membahas seluruh kondisi perempuan, yaitu di dalam
keluarga atau di tempat kerja, peran reproduksi juga peran produksi perempuan.
Analisis menggunakan kategorisasi berdasarkan pembagian kerja menjadi lebih
spesifik daripada menggunakan kategorisasi kelas menurutnya akan adanya
marjinalisasi perempuan, yakni fungsi perempuan sebagai tenaga kerja sekunder
yang merupakan karakteristik esensial dan fundamental dari kapitalisme.
D. Feminisme Psikoanalisis dan Gender
Feminis Psikoanalisis & Gender berpendapat bahwa cara bertindak
perempuan berakar dalam psike perempuan yaitu cara pikir perempuan. Mereka
mengklaim bahwa ketidaksetaraan gender berakar dari pengalaman masa
kanak-kanak, yang mengakibatkan cara laki-laki memandang dirinya sebagai
maskulin, sedangkan perempuan sebagai feminin serta cara masyarakat
memandang bahwa maskulinitas adalah lebih baik daripada femininitas.
Feminis psikoanalisis merekomendasikan bahwa kita harus bergerak maju
menuju masyarakat androgin yaitu manusia yang seutuhnya merupakan
campuran sifat-sifat positif feminin dan maskulin. Feminis gender cenderung
berpendapat bahwa ada perbedaan biologis dan juga perbedaan psikologis
seperti perempuan (kelembutan, kesederhanaan, rasa malu, sifat mendukung,
empati, kepedulian, kehati-hatian, sifat merawat, intuisi, sensitivitas, dan
ketidakegoisan) secara moral lebih baik dari laki-laki (kekerasan hati, ambisi,
keberanian, kemandirian, ketegasan, ketahanan fisik, rasionalitas, dan kendali
emosi).
E. Feminisme Eksistensial
Feminisme eksistensialis hadir dengan konsep ada Jean Paul Sartre.
Analisis Beauvoir yang idealismenya yaitu fokusnya pada mitos dan citra, serta
kurangnya
strategi
praktis
untuk
mencapai
kebebasan,
dank
arena
menciptakan
mitos
tentang
perempuan:
irasionalisasinya,
11
F. Feminisme Posmodern
Feminis postmodern mengundang setiap perempuan yang berefleksi dalam
tulisannya untuk menjadi feminis dengan cara yang diinginkannya.
Dekontruksionis mengambil sikap kritis terhadap segala sesuatu yang di
anggap baik dan menyiratkan kemungkinan adanya sesuatu yang lebih baik
bagi seorang individu untuk menjadi buruk. Keyakinan dekontruksi dan
feminisme postmodern memiliki persamaan yaitu feminis postmodern
menantang gagasan diri yang menyatu dan terintegrasi dengan mengacu pada
ide bahwa diri pada dasarnya tidak sadarnya adalah terpecah, antara dimensi
kesadaran dan ketidaksadaran. Keyakinan dekontruksionis adalah bahwa baik
identitas diri maupun kebenaran dalam kehidupan kita dan bahasa kita
merupakan sruktur yang dipaksakan kepada kita.
JACQUES LACAN : Setiap masyarakat diatur oleh rangkaian tanda, peran,
dan ritual yang tidak saling berhubungan, hal ini Lacan mengistilahkannya
dengan Tatanan Simbolik yang berfungsi secara mamadai di dalam
masyarakat. Tatana simbolik mengatur masyarakat melalui pengaturan
individu. Lacan menyatakan bahwa tatanan simbolik adalah masyarakat,
sistem
hubungan
yang
sudah
ada
sebelum
kita.Menurutnya
untuk
menyesuaikan hai ini harus melalui 3 tahap yaitu Fase pra-Oedipal atau
imajiner yang merupakan kebalikan tatanan simbolik, Fase kedua itu fase
cermin adalah fase normal dalam perkembangan diri. Lacan mengklaim bahwa
proses penemuan diri infantil berfungsi sebagai paradigma dari semua
hubungan selanjutnya, fase ketiga yaitu fase Oedipal. Dalam fase Oedipal,
anak laki-laki menolak identifikasi dengan ibunya dan mendekatkan diri
dengan ayah yang mempunyai anatomi yang lebih mirip. Berbeda dengan
perempuan yang tidak menyeluruh menyelesaikan fase Oedipalnya. Dan dapat
ditarik kesimpulan disatu sisi, perempuan disingkirkan dari tatanan simbolik
dan dikucilkan pada bagian margin. Disisi lain, perempuan direpresi dalam
tatanan simbolik, dan dipaksa untuk tunduk dalam tatanan itu di luar
keinginannya. Freud dan Lacan sama-sama tidak menemukan ruang yang
nyaman bagi perempuan dalam kerangka piker ini. Oleh karena itu perempuan
tidak dapat dipahami atau dketahui.
13
yang
biasanya
disebut
falogosentris
oleh
Cixious
sama-sama
14
feminim dan tubuh perempuan adalah sumber dari tulisan perempuan, ada
perbedaan substansial diantara keduanya. Irigaray sejak awal dan berprofesi
sebagai seorang psikoanalis. Tujuan utamanya adalah membebaskan yang
feminism dari pemikiran filsafat maskulin, termasuk pemikiran Freud dan lacan.
Lacan dan Irigaray menyatakan bahwa di dalam ranah imajiner terdapat imajiner
laki-laki dan imajiner perempuan. Namun berlawanan dengan Lacan, Irigaray
menolak memandang hidup perempuan dalam ranah imajiner sebagai keadaan
untuk ditangisi. Melainkan, ia memandang hidup perempuan dalam ranah imajiner
sebagai penuh dengan kemungkinan yang sama sekali belum tersentuh bagi
perempuan.
Irigaray mencatat bahwa, pada saat ini, segala sesuatu yang kita ketahui
tentang yang imajiner dan perempuan, termasuk hasrat seksualnya, didapat dari
sudut pandang laki-laki. Menurut Irigaray satu-satunya jenis perempuan yang kita
kenal adalah perempuan yang maskulin, feminimfalik, peremuan sebagaimana
dilihat oleh laki-laki. Dan menurut Irigaray ada jenis perempuan lain yang juga
harus dikenali yaitu perempuan feminim sebagaimana dilihat perempuan. 3
tindakan yang dapat dilakukan perempuan agar tidak menjadi sekedar sampah yaitu
perempuan dapat mnciptakan bahasa perempuan dengan menghindari bahasa
gender sekuat perempuan menghindari laki-laki yang dimana Irigaray mendorong
perempuan untuk menemukan keberanian berbicara dengan menggunakan kalimat
aktif dan menghindari dengan cara apapun keamanan yang semu, perempuan dapat
menciptakan bahasa perempuan, perempuan dalam usaha untuk menjadi dirinya
sendiri dapat meniru tiruan yang dibebankan laki-laki kepada perempuan.
praOedipal dan elemen simbolik yang hanya ada di dalam tatanan sibolik. Elemen
simbolik adalah aspek penciptaan makna yang memungkinkan kita untuk mampu
membuat argument rasional, elemen ini menghasilkan tulisan yang linear,
rasional,objektif, dan sangat tunduk pada tata bahasa. Yang simbolik adalah elemen
statis dalam tatanan simbolik. Sedangkan elemen semiotic adalah aspek penciptaan
makna yang memungkinkan kita untuk mengeksprsikan perasaan, elemen inilah
yang yang merupakan pendorong ketika elemen semiotik ini melangsungkan proses
penandaan, elemen semiotic menghasilkan penulisan yang melanggar aturan baik
dalam sintaks maupun tata bahsanya.
Kristeva menentang identifikasi feminim dengan perempuan biologis dan
maskulin dengan laki-laki biologis. Penekanan Kristeva adalah pada perbedaan
secara umum, dan bukan perbedaan seksual secara khusus. Meskipun menolak
gambaran tradisional atas dua jenis kelamin biner dan atas dua identitas gender
yang berlawanan, Kristeva mengakui kebenaran bahwa pada dasarnya ada
perbedaan seksual antara laki-laki dan perempuan. Kristeva mengakui bahwa lakilaki dan perempuan mempunyai identitas seksual yang berbeda, tidak berarti ia
berpendapat bahwa identitas ini dimanifestasikan dengan cara yang sama oleh
setiap perempuan dan laki-laki. Walaupun mengakui bahwa feminis sebelumnya
telah berhasil mencanangkan istilah perempuan untuk meningkatkan keadaan
kebanyakan perempuan, Kristeva menegaskan bahwa feminis masa kini harus
memanfaatkan istilah itu dengan lebih bijaksana karena jika tidak politik
pembebasan akan dapat berubah menjadi politik peminggiran dan perlawanan balik
kekuatan. Karena itu, Kristeva hanya mendukung beberapa aspek dari gerakan
feminis yang menghancurkan atau tunduk pada identitas yang ambigu, terutama
identitas seksual.
G. Feminisme Multikultural dan Global
Keduanya feminisme ini menentang esensialisme perempuan yaitu
pandangan bahwa gagasan tentang perempuan ada sebagian bentuk platonik,
yang seolah oleh setiap perempuan dengan darah dan daging dapat sesuai
dalam kategori tersebut. Kedua pandangan feminisme ini juga menafikan
chauvanisme perempuan yaitu kecenderungan dari segelintir perempuan yang
di untungkan karena ras dan kelas mereka.
16
argumen
yang
menekankan
pada
kecenderungan
bahwa
17
terhadap perempuan di satu bagian di dunia sering kali disebabkan oleh apa yang
terjadi di bagian dunia yang lain, dan bahwa tidak akan ada perempuan yang bebas
hingga semua kondisi operasi terhadap perempuan dihancurkan dimana pun juga.
Dengan keyakinan perempuan Dunia Kesatu hanya tertarik pada isu seksual, atau
pada usaha untuk meyakinkan bahwa diskriminasi gender adalah bentuk operasi
terburuk yang dapat dialami seorang perempuan, banyak perempuan Dunia Ketiga
menekankan bahwa mereka lebih tertarik pada isu politik dan ekonomi daripada isu
seksual.
Feminis global adalah mengenai perempuan dari penjuru dunia, bersamasama sebagai orang yang setara untuk membicarakan persamaan dan perbedaan
mereka. Feminis global, yakin bahwa apa yang disebut sebagai isu politik atau isu
peremuan pada dasarnya tidak saling berlawanan. Gillian berkomentar bahwa
untuk perempuan masalahnya bukanlah operasi laki-laki terhadap perempuan,
tetapi bagaimana sistem perburuhan internasional yang tidak adil telah
mengkontruksi hubungan keluarga yang tidak sehat. Dengan cara pemisahan
menjadi alat untuk membingungkan isu sesungguhnya yang diperjuangkan oleh
kebanyakan perempuan di seluruh dunia. Tidak ada yang lebih jelas menunjukkan
kesalingterkaitan yang komplek antara bentuk opresi daripada teknologi pengatur
reproduksi di masa lalu dan teknologi pembantu reproduksi masa kini. Apa yang
gagal dilihat oleh para perempuan ini, paling tidak pada awalnya, adalah bahwa
ahli kandungan dan bidan yanag sama yang berkeberatan untuk melakukan
sterilisasi terhadap mereka seringkali dengan segala senang hati melakukan
sterilisasi terhadap perempuan kulit perempuan kulit berwarna, terutama mereka
yang miskin.
Mengabaikan fakta bahwa perempuan bekerja, tekan Morgan adalah
absurd. Perusahaan multinasional mempergunakan perempuan sebagai sumber
buruh murah, yang tidak diberikan training sebagaimana diberikan kepada buruh
laki-laki, dan memecatnya kapan pun pemecatan dianggap menguntungkan.
Perempuan adalah pekerja migran dan musiman di negara-negara pertanian dan
pekerja paruh waktu di negara-negara industri.
H. Ekofeminisme
18
DAFTAR PUSTAKA
Tong, Rosemarie Putnam, Feminist Thought;Pengantar Paling Komprehensif
kepada Arus Utama Pemikiran Feminis, (Yogyakarta: Jalasutra, 2008)
Heroepoetri, Arimbi dan Valentina, R. 2004. Percakapan tentang Feminisme vs
Neoliberalisme. DebtWATCH Indonesia. Jakarta
22
23