Anda di halaman 1dari 3

Mengenal Batik Nganjuk Sebagai

Hasil Budaya Kabupaten Nganjuk


Awal mula ide desain Batik Nganjuk berawal dari rasa kepedulian Tim Penggerak
PKK Kabupaten Nganjuk terhadap produksi daerah dan pelestarian sejarah
kabupaten Nganjuk. Dimana dalam desain Batik Nganjuk menggambarkan
Prasasti Anjuk Ladang yang telah dimodifikasi sehingga batik tersebut dapat
diterima masyarakat luas serta mampu bersaing dengan batik batik dari daerah
lainnya.

Motif Batik Nganjuk


Batik Nganjuk menggunakan dua cara dalam pembuatannya yaitu dengan cara
menulis atau batik tulis, dan dengan cara di cap atau batik cap. Kalau
menggunakan Batik Tulis maka alatnya adalah canting, sedangkan batik cap
menggunakan cap atau stempel. Kain yang digunakan adalah kain Mori, Santung,
Serat kayu dan Sutera.

Prasasti Anjuk Ladang


Proses membuat Batik Nganjuk menurut penelusuran abdi kanjeng dari berbagai
sumber jenis tulis dibutuhkan waktu selama lima hingga tujuh hari. Namun juga
tergantung dari proses pewarnaannya. Semakin banyak warna yang dipakai, tentu
juga makin rumit pembuatannya dan lebih lama jadinya. Untuk Batik Nganjuk
sendiri dibuat menggunakan cap atau stempel untuk membatik. Karenanya
prosesnya juga lebih mudah dan lebih cepat. Saat ini ada dua macam stempel
sebagai cap khas Batik Nganjuk. Dari motifnya bisa diketahui kalau di stempel
tersebut ada gambar tugu Anjuk Ladang (jayastamba) sebagai ciri khasnya.
Namun selain cap khas Batik Nganjuk juga disediakan cap bermotif lainya yang
sudah bersifat umum.

Mencanting
Menuliskan malam/lilin ke kain putih dalam proses batik tulis
Dalam membuat kain Batik Nganjuk, proses pengerjaannya dikerjakan oleh kaum
laki-laki. Mulai dari pengecapan di atas kain putih dengan stempel. Kemudian

dicolet dengan warna tertentu sesuai selera atau pesanan. Kemudian dipopok.
Artinya motif yang sudah dicolet diberi malam (lilin) agar warnanya tidak ikut
pudar atau ikut terkena warna lain. Dalam proses pemopokan ini, pembatik
menggunakan canting untuk memopok bagian dari kain dengan warna tertentu.
Setelah dipopok, kain direbus agar malam jadi luntur dankain kelihatan warna
aslinya. Setelah itu barulah kain direndam dan dibilas dengan air dingin. Lalu
dijemur di luar atau diangin-angin. Tidak terlalu rumit namun perlu ekstra teliti
dan hati-hati dalam pembuatannya. Karena kain batik yang sudah terkena cap
tidak bisa diulang kembali.

Khusus untuk Batik Nganjuk, Ibu Ita Taufiqurrahman mengkursuskan 11 orang


pemuda ke Pekalongan. Di kota Batik ini, selama delapan hari mereka belajar
membatik mulai dari proses awal hingga menjadi kain batik jadi. Agar diharapkan
di Nganjuk mempunyai ciri serta pengembangan budaya yang baik. Dan hal yang
membanggakan kain batik nganjuk kini telah dikenal di tingkat nasional setelah
mengikuti acara fashion show di Surabaya dan Jakarta beberapa waktu lalu.
Karenanya, sebagai warga Nganjuk, kita harus bangga dan ikut melestarikan Batik
Nganjuk ini. Apalagi berdasarkan sumber wikipedia UNESCO telah
mengukuhkan BATIK Indonesia sebagai Warisan Budaya Dunia (the world
cultural heritage of humanity from Indonesia). Jika Anda merasa sebagai bangsa
Indonesia, mari kita pakai baju batik pada tgl 2 Oktober Mari mengenakan batik
sebagai wujud pelestarian budaya Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai