Ahahahahah
Ahahahahah
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan usia harapan hidup penduduk merupakan salah satu
indikator keberhasilan pembangunan suatu negara. Namun demikian, kondisi
tersebut akan diikuti oleh peningkatan jumlah penduduk lanjut usia atau
lansia dengan berbagai permasalahannya (Kemenkokesra, 2012).
World Health Organization (WHO) mencatat bahwa terdapat 600 juta
jiwa lansia pada tahun 2012 di seluruh dunia. WHO juga mencatat terdapat
142 juta jiwa lansia di wilayah regional Asia Tenggara. Sedangkan menurut
Badan Pusat Statistik (BPS), tercatat jumlah lansia Indonesia mencapai
jumlah 28 juta jiwa pada tahun 2012 dari yang hanya 19 juta jiwa pada tahun
2006. Hasil rekapitulasi data dinas kesehatan Jawa tengah mencatat 3 juta
jiwa lansia terdapat di Jawa tengah. Angka ini menunjukkan peningkatan
jumlah lansia sebesar 22,5% dari 2.323.541 pada tahun 2010. Secara
kuantitatif parameter tersebut lebih tinggi dari ukuran nasional (Depkes, 2012
; BPS, 2012).
Gangguan tidur merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering
dihadapi oleh lansia. Kondisi ini membutuhkan perhatian yang serius.
Buruknya kualitas tidur lansia disebabkan oleh meningkatnya latensi tidur,
berkurangnya efisiensi tidur dan terbangun lebih awal karena proses penuaan.
Proses penuaan tersebut menyebabkan penurunan fungsi neurontransmiter
obatan secara terus menerus akan menyebabkan gagal ginjal. Hal inilah yang
menyebabkan terjadinya peningkatan angka mortalitas pada lansia. Dengan
demikian diperlukan terapi non farmakologis yang efektif dan aman untuk
meningkatkan kualitas tidur lansia (Stanley, 2006).
Prinsip penatalaksanaan non farmakologis untuk mengatasi gangguan
tidur adalah peningkatan kenyamanan dan penurunan kecemasan (Potter &
Perry, 2006). Salah satu terapi non farmakologi yang berpotensi memperbaiki
kualitas tidur lansia adalah terapi suara dengan Murottal Al Quran. Terapi
murottal Al Quran dengan tempo yang lambat serta harmonis dapat
menurunkan hormon-hormon stres, mengaktifkan hormon endorfin alami
(serotonin). Mekanisme ini dapat meningkatkan perasaan rileks, mengurangi
perasaan takut, cemas, dan tegang, serta memperbaiki sistem kimia tubuh
sehingga menurunkan tekanan darah, memperlambat pernafasan, detak
jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak (Heru, 2008). Oleh karena
inilah terapi murottal Al Quran memiliki potensi untuk meningkatkan
kualitas tidur.
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Unit
Rehabilitasi Sosial Dewanata Kesugihan Cilacap pada bulan april 2013,
terdapat 90 lansia yang dirawat di sana. Wawancara dengan 20 lansia terdapat
10 diantaranya mengalami gangguan tidur. Lansia mengeluh sulit untuk
tertidur pada malam hari, sering terbangun malam hari, merasa tidak puas
dengan tidurnya dan rata-rata mereka tidur hanya 4-5 jam perhari. Padahal
menurut Stanley (2006), seorang lansia membutuhkan waktu tidur minimal
sekitar 6 jam perhari, berarti dalam hal ini lansia memiliki kualitas tidur yang
buruk. Selain itu penggunaan terapi alternatif non farmakologis juga belum
diterapkan di Unit Rehabilitasi Sosial. Berdasarkan hal tersebut di atas
peneliti tertarik untuk meneliti pangaruh terapi Murottal Al Quran terhadap
kualitas tidur lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Dewanata Cilacap.
B. Rumusan Masalah
Peningkatan jumlah lansia di satu sisi menunjukkan membaiknya
pembangunan negara tetapi di sisi lain diikuti dengan munculnya berbagai
permasalahan pada lansia. Kualitas tidur yang buruk merupakan salah satu
masalah kesehatan yang sering dihadapi oleh lansia. Penatalaksanaan kualitas
tidur yang buruk masih mengacu pada terapi farmakologis yang memiliki
efek samping bagi kesehatan lansia. Dengan demikian dibutuhkan terapi
alternatif yang efektif dan aman. Terapi suara Murottal Al Quran merupakan
salah satu terapi non farmakologi yang berpotensi memperbaiki kualitas tidur
pada lansia. Berdasarkan uraian di atas maka rumusan penelitian ini adalah :
Bagaimanakah pengaruh terapi Murottal Al Quran terhadap kualitas tidur
lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Dewanata Cilacap?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh
terapi murottal Al Quran terhadap peningkatan kualitas tidur lansia
2. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus penelitian ini adalah :
a. Mengidentifikasi karakteristik (jenis kelamin, umur, pendidikan, dan
kualitas tidur)
Cilacap.
b. Mengidentifikasi perbedaan kualitas tidur sebelum dan sesudah
pengamatan pada kelompok kontrol.
c. Mengidentifikasi perbedaan kualitas tidur sebelum dan sesudah
intervensi pada kelompok perlakuan.
d. Mengidentifikasi perbedaan peningkatan kualitas tidur antara
kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan
atau memantapkan pemberian intervensi keperawatan yaitu terapi
Murottal Al Quran terhadap kualitas tidur lansia.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Sebagai dasar pengembangan penelitian lebih lanjut mengenai faktor
yang berpengaruh terhadap pengaruh pemberian terapi murottal Al
Quran terhadap peningkatan kualitas tidur pada lansia melalui
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan pengetahuan peneliti, belum pernah dilakukan penelitian
yang serupa atau sama dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu
tentang pengaruh terapi murottal Al Quran terhadap kulaitas tidur lansia di
Unit Rehabilitasi Sosial Cilacap. Penelitian lain yang berkaitan dengan terapi
murottal Al Quran dan kualitas tidur yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Eskandari Siswatinah (2012), dengan
judul Pengaruh Terapi Murottal Al Quran Terhadap Kecemasan
Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Dilakukan Tindakan Hemodialisa di
RSUD Kraton Kabupaten di Pekalongan. Penelitian ini menggunakan
metode quasi experiment. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 30
pasien gagal ginjal kronik yang dibagi tanpa acak ke dalam dua
kelompok. Hasil penelitian ini terdapat pengaruh pemberian terapi
murottal Al Quran terhadap kecemasan (p=0,001). Jadi disimpulkan
bebas,
yaitu terapi
murottal. Sedangkan
p<0,001. Hal ini menunjukan PSQI dapat digunakan untuk praktek klinik
dan untuk aktivitas penelitian.
Persamaan penelitian ini adalah pada instrumen penelitian yaitu
sama-sama menggunakan PSQI. Sedangkan perbedaanya penelitian di
atas menguji validitas PSQI sedangkan peneliti melakukan uji pengaruh
terapi murottal Al Quran terhadap kualitas tidur lansia.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Lanjut Usia
a.
Pengertian Lansia
Lanjut usia (lansia) adalah setiap warga negara Indonesia pria
atau wanita yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas, baik potensial
maupun tidak potensial (UU no.13 1998). Sedangkan menurut
Stanley (2007) seseorang memasuki usia lanjut ketika berusia 60
atau 65 tahun. Lansia adalah fase menurunnya kemampuan akal dan
fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup
(Darmojo, 2004). Sehingga dapat disimpulkan bahwa lansia
merupakan seseorang yang telah berusia 60 tahun ke atas yang
disertai dengan menurunnya kemampuan akal dan fisik.
b. Klasifikasi Lansia
WHO mengklasifikasikan lansia menjadi beberapa, yaitu :
lansia usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lansia (elderly)
60-74 tahun, lansia tua (old) 75-90 tahun, dan lansia sangat tua (very
old) di atas 90 tahun (Nugroho, 2008). Klasifikasi lansia menurut
Maryam (2003), antara lain pralansia (prasenilis), lansia, lansia
risiko tinggi, lansia potensial, lansia tidak potensial.
11
c. Teori Penuaan
Penuaan merupakan proses yang normal, dengan perubahan
fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan akan terjadi pada
semua orang pada saat mereka mencapai tahap usia dan
perkembangan tertentu (Stanley, 2007).
Menurut Donion dalam Stanley (2007), teori-teori yang
menjelaskan tentang terjadinya penuaan secara umum dibagi menjadi
2 (dua) bagian umum, yaitu : teori biologi dan psikososial.
1) Teori Biologi
Teori biologi menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk
perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan
kematian. Perubahan dalam tubuh terutama perubahan secara
molekuler dan seluler dalam sistem organ utama, kemampuan
untuk berfungsi secara adekuat dan melawan penyakit. Teori
biologis juga menjelaskan mengapa orang mengalami penuaan
dengan cara berbeda dari waktu ke waktu dan faktor apa yang
mempengaruhi umur panjang, perlawanan terhadap organisme,
dan kematian atau perubahan seluler. Teori biologi terdiri atas :
teori genetika, teori wear and tear, riwayat lingkungan, teori
imunitas, dan teori neuroendokrin.
12
mengubah
informasi
genetik.
Hal
tersebut
13
struktur
bioligis.
Hingga
akhirnya
hal
ini
menyebabkan kerusakan.
(c) Riwayat Lingkungan
Dalam
teori
ini
terdapat
faktor-faktor
yang
14
Disengagement
(pemutusan
hubungan)
15
individu
pengurangan
peran
dalam
masyarakat
tidak
diinginkan.
(d) Teori Aktivitas
Teori
ini
merupakan
teori
lawan
dari
teori
16
17
2) Tahap II
Tahap ini individu tertidur ringan dan diikuti dengan penurunan
proses tubuh. Tidur ini berlangsung antara 10-15 menit dan
merupakan 40-45% dari total tidur.
3) Tahap III
Tahap ini frekuensi jantung dan proses tubuh menurun. Individu
sulit untuk bangun dan kehilangan refleknya.
4) Tahap IV.
Tahap terakhir tidur NREM, dimana disebut sebagai tidur dalam.
Tubuh menjadi sangat rileks dan sering terjadi mimpi serta
dengkuran.
Tahap tidur yang kedua merupakan tidur REM (Rapid Eye
Movement) biasanya kembali setiap 90 menit dan berlangsung sekitar
5 sampai 10 menit. Selama tidur REM otak menjadi sangat aktif dan
metabolism otak meningkat 20%. Pada fase ini individu bisa sangat
sulit dibangunkan dan dapat terbangun secara spontan (Kozier et al.,
2011).
Siklus tidur individu melalui tahapan NREM dan REM. Siklus
tidur komplit biasanya berlangsung 1,5 jam. Dalam siklus tidur
pertama seseorang melalui tiga tahap tidur NREM pertama dengan
total waktu 20 sampai 30 menit. Kemudian tidur memasuki tahap IV
NREM dengan waktu 39 menit. Setelah itu tidur kembali ke tahap III
dan II selama 20 menit. Kemudian individu masuk ke siklus tidur
18
19
waktu yang diperlukan untuk tidur lebih dalam menurun. Lansia juga
merasa sulit untuk tertidur dan tetap tidur.
d. Kualitas tidur
Kualitas tidur adalah suatu keadaan dimana tidur yang dijalani
seorang individu menghasilkan kesegaran dan kebugaran ketika
terbangun. Kualitas tidur mencakup aspek kuantitatif seperti durasi
tidur, latensi tidur, serta aspek subjektif seperti tidur dalam dan
istirahat (Khasanah & Hidayati, 2012).
Menurut Hidayat dalam Khasanah & Hidayati (2012), kualitas
tidur seseorang dikatakan baik apabila tidak menunjukan tanda-tanda
kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya.
Tanda-tanda kekurangan tidur dapat dibedakan menjadi tanda fisik dan
tanda psikologis.
Tanda tanda fisik akibat kekurangan tidur antara lain :
ekspresi wajah (area gelap disekitar mata, bengkak di kelopak mata,
konjungtiva kemerahan dan mata terlihat cekung), kantuk yang
berlebihan, tidak mampu berkonsentrasi, terlihat tanda tanda
keletihan. Sedangkan tanda tanda psikologis antara lain : menarik
diri, apatis, merasa tidak enak badan, malas, daya ingat menurun,
bingung, halusinasi, ilusi penglihatan dan kemampuan mengambil
keputusan menurun.
20
dapat
suara
mempercepat
kebisingan
dan
memperlambat
tidur.
dapat
menggangu
tidur.
21
22
7) Diet
Konsumsi makanan atau minuman yang mengandung L-Triptofan
seperti keju dan susu akan menginduksi tidur. Namun kandungan
kefein dalam kopi dapat menghambat untuk tidur.
8) Merokok
Nikotin memberi efek stimulan terhadap tubuh. Orang yang
merokok akan cenderung lebih sulit untuk tertidur dan akan lebih
sering terbangun.
9) Motivasi
Keinginan untuk tetap terjaga seringkali dapat mengatasi rasa letih
seseorang. Sedangkan orang yang tidak termotivasi untuk terjaga
karena bosan akan lebih cepat tertidur.
10) Obat-obatan
Beberpa obat mempengaruhi kualitas tidur. Antara lain obat
penyekat beta menyebabkan insomnia dan mimpi buruk.
Amfetamin dan antidepresan menyebabkan penurunan tidur REM
secara tidak normal. Seseorang yang putus obat dari setiap obatobatan ini lebih banyak tidur REM dibandingkan biasanya.
3. Terapi Murottal Al Quran
a. Definisi terapi murottal Al Quran
Al Quran adalah kalam Allah SWT yang merupakan mujizat
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Al Quran adalah
kitab suci yang diyakini kebenarannya, dan dijadikan salah satu syarat
23
24
25
26
B. KERANGKA TEORI
Berdasarkan tinjauan pustaka dari kozier (2011), Potter & Perry
(2006), Stanley (2006) dapat digambarkan kerangka penelitian sebagai
berikut :
Terapi
Murottal
Al Quran
Lansia
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi tidur :
1.
2.
3.
4.
5.
Sakit
Lingkungan
Letih
Gaya hidup
Stres
emosional
6. Stimulan dan
alkohol
7. Diet
8. Merokok
9. Motivasi
10. Obat-obatan
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Kualitas
Tidur
27
C. KERANGKA KONSEP
Berdasarkan kerangka teori penelitian maka dapat digambarkan
kerangka konsep penelitian sebagai berikut :
Variabel Terikat
Kualitas Tidur
Variabel Bebas
Lansia :
Terapi Murrotal
Al Quran
(Durasi, latensi,
aspek subjektif)
Skor : 0-21
Variabel Confounding
1. Gaya hidup
2. Motivasi
Keterangan :
: tidak diteliti
: diteliti
28
D. HIPOTESIS
Hipotesis merupakan suatu kesimpulan sementara atau jawaban
sementara dari suatu penelitian (Notoatmodjo, 2005). Hipotesis dari
penelitian ini adalah :
Ha : Ada pengaruh Terapi Murottal Al Quran terhadap kualitas tidur lansia.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimental dengan
rancangan penelitian yang digunakan adalah pretest-posttest with control
group design. Quasi eksperiment merupakan penelitian eksperimen semu,
karena syarat-syarat sebagai penelitian eksperimen tidak cukup memadai
yaitu pengontrolan sempurna pada variabel pengganggu (Notoatmodjo,
2005).
A1
O1>
(X) >
O2
A3
O3>
(-)
>
O4
A2
(X) : Kelompok perlakuan dengan terapi murottal Al Quran durasi 15
menit 1X sehari
(-) : Kelompok kontrol tanpa Perlakuan Terapi Murottal Al Quran
30
31
Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
diteliti (Notoatmodjo, 2005). Menurut Nursalam (2003) populasi adalah
setiap objek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Populasi
dalam penelitian ini adalah lansia yang berusia 60 tahun keatas di Unit
Rehabilitasi Dewanata Cilacap. Jumlah populasi dalam penelitian ini
adalah 90 lansia.
2.
Sampel
Sampel penelitian menurut Notoatmodjo (2005) adalah objek
yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Sedangkan
menurut
Nursalam
(2003)
sampling
adalah
cara
atau
metode
32
a) Kriteria inklusi:
(1) Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Dewanata Cilacap.
(2) Responden dengan usia 60-80 tahun.
(3) Responden yang bersedia menjadi responden
(4) Responden yang beragama islam.
b) Kriteria eksklusi:
(1) Responden yang mengalami gangguan mental.
(2) Responden yang mengalami gangguan pendengaran
(3) Responden yang merokok.
(4) Responden yang menggunakan obat tidur.
Adapun besar sampel dalam penelitian ini adalah :
*
Keterangan :
n = Besar sampel minimal
Z = deviat baku normal untuk
Z = deviat baku normal untuk
Sd = standar deviasi
d = selisih antara dua kelompok yang bermakna
Dari rumus tersebut maka perhitungan sampel dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
(
[
]
)
33
n = (6,18)2
n = 38,19 = 38 subjek
Berdasarkan penghitungan rumus jumlah sampel yang akan
diteliti adalah 38 orang. Akan tetapi pada saat melakukan penelitian
peneliti dapat mengumpulkan responden sebanyak 40 responden. Jumlah
ini akan terbagi menjadi dua, yaitu 20 sampel kelompok perlakuan dan
20 sampel kelompok kontrol.
C. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas
(independent) dan variabel terikat (dependent).
1. Variabel bebas (independent)
Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau
timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel bebas dalam penelitian
ini adalah terapi murotal Al Quran.
2. Variabel terikat (dependent)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini
adalah kualitas tidur lansia.
34
D. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi Operasional
Instrumen
Terapi
murottal
Al Quran
Recorder
ayat-ayat AlQuran
Actif speaker
Sound level
meter
Timer
Laptop
Kualitas
tidur
Kuisioner
PSQI
Hasil
Ukur
-
0,1,2,3,
4,5,6,7,
8,9,10,
11,12,1
3,14,15
,16,17,
18,19,2
0,21
Skala
-
Rasio
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik sehingga lebih mudah diolah (Saryono, 2008). Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan lembar
kuisioner Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI). Alat ini merupakan alat
untuk menilai kualitas tidur. Alat ini terdiri dari 19 poin pertanyaan pribadi
35
Validitas
Validitas menyatakan apa yang seharusnya diukur. Sebuah
instrumen dikatakan valid jika instrumen itu mampu mengukur apa saja
yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu. Dengan
kata lain secara sederhana dapat dikatakan bahwa sebuah instrumen
dianggap valid jika instrumen itu benar-benar dapat dijadikan alat untuk
mengukur apa yang akan diukur (Notoatmojo,2005)
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan alat yang sudah valid dan sudah di uji validitasnya.
Hal ini berdasarkan penelitian dari Buysse (1988), dalam penelitian
tersebut PSQI diujikan selama 18 bulan kepada 52 orang sehat dan 54
pasien depresi dan 62 pasien gangguan tidur. PSQI teruji valid dengan
sensitivitas 89,6% dan spesifitas 86,5% ( kappa = 0,75, p < 0,001).
36
2. Reliabilitas
Realiabitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu
alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap
asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang
sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2002).
Alat pengukur yang akan digunakan pada penelitian ini adalah
kuisioner PSQI. Kuisioner ini sudah digunakan oleh peneliti sebelumnya
sehingga tidak perlu dilakukan uji reabilitas. Hal ini berdasarkan
penelitian Buysse (1988) dan Rakhmawati (2012) bahwa PSQI reliabel
untuk digunakan.
37
responden
menandatangani
lembar
persetujuan
(informed concent).
(4) Mengumpulkan data sekunder yaitu data umum lansia.
(5) Melakukan pre test untuk kualitas tidur lansia.
(6) Melaksanakan terapi murrotal al Quran selama tujuh hari.
(7) Mengumpulkan data primer yaitu melakukan pengukuran
melalui kuesioner yang ada setelah tujuh hari terapi.
(8) Tindak lanjut dari pengumpulan data baik sekunder maupun
primer adalah melakukan pengecekan data apakah data sudah
sesuai.
(9) Data
yang
sudah
lengkap
kemudian
menggunakan komputer.
(10) Menganalisis data yang telah diolah.
(11) Membuat laporan penelitian.
diolah
dengan
38
Pengolahan Data
Setelah data yang diperlukan terkumpul kemudian diperlukan
pengolahan data dengan melalui tahap-tahap sebagai berikut:
a) Edit data
Edit data yaitu memeriksa data yang telah dikumpul melalui
kuesioner dan lembar hasil pemeriksaan. Hal ini diperlukan di
lapangan untuk meneliti kembali apakah isian dalam lembar
pertanyaan sudah cukup baik untuk diproses dan dilaksanakan di
lapangan, sehingga bila terdapat kekurangan segera dilengkapi.
b) Pengkodean
Masing-masing variabel penelitian diberi kode berupa angka yang
selanjutnya
dimasukkan
dalam
lembaran
tabel
kerja
untuk
39
40
41
I. Etika Penelitian
Etika dalam penelitian ini menurut Notoatmodjo (2002) adalah :
1. Informed Consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan
responden, dengan bentuk lembar persetujuan. Lembar persetujuan
diberikan sebelum penelitian kepada responden yang akan diteliti.
Lembar ini dilengkapi dengan judul penelitian dan manfaat penelitian,
sehingga subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian. Bila subjek
menolak, maka peneliti tidak boleh memaksa dan harus tetap
menghormati hak-hak subjek
2. Anonimity
Anonimity digunakan untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan
mencantumkan nama responden, tetapi pada lembar tersebut diberikan
kode pengganti nama responden.
3. Confidentiality
Informasi yang telah dikumpulkan dari responden akan dijamin
kerahasiaanya oleh peneliti, dan hanya akan digunakan untuk
pengembangan ilmu.
4. Prinsip keadilan
Subyek penelitian ini diperlakukan secara adil baik sebelum, selama
maupun sesudah keikutsertaannya dalam penelitian. Kelompok yang
tidak mendapatkan perlakuan pemberian terapi murrotal Al Quran saat
42
43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Unit Rehabilitasi Sosial Dewanata Cilacap
selama 14 hari yaitu pada tanggal 20 juni hingga 3 juli 2013. Jumlah
responden yang bersedia mengikuti penelitian adalah 40 responden. Hal ini
sesuai yang diharapkan peneliti. 20 responden masuk kedalam kelompok
intervensi yang diberi terapi murottal Al Quran selama 7 hari berturut
turut. Sedangkan 20 responden lainnya masuk dalam kelompok kontrol yang
hanya diamati. Adapun hasil penelitian ini adalah :
1.
5
15
25
75
9
11
45
55
p= 0,032
44
73,55 tahun, dimana usia termuda adalah 64 dan usia tertua adalah 80
tahun.
Pada kelompok intervensi dan kontrol memiliki distribusi jenis
kelamin yang sama. Homogentias jenis kelamin menunjukkan p value =
0,333 (p value < 0,05). Hal ini berarti jenis kelamin responden homogen.
Pada penelitian ini jumlah responden perempuan lebih banyak daripada
laki laki.
Berdasarkan tabel 4.1 kualitas tidur awal kelompok intervensi dan
kelompok kontrol sebelum diberikan terapi murottal Al Quran memiliki
data yang tidak homogen. Hal ini ditunjukkan dengan p value = 0,032.
Pada penelitian ini rata rata kualitas tidur kelompok kontrol lebih baik
dibandingkan kelompok intervensi.
2. Perbedaan kualitas tidur sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok
intervensi.
Tabel 4.2 kualitas tidur sebelum dan sesudah intervensi
Hasil pengukuran
MinMean SD
t
df
p value
max
Pretest intervensi
7,450 3,000
3-13
5,403 19 0,000
Posttest intervensi 5,605 2,303
2-11
Pretest kontrol
6,001 1,947
3-11
1,831 19 0,083
Posttest kontrol
5,852 1,899
3-11
45
0,05. Hal ini berarti ada perbedaan yang bermakna antara kualitas tidur
sebelum dan sesudah pemberian terapi murottal Al Quran, yaitu menjadi
semakin baik.
3. Kualitas tidur sebelum dan sesudah pengamatan pada kelompok kontrol.
Berdasarkan tabel 4.2 nilai t hitung = 1,831 (t hitung < t tabel),
selain itu tidak terdapat perubahan mean yang signifikan (0,15) yaitu dari
6,00 menjadi 5,85. Dari uji statistik t test menunjukkan p value 0,083
yang berarti p value > 0,05. Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang
bermakna antara kualitas tidur sebelum dan sesudah pengamatan pada
kelompok kontrol.
4. Perbedaan peningkatan kualitas tidur antara kelompok intervensi dan
kelompok kontrol
Tabel 4.3 perbedaan peningkatan kualitas tidur antara kelompok
intervensi dan kelompok kontrol
Kelompok
n
Mean SD
Perbedaan
p value
rerata
Intervensi
20
1,845 1,531
1,700
0,000
Kontrol
20
0,149 0,366
Berdasarkan tabel 4.3 perbedaan rerata 1,700 dan uji t tidak
berpasangan menunjukkan p value 0,000 (p value < 0,05). Hal ini
berarti ada perbedaan peningkatan kualitas tidur yang bermakna antara
kelompok intervensi dan kontrol.
46
B. Pembahasan
1.
Karakteristik responden
a.
Usia
Berdasarkan tabel 4.1 terdapat homogenitas antara kelompok
intervensi dan kelompok kontrol. Hal ini terlihat dari prosentase
yang sama pada kedua kelompok. Hal ini tentu akan meminimalkan
terjadinya bias pada penelitian.
Seseorang akan mengalami penurunan fungsi organ ketika
memasuki usia tua. Hal mengakibatkan lansia lebih rentan terhadap
penyakit seperti nyeri sendi, osteoporosis, Parkinson dan lainnya.
Padahal kualitas tidur berkaitan dengan penyakit dan kesehatan yang
buruk. Sehingga usia memiliki pengaruh terhadap kualitas tidur
seseorang. Hal ini didukung penelitian Khasanah dan Hidayati
(2012) yang meyatakan bahwa usia 70 74 tahun cenderung
memiliki kualitas tidur yang buruk berkaitan dengan penurunan
fungsi fungsi fisiologis (Kozier,.et al, 2011; Oliveira, 2010). Selain
itu menurut Stanley (2006), proses patologis terkait usia dapat
menyebabkan perubahan pola tidur. Kualitas tidur yang buruk
menyerang 50% orang yang berusia 65 tahun atau lebih.
b.
Jenis kelamin
Perempuan cenderung memiliki kualitas tidur buruk karena
terjadi
penurunan
hormon
estrogen
dan
progesteron
yang
47
48
stres,
mengaktifkan
hormon
endorfin
alami,
49
50
51
52
meningkatkan
ketenangan
(Eskandari,
2012;
Mardiyono,
2011;
Sooki.,Shafii.,Tagharobi, 2011).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh terapi
murottal Al Quran terhadap kualitas tidur lansia di Unit Rehabilitasi
Sosial Dewanata Cilacap. Dan terapi murottal Al Quran merupakan
salah satu terapi non medis yang dapat memperbaiki kualitas tidur lansia.
C. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian yang peneliti rasakan adalah bias peneliti.
Dimana dari segi pengumpulan data, peneliti yang mengambil data. Namun
demikian peneliti berusaha meminimalisir dengan mempersilahkan responden
mengisi kuisioner PSQI sendiri.
53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
2. Ada perbedaan yang bermakna kualitas tidur sebelum dan sesudah terapi
murrotal Al Quran.
3. Tidak ada perbedaan yang bermakna kualitas tidur sebelum dan sesudah
pengamatan pada kelompok kontrol.
4. Ada perbedaan yang bermakna peningkatan kualitas tidur antara
kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
54
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat diberikan
saran sebagai berikut :
1.
Bagi masyarakat
Masyarakat dapat mengaplikasikan terapi murrotal Al Quran
untuk meningkatkan kualitas tidur lansia. Karena selain tidak
menimbulkan efek samping terapi ini juga ekonomis dan berkhasiat.
2.
3.
Bagi Penelitian
Dapat dilakukan penelitian lanjutan dari penelitian ini, meliputi:
a. Pemberian terapi murrotal Al Quran langsung di tempat tidur.
b. Penelitian dengan doubleblind design.
dapat
55