6. Bilaslah labu 2 kali masing-masing dengan 10 ml air suling dan tambahkan air
pencucian ini ke dalam isi corong pemisah. Tunggu sampai cairan memisah
dengan sempurna, kemudian buanglah lapisan airnya.
7. Cuci lapisan minyak dengan jalan mengocok berturut-turut dengan:
a. 50 ml larutan natrium khlorida.
b. 50 ml larutan natrium karbonat natrium klorida.
c. 50 ml larutan natrium klorida.
d. 20 ml air suling
8. Kocoklah dengan baik minyak atsiri yang terasetilasi ini dengan larutan-larutan
jenuh tersebut, kemudian hati-hati dengan air suling sedemikan rupa sehingga bila
pencucian telah dilakukan dengan baik minyak itu netral terhadap kertas lakmus.
9. Pindahkan lapisan minyak ke dalam sebuah tabung yang kering dan kocoklah
beberapa kali selama 15 menit dengan sedikitnya 3 gram magnesium sulfat
anhidrat. Saringlah minyak yang sudah dikeringkan itu. Ulangi pengocokan
dengan 3 gram magnesium sulfat berikutnya sampai minyak yang terasetilasi ini
bebas dari air.
10. Di dalam labu dari alat penyabunan, timbanglah sampai ketelitian 0,5 mg minyak
atsiri yang terasetilasi sebanyak seperti dalam tabel 2, kemudian tambahkan 5 ml
etanol lalu denetralkan dengan larutan KOH dalam etanol.
11. Tambahkan 2 ml air suling dan 0,5 ml larutan fenolflatein dan 25 ml larutan
etanol, kalium hidroksida 0,5 N. Didihkan campuran dalam pendingin refluks di
atas penangas air selama 1 jam, kemudian dinginkan dengan cepat, dengan
menambahkan 20 ml air suling dan titrasi kelebihan alkali dengan larutan asam
klorida 0,5 N.
Tabel 2. Berat minyak untuk menentukan bilangan ester setelah asetilasi.
Bilangan yang diperkirakan
Berat minyak (gram)
Dibawah 50
4,5-5,0
50-70
3,5-4,0
70-90
2,5-3,0
90-110
2,0-3,0
110-140
1,0-2,0
140-180
1,2-1,5
180-220
1,0-1,2
220-280
0,9-1,0
1.5 Penyajian Hasil Uji
a. Perhitungan bilangan ester sebelum asetilasi:
V
28,08( 0V 1)
W
Bilangan ester E=
Keterangan :
V1 = volume larutan HCl yang digunakan dalam penentuan
V0 = volume larutan HCl 0,5 N yang digunakan dalam penentuan blanko
W = massa contoh yang diuji (gram)
Setelah didinginkan, encerkan sampai volume 100 ml dengan etanol dari kekuatan
yang sama.
2.3 Peralatan
1. Labu kaca tahan alkali, kapasitas 100-200 ml dengan leher kaca asah dilengkapi
dengan sumbat kaca asah atau sebuah pipa kaca yang panjagnnya paling sedikit 1
m diameter 10 mm bertindak sebagai pendingin refluks.
2. Pipet berkapasitas 20 ml.
3. Labu erlenmeyer, kapasitas 200 ml dengan sumbat kaca asah.
4. Buret kapasitas 10 ml.
2.4 Prosedur
1. Dengan menggunakan pipet masukan 20 ml larutan hidroksilamonium khlorida ke
dalam labu erlenmeyer, tambahkan 10 ml larutan kalium hidroksida yang diukur
dengan buret, campurkanlah.
2. Tuangkan campuran itu ke dalam labu yang berisi sampel minyak, labu
erlenmeyer yang telah kosong disimpan tanpa menucinya.
3. Diamkan labu yang berisi campuran dan sampel minyak atau didihkan dengan
refluks selama beberapa waktu dan dinginkan dengan cepat sebelum pendingin
refluks dipisahkan.
4. Untuk sampel minyak yang berwarna gelap tambahkan bromfenol biru.
5. Tambahkan larutan asam klorida yang terdapat dalam buret sampai terjadi warna
kehijau-hijauan, dan pindahkan separuh dari campuran reaksi ini ke dalam labu
erlenmeyer yang disimpan semula.
6. Netralkan campuran yang separuh lagi sampai timbul warna kuning muda,
pindahkan kembali ke dalam labu yang satu lagi, campurkanlah dan kembalikan
lagi separuh dari larutan ke dalam labu yang kosong itu.
7. Lanjutkan cara ini sampai suatu saat di mana penambahan tetes asam klorida ke
dalam larutan yang ada di dalam salah satu dari kedua labu itu tidak lagi
menimbulkan perubahan warna bila dibandingkan dengan warna larutan yang
terdapat dalam labu kedua.
8. Sebagai alternatif titrasi ini dapat dilakukan dengan metode potentiometris sampai
pH 3,5.
9. Bersamaan dengan penentuan, lakukanlah pengujian blanko dengan pereaksipereaksi yang sama mengikuti cara kerja yang sama pula.
2.5 Penyajian Hasil Uji
Kadar senyawa-senyawa karbonil, yang dinyatakan sebagai aldehida atau keton
tertentu, dalam presentasi massa, dihitung dengan rumus :
V
M ( 0V 1 )
20 m
Keterangan :
m = massa cuplikan yang diperiksa
V1 = volume larutan HCl yang digunakan dalam penentuan
V0 = volume larutan HCl 0,5 N yang digunakan dalam pengujian blanko
W = massa molar relatif dari aldehida atau keton yang dimasukkan ke dalam standar
untuk minyak sereh.
Sumber : SNI 06-3953-1995