Anda di halaman 1dari 5

1.

Penentuan Total Geraniol


1.1 Prinsip
Asetilasi minyak sereh oleh anhidrida asetat dengan adanya natrium asetat. Isolasi dan
pengeringan minyak sereh yang terasetilasi tersebut. Penentuan bilangan ester setelah
asetilasi dan penghitungan kadar alkohol bebas dengan memperhatikan bilangan ester
minyak sebelum asetilasi.
1.2 Bahan Kimia
1. Anhidrida asetat, 98-100% untuk analisa
2. Natrium asetat, anhidrat, baru, dilebur, dan dihaluskan.
3. Larutan jenuh natrium khlorida
4. Larutan natrium karbonat dalam natrium khlorida, mengandung 20 gram natrium
karbonat anhidrat per liter, dijenuhkan dengan natrium khlorida.
5. Magnesium sulfat, anhidrat, netral, baru, dipijarkan dan dihaluskan. Sebagai
pengganti dapat juga digunakan natrium sulfat anhidrat.
6. Kertas lakmus.
7. Fenolftalein, larutan 2 gram fenolftalein per liter 95% (v/v) etanol yang
dinetralkan pada 25oC.
8. Larutan kalium hidroksida, larutan 0,1 N dalam 95% (v/v) etanol.
9. Larutan kalium hidroksida, larutan 0,5 N dalam 95% (v/v) etanol.
10. Asam klorida 0,5 N.
1.3 Peralatan
1. Alat asetilasi, termasuk sebuah labu asetilasi berdasar bundar dengan leher kaca
asah dan berkapasitas 100 cm3, dilengkapi dengan sebuah pipa kaca untuk
bertindak sebagai pendingin reflaksi, panjangnya paling sedikit 1 m dan diameter
sebelah dalam paling sedikit 10 mm.
2. Gelas ukur kapasitas 10m3, dan 50 cm3.
3. Alat pemanas yang sesuai untuk mendidihkan, tanpa terjadinya pemanasan
setempat yang berlebih.
4. Corong pemisah, berkapasitas 250 ml.
5. Alat penyabunan, termasuk labu kaca tahan alkali berkapasitas 100 sampai 200 ml
yang dapat dilengkapi dengan sebuah pipa kaca untuk bertindak sebagai pendingin
refluks yang panjangnya paling sedikit 1 m dan diameter sebelah dalam paling
sedikit 10 mm. Pasanglah tabung penyerap karbon dioksida pada pendingin
selama pendinginan.
6. Buret berkapasitas sedikitnya 20 ml terbagi dalam 0,1 ml
1.4 Prosedur
1. Campurlah kira-kira 10 ml anhidrida asetat dan 2 gram natrium asetat anhidrat
dalam labu dari alat asetilasi.
2. Tambahkan potongan-potongan kecil batu apung atau porselen dan lengkapilah
labu tersebut dengan pendingin reflaksinya.
3. Panaskan labu dengan alat pemanas dan refluk cairan dengan hati-hati selama 2
jam.
4. Biarkan cairan menjadi dingin, tambahkan 50 ml air suling dan panaskan pada
suhu antara 40-50oC menggunakan alat pemanas selama 15 menit sambil sering
dikocok.
5. Dinginkan sampai suhu kamar, tanggalkan pipa refluks dan pindahkan cairan ke
dalam corong pemisah.

6. Bilaslah labu 2 kali masing-masing dengan 10 ml air suling dan tambahkan air
pencucian ini ke dalam isi corong pemisah. Tunggu sampai cairan memisah
dengan sempurna, kemudian buanglah lapisan airnya.
7. Cuci lapisan minyak dengan jalan mengocok berturut-turut dengan:
a. 50 ml larutan natrium khlorida.
b. 50 ml larutan natrium karbonat natrium klorida.
c. 50 ml larutan natrium klorida.
d. 20 ml air suling
8. Kocoklah dengan baik minyak atsiri yang terasetilasi ini dengan larutan-larutan
jenuh tersebut, kemudian hati-hati dengan air suling sedemikan rupa sehingga bila
pencucian telah dilakukan dengan baik minyak itu netral terhadap kertas lakmus.
9. Pindahkan lapisan minyak ke dalam sebuah tabung yang kering dan kocoklah
beberapa kali selama 15 menit dengan sedikitnya 3 gram magnesium sulfat
anhidrat. Saringlah minyak yang sudah dikeringkan itu. Ulangi pengocokan
dengan 3 gram magnesium sulfat berikutnya sampai minyak yang terasetilasi ini
bebas dari air.
10. Di dalam labu dari alat penyabunan, timbanglah sampai ketelitian 0,5 mg minyak
atsiri yang terasetilasi sebanyak seperti dalam tabel 2, kemudian tambahkan 5 ml
etanol lalu denetralkan dengan larutan KOH dalam etanol.
11. Tambahkan 2 ml air suling dan 0,5 ml larutan fenolflatein dan 25 ml larutan
etanol, kalium hidroksida 0,5 N. Didihkan campuran dalam pendingin refluks di
atas penangas air selama 1 jam, kemudian dinginkan dengan cepat, dengan
menambahkan 20 ml air suling dan titrasi kelebihan alkali dengan larutan asam
klorida 0,5 N.
Tabel 2. Berat minyak untuk menentukan bilangan ester setelah asetilasi.
Bilangan yang diperkirakan
Berat minyak (gram)
Dibawah 50
4,5-5,0
50-70
3,5-4,0
70-90
2,5-3,0
90-110
2,0-3,0
110-140
1,0-2,0
140-180
1,2-1,5
180-220
1,0-1,2
220-280
0,9-1,0
1.5 Penyajian Hasil Uji
a. Perhitungan bilangan ester sebelum asetilasi:
V
28,08( 0V 1)
W
Bilangan ester E=
Keterangan :
V1 = volume larutan HCl yang digunakan dalam penentuan
V0 = volume larutan HCl 0,5 N yang digunakan dalam penentuan blanko
W = massa contoh yang diuji (gram)

b. Perhitungan bilangan ester setelah asetilasi:


V
28,08 ( 1V )
W
Bilangan ester E=
Keterangan :
V1 = volume larutan HCl 0,5 N yang digunakan untuk mentitrasi blanko
V = volume larutan HCl 0,5 N yang digunakan untuk menetralisir
kelebihan alkali untuk hidrolisa.
W = berat minyak sereh setelah asetilasi yang digunakan (gram)
c. Perhitungan presentase alkohol-alkohol bebas:
M ( AE)
Alkohol bebas (dihitung sebagai alkohol X )=
5610,42 A
Keterangan :
A = bilangan ester minyak setelah asetilasi
E = bilangan ester minyak sebelum asetilasi
M = massa molekuler relatif dari alkohol X seperti dinyatakan dalam spesifikasi
minyak sereh sebagai alkohol yang digunakan dalam penghitungan kadar
alkohol bebas.
Nyatakan persentase alkohol bebas sampai satu desimal.
2. Penentuan Kadar Sitronelal
2.1 Prinsip
Pengubahan senyawa-senyawa karbonil menjadi olesin oleh reaksi dengan hidrosilamina
yang dibebaskan karena pengaruh larutan kalum hidroksida pada hidrosilamonium
khlorida, penentuan hidroksilamina yang tersisa setelah reaksi tersebut dititrasi dengan
asam khlorida.
2.2 Bahan Kimia
1. Larutan asam khlorida 0,5 N
2. Hidroksilamonium khlorida larut dalam etanol
50 gram hidroksilamonium khlorida dilarutkan dalam 100 ml air, tambahkan kirakira 800 ml etanol 95% (v/v) sampai volume 1000 ml. Jadikan pH larutan 3,5
dengan bantuan larutan etanol kalium hidroksida (sampai larutan berwarna hijau
bila cairan dilihat dalam suatu lapisan tipis, atau sampai berwarna merah bila
lapisan itu tebal). Warna jeruk limau akan diperoleh pada penambahan 0,05 ml
asam klorida ke dalam 20 ml larutan berwarna merah pada penambahan 0,05 ml
kalium berwarna merah pada penambahan 0,05 ml larutan kalium hidroksida
berikutnya.
Larutan ini stabil selama seminggu.
3. Larutan kalium hidroksida 0,5 N dalam etanol 95% (v/v)
4. Bromfenol biru larut dalam etanol.
Larutkan sambil memanaskan 0,2 gram bromfenol biru dengan 3 ml kalium
hidroksida 0,1 N dalam etanol 95% (v/v)

Setelah didinginkan, encerkan sampai volume 100 ml dengan etanol dari kekuatan
yang sama.
2.3 Peralatan
1. Labu kaca tahan alkali, kapasitas 100-200 ml dengan leher kaca asah dilengkapi
dengan sumbat kaca asah atau sebuah pipa kaca yang panjagnnya paling sedikit 1
m diameter 10 mm bertindak sebagai pendingin refluks.
2. Pipet berkapasitas 20 ml.
3. Labu erlenmeyer, kapasitas 200 ml dengan sumbat kaca asah.
4. Buret kapasitas 10 ml.
2.4 Prosedur
1. Dengan menggunakan pipet masukan 20 ml larutan hidroksilamonium khlorida ke
dalam labu erlenmeyer, tambahkan 10 ml larutan kalium hidroksida yang diukur
dengan buret, campurkanlah.
2. Tuangkan campuran itu ke dalam labu yang berisi sampel minyak, labu
erlenmeyer yang telah kosong disimpan tanpa menucinya.
3. Diamkan labu yang berisi campuran dan sampel minyak atau didihkan dengan
refluks selama beberapa waktu dan dinginkan dengan cepat sebelum pendingin
refluks dipisahkan.
4. Untuk sampel minyak yang berwarna gelap tambahkan bromfenol biru.
5. Tambahkan larutan asam klorida yang terdapat dalam buret sampai terjadi warna
kehijau-hijauan, dan pindahkan separuh dari campuran reaksi ini ke dalam labu
erlenmeyer yang disimpan semula.
6. Netralkan campuran yang separuh lagi sampai timbul warna kuning muda,
pindahkan kembali ke dalam labu yang satu lagi, campurkanlah dan kembalikan
lagi separuh dari larutan ke dalam labu yang kosong itu.
7. Lanjutkan cara ini sampai suatu saat di mana penambahan tetes asam klorida ke
dalam larutan yang ada di dalam salah satu dari kedua labu itu tidak lagi
menimbulkan perubahan warna bila dibandingkan dengan warna larutan yang
terdapat dalam labu kedua.
8. Sebagai alternatif titrasi ini dapat dilakukan dengan metode potentiometris sampai
pH 3,5.
9. Bersamaan dengan penentuan, lakukanlah pengujian blanko dengan pereaksipereaksi yang sama mengikuti cara kerja yang sama pula.
2.5 Penyajian Hasil Uji
Kadar senyawa-senyawa karbonil, yang dinyatakan sebagai aldehida atau keton
tertentu, dalam presentasi massa, dihitung dengan rumus :
V
M ( 0V 1 )
20 m

Keterangan :
m = massa cuplikan yang diperiksa
V1 = volume larutan HCl yang digunakan dalam penentuan
V0 = volume larutan HCl 0,5 N yang digunakan dalam pengujian blanko

W = massa molar relatif dari aldehida atau keton yang dimasukkan ke dalam standar
untuk minyak sereh.
Sumber : SNI 06-3953-1995

Anda mungkin juga menyukai