Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

Proses persalinan dipengaruhi oleh tiga faktor yang berperan yaitu


kekuatan mendorong janin keluar (power) yang meliputi kekuatan uterus (his),
kontraksi otot dinding perut, kontraksi diaphragma dan ligamentum action, faktor
lain adalah faktor janin (passanger) dan faktor jalan lahir (passage). Apabila his
normal, tidak ada gangguan letak atau bentuk janin serta tidak ada kelainan
ukuran dan bentuk jalan lahir maka proses persalinan akan berlangsung secara
normal. Namun apabila salah satu ketiga faktor ini mengalami kelainan, misalnya
keadaan yang menyebabkan kekuatan his tidak adekuat, kelainan pada bayi atau
kelainan jalan lahir maka persalinan tidak dapat berjalan normal sehingga perlu
segera dilakukan persalinan dengan tindakan seperti dengan ektraksi vacum dan
forsep untuk menyelamatkan jiwa ibu & bayi dalam kandungannya1.
Persalinan kala II lama merupakan salah satu dari beberapa penyebab
kematian ibu dan bayi baru lahir. Persalinan kala II lama adalah persalinan yang
berlangsung lebih dari 18 jam yang dimulai dari tanda-tanda persalinan. Partus
lama akan menyebabkan infeksi, kehabisan tenaga, dehidrasi pada ibu, kadang
dapat terjadi pendarahan post partum yang dapat menyebabkan kematian ibu.
Pada janin akan terjadi infeksi, cedera dan asfiksia yang dapat meningkatkan
kematian bayi2.
Persalinan tindakan pervaginam dengan ektraksi vakum atau forsep
dilakukan apabila syarat persalinan dipenuhi dan ada indikasi. Ekstraksi vakum
merupakan salah satu dari dua instrumen tindakan obstetrik operatif yang
bertujuan untuk menolong persalinan melalui jalan lahir atau pervaginam 3. Alat
ekstraksi vakum terdiri dari mangkok penghisap, botol vakum dan pompa untuk
membentuk tekanan negatif4. Tindakan ini dilakukan untuk semua keadaan yang
mengancam ibu dan janin yang memiliki indikasi untuk menjalani persalinan
pervaginam dengan bantuan alat. Tindakan lainnya yang dapat digunakan untuk
persalinan dengan tindakan adalah teknik forseps. Forsep merupakan instrumen
obstetrik yang terdiri dari dua sendok untuk memegang kepala bayi 3. Forsep dapat

digunakan sebagai ekstraktor, rotator atau keduanya. Terminasi persalinan


menggunakan forsep diindikasikan untuk semua keadaan yang mengancam ibu
atau janin. Indikasi pada ibu antaralain penyakit jantung, gangguan paru, penyakit
neurologis tertentu, kelelahan dan persalinan kala dua yang berkepanjangan3.
Sebagian besar pertolongan persalinan dengan tindakan disebabkan karena
persalinan lama atau macet. Menurut penelitian di RS Dr. Moch Hoesin,
Palembang tahun 1999-2004, menunjukkan kejadian persalinan tindakan ektraksi
vakum sebanyak 3,46% dan ektraksi forsep sebanyak 9,46% dengan indikasi
terbanyak adalah preeklamsia berat untuk ektraksi forsep (39,76%) dan kala II
lama untuk ektraksi vakum (45,33%)3. Pada penelitian lainnya yang dilakukan di
RSUP Dr. Kariadi selama periode 1 Januari 2008 31 Desember 2008, sebanyak
48 wanita ditolong dengan ektraksi vakum, dan satu wanita dengan ektraksi forsep
dari 283 persalinan pada wanita hamil yang berusia lebih dari 35 tahun5.
Persalinan dengan tindakan bertujuan untuk membantu proses persalinan
yang mengalami penyulit, sehingga dapat mengurangi risiko kematian ibu dan
bayi yang pada akhirnya dapat menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia. Pada periode 2004 sampai dengan
2007 terjadi penurunan AKI dari 307 kasus per 100.000 kelahiran hidup menjadi
228 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB dari 35 kasus per 1000 kelahiran hidup
menjadi 34 kasus per 1000 kelahiran hidup5. Upaya penurunan AKI harus
difokuskan pada penyebab langsung kematian ibu, yang terjadi 90% pada saat
persalinan dan segera setelah pesalinan, yaitu perdarahan (28%), eklamsia (24%),
infeksi (11%), komplikasi puerperium 8%, partus macet 5%, abortus 5%, trauma
obstetrik 5%, emboli 3%, dan lain-lain 11% 6.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Persalinan
Proses persalinan dibagi atas empat kala. Kala I atau kala pembukaan
adalah waktu dimulainya his persalinan yang pertama sampai pembukaan serviks
menjadi lengkap (10 cm). Kala II disebut juga kala pengeluaran, yaitu waktu dari
sejak pembukaan serviks lengkap sampai bayi dilahirkan. Kala III atau kala uri
adalah waktu segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta. Kala IV atau kala
pengawasan dimulai dari lahirnya plasenta sampai dengan 1-2 jam kemudian,
untuk mengamati apakah terjadinya perdarahan post partum (HPP) atau tidak7,8,9.
Pada Primipara, kala I berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada
multipara kira-kira 7 jam. Kala I sendiri terbagi atas dua fase, yaitu fase laten kirakira membutuhkan waktu 8 jam dan fase aktif membutuhkan waktu kira-kira 6
jam. Kala II pada primipara berlangsung kira-kira 2 jam dan multipara kira-kira 1
jam. Kala III berlangsung 2-6 menit, maksimal 15 menit. Kala IV erlangsung 1-22
jam pasca kala III7,8,9.
Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2-3 menit
sekali. Pembukaan serviks sudah lengkap. Pada saat ini kepala bayi sudah masuk
ruang panggul, sehingga timbul tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang
menimbulkan refleks rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan pada rektum
yang menyebabkan ingin buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol
dan menjadi lebar dengan anus membuka. Labia membuka dan tidak lama
kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his. Dengan his dan
kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput dibawah
simfisis dan dahi, muka dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar,
his mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota bayi7,8,9,10.
II.1.1 Kala II Lama
a.

Definisi
Kala II lama adalah bila pada primipara kala II terjadi lebih dari 2 jam,
sedangkan pada multipara terjadi lebih dari 1 jam8. Hal ini
3

menyebabkan partus lama, yaitu persalinan yang berlangsung lebih


dari 24 jam pada primipara dan lebih dari 18 jam pada multipara7.
b.

Etiologi
1. Kelainan tenaga (his)
2. Kelainan letak dan bentuk janin
3. Kelainan panggul
4. Kelainan tali pusat (tali pusat pendek)
5. Janin besar atau ada kelainan kongenital
6. Primitua
7. Perut gandung, grande multipara
8. Ketuban pecah dini (KPD)
9. Kelainan traktus genitalia
10. Pimpinan partus yang salah
11. Ibu tidak kooperatif.7,8,10,11

c.

Tatalaksana
1. Perawatan pendahuluan:

Penisilin prokain 1 juta IU intramuskular

Streptomisin 1 gram IM

Infus cairan:
1) Garam fisiologis
2) Larutan glukosa 5-10% pada janin, pertama 1 liter/jam

Istirahat 1 jam untuk observasi, kecuali bila keadaan


mengharuskan untuk segera bertindak.

2. Pertolongan
Dapat dilakukan:

Partus spontan.

Ekstraksi vakum.

Ekstraksi forceps.

Manual aid pada letak sungsang.

Embriotomi bila janin meninggal

Seksio sesaria, dll7.

II.2 Ekstraksi vakum


Adalah persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi
tekanan negatif dengan menggunakan ekstraktor vakum dari Malstrom. Persalinan
dengan ekstraksi vakum dilakukan apabila ada indikasi persalinan dan syarat
persalinan terpenuhi. Indikasi persalinan dengan ekstraksi vakum adalah12,13 :
a) Ibu yang mengalami kelelahan tetapi masih mempunyai kekuatan untuk
mengejan
b) Partus macet pada kala II
c) Gawat janin
d) Toksemia gravidarum
e) Ruptur uteri mengancam.
Persalinan dengan indikasi tersebut dapat dilakukan dengan ekstraksi vakum
dengan catatan persyaratan persalinan pervaginam memenuhi. Syarat untuk
melakukan ekstraksi vakum adalah sebagai berikut13 :
a) Pembukaan lengkap
b) Penurunan kepala janin boleh pada Hodge III
II.2.1 Keuntungan ekstraksi vakum
Keuntungan ekstraksi vakum dibandingkan ekstraksi forseps antara lain adalah10 :
1) Mangkuk dapat dipasang waktu kepala masih agak tinggi, Hodge III atau
kurang dengan demikian mengurangi frekuensi seksio sesaria
2) Tidak perlu diketahui posisi kepala dengan tepat, mangkuk dapat dipasang pada
belakang kepala, samping kepala ataupun dahi
3) Mangkuk dapat dipasang meskipun pembukaan belum lengkap, misalnya pada
pembukaan 8 9 cm, untuk mempercepat pembukaan. Untuk itu dilakukan
tarikan ringan yang kontinu sehingga kepala menekan pada serviks. Tarikan
tidak boleh terlalu kuat untuk menghindari robekan serviks. Disamping itu
mangkuk tidak boleh terpasang lebih dari jam untuk menghindari
kemungkinan timbulnya perdarahan otak

II.2.2 Kerugian ekstraksi vakum


a) Memerlukan waktu lebih lama untuk pemasangan mangkuk sampai dapat
ditarik relatif lebih lama daripada forseps (+ 10 menit) cara ini tidak dapat
dipakai apabila ada indikasi untuk melahirkan anak dengan cepat seperti
misalnya pada fetal distres (gawat janin).
b) Kelainan janin yang tidak segera terlihat (neurologis).
c) Tidak dapat digunakan untuk melindungi kepala janin preterm.
d) Memerlukan kerjasama dengan ibu yang bersalin untuk mengejan13.
II.2.3 Beberapa ketentuan mengenai ekstraksi vakum
1) Mangkuk tidak boleh dipasang pada ubun ubun besar
2) Penurunan tekanan harus berangsur angsur
3) Mangkuk dengan tekanan negatif tidak boleh terpasang lebih dari jam
4) Penarikan waktu ekstraksi hanya dilakukan pada waktu ada his dan ibu
mengedan
5) Apabila kepala masih agak tinggi (H III) sebaiknya dipasang mangkuk yang
terbesar
6) Mangkuk tidak boleh dipasang pada muka bayi
7) Vakum ekstraksi tidak boleh dilakukan pada bayi prematur13.
II.2.4 Bahaya ekstraksi vakum
a. Terhadap ibu : robekan serviks atau vagina karena terjepit antara kepala
bayi dan mangkuk.
b. Terhadap anak : perdarahan dalam otak13.
II.2.5 Persiapan ekstraksi vakum
Persiapan ekstraksi vakum untuk mencapai hasil yang optimal yaitu13:
1) Persiapan untuk ibu
a. Duk steril untuk menutupi bagian operasi
b. Desinfektan ringan non iritan di bagian tempat operasi
c. Pengosongan vesika urinaria.

2) Persiapan untuk bayi


a. Alat resusitasi
b. Partus pak
c. Tempat plasenta3.
II.2.6 Susunan ekstraktor vakum
Susunan ekstraktor vakum terdiri dari :
1. Mangkuk (cup)
Mangkuk ini digunakan untuk membuat kaput suksedaneum buatan sehingga
mangkuk dapat mencekam kepala janin. Sekarang ini terdapat dua macam
mangkuk yaitu mangkuk yang terbuat dari bahan logam dan plastik. Beberapa
laporan menyebutkan bahwa mangkuk plastik kurang traumatis dibanding
dengan mangkuk logam. Mangkuk umumnya berdiameter 4 cm sampai dengan
6 cm. Pada punggung mangkuk terdapat :
Tonjolan berlubang tempat insersi rantai penarik. Tonjolan berlubang yang
menghubungkan rongga mangkuk dengan pipa penghubung. Tonjolan landai
sebagai tanda untuk titik petunjuk kepala janin (point of direction). Pada
mangkuk bagian depan terdapat logam/plastik yang berlubang untuk
menghisap cairan atau udara.13
2. Rantai penghubung
Rantai penghubung tersebut dari logam dan berfungsi menghubungkan
mangkuk dengan pemegang
3. Pipa penghubung
Terbuat dari karet atau plastik yang lentur yang tidak akan berkerut oleh
tekanan negatif. Pipa penghubung berfungsi sebagai penghubung tekanan
negatif mangkuk dengan botol.
4. Botol
Merupakan tempat cadangan tekanan negatif dan tempat penampungan cairan
yang mungkin ikut tersedot (air ketuban, lendir serviks, dan darah)
Pada botol ini terdapat tutup yang mempunyai tiga saluran yaitu :
a. Saluran manometer

b. Saluran menuju mangkuk


c. Saluran menuju ke pompa penghisap
5. Pompa penghisap; Dapat berupa pompa penghisap manual maupun listrik.
6. Alat pemegang
III.3 Ekstraksi Cunam/Forceps
Ekstraksi cunam/forceps adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan dengan suatu tarikan cunam yang dipasang pada kepalanya. Ekstraksi
cunam/forceps adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala
pengeluaran dengan jalan menarik bagian bawah janin (kepala) dengan alat
cunam. Tindakan ini dilakukan karena ibu tidak dapat mengedan efektif untuk
melahirkan janin. Walaupun sebagian besar proses pengeluaran dihasilkan dari
ekstraksi forceps tetapi bukan berarti kekuatan menjadi tumpuan keberhasilan.
III.3.1 Jenis-jenis Cunam/Forceps
1. Tipe

Simpson.

Bentuk

cunam/forceps

ini

mempunyai

tangkai

cunam/forceps yang terbuka sehingga lengkungan kepala lebih mendatar


dan lebih besar. Bentuk cunam/forceps ini baik untuk kepala janin yang
sudah mengalami molase.
2. Tipe Elliot. Bentuk cunam/forceps ini mempunyai tangkai yang tertutup,
sehingga

lengkungan

kepala

lebih

bundar

dan

lebih

sempit.

Cunam/forceps ini baik untuk kepala yang bundar dan belum mengalami
molase.
3. Tipe khusus.

Ada

bentuk

khusus

cunam/forceps,

misalnya

cunam/forceps Piper yang dipakai untuk melahirkan kepala janin dengan


letak sungsang dimana leher cunam/forceps mempunyai lengkung
perineum dan daun cunam/forceps mempunyai lengkung kepala, tetapi
tidak mempunyai lengkung panggul.
4. Tipe Naegele. Daun sendok berbentuk lengkung kepala dengan jarak
terpanjang 9 cm yang disesuaikan dengan diameter kepala dan
mempunyai lengkung panggul yang sesuai dengan lengkung paksi
panggul.

5. Tipe Kielland. Karena daun sendok tidak mempunyai lengkung panggul,


cunam/forceps Kielland selalu dapat dipasang biparietal terhadap kepala,
tidak tergantung posisi kepala terhadap panggul.

Gambar 1. Jenis-jenis Cunam/Forceps


III.3.2 Fungsi Cunam/Forceps
1. Traksi, yaitu menarik anak yang tidak dapat lahir spontan, yang
disebabkan oleh karena satu dan lain hal.
2. Koreksi, yaitu merubah letak kepala dimana ubun-ubun kecil di kiri atau
dikanan depan atau sekali-kali UUK melintang kiri dan kanan atau UUK
kiri atau kanan belakang menjadi UUK depan (di bawah simfisis pubis).
3. Kompresor, untuk menambah moulage kepala.
III.3.3 Pembagian Pemakaian Cunam/Forceps
Ekstraksi cunam/forceps pada presentasi belakang kepala dibedakan atas
penurunan dan posisi kepala di dalam rongga panggul pada saat melakukan
ekstraksi cunam/forceps.
1. High Forceps
Ekstraksi cunam/forceps yang dilakukan pada saat kepala janin belum
masuk pintu atas panggul (floating). Ekstraksi cunam/forceps ini dapat
menimbulkan trauma yang berat untuk ibu maupun janinnya oleh karena
itu saat ini tidak dilakukan lagi. Sectio cesarea lebih direkomendasikan.
2. Mid Forceps
Ekstraksi cunam/forceps yang dilakukan pada saat kepala janin sudah
masuk pintu atas panggul (engaged), namun belum mencapai dasar
panggul. Saat ini tidak dilakukan lagi. Pada ekstraksi cunam/forceps
9

tengah, fungsi cunam adalah ekstraksi dan rotasi karena harus mengikuti
putaran paksi dalam. Sekarang ekstraksi cunam/forceps sudah jarang
dipakai. Sectio Cesarea ataupun vakum lebih direkomendasikan.
3. Low Forceps / Outlet Forceps
Ekstraksi cunam/forceps yang dilakukan pada saat kepala janin sudah
mencapai pintu bawah panggul dan sutura sagitalis sudah dalam
anteroposterior. Cara ini yang masih sering dipakai hingga saat ini.

Gambar 2. Pemakaian Cunam/Forceps


III.3.4 Indikasi Ekstraksi Cunam/Forceps
1. Indikasi Relatif
Ekstraksi cunam/forceps yang bila dikerjakan akan
menguntungkan ibu ataupun janinnya, tetapi bila tidak dikerjakan, tidak
akan merugikan, sebab bila dibiarkan, diharapkan janin akan lahir dalam
15 menit berikutnya. Pada indikasi relatif, cunam/forceps dilakukan
secara elektif (direncanakan), ada dua:
1. Indikasi menurut De Lee
Ekstraksi cunam/forceps dengan syarat kepala sudah di pintu bawah
panggul, putaran paksi sudah sempurna, m.levator ani sudah

10

teregang, dan syarat-syarat ekstraksi cunam/forceps lainnya sudah


terpenuhi.
2. Indikasi menurut Pinard
Ekstraksi cunam/forceps yang mempunyai syarat sama dengan
menurut De Lee, namun ibu harus sudah mengejan selama 2 jam.
Keuntungan indikasi profilaktik, adalah:
1. Mengurangi keregangan perineum yang berlebihan
2. Mengurangi penekanan kepala pada jalan lahir
3. Kala II diperpendek
4. Mengurangi bahaya kompresi jalan lahir pada kepala
2. Indikasi Absolut
1. Indikasi ibu: pre-eklampsi, eklampsi, atau ibu-ibu dengan penyakit
jantung, paru, partus kasep
2. Indikasi janin: gawat janin
3. Indikasi waktu: kala dua lama
III.3.5 Kontraindikasi Ekstraksi Cunam/Forceps
1. Dilatasi servik belum lengkap.
2. Jika lingkaran kontraksi patologi bandl sudah setinggi pusat atau lebih.
3. Adanya disproporsi cepalo pelvik.
4. Pasien bekas operasi vesiko vagina fistel.
5. Kepala masih tinggi.
6. Presentasi dan posisi kepala janin tidak dapat ditentukan dengan jelas.
7. Janin sudah lama mati sehingga sudah tidak bulat dan keras lagi
sehingga kepala sulit dipegang oleh cunam/forceps.
8. Anensefalus
9. Kegagalan ekstraksi vakum.
10. Fasilitas pemberian analgesia yang memadai tidak ada.
11. Fasilitas peralatan dan tenaga pendukung yang tidak memadai.
12. Operator tidak kompeten.
13. Pasien menolak tindakan ekstraksi cunam/forceps obstetrik
II.4 Karakteristik ibu yang bersalin dengan ekstraksi vakum dan forsep
A. Faktor ibu
1. Umur
Pada umur ibu kurang dari 20 tahun rahim, organ - organ reproduksi belum
berfungsi dengan sempurna. Akibatnya apabila ibu hamil pada umur ini

11

mungkin mengalami persalinan lama atau macet, karena ukuran kepala bayi
lebih besar sehingga tidak dapat melewati panggul. Selain itu, kekuatan otot
otot perinium dan otot otot perut belum bekerja secara optimal sehingga
sering terjadi persalinan lama atau macet yang memerlukan tindakan seperti
ektraksi vakum dan forseps3.
Sedangkan pada umur ibu yang lebih dari 35 tahun,kesehatan ibu sudah mulai
menurun seperti terjadinya tekanan darah tinggi, gestasional diabetes (diabetes
yang berkembang selama kehamilan), jalan lahir kaku, sehingga rigiditas
tinggi6.
2. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan ibu. Pada ibu dengan primipara
(wanita yang melahirkan bayi hidup pertama kali) kemungkinan terjadinya
kelainan dan komplikasi cukup besar baik pada kekuatan his (power), jalan
lahir (passage) dan kondisi janin (passager) karena pengalaman melahirkan
belum pernah dan informasi yang kurang tentang persalinan dapat pula
mempengaruhi proses pesalinan. Wanita nulipara (belum pernah melahirkan
bayi hidup) mempunyai peningkatan risiko sebesar 5,6 kali untuk persalinan
dengan bantuan ekstraksi vakum dibandingkan dengan wanita multipara dan
juga peningkatan risiko sebesar 2,2 kali untuk terjadinya robekan perinium3.
3. Jarak kehamilan dengan sebelumnya
Seorang wanita yang hamil dan melahirkan kembali dengan jarak yang pendek
dari kehamilan sebelumnya, akan memberikan dampak yang yang buruk
terhadap kondisi kesehatan ibu dan bayi. Hal ini disebabkan, karena bentuk dan
fungsi organ reproduksi belum kembali dengan sempurna. Sehingga fungsinya
akan terganggu apabila terjadi kehamilan dan persalinan kembali. Sedangkan
jarak kehamilan yang terlalu jauh berhubungan dengan bertambahnya umur
ibu. Sehingga kekuatan fungsi fungsi otot uterus dan otot panggul melemah ,
hal ini sangat berpengaruh pada proses persalinan apabila terjadi kehamilan
lagi. Kontraksi otot otot uterus dan panggul yang lemah menyebabkan
kekuatan his pada proses persalinan tidak adekuat, sehinnga banyak terjadi
partus lama3 .
4. Penyulit kehamilan dan persalinan

12

Seorang ibu yang memiliki penyakit penyakit kronik sebelum kehamilan,


seperti

paru,ginjal,jantung,diabetes

militus

dan

lainnya

akan

sangat

mempengaruhi proses kehamilan dan memperburuk keadaan pada saat proses


persalinan. Ibu yang hamil dengan kondisi penyakit ini termasuk dalam
kehamilan resiko tinggi3.
B. Pemeriksaan Kehamilan
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu
selama masa kehamilannya sesuai dengan standart pelayanan antenatal seperti
yang ditetapkan.
Standard pelayanan antenatal menurut Depkes RI pada pemeriksaan dan
pemantauan baik pada kunjungan pertama atau kunjungan ulang, apabila
dilakukan dengan baik dan dicatat semua temuan pada buku KIA atau kartu ibu
maka faktor risiko dapat diketahui. Oleh karena itu, apabila pelayanan dan
perawatan antenatal baik sesuai standard WHO, maka faktor resiko pada
kehamilan dapat terdeteksi sedini mungkin, sehingga penyulit dalam proses
persalinan dapat diminimalkan3.
C. Status Ekonomi
Status ekonomi masyarakat yang sering dinyatakan dengan penghasilan
keluarga, yang berkaitan dengan kemampuan masyarakat dari segi ekonomi
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk kebutuhan kesehatannya.
Sehingga penghasilan keluarga akan mempengaruhi kemampuan dalam
memperoleh pelayanan kesehatan.
D. Rujukan
Upaya rujukan adalah suatu upaya yang dilakukan oleh petugas kesehatan
(bidan) untuk menyerahkan tanggung jawab atas timbulnya masalah dari suatu
kasus kepada yang lebih kompeten, terjangkau dan rasional. Rujukan yang
rasional adalah rujukan yang dilakukan dengan mempertimbangkan daya guna
(efisien) dan hasil guna3.
Macam kasus rujukan dalam bidang obstetri adalah :

13

1) Rujukan Ibu Hamil Resiko Tinggi atau Gawat Obstetri adalah proses yang
ditujukan kepada ibu hamil dengan resiko tinggi dengan kondisi ibu dan
janin masih sehat, penderita tidak perlu segera dirujuk.
2) Rujukan Gawat Darurat Obstetri (emergensi) adalah rujukan yang harus
dilakukan saat itu juga dengan tujuan upaya penyelamatan ibu atau bayi.

BAB III
LAPORAN KASUS
III.1 Identitas Pasien
No.RM

: 2225627

Nama

: Ny. O

Umur

: 28 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Tanggal MRS

: 17 Desember 2015

14

Jam

: 04.00 WIB

III.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Mulas-mulas sejak 3 hari SMRS
Keluhan Tambahan
Keluar air-air sejak 30 menit SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengaku hamil 9 bulan. HPHT 15 April 2015. ANC rutin di bidan
swasta , USG 3x dikatakan janin dalam keadaan baik. Pasien merasa mulas-mulas
sejak 3 hari yang lalu. Keluar air-air warna bening sejak 30 menit SMRS. Keluar
flek darah (+). Gerak janin dirasa mulai berkurang sejak 30 menit SMRS.
Pasien sudah bukaan lengkap sejak 1 jam yang lalu. Mulas-mulas (+).
Riwayat Penyakit Dahulu
Alergi (-),Hipertensi (-),Diabetes Melitus (-),Penyakit jantung (-),Asma(-).
Riwayat Penyakit Keluarga
Alergi (-),Hipertensi (-),Diabetes Melitus (-),Penyakit jantung (-),Asma(-).
Riwayat Menstruasi
Menarche usia 12 tahun, siklus teratur, lama menstruasi 6-7 hari, ganti
pembalut 2-3x/hari, dismenore (-).

Riwayat Menikah
Menikah 1 kali tahun 2014.
Riwayat Obstetri
G1 I. Hamil ini
Riwayat KB
Tidak ada
Riwayat Sosial
Pasien ibu rumah tangga, suami wiraswasa.
III.3 Pemeriksaan Fisik

15

1. Status Generalis
Keadaan Umum

: Baik

Kesadaran

: Compos mentis

Tanda Vital
1)
2)
3)
4)

Tekanan Darah: 130/80


Nadi
: 88x/menit
Pernafasan
: 20x/menit
Suhu
: 37C

Kepala

: Normocephal, rambut hitam, ditribusi merata

Mata

: Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-

THT

: Dalam batas normal

Jantung

: Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru

: Suara nafas vesikuler, Ronki -/-, Wheezing -/-

Abdomen

: Supel, membuncit sesuai kehamilan

Ekstremitas : Akral hangat, capillary refill <2 detik, edema -/2. Status Obstetri
TFU 27 cm, puka, kepala 3/5, kepala H III, his 2x/10/40
DJJ: 142 dpm
VT: Pembukaan lengkap, UUK anterior, mekonium (+), kepala H IIIIV,
selaput(-).
III.4 Pemeriksaan Penunjang
USG: Janin presentasi kepala tunggal hidup, DJJ (+), plassenta di korpus
anterior, BPD 8,96/HC 330,4/AC 331/FL 73/ICA 6,56/TBJ 2882 gram ~ kesan
aterm.
III.5 Diagnosis Kerja
Inertia PK II pada G1hamil aterm, janin presentasi kepala tunggal hidup,
syarat ekstraksi terpenuhi.
III.6 Rencana Penatalaksanaan
-

Rencana diagnosis:
Cek DPL, UL, GDS, BT, CT
16

Rencana Terapi:
Hemodinamik ibu dan janin stabil: observasi KU, TV, his, DJJ/5 menit
Rencana partum pervaginam dengan ekstraksi vakum

BAB IV
ANALISIS KASUS

Pasien mengaku hamil 9 bulan. HPHT 15 April 2015. Pasien merasa mules
sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, menurut pengakuan pasien janin aterm,
sudah merasa mules sejak 3 hari yang lalu, maka perlu dinilai apakah
kontraksinya reguler atau tidak. Keluar air-air sejak 30 menit SMRS. Lendir dan
darah positif. Antenatal care diakui pasien rutin. Pemeriksaan USG telah
dilakukan sebanyak 3x dan dikatakan kondisi janin baik. Riwayat darah tinggi
negatif, hal ini dapat menyangkal kemungkinan terjadinya preeklampsia berat.
Riwayat menstruasi teratur, maka dapat dinilai bahwa usia kehamilan dapat

17

ditentukan berdasarkan siklus menstruasinya. Riwayat obstetri, G1 hamil ini.


Pasien tidak pernah menggunakan KB.
Diabetes mellitus (DM) negatif, hipertensi negatif, asma negatif, jantung
negatif, paru negatif, riwayat alergi pada pasien negatif. DM ditanyakan berkaitan
dengan kemungkinan berat badan bayi dapat terjadi makrosomia sehingga dapat
terjadi penyulit distosia bahu, hipertensi perlu dinilai untuk merujuk pada
kekhawatiran akan terjadinya preeklampsia berat (PEB), asma dinilai karena jika
penderita asma dikhawatirkan ketika pimpinan persalinan, asma menyerang,
sedangkan bayi belum lahir maka menjadi indikasi ekstraksi vakum atau ekstraksi
forceps, begitu juga dengan penyakit jantung merupakan indikasi ekstraksi vakum
atau ekstraksi forceps, alergi berhubungan dengan pemberian obat. Riwayat
penyakit tersebut perlu ditanyakan apakah ada dikeluarga pasien, yang
kemungkinan herediter dari keluarganya. Pasien mengaku tidak meminum obatobatan apapun. Riwayat minum obat-obatan perlu ditanyakan berkaitan dengan
kemungkinan adanya penyakit sistemik sebagai penyulit kehamilan maupun
persalinan.
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, kesadaran compos
mentis, tekanan darah 130/80 mmHg, normal tidak hipertensi, kemungkinan PEB
dapat dihapus. Nadi, suhu, pernapasan dalam batas normal tidak terjadi infeksi
sistemik dan tidak sesak. Status generalis dalam batas normal, konjungtiva tidak
anemis, artinya Hb cukup. Jantung dan paru dalam batas normal, tidak ada
penyakit jantung maupun paru. Ekstremitas hangat dan tidak edema.
Status obstetrik TFU didapatkan 27 cm. Presentasi kepala, punggung
kanan, penurunan kepala 3/5, DJJ 142 dpm, normal dimana 120-160 dpm adalah
normal tidak ada gawat janin, his 2x/10/40. Vaginal touche, pembukaan
lengkap, kepala di H III-IV, selaput ketuban positif, pasien sudah masuk ke fase
aktif kala I, serta ketuban positif.
Pemeriksaan USG menunjukkan janin presentasi kepala tunggal hidup,
plasenta di BPD 8,96/HC 330,4/AC 331/FL 73/ICA 6,56, TBJ: 2882 gram. ICA:
6,56.
Pada pasien ini diputuskan untuk dilakukan tindakan ekstraksi vakum.
Dimana dilakukan ekstraksi vakum atas indikasi yaitu pasien sudah mulai

18

kelelahan tetapi masih mempunyai kekuatan untuk mengejan, selain itu, pada
pasien juga terjadi partus macet pada kala II.
Dilakukan ekstraksi vakum pada pasien ini, karena telah memenuhi syarat
untuk melakukan ekstraksi vakum, yaitu sebagai berikut : a) pembukaan lengkap,
b) penurunan kepala janin pada Hodge III-IV, c) tidak ada CPD, d) ketuban sudah
pecah atau dipecahkan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim, 2008. http://Landasan teoripersalinan.Wordpress.com/2008/II/22
Fisiologi-persalinan
2. Anonim, 2012. http://sintacin. blogspot.com/2012/02/persalinan-kala-ii.html
3. Falah M. Karakteristik Ibu yang Bersalin dengan cara Ektraksi Vakum dan
Forceps di RSUP dr. Kariadi tahun 2009-2010. Dalam; Laporan Hasil Akhir
Penelitian Karya Tulis Ilmiah. Bandung, UNPAD. 2012
4. Hadi R. Persalinan dengan cara ekstraksi vakum oleh bidan di RSUD DR
Soedono Madiun tahun 1998. Cermin Dunia Kedokteran [Internet]. 2001:
37(2):966-970. Available from:
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_133_obstetri_dan_ginekologi.pdf
5. Darmayanti A.R., Pramono B.A. Luaran Maternal dan Perinatal pada Wanita
Usia Lebih dari 35 Tahun di RSUP Dr. Kariadi Semarang tahun 2008. Eprints

19

Undip [Internet] . 2010; Available from :


http://eprints.undip.ac.id/4733/1/Luaran_maternal.pdf
6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan efektif turunkan angka kematian ibu di Indonesia[ Internet ].
C2010. Available from: http://www.depkes.go.id/index.php/berita/pressrelease/1076-pertolongan-persalinan-oleh-tenaga-kesehatan-efektif-turunkanaki-di-indonesia.html
7. Mochtar Rustam. Partus Lama. Dalam; Sinopsis Obstetri edisi 2, Jakarta, EGC
Penerbit buku kedokteran, 1998.
8. Prawirohardjo S. Fisiologi dan Mekanisme Persalinan Normal. Dalam; Ilmu
Kebidanan edisi 3, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka, 1999.
9. Sastrawinata S. Persalinan. Dalam; Obstetri Fisiologi edisi 1983, Bandung,
ELEMAN, 1983.
10. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Ketuban Pecah Dini dan
Ekstraksi Vakum. Dalam; Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Jakarta, YBP-SP, 2002.
11. Sastrawinata S. Obstetri Patologi edisi 1981, Bandung, Elstar offset, 1981.
12. Sutoto dan Herman K. Ekstraksi vakum. Dalam; Ilmu Fhantom Bedah
Obstetri edisi 1999, Semarang, Badan Penerbit Universitas Dipenogoro, 1999:
41-45.
13. American Family Physican. Assisted vaginal delivery using the vacuum

extractor [Internet]. C2000. Available from:


http://www.aafp.org/afp/2000/0915/p1316.html

20

Anda mungkin juga menyukai