Anda di halaman 1dari 5

STUDI PENGATURAN DAYA REAKTIF PADA

ALTERNATOR SINKRON GT11 PLTGU SENGKANG

Dalam skripsi ini ada dua rumusan masalah yang dibahas, sebagai berikut:
1. Bagaimana melakukan pengaturan daya reaktif pada alternator sinkron GT11
PLTGU Sengkang akibat perubahan beban daya reaktif pada jaringan?
2. Bagaimana sitem proteksi alternator terhadap gangguan yang muncul akibat ketidak
mampuan pengaturan eksitasi alternator untuk memenuhi kebutuhan beban daya
reaktif pada jaringan?

I.

Analisis Kinerja AVR dalam Pengaturan Daya Reaktif Alternator Sinkron GT11
PLTGU Sengkang
Teori Dasar :
Sistem tenga listrik yang betul-betul stabil sebenarnya tidak akan pernah
bisa terjadi mengingat beban sistem (kebutuhan listrik masyarakat) yang selalu
berubah-ubah dari waktu ke waktu.
Perubahan beban daya reaktif menyebabkan terjadinya perubahan
tegangan terminal Altenator. Hal ini menjadi kendala pengoperasian alternator,
mengingat salah syarat agar alternator dapat tetap bekerja paralel dan
menyuplai daya reaktif ke suatu sistem tenaga listrik adalah harus memiliki
tegangan terminal yang stabil pada nilai nominalnya. Oleh sebab itu diperlukan

pengaturan eksitasi alternator untuk mempertahankan kestabilan tegangan


terminalnya
Pengatur tegangan otomatis (Automatic Voltage Regulator/AVR) akan
menjaga tegangan terminal alternator konstan walaupun keluaran daya reaktif
dari alternator berubah-ubah sesuai kebutuhan di jaringan. Pada kondisi beban
induktif (lagging), sistem membutuhkan daya reaktif yang besar maka AVR akan
memperbesar arus eksitasi alternator.

Pada kondisi beban kapasitif (leading),

sistem tidak membutuhkan daya reaktif yang besar, artinya AVR akan
mengurangi arus eksitasi alternator. Pengaturan arus eksitasi ini haruslah
disesuaikan dengan batas kemampuan daya reaktif alternator tersebut.
Gambar Kinerja Alternator (pada waktu tertentu) dengan parameter berupa daya
aktif dan daya reaktif, tegangan serta arus eksitasinya
Dari gambar ini akan dianalisis kinerja AVR alternator tersebut apakah sesuai
dengan teori dengan memperhatikan kurva kapabilitas alternator dan kapasitas
dari generator eksiternya.
Dalam analisis ini, data yang diperlukan:
1. Gambar Kinerja Alternator (pada waktu tertentu) dengan parameter berupa
daya aktif dan daya reaktif, tegangan serta arus eksitasinya
2. Kurva Kapabilitas Alternator.
II.

Analisis Sistem Proteksi Alternator Sinkron terhadap Gangguan Elektris dalam


Pengaturan Daya Reaktif

Analisis ini dilakukan dengan membandingkan hasil perhitungan penyetelan rele


yang menggunakan IEEE Std C37.102-2006 dengan data penyetelan rele

yang

digunakan pada unit GT11 PLTGU Sengkang.


Analisa Penyetelan Rele Hilang Eksitasi
Tabel 1. Perbandingan Penyetelan Rele Mho (40)
40.1

40.2

Setting

Kegagalan
Eksitasi

Waktu
Delay

Setting

Kegagalan
Eksitasi

Waktu
Delay

102-2006

Xd/2
Zb

8.345
83.454

0.1 s

Xd/2
Xd

8.345
192.779

0.5

Unit GT11
PLTGU Sengkang

Xa
Xb

0
200

2s

Integrasi

Integrasi

Waktu

Waktu

IEEE Std C37

Nilai 200 diperoleh dari :

Setting (pu)

VN2
IN2

= 2 pu

0.1 kV
1A

= 200

VN2 adalah tegangan sekunder VT dan IN2 adalah arus sekunder CT


Ratio CT = 5000/1 A
11.5
3
Ratio VT = 0.1 kV
3

Trip : 6 s
Reset: 3 s

Dari tabel 1 diatas terlihat bahwa setting rele 40 pada GT11 memiliki standar yng lebih
tinggi dari nilai setting IEEE Std C37 102-2006. Dimana setting rele 40.1 pada GT11
memiliki zona kerja yang lebih luas dari setting rele 40.1 dan 40.2 berdasarkan IEEE
Std C37 102-2006. Dengan demikian, ketika terjadi gangguan eksitasi berlebih, setting
rele 40.1 GT11 akan lebih cepat mendeteksi gangguan dibandingkan jika menggunakan
setting berdasrakan IEEE Std C37 102-2006. Disamping itu, time delay rele 40.1 GT11
lebih lama dari time delay baik relai 40.1 maupun rele 40.2 berdasarkan IEEE Std C37
102-2006. Dengan demikian, meskipun rele 40.1 GT11 lebih dulu bekerja mendeteksi
gangguan kelebihan eksitasi, tapi rele ini memberi waktu lebih lama pada AVR untuk
menambah eksitasi alternator sesuai dengan kebutuuhan daya reaktif jaringan jika
dibandingkan dengan setting berdasrakan IEEE Std C37 102-2006.
Analisa Penyetelan Rele Hilang Eksitasi
Tabel 2 Perbandingan Penyetelan Rele V/z(24)
24 (Unsur Waktu Inverse)

IEEE Std C37 1022006


Unit GT11
PLTGU Sengkang

24 (Unsur Waktu Definite)

Setting

Kegagalan
Eksitasi

Waktu
Delay

Setting

Kegagalan Waktu
Eksitasi
Delay

V/f

1.06

50 s

V/f

1.18

5.5 s

V/f

1.15

10 s

Dari tabel 2 diatas terlihat bahwa sistem proteksi gangguan eksitasi berlebih pada
alternator GT11 berbeda dengan sistem proteksi gangguan eksitasi berlebih menurut
IEEE Std C37 102-2006, pada GT11 tidak terdapat Rele V/Hz unsure waktu inverse

dimana pada IEEE Std C37 102-2006 rele ini berfungsi sebagai alarm jika terjadi
gangguan. Akan tetapi, setting rele V/Hz unsur waktu definite pada GT11 memiliki
standar lebih tinggi dan time delay yang lebih lama jika dibandingkan dengan standar
menurut IEEE Std C37 102-2006. Rele V/Hz unsure waktu definite GT11 (setting: 115%
V/Hz) akan lebih dulu mendeteksi gangguan kelebihan eksitasi dibandingkan jika
menggunakan standar menurut IEEE Std C37 102-2006 (setting: 118% V/hz) dan
memberi waktu lebih lama pada AVR untuk mengurangi eksitasi alternator sesuai
dengan kebutuuhan daya reaktif jaringan jika dibandingkan dengan setting berdasrakan
IEEE Std C37 102-2006.

Anda mungkin juga menyukai