Anda di halaman 1dari 3

Berawal Dari Hadiah Pernikahan

Mungkin belum banyak yang mengetahui bahwa awal mula berkembangnya toko souvenir Joger
adalah dari hadiah pernikahan sang pendirinya, Joseph Theodorus Wulianadi. Kembali pada awal
berdirinya Joger, kala itu pria yang lahir pada 9 September 1951 tersebut sedang menyelesaikan
studinnya di salah satu universitas di negara Jerman. Di sana, ia mempunyai seorang sahabat
karib yang bernama Gerhard Seeger.
Hubungan pertemanan tersebut begitu akrab bahkan hingga saat Joseph kembali ke Indonesia.
Hingga pada sekitar tahun 1980an, pada saat Joseph melangsungkan pernikahan, sahabatnya
tersebut menyempatkan datang untuk memberikan selamat. Tidak hanya ucapan selamat Gerhard
juga memberikan hadiah dalam bentuk uang tunai sebesar USD 20.000. Untuk ukuran kala itu,
uang tersebut tentu jumlahnya sudah sangat besar sekali.
Setelah mendapatkan hadiah tersebut, Joseph bersama istrinya berfikir untuk mendirikan sebuah
usaha. Setelah lama berfikir akhirnya tercetuslah ide membuat toko souvenir. Kala itu pulau Bali
memang sudah ramai dikunjungi wisatawan baik lokal maupun manca negara. Nah dengan
alasan itu pulalah, Joseph melihat peluang bisnis pernak-pernik souvenir masih sangat potensial.
Tepatnya pada tanggal 19 Januari 1981, brand Joger dijadikan nama usaha souvenir milik
Joseph. Nama Joger sendiri diambil bukan tanpa alasan. Joger adalah singkatan dari nama Joseph
dan sang sahabat Gerhard. Pelan namun pasti Joger perlahan berkembang hingga sebesar saat ini.
Yang menjadi kekuatan utama souvenir Joger adalah permainan kata-kata dalam setiap
produknya. Meski kadang terkesan sederhana bahkan konyol namun jika dipahami lagi
rangkaian kata-kata tersebut menyimpan makna yang dalam. Tidak hanya itu, strategi marketing
serta promosi Joger juga tak kalah unik. Tengok saja produk sandal yang di jual, Joger pernah
menjual hanya sandal sebelah kiri saja dengan harga setengah pasang. Namun sebagai hadiah
pembeli akan mendapatkan gratis sandal sebelah kanan. Unik bukan.
Perjalanan Bisnis Joger
Jika dibayangkan bisnis souvenir Joger yang sudah sebesar saat ini, kita harus melihat
perjuangan Joseph mengembangkan bisnisnya benar-benar mulai dari bawah. Saat ini mungkin
pabrik Joger sudah memiliki berbagai alat produksi yang lengkap dan canggih, dulunya semua
dikerjakan secara manual oleh pria berjuluk Mr. Joger tersebut.
Dibantu sang istri, ia mengerjakan proses pembuatan kata-kata yang akan dicetak pada produk
kaosnya. Setelah itu, karena belum mempunyai mesin cetak sendiri dirinya lantas mengoper
produknya untuk dicetak di jasa percetakan. Baru setelah barang jadi, Joseph akan
menjajakannya di kiosnya.
Selain itu agar produknya lebih dikenal, awalnya Joseph mengandalkan strategi promosi dari
mulut ke mulut. Ia mendatangi langsung wisatawan serta pemandu wisata dan meminta ikut

mempromosikan kios Joger. Awalnya memang tak mudah, namun dari sedikit demi sedikit
wisatawan yang mengenal Joger pun semakin banyak.
Hingga puncaknya pada tanggal 7 Juli 1987, Jeseph memutuskan membangun gerai besar Joger
yang terletak di kawasan Jalan Raya Kuta. Dari awalnya yang berfokus pada produk T-Shirt, kini
Joger juga menjual beragam produk lain diantaranya sandal, sepatu, tas, barang pecah belah, jam,
sticker serta beragam kerjainan unik lainnya.
Setelah berjuang membesarkan bisnisnya kini Mr. Joger tinggal menuai hasilnya. Saat ini sudah
tertanam image bagi pelancong utamanya wisatawan lokal, rasanya jika ke Bali belum lengkap
tanpa membeli souvenir Joger.

Satu lagi orang sukses di Indonesia yang berhasil menemukan bakat kecerdasannya melalui
rangkaian kata-kata. Saya sering bertemu dengan orang yang pintar merangkai kata-kata atau
istilah kerennya plesetan, namun tidak banyak yang menggunakan bakat ini dalam dunia bisnis.
Brand Joger salah satu fenomena di dunia Bisnis yang berhasil menanamkan brand pabrik katakata yang identik juga dengan pulau Bali. Maka dari itu tidak lengkap jika kita berlibur ke pulau
Bali jika tidak mengunjungi Joger. Hampir tiap hari ribuan orang memenuhi show room Joger
yang terletak di Jalan Raya Kuta. Terutama ketika musim liburan tiba, 17 kasir yang tersedia
selalu berisi antrian panjang.
Hingga saat ini, Joger memiliki sekitar 150-an anggota keluarga (sebutan untuk karyawan
Joger). Usaha Joger mampu memberikan kesempatan kerja bagi banyak orang buangan termasuk
orang cacat sehingga mereka mampu berkarya untuk hidup mereka. Jika dilihat sukses Joger saat
ini, mungkin banyak yang tidak menyangka bahwa pemilik Joger bukanlah seorang yang
berpendidikan tinggi S1 atau S2.
Pendiri Joger atau sering disebut Mr. Joger atau Pak Joger bernama Joseph Theodorus Wulianadi.
Joger memiliki salam khas Selamat Pagi, tidak peduli apakah hari sudah siang atau malam.
Nama Joger sendiri merupakan singkatan dari namanya, Joseph dan Gerhard Seeger. Gerhard
adalah teman sekolahnya ketika di Jerman yang memberi US 20.000 sebagai hadiah
pernikahannya.
Usaha Mr Joger dimulai dengan modal 500ribu pada bulan Juli 1980. Beliau mulai merangkai
kata-kata sendiri, disablonkan kepada orang lain, memasarkan sendiri door to door, gedor-gedor
rumah orang dan hasilnya sekarang pembeli yang harus ngantri di Joger. Produk yang paling
pertama ia hasilkan adalah kaos. Kaos itu dibuat dengan kata-kata, Belanja tidak belanja tetap
thank you. Waktu itu masih menggunakan desain manual.

Menurut cerita Mr. Joger, 19 januari 1981 usahanya mulai menanjak. Ini ditandai dengan
membuka toko di Jalan Sulawesi 37, Denpasar dengan nama Art & Batik Shop Joger. Kemudian
selanjutnya Tahun 1983 membuka toko lain di jalan yang sama. Terakhir tahun 1986, Mr. Joger
membuka toko di Jalan Raya Kuta hingga saat ini.
Namun Mr Joger malah bertobat dan membatalkan niatnya untuk menjadi konglomerat. Dua
toko di Jalan Sulawesi akhirnya ditutup Mr. Joger pada Tahun 1987 walaupun secara materi
menguntungkan. Walaupun demikian saat ini sedang dibangun pusat Joger lainnya di daerah
Baturiti, Tabanan Bali. Ini semata-mata karena toko Joger di jalan raya Kuta sudah terlalu sempit
untuk menampung ribuan pengunjung tiap harinya.
Konsistensi Joger untuk mempertahankan Brand Joger di pulau Bali juga mampu
mempertahankan hidup brand dan keaslian brand tersebut. Joger tidak bisa dibeli di luar pulau
Bali, sehingga jika orang menggunakan Joger berarti pernah berlibur ke Bali. Kualitas kainnya
pun tidak kalah dengan brand luar negeri seperti Billabong dan Quick Silver, namun harga
merakyat untuk orang Indonesia.
Sekalipun begitu terkenal dengan limpahan materi yang cukup. Baginya itu tidaklah seberapa.
Sukses tidak bisa diukur dari kekayaan materi. Sukses itu adalah ketika kita bisa merasakan
bahagia. Walau kaya dengan materi segunung kalau belum bahagia itu namanya belum sukses.
Apalagi miskin dan tidak bahagia, lontarnya sambil terkekeh.
Cara mengelola usahanya sendiri, Mr Joger mengaku tidak seribet dengan usaha lain. Dia
seringkali membuat manajemen berjalan dengan sendirinya. Yang ada adalah pembagian kerja
dari masing-masing anggota keluarga. Karena katanya, setiap orang adalah pemimpin. Mereka
tahu tanggung jawabnya dan tahu maju mundurnya perusahaan ada di tangan masing-masing.
Usaha Mr Joger ini umumnya dikelola dengan sistem yang bertentangan dengan keumuman
usaha. Misalnya dalam setiap produk dari usahanya selalu dibilang jelek. Joger jelek, tapi yang
seperti ini justru yang disukai pembeli.
Dengan strategi pemasaran yang sering bertentangan dengan kelaziman, ternyata karir Mr Joger
terus menanjak. Bahkan, hingga kini ia mengaku tidak pernah mengalami kemunduran. Nggak
pernah mundur. Malah maju terus, tandasnya.

Anda mungkin juga menyukai