Anda di halaman 1dari 22

Difusi Inovasi Dalam Bidang Kurikulum

Makalah

Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur pada mata kuliah Inovasi Kurikulum

yang diampu oleh

Dr. Deni Kurniawan, M.pd.

oleh :

Siti Sri Mulyani NIM 1808117

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

DEPARTEMEN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik dan tepat waktu.

Makalah ini berjudul “Difusi Inovasi dalam Bidang Kurikulum”. Tujuan


dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Inovasi Kurikulum dan mengetahui difusi inovasi dalam bidang kurikulum.

Penulis ucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Deni Kurniawan, M.Pd.
selaku dosen mata kuliah Inovasi Kurikulum, yang telah memberikan bantuan,
bimbingan dan arahan yang jelas sehingga mempermudah penulis dalam
menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, oleh karena
itu penulis sangat menerima saran dan kritik yang membangun agar makalah ini
dapat menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam
menambah wawasan dan pengetahuan pembaca.

Bandung, 26 Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
2.1. Konsep Inovasi...................................................................................................3
2.2. Konsep Kurikulum.............................................................................................3
2.3. Inovasi Kurikulum..............................................................................................5
2.4. Konsep Difusi.....................................................................................................6
2.4.1. Pengertian Difusi........................................................................................6
2.4.2. Unsur-unsur Difusi.....................................................................................6
2.5. Difusi Inovasi.....................................................................................................8
2.5.1. Teori Difusi Inovasi....................................................................................8
2.5.2. Elemen Difusi Inovasi................................................................................8
2.5.3. Variabel yang berpengaruh terhadap tahapn difusi inovasi.......................10
2.5.4. Strategi Difusi Inovasi..............................................................................11
2.5.5. Hambatan dalam difusi inovasi.................................................................13
2.6. Difusi Inovasi Kurikulum.................................................................................15
BAB III KESIMPULAN................................................................................................17
3.1. Kesimpulan......................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perubahan adalah sesuatu yang pasti, para filosof berpendapat bahwa tidak ada
satupun didunia yang abadi kecuali perubahan. Karena perubahan merupakan
sesuatu yang harus terjadi, akan tetapi seringkali manusia menghindar dari sebuah
perubahan. Semua hal didunia ini juga memiliki resiko termsuk perubahan. Tanpa
suatu perubahan akan ada dampak negatif yang terjadi pada beberapa sektor
kehidupan seperti pendidikan, sosial budaya, ekonomi dll, yang dapat berakibat
parat. Dengan deminikan dibutuhkan perubahan-perubahan dalam segala bidang
termasuk penididikan.

Sebuah inovasi muncul karena dibutuhkan dalam sebuah pendidikan, untuk


mengatasi masalah-masalah yang memengaruhi kelancaran proses pendidikan.
Munculnya sebuh inovasi karena adanya sebuah permasalah yang muncul dan
harus diatasi, dan upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan inovasi.

Terdapat keterkaitan antara inovasi, difusi dan komunikasi. Oleh sebab itu difusi
merupakan komunikasi untuk menyebarluaskan sebuah inovasi yang
kemudianakan diadopsi oleh masyarakat, maka aspek komunikasi mennjadi
sangat penting dalam proses difusi inovasi terutama dalam hal pendidikan.

Dalam hal ini pendidikan juga berkaitan dengan kurikulum. Bukan hal
rahasia bahwa negara inonesia telah melaukan banyak inovasi dalam bidang
kurikulum. Kurikulum indonesia yang selalu terus menerus disempurnakan untuk
menjadi kurikulum yang tepat pagi para peserta didik juga sesuai dengan
perubahan-perubahan yang terjadi.

Keterkaitan antara inovasi, difusi dan kurikulum akan dikaji dalam bahasan
dari makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1. Bagaimana konsep dasar inovasi, difusi, dan kurikulum?
1.2.2. Bagaimana konsep dasar terkait inovasi kurikulum?

1
1.2.3. Bagaimana konsep dari difusi inovasi?
1.2.4. Bagaimana hubungan atau keterkaitan difusi inovasi dalam bidang
kurikulum?
1.3 Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui dan memahami konsep dari inovasi, difusi dan
kurikulum
1.3.2. Untuk mengetahui dan memahami konsep terkait inovasi kurikulum
1.3.3. Untuk mengetahui dan memahami konsep dari difusi inovasi
1.3.4. Untuk mengetahui dan memahami hubungan atau keterkaitan difusi
inovasi dalam bidang kurikulum

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Konsep Inovasi

Secara etimologi, inovasi berasal dari bahasa Latin, yaitu innovaation yang
berarti pembaharuan dan perubahan. Kata kerjanya innovo, yang artinya
memperbarui dan mengubah. Jadi, inovasi adalah perubahan baru menuju arah
perbaikan dan berencana.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, inovasi diartikan sebagai pemasukan


satu pengenalan hal-hal yang baru; penemuan baru yang berbeda dari yang sudah
ada atau yang sudah dikenal sebelumnya, yang (gagasan, metode atau alat).

Inovasi (innovation) adalah ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau
diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang atau
masyarakat, baik berupa hasil invention maupun discovery. Inovasi diadakan
untuk mencapai tujuan tertentu atau memecahkan suatu masalah tertentu.

Inovasi erat kaitannya dengan moderenisasi karena keduaduanya merupakan


perubahan sosial. Terwujudnya modernisasi bisa tergambarkan melalui
munculnya inovasi yang menunjukkan kemajuan masyarakat, baik bidang
ekonomi, politik, pendidikan, kesehatan, maupun ilmu pengetahuan dan
teknologi.

2.2. Konsep Kurikulum

Kurikulum (Curriculum) dalam bahasa Yunani kuno berasal dari kata


Curir yang artinya pelari; dan Curere yang artinya tempat berpacu. Dalam
pengertian bebas, curriculum diartikan jarak yang harus di tempuh oleh pelari.
Dari makna yang terkandung berdasarkan rumusan tersebut di atas kurikulum
dalam pendidikan di artikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh
atau diselesaikan siswa untuk memperoleh ijazah. Dengan demikian, implikasi
terhadap praktik pengajaran yaitu setiap siswa harus menguasai seluruh mata
pelajaran yang diberikan dan menempatkan guru dalam posisi yang sangat penting
dan menentukan. Keberhasilan siswa ditentukan oleh seberapa jauh mata

3
pelajaran tersebut dikuasainya dan biasanya disimbolkan dengan skor yang
diperoleh setelah mengikuti suatu tes atau ujian.

Dikemukakan oleh Saylor, Alexander, dan Lewis (1974) yang


menganggap kurikulum sebagai segala upaya sekolah untuk mempengaruhi siswa
supaya belajar, baik dalam ruangan kelas, di halaman sekolah, maupun di luar
sekolah.

Terdapat tiga konsep terkait kurikulum yaitu, kurikulum sebagai substansi,


sebagai sistem, dan sebagai bidang studi.

Kurikulum sebagai suatu substansi, suatu kurikulum, dipandang orang sebagai


suatu rencana kegiatan belajar bagi peserta didik di sekolah, atau sebagai suatu
perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat menunjuk
kepada sesuatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan
belajar mengajar, jadwal dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat digambarkan
sebagai dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara penyusun
kurikuulum dan pemegang kebijakan pendidikan dengan masyarakat. Suatu
kurikulum juga dapat mencakup lingkup tertentu, suatu sekolah, suatu kabupaten,
provinsi, ataupun seluruh negara.

Kurikulum sebagai suatu sistem. Sistem kurikulum merupakan bagian dari


sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem
kurikulum mencakup sistem personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara
menyusun satu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan
menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu
kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum adalah bagaimana memelihara
kurikulum agar tetap dinamis.

Kurikulum sebagai suatu bidang studi yaitu bidang studi kurikulum. Ini
merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran.
Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang
kurikulum dan sistem kurikulum.

S. Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa istilah kurikulum memiliki


empat dimensi pengertian, di mana satu dimensi dengan dimensi lainnya saling

4
berhubungan. Keempat dimensi kurikulum tersebut yaitu: (1) Kurikulum sebagai
suatu ide/gagasan, (2) Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang sebenamya
merupakan perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide,

(3) Kurikulum sebagai suatu kegiatan yang sering pula disebut dengan istilah
kurikulum sebagai suatu realita atau implementasi kurikulum. Secara teoretis
dimensi kurikulum ini adalah pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana
tertulis. (4) Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari
kurikulum sebagai suatu kegiatan.

2.3. Inovasi Kurikulum

Inovasi kurikulum adalah suatu ide, gagasan atau tindakan-tindakan tertentu


dalam bidang kurikulum dan pembelajaran yang dianggap baru untuk
memecahkan masalah-masalah pendidikan.

Inovasi kurikulum merupakan suatu pembaharuan atau gagasan yang


diharapkan membawa dampak terhadap kurikulum itu sendiri. Kurikulum
merupakan alat atua istrumen untuk mencapai tujuan pendidikan dan
pembelajaran yang diterapkan oleh pemangku kebijakan.

Inovasi kurikulum dilakukan apabila guru benar menyakini bahwa


pembaharuan itu memang harus dilakukan dan diperlukan. Karena inovasi
kurikulum dapat berupa bentuk metode, yang dapat berdampak pada perbaikan,
meningkatkan kualitas pendidikan serta sebagai alat atau cara baru dlam
memecahkan masalah yang dialami dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran.
Dengan demikian cara baru atau metode baru dapat menjadi suatu upaya
meningkatkan efektifitas pembelajaran.

Masalah-masalah inovasi kurikulum berkaitan dengan azas relevansi antara


bahan pembelajaran dengan kebutuhan siswa, antara kualitas pembelajaran di
sekolah dengan pengguna lulusan di lapangan pekerjaan dan berkaitan dengan
mutu secara kognitif, afektif, dan psikomotorik, sedangkan pemerataan yang
berhubungan dengan kesempatan dan peluang, kemudian efisiensi dari segi
internal dan eksternal.

5
Terdapat kriteria dan syarat dalam inovasi kurikulum: (1) Kurikulum harus up
to date, (2) Kurikulum memberikan kemudahan untuk memahami prinsip-
prinsip pokok dan generalisasi-generalisasi. (3) Kurikulum memberikan
kontribusi pengembangan keterampilan, kebiasaan berfikir bebas, dan didiplin
berdasarkan pengetahuan. (4) Kurikulum menyumbang terhadap pengembangan
moralitas yang essenisial dan yang berkenaan dengan evaluasi dan penggunaan
pengetahuan, (5) Kurikulum mempunyai makna dan maksud bagi para siswa, (6)
Kurikulum menyediakan suatu ukuran keberhasilan dan suatu tantangan, (7)
Kurikulum menyumbang terhadap pertumbuhan yang seimbang, (8) Kurikulum
mengarahkan tindakan sehari-hari dan mengarahkan pelajaran serta pengalaman
selanjutnya.

2.4. Konsep Difusi


2.4.1. Pengertian Difusi

Difusi adalah jenis komunikasi khusus yang berkaitan dengan penyebaran


pesan- pesan sebagai ide baru. Lebih jauh dijelaskan bahwa difusi adalah bentuk
komunikasi yang bersifat khusus berkaitan dengan penyebaranan pesan-pesan
yang berupa gagasan baru.

Struktur dari sistem sosial tersebut akan berpengaruh pada difusi inovasi
dan juga hal lain yaitu norma, peran dari tokoh masyarakat dan agen perubah, tipe
dari keputusan inovasi, dan konsekuensi dari inovasi itu sendiri. Hal-hal tersebut
diatas melibatkan hubungan antara sistem sosial dan proses difusi yang terjadi di
dalamnya (Rogers, 1983).

2.4.2. Unsur-unsur Difusi


1. Inovasi

Inovasi adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh
seseorang dan kebaruannya itu bersifat relatif. Tidak menjadi masalah,
sejauh dihubungkan dengan tingkah laku manusia, apakah ide itu betul-betul
baru atau tidak jika diukur dengan selang waktu sejak digunakannya atau
ditemukannya pertama kali. Kebaruan inovasi itu diukur secara subjektif,
menurut pandangan individu yang menangkapnya. Apabila suatu ide

6
dianggap baru oleh seseorang, hal tersebut adalah inovasi (bagi orang
tersebut). Hal “baru” dalam ide inovatif tidak harus hal yang baru. Suatu
inovasi mungkin telah lama ada tetapi belum adanya pengembangan atau
sikap untuk menerima atau menolak sesuatu tersebut. Setiap ide/gagasan
pernah menjadi inovasi. Setiap inovasi pasti berubah seiring dengan
berlalunya waktu. Semua inovasi punya komponen ide, tetapi banyak
inovasi yang tidak mempunyai wujud fisik, seperti ideologi. Inovasi yang
memiliki komponen ide tidak dapat diadopsi secara fisik, sebab
pengadopsiannya hanya berupa keputusan simbolis. Sebaliknya, inovasi
yang memiliki komponen ide dan komponen objek, pengadopsannya diikuti
dengan keputusan tindakan (tingkah laku nyata).

2. Saluran Komunikasi

Difusi merupakan bagian dari riset komunikasi yang berkenaan dengan ide
baru. Proses difusi adalah interaksi manusia untuk mengomunikasikan ide
baru kepada seseorang atau beberapa orang lainnya. Dalam memilih saluran
komunikasi, hal yang perlu diperhatikan, yaitu tujuan diadakannya
komunikasi, dan karakteristik penerima atau komunikan. Jika komunikasi
dimaksudkan untuk memperkenalkan inovasi kepada khalayak umum dan
tersebar secara luas, saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat, dan efisien
adalah media massa. Akan tetapi, jika komunikasi dimaksudkan untuk
mengubah sikap atau perilaku penerima secara personal, saluran komunikasi
yang paling tepat adalah saluran interpersonal.

3. Kurun Waktu

Waktu merupakan salah satu unsur penting dalam proses difusi. Dimensi
waktu dalam proses difusi berpengaruh dalam hal: (a) proses keputusan
inovasi, yaitu tahapan proses sejak seseorang menerima informasi pertama
sampai ia menerima atau menolak inovasi; (b) keinovativan individu atau
unit adopsi lain, yaitu kategori relatif tipe adopter (adopter awal atau akhir);
(c) rata-rata adopsi dalam suatu sistem, yaitu banyaknya jumlah anggota
suatu sistem mengadopsi inovasi dalam periode waktu tertentu.

7
4. Sistem Sosial

Sistem sosial ial juga tak kalah penting mengingat bahwa proses difusi
terjadi dalam sistem sosial. Sistem sosial adalah satu set unit yang saling
berhubungan yang tergabung dalam upaya pemecahan masalah bersama
untuk mencapai tujuan. Anggota suatu sistem sosial dapat berupa individu,
kelompok informal, organisasi dan atau subsistem. Proses difusi dalam
kaitannya dengan sistem sosial ini dipengaruhi oleh struktur sosial, norma
sosial, peran pemimpin, dan agen perubahan, tipe keputusan inovasi dan
konsekuensi inovasi.

2.5. Difusi Inovasi


2.5.1. Teori Difusi Inovasi

Teori difusi inovasi dimulai pada awal abad ke-19, tepatnya pada tahun 1930,
ketika seorang sosiolog prancis Gabriel Tarde, memperkenalkan Kurva Difusi
berbentuk S (S-shaped Diffusion Curve). Pada dasarnya kurva ini menggambarkan
bagaimana suatu inovasi diadopsi oleh seseorang atau sekelompok orang dilihat
dari dimensi waktu. Ppada kurva ini terdapat dua sumbu dimana sumbu satu
menggambarkan tingkat adopsi sedangkan sumbu lainnya menggambarkan
dimensi waktu.

Pemikiran dari Gabriel Tarde menjadi sangat penting karena secara sederhana
dapat menggambarkan kecendruangan yang terkait dengan proses difusi inovasi.
Rogers (1983) mengatakan, Tarde’s S-shaped diffusion curve is of current
importance because “most innovations have an S-shaped rate of adoption”. Dan
sejak saat itu tingkat adopsi atau tingkat difusi menjadi fokus kajian penting
dalam penelitian-penelitian sosiologi.

Teori difusi inovasi pada dasarnya menjelaskan proses terjadinya suatu


inovasi dan disampaikan (dikomunikasikan) melalui saluran-saluran tertentu
sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Hal tersebut
sejalan dengan pengertian difusi dari Rogers (1961), yaitu “as the process by
which an innovation is communicated through certain channels over time among
the members of a social system.” Lebih jauh dijelaskan bahwa difusi adalah suatu

8
bentuk komunikasi yang bersifat khusus yang berkaitan dengan penyebaranan
pesan-pesan yang berupa gagasan baru, atau dalam istilah Rogers (1961) difusi
menyangkut “which is the spread of a new idea from its source of invention or
creation to its ultimate users or adopters.”

2.5.2. Elemen Difusi Inovasi


1. Inovasi

Rogers (1983) membedakan dua macam informasi. Pertama, informasi


yang berkaitan dengan pertanyaan, “Apa inovasi (hal yang baru) itu?”,
“Bagaimana menggunakannya?” “Mengapa diperlukan?” Kedua, berkaitan
dengan penilaian inovasi atau berkaitan dengan pertanyaan, “Apa manfaat
menerapkan inovasi?” “Apa konsekuensinya menggunakan inovasi?”

Jika anggota sistem sosial atau masyarakat yang menjadi sasaran inovasi
dapat memperoleh informasi yang dapat menjawab berbagai pertanyaan
tersebut dengan jelas, hilanglah ketidaktentuan terhadap inovasi. Mereka
telah memperoleh pengertian yang mantap tentang inovasi dan akan
menerima serta menerapkan inovasi. Cepat atau lambatnya proses
penerimaan inovasi dipengaruhi juga oleh atribut dan karakteristik dari
inovasi tersebut.

2. Komunikasi dengan saluran tertentu

Komunikasi dalam difusi inovasi diartikan sebagai proses pertukaran


informasi antara anggota sistem sosial, sehingga terjadi saling pengertian
antara satu dengan yang lain. Kegiatan komunikasi dalam proses difusi
mencakup hal-hal: (a) inovasi, (b) individu atau kelompok yang telah
mengetahui dan berpengalaman dengan inovasi, (c) individu atau
kelompok lain yang belum mengenal inovasi, (d) saluran komunikasi yang
menggabungkan kedua pihak tersebut.

Saluran komunikasi adalah alat untuk menyampaikan informasi dari


seseorang ke orang lain. Kondisi kedua pihak yang berkomunikasi akan
memengaruhi pemilihan atau penggunaan saluran yang tepat untuk
mengefektifkan proses komunikasi.

9
3. Waktu

Waktu adalah elemen yang penting dalam proses difusi karena waktu
merupakan aspek utama dalam proses komunikasi. Peranan dimensi waktu
dalam proses difusi terdapat pada tiga hal, yaitu

a. Proses keputusan inovasi, yaitu proses sejak seseorang mengetahui


inovasi pertama kali sampai memutuskan untuk menerima atau
menolak inovasi.
b. Kepekaan seseorang terhadap inovasi. Tidak semua orang dalam suatu
sistem sosial menerima inovasi dalam waktu yang sama. Mereka
menerima inovasi dari urutan waktu, artinya ada yang dahulu, ada
yang kemudian. Orang yang menerima inovasi lebih dahulu secara
reletif lebih peka terhadap inovasi daripada yang menerima inovasi
lebih akhir. Jadi, kepekaan inovasi ditandai dengan lebih dahulunya
seseorang menerima inovasi daripada yang lain dalam suatu sistem
sosial (masyarakat).
c. Kecepatan penerimaan inovasi, yaitu kecepatan relative diterimanya
inovasi oleh warga masyarakat. Kecepatan inovasi diukur berdasarkan
lamanya waktu yang diperlukan untuk mencapai persentase tertentu dari
jumlah waktu masyarakat yang telah menerima inovasi. Oleh karena itu,
kecepatan inovasi cenderung diukur berdasarkan tinjauan penerimaan inovasi
oleh keseluruhan warga masyarakat, bukan penerimaan inovasi secara
individual.
4. Warga atau masyarakat (anggota sistem sosial)

Warga atau masyarakat dalam sistem social adalah individu atau


sekelompok individu yang bekerja sama untuk memecahkan masalah guna
mencapai tujuan tertentu. Anggota sistem sosial dapat berupa individu,
kelompok informal, organisasi, dan subsistem yang lain.

Sistem sosial akan memengaruhi proses difusi inovasi karena proses difusi
inovasi terjadi dalam sistem sosial. Proses difusi melibatkan hubungan
antarindividu dalam sistem sosial sehingga individu akan terpengaruh oleh
sistem sosial dalam menghadapi inovasi. Berbeda sistem sosial akan

10
berbeda pula proses difusi inovasi, walaupun mungkin dikenalkan dan
diberi fasilitas dengan cara dan perlengkapan yang sama.

2.5.3. Variabel yang berpengaruh terhadap tahapn difusi inovasi


1. Atribut inovasi (perceived atrribute of innovasion)
2. Jenis keputusan inovasi (type of innovation decisions)
3. Saluran komunikasi (communication channels)
4. Kondisi sistem sosial (nature of social system)
5.  Peran agen perubah (change agents).
2.5.4. Strategi Difusi Inovasi

Suparman menyatakan bahwa terdapat dua strategi yang dapat dilakukan


dalam difusi inovasi yaitu:

1. Strategi Jalur Terbuka

Strategi jalur terbuka ditempuh dengan menjual ide baru atau inovasi agar
individu yang diharapkan dapat secara sukarela menerima dan
menggunakan inovasi baru tersebut. Proses difusi yang dilakukan pada
jalur terbuka adalah:

a. Agen pembaharuan dalam hal ini pendesain inovasi ataupun pihak lain
melakukan identifikasi individu atau kelompok individu yang
dipandang sebagai calon pengguna utama yaitu individu atau
kelompok yang dipandang membutuhkan produk inovasi baru dalam
pekerjaannya.
b. Memperkenalkan inovasi baru melalui berbagai media massa, surat
selebaaran, leaflet dan lain- lain. Perkenalan tersebut menyangkut
karakteristik dari produk inovasi baru tersebut serta manfaatnya bagi
mereka.
c. Melakukaan kontak individual dan tatap muka dengan mereka untuk
membujuk agar menerima produk inovasi baru tersebut, dalam hal ini
manfaat produk inovasi baru dijelaskan dan ditekankan. Bujukan
tersebut harus dilakukan dengan baik, misalnya melalui kunjungan

11
atau pertemuan khusus sehingga pada akhirnya mereka mau
menerimanya.
d. Setiap ada individu atau kelompok yang menyatakan menerima produk
inovadi baru atauyang biasa disebut pengadopsi memerlukan
pendampingan oleh agen pembaharuan. Tujuannya adalah meyakinkan
pengadopsi bahwa produk inovasi baru tersebut telah dilaksanakan
dengan baik sampai pengadopsi benar-benar merasa sukses dan
mendapat manfaatnya.
e. Proses pendampingan itu dapat dihentikan apabila para pengadopsi
dipandang tidak membutuhkan lagi. Namun demikian mereka masih
perlu diamati terus menerus untuk mengantisipasi adanya gejalan
menghentikan penggunaan produk inovasi baru. Dalam kasus seperti
yang disebutkan terakhir, para pendamping dapat melakukan upaya
penguatan kembali. Dalam situasi di mana para pengadopsi tidak lagi
memelrukan pendamping, produk inovasi baru itu dapat dikatakan
sudah menjadi bagian dari kehidupan pengadopsinya. Statusnya
sebagai inovasi sudah berubah yaitu bukan inovasi lagi sebab ia bukan
lagi sesuatu yang baru.
f. Membujuk para pengadopsi yang sudah mantap untuk menjadi agen
pembaruan, dengan mengajak individu lain menggunakan produk
inovasi baru.
2. Strategi Jalur Organisasi

Adapun proses difusi yang dilakukan pada jalur organisasi dilakukan


melalui tahapan sebagai berikut;

a. Mengidentifikasi daftar pengambil keputusan puncak sampai lini


pertama, misalnya pejabat pada Kementerian Pendidikan Nasional,
kepala dinas pendidikan propinsi, kepala dinas pendidikan
kabupaten/kota, atau organisasi yayasan pendidikan.
b. Memperkenalkan produk inovasi baru kepada pengambil keputusan
tersebut.
c. Membujuk untuk meyakinkan kehebatan penggunaan inovasi baru dan
pengaruhnya bila digunakan secara institusional oleh lembaga

12
pendidikan yang berada di bawahnya. Kehebatan tersebut terkait
dengan kualitas, relevansi dengan kebutuhan dan daya jangkaunya.
Bujukan tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan komitmen dari
pengambil keputusan agar menggunakan produk inovasi baru.
d. Membantu penggunaan produk inovasi baru pada organisasi tersebut
sampai seluruh jajaran pimpinan lini pertama terlibat dan memiliki
komitmen yang sama.
e. Memberi pendampingan bagi jajaran pimpinan tersebut sampai produk
inovasi baru benar-benar digunakan oleh seluruh individu pada
lembaga atau organisasi yang bersangkutan.
2.5.5. Hambatan dalam difusi inovasi

Rogers menjelaskan faktor-faktor hambatan yang mempengaruhi secara


alami alami/aturan dari proses difusi inovasi, yaitu:

1. Knowledge of innovation and reinvention yaitu seberapa jauh


kesadaran organisasi terhadap inovasi dan persepsinya tentang
karakteristik mereka yang menonjol. Faktor pengetahuan ini
dipengaruhi oleh sebagian oleh karakteristik personil-personil dalam
organisasi.
2. External accountability adalah tingkatan di mana suatu organisasi
tergantung atau bertanggungjawab kepada lingkungannya.
3. Lack resources adalah sumberdaya yang tidak siap digunakan pada
maksud dan tujuan yang lain.
4. Organizational structure adalah susunan dari komponen-komponen
dan subsistem-subsistem di dalam suatu sistem.

Dalam implementasi atau pelaksanaannya, sering didapati beberapa


hambbatan yang berkaitan dengan inovasi. Terdapat empat macam kategori
hambatan dalam konteks difusi inovasi yaitu sebagai berikut.

1. Hambatan Psikologis

Hambatan ini ditemukan apabila kondisi psikologis individu menjadi


faktor penolakan. Hambatan psikologis telah dan masih merupakan

13
kerangka kunci untuk memahami peristiwa yang terjadi apabila orang dan
sistem melakukan penolakan terhadap upaya perubahan. Kita akan
menggambarkan jenis hambatan ini dengan memilih sebagai contoh, yaitu
dimensi kepercayaan dan keamanan melawan ketidakpercayaan dan
ketidakamanan karena faktor ini sebagai unsur inovasi yang sangat
penting. Faktor-faktor psikologis lainnya yang dapat mengakibatkan
penolakan terhadap inovasi adalah rasa enggan karena merasa sudah cukup
dengan keadaan yang ada, tidak mau repot, atau ketidaktahuan tentang
masalah.

Muncul sebuah asumsi bahwa di dalam suatu sistem sosial, organisasi atau
kelompok akan ada orang yang pengalaman masa lalunya tidak positif.
Menurut para ahli psikologi, perkembangan ini akan memengaruhi
kemampuan dan keberaniannya untuk menghadapi perubahan dalam
pekerjaannya. Jika sebuah inovasi berimplikasi kurangnya kontrol
(misalnya diperkenalkannya model pimpinan tim atau kemandirian
masing-masing bagian), pemimpin itu akan memandang perubahan
sebagai hal yang negatif dan mengancam. Perubahan itu dirasakannya
sebagai kemerosotan, bukan perbaikan.

2. Hambatan Praktis

Hambatan praktis merupakan hambatan penolakan yang bersifat fisik.

Faktor ini sering ditunjukan untuk mencegah atau memperlambat


perubahan dlam sebuah organisasi dan sistem sosial, yaitu waktu, sumber
daya, dan sistem. Program pusat-pusat pelatihan guru sangat menekankan
pada aspek-aspek dalam bidang ini. Hal ini mengindikasikan adanya
perhatian khusus pada keahlian praktis dan metode-metode yang
mempunyai kegunaan praktis secara langsung. Oleh karena itu, inovasi
dalam bidang ini dapat menimbulkan penolakan yang berkaitan dengan
praktis. Artinya, semakin praktis sifat suatu bidang, semakin mudah orang
meminta penjelasan tentang penolakan praktis. Pada pihak lain, dapat
diasumsikan bahwa hambatan praktis yang sesungguhnya telah dialami
oleh banyak orang dalam kegiatan belajar mengajar, yang dapat

14
menghambat perkembangan dan pembaruan praktik. Tidak cukupnya
sumber daya ekonomi, teknis, dan material sering disebutkan.

3. Hambatan kekuasaan nilai

Hambatan nilai melibatkan kenyataan bahwa suatu inovasi mungkin


selaras dengan nilainilai, norma dan tradisi yang dianut orangorang
tertentu, tetapi mungkin bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut orang
lain. Jika inovasi berlawanan dengan nilai-nilai sebagian peserta,
bentrokan nilai akan

terjadi dan penolakan terhadap inovasi pun muncul. Apakah kita berbicara
tentang penolakan terhadap perubahan atau terhadap nilai-nilai dan
pendapat yang berbeda, dalam banyak kasus, itu bergantung pada definisi
yang digunakan. Banyak inovator mengalami konflik yang jelas dengan
orang lain, tetapi setelah dieksplorasi lebih jauh, ternyata mereka
mendapati kesepakatan dan aliansi dapat dibentuk.

2.6. Difusi Inovasi Kurikulum

Dapat disimpulkan difusi inovasi merupakan proses terjadinya suatu inovasi


dan disampaikan atau dikomunikasikan melalui saluran-saluran tertentu sepanjang
waktu kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Sedangkan kurikulum
merupakan segala upaya sekolah untuk mempengaruhi siswa supaya belajar, yang
dilakukan dibawah tanggung jawab sekolah.

Difusi inovasi terjadi karena adanya sebuah permasalah yang menuntut untuk
ditemukan solusianya. Dalam hal ini pendidikan indonesia memerlukan suatu
upaya untuk menangani permasalah yang muncul dengan sebuh difusi inovasi.

Inovasi kurikulum diperlukan karena adanya perubahan zaman dan kebutuhan


peserta didik yang berbeda, maka diperlukan suatu inovasi dalam sebuah
kurikulum mulai dari metode, strategi, pergeseran paradigma, kebutuhan
teknologi, media dan lainnya.

Difusi inovasi kurikulum memiliki hubungan erat yang diperlukan dalam


dunia pendidikan. Proses penyampaian inovasi kurkulum dalam sebuah tatanan

15
pendidikan merupakan proses difusi inovasi yang terjadi. Dengan adanya difusi
maka inovasi dari kurikukum dapat tersampaikan atau diberlakukan di berbagai
jenjang pendidikan yang telah ditentukan. Dalam hal ini difusi berpengaruh dalam
proses komunikasi atau penyampaian inovasi kurikulum yang terjadi.

Dengan ini terdapat beberapa tahapan proses keputusan dalam sebuah inovasi,
yaitu:

1. Tahap pengetahuan (knowledge),

Dalam tahap ini, seseorang belum memiliki informasi mengenai inovasi baru.
Untuk itu informasi mengenai inovasi tersebut harus disampaikan melalui
berbagai saluran komunikasi yang ada, bisa melalui media elekt ronik, media
cetak, maupun komunikasi interpersonal diantara masyarakat. Tahapan ini
juga dipengaruhi oleh beberapa karakteristik dalam pengambilan keputusan,
yaitu karakteristik sosial-ekonomi, nilai-nilai pribadi dan pola komunikasi.

2. Tahap Persuasi (Persuasion)

Pada tahap ini individu tertarik pada inovasi dan aktif mencari informasi/detail
mengenai inovasi. Tahap kedua ini terjadi lebih banyak dalam tingkat
pemikiran calon pengguna. Inovasi yang dimaksud berkaitan dengan
karakteristik inovasi itu sendiri, seperti: Kelebihan, inovasi, tingkat keserasian,
kompleksitas, dapat dicoba dan dapat dilihat.

3. Tahap pengambilan keputusan (Decision)

Pada tahap ini individu mengambil konsep inovasi dan menimbang


keuntungan/kerugian dari menggunakan inovasi dan memutuskan apakah akan
mengadopsi atau menolak inovasi.

4. Tahap implementasi (Implementation)

Pada tahap ini mempekerjakan individu untuk inovasi yang berbeda-beda


tergantung pada situasi. Selama tahap ini individu menentukan kegunaan dari
inovasi dan dapat mencari informasi lebih lanjut tentang hal itu.

5. Tahap Konfirmasi (Confirmation)

16
Setelah sebuah keputusan dibuat, seseorang kemudian akan mencari
pembenaran atas keputusan mereka. Tidak menutup kemungkinan seseorang
kemudian mengubah keputusan yang tadinya menolak jadi menerima inovasi
setelah melakukan evaluasi.

17
BAB III

KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan

Inovasi kurikulum adalah suatu ide, gagasan atau tindakan-tindakan tertentu


dalam bidang kurikulum dan pembelajaran yang dianggap baru untuk
memecahkan masalah-masalah pendidikan.

Difusi adalah jenis komunikasi khusus yang berkaitan dengan penyebaran pesan-
pesan sebagai ide baru.

Maka dari itu, difusi inovasi dan kurikulum memiliki hubungan erat yang
diperlukan dalam dunia pendidikan. Proses penyampaian inovasi kurkulum dalam
sebuah tatanan pendidikan merupakan proses difusi inovasi yang terjadi. Dengan
adanya difusi maka inovasi kurikukum dapat tersampaikan atau diberlakukan di
berbagai jenjang pendidikan yang telah ditentukan. Dalam hal ini difusi
berpengaruh dalam proses komunikasi atau penyampaian inovasi kurikulum yang
terjadi.

Sebuh inovasi kurikulum akan melewati beberapa tahapan proses keputusan


dalam sebuah inovasi, yaitu pengetahuan (knowledge), persuasi (persuasion),
keputusan (decision), pelaksanaan (implementation), dan konfirmasi
(confirmation).

18
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, R. (2016). DIFUSI INOVASI DALAM MENINGKATKAN


PARTISIPASI MASYARAKAT AKAN KELESTARIAN
LINGKUNGAN. Sosietas, VI(2).
Hernawan, A. h., & Susilana, R. (n.d.). Konsep Dasar Kurikulum. upi.edu.
Prastyawan. (2011). INOVASI KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN. I(2).
Rusdiana, A. (2014). Konsep Inovasi Pendidikan. Bandung: CV. PUSTAKA
SETIA.
Rusmiarti, D. A. (2015). ANALISIS DIFUSI INOVASI DAN
PENGEMBANGAN BUDAYA KERJA PADA ORGANISASI
BIROKRASI. Jurnal Masyarakat Telematika dan Informasi, VI(2), 85-
100.

iii

Anda mungkin juga menyukai