Anda di halaman 1dari 9

ANALISA PERBANDINGAN PERHITUNGAN KAPASITAS METODE MKJI 1997

DENGAN PERHITUNGAN KAPASITAS MENGGUNAKAN METODE


GREENSHIELDS, GREENBERG
DAN UNDERWOOD

Oleh : Donny Dwy Judianto Leihitu, ST, MT


Staf Pengajar di Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil
Unversitas Darwan Ali
Jl. Ahmad Yani No 1 Kuala Pembuang Kabupaten Seruyan
e- mail : donny_djleihitu@yahoo.com

Abstrak
Perhitungan Kapasitas suatu jalan diperlukan untuk mendapatkan hasil berupa kemampuan ruas jalan untuk
menampung arus atau volume lalu lintas yang ideal dalam satuan waktu tertentu, dinyatakan dalam jumlah
kendaraan yang melewati potongan jalan tertentu dalam satu jam (kend/jam), atau dengan
mempertimbangan berbagai jenis kendaraan yang melalui suatu jalan digunakan satuan mobil
penumpang sebagai satuan kendaraan dalam perhitungan kapasitas maka kapasitas menggunakan satuan
mobil penumpang per jam atau (smp)/jam.
Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 dan model pendekatan lalu lintas melalui model Linier
Greenshields, Greenberg dan Underwood memberikan pedoman pedoman untuk mendapatkan Kapasitas
dari suatu ruas jalan.
Dari hasil penelitian di Jalan Ahmad Yani Kuala Pembang Kabupaten Seruyan model Linier
Greenshields dengan R2 = 0.86899 mendapatkan kapasitas/volume maksimum = 91.07672 smp/jam, model
Greenberg dengan nilai R2 = 0.74716 mendapatkan kapasitas/volume maksimum = 103.951816 smp/jam,
dan model Underwood dengan Nilai R2 = 0.85919, mendapatkan kapasitas/volume maksimum = 85.703698
smp/jam, sedangkan dengan menggunakan metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia MKJI 1997
mendapatkan nilai Kapasitas sebesar = 2480.412 smp / jam. Terdapat perbedaan yang cukup signifikan
antara perhitungan Kapasitas Jalan dengan menggunakan Manual Kapasitas Jalan Indonesi (MKJI 1997)
dengan Pemodelan Linier Greenshields, Model Greenberg dan Model Underwood. Ini disebabkan latar
belakang pemodel yang digunakan banyak yang berasal dari penelitian jalan jalan di luar negeri
sedangkan untuk Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997) menggunakan penelitiannya
menggunakan karateristik jalan yang ada di Indonesia.

I.

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pergerakan kendaraan, manusia dan barang
dari suatu tempat ke tempat yang lainnya
memerlukan penyediaan sarana dan prasarana
Transportasi yang memadai dan maksimal , yang
diharapkan
dapat
menunjang
kemajuan
pembangunan di suatu daerah baik perkotaan
maupun pedesaan. Bidang transportasi dengan
berbagai macam permasalahannya perlu mendapat
perhatian yang serius dari semua pihak baik
masyarakat sebagai pengguna maupun pemerintah
sebagai penyelenggara.
Kuala Pembuang sebagai ibu kota
kabupaten Seruyan merupakan salah satu daerah
yang berkembang dengan adanya percepatan
pembangunan
disegala
bidang,
diantaranya
pembangunan pasar Saik, pembangunan pelabuhan
Segintung dan pengembangan bandar udara Kuala
Pembuang. Kondisi ini menyebabkan terjadinya
peningkatan kegiatan transportasi khususnya
peningkatan volume lalu lintas, apalagi dengan
terbukanya akses jalan dan jembatan Sei Seruyan
menuju ke Kuala Pembuang.
Sebagai kota yang belum
banyak
mengalami permasalahan serius mengenai arus lalu
lintas, Kuala Pembuang perlu mendapatkan
management lalu lintas mulai dari sekarang dengan
memperhitungkan kondisi volume, kecepatan dan

kepadatan lalu lintas yang ada sehingga kapasitas


jalan yang tidak seimbang dengan arus lalu lintas
yang menjadi permasalahan dalam bidang
transportasi bisa diantisipasi sejak dini.
Jalan Ahmad Yani dipilih sebagai lokasi
penelitian dikarenakan jalan ini adalah jalan utama di
Kota Kuala Pembuang yang merupakan urat nadi
pergerakan transportasi dan ekonomi yang perlu
mendapat perhatian dalam management lalu lintas.
I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka
dapat dirumuskan permasalah sebagai berikut :
Seberapa besar perbandingan Perhitungan kapasitas
jalan dengan menggunakan metode Greenshield,
Greenberg dan Underwood dan perhitungan
Kapasitas Jalan dengan menggunakan Manual
Kapasitas Jalan Indonesia tahun 1997 di ruas jalan
Ahmad Yani Kuala Pembuang Kabupaten Seruyan
I.3 Pembatasan Masalah
Ruang lingkup permasalah pada penelitian
ini perlu diadakan pembatasan dikarenakan adanya
keterbatasan waktu, tenaga serta biaya, adapun
pembatasan masalah pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Penelitian hanya dilakukan pada ruas jalan
AhmadYani Kuala Pembuang Kabupaten
Seruyan

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 1 EDISI JANUARI 2012 APRIL 2012

Page

2. Perhitungan Kapasitas Jalan dilakukan dengan


menggunakan metode Greenshield, Greenberg
dan Underwood serta Manual Kapasitas Jalan
Indonesia tahun 1997 (MKJI 1997).
I.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui kapasitas jalan Ahmad Yani Kuala
Pembuang
Kabupaten
Seruyan
dengan
menggunakan metode Greenshield, Greenberg
dan Underwood dan dibandingkan dengan
kapasitas
jalan
yang
dihitung
dengan
menggunakan Manual Kapasitas Jalan Indonesia
tahun 1997 (MKJI 1997)
I.5 Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi Kapasitas jalan Ahmad
Yani kepada Pemerintah Kabupaten Seruyan
yang nantinya dapat dipergunakan dalam
managemen lalu lintas yang efektif dan
efisien.
2. Mengetahui
perbandingan
perhitungan
kapasitas
yang
menggunakan
metode
Greenshield, Greenberg dan Underwood
dengan perhitungan kapasitas yang dengan
menggunakan Manual Kapasitas Jalan
Indonesia tahun 1997 (MKJI 1997).
3. Dapat digunakan sebagai referensi bagi
penelitian penelitian selanjutnya

dengan menggunakan arus dan kapasitas dinyatakan


dalam smp/jam. Derajat kejenuhan digunakan untuk
untuk analisa perilaku lalu lintas berupa kecepatan.
II.6.
Kendaraan Bermotor (Satuan Mobil
Penumpang)
Satuan mobil penumpang adalah satuan arus
lalu lintas, dimana arus dari berbagai tipe kendaraan
telah diubah menjadi kendaraan ringan (termasuk
mobil penumpang) dengan menggunakan Ekivalensi
Mobil Penumpang (EMP) (MKJI 1997).
Penggunaan ini dimaksudkan agar analisis
lalu lintas mudah dilakukan. Faktor satuan mobil
penumpang (smp) masing-masing kendaraan
bermotor menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia
(MKJI 1997), untuk jalan perkotaan adalah sebagai
berikut:
1. Kendaraan Berat (HV)
=
1,30
2.

Kendaraan Ringan (LV)

1,00

3.

Sepeda Motor (MC)

0,40

4.

Kendaraan tidak bermotor

1,00

II.7.

Perhitungan Kapasitas Ruas Jalan


Persamaan
umum
untuk
menghitung
kapasitas suatu ruas jalan menurut Manual Kapasitas
Jalan Indonesia 1997 (MKJI 1997) untuk daerah
perkotaan adalah sebagai berikut:

C = C0 x FCw x FCSP x FCSF x FCCS

II. TINJAUAN PUSTAKA


II.1 Volume
Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan
yang melewati suatu titik pada segmen jalan dalam
interval waktu tertentu yang dinyatakan dalam
kendaraan per satuan waktu. Satuannya adalah
kendaraan/jam atau kendaraan/hari.
II.2. Kecepatan
Kecepatan menggambarkan tingkat pergerakan
kendaraan yang dinyatakan dalam jarak tempuh
persatuan waktu atau nilai perubahan jarak terhadap
waktu. Satuannya adalah kilometer/jam, meter/detik.
II.3. Kepadatan
Kepadatan diartikan sebagai jumlah kendaraan
yang ada pada satu ruas jalan raya atau lajur
biasanya dinyatakan dalam rata rata jumlah
kendaraan persatuan panjang jalan.
Kepadatan sukar diukur secara langsung tetapi
dapat dihitung dari kecepatan dan volume dengan :
Volume/ Kecepatan
II.4. Kapasitas
Kapasitas adalah arus lalu lintas maksimum
yang melewati suatu titik jalan yang dapat
dipertahankan pada suatu bagian jalan dalam kondisi
tertentu (misalnya : rencana geometrik, lingkungan,
komposisi lalu lintas dan sebagainya) Kapasitas
suatu
jalan
biasanya
dinyatakan
dalam
kendaraan/jam atau satuan mobil penumpang/jam
(smp/jam).
II.5. Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan adalah rasio arus lalu lintas
terhadap kapasitas, digunakan sebagai faktor utama
dalam penentuan tingkat kinerja simpang dan
segmen jalan. Nilai derajat kejenuhan menunjukkan
apakah segmen jalan tersebut mempunyai masalah
kapasitas atau tidak. Derajat kejenuhan dihitung

Dimana:
C
=
C0
=
FCW
=
Lintas
FCSP
=
FCSF
FCCS

Kapasitas (smp/jam)
Kapasitas Dasar (smp/jam)
Faktor Penyesuaian Lebar Jalur Lalu-

Faktor Penyesuaian Pemisah Arah


(hanya untuk jalan tak terbagi)
= Faktor Penyesuaian Hambatan Samping
= Faktor Penyesuaian Ukuran Kota

II.8. Hubungan Matematis Volume, Kecepatan,


dan Kepadatan Lalu Lintas
Karakteristik arus lalu lintas sangat perlu
dipelajari dalam menganalisis arus lalu lintas. Untuk
dapat mempresentasikan karakteristik arus lalu lintas
dengan baik, dikenal tiga parameter utama yang
saling berhubungan secara matemastis satu dengan
yang lainnya
Hubungan matematis antara kecepatan, arus,
dan kepadatan dapat dinyatakan dengan persamaan
(2.1) berikut:
.(2.1)

V = D.S

Dimana:
V =
Arus (smp/jam)
D =
Kepadatan (kend/km)
S
=
Kecepatan (Km/Jam)
Hubungan matematis antar parameter
tersebut dapat juga dijelaskan dengan menggunakan
Gambar 2.1 yang memperlihatkan bentuk umum
hubungan matematis antara Kecepatan Kepadatan
(S D), Arus Kepadatan (V D), dan Arus
Kecepatan (V S).

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 1 EDISI JANUARI 2012 APRIL 2012

Page

memasukan persamaan (2.2) ke persamaan (2.1),


maka bisa diturunkan persamaan (2.3) (2.4).

S=

V
D

..(2.3)

V
Sff
=Sff
. D .
D
Dj
(2.4)

V =D . Sff

Gambar 2.1 Hubungan matematis antar arus/volume,


kecepatan dan kepadatan.
Dimana:
Vmaks =
Sm
=
Dm

Sff

Dj

Kapasitas atau volume maksimum


Kecepatan pada kondisi volume lalu
lintas maksimum
Kepadatan pada kondisi volume lalu
lintas maksimum
Kecepatan pada kondisi volume lalu
lintas sangat rendah
Kepadatan kondisi volume lalu lintas
macet total.

Hubungan matematis antara kecepatan


kepadatan monoton ke bawah yang menyatakan
bahwa apabila kepadatan lalu lintas meningkat, maka
kecepatan akan menurun. Volume lalu lintas akan
menjadi nol apabila kepadatan sangat tinggi
sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan
kendaraan untuk bergerak lagi. Kondisi seperti ini
dikenal dengan kondisi macet total. Apabila
kepadatan meningkat dari nol, maka kecepatan akan
menurun sedangkan volume lalu lintas akan
meningkat. Apabila kepadatan terus meningkat,
maka akan dicapai suatu kondisi dimana peningkatan
kepadatan tidak akan meningkatkan volume lalu
lintas, malah sebaliknya akan menurunkan volume
lalu lintas (lihat gambar 2.1). titik maksimum
volume lalu lintas tersebut dinyatakan dengan
kapasitas arus.
Ada tiga jenis model yang dapat digunakan
untuk mempresentasikan hubungan matematis antara
ke tiga parameter tersebut, yaitu:
II.9.

Model Greenshields
Greenshields merumuskan bahwa hubungan
matematis antara KecepatanKepadatan diasumsikan
linear (Ofyar Tamin, 2000), seperti yang dinyatakan
dalam persamaan (2.2).

S=Sff

Sff
. D ....
Dj

(2.2)
Dimana:
S = Kecepatan (km/jam)
Sff = Kecepatan pada saat kondisi lalu lintas
sangat rendah atau pada kondisi kepadatan
mendekati nol atau kecepatan mendekati nol
atau kecepatan arus bebas (km/jam)
Dj = Kepadatan pada kondisi arus lalu lintas
macet total (kend/km)
Hubungan
matematis
antara
Arus
Kepadatan dapat diturunkan dengan menggunakan
persamaan dasar (2.1), dan selanjutnya dengan

Sff
. D
Dj

(2.5)
Persamaan (2.5) adalah persamaan yang
menyatakan hubungan matematis antara ArusKepadatan. Kondisi arus maksimum (V M) bisa
didapat pada saat arus D = DM. Nilai D = DM bisa di
dapat melalui persamaan.
Hubungan
matematis
antara
ArusKecepatan dapat diturunkan dengan menggunakan
persamaan dasar (2.1), dan dengan memasukan ke
dalam persamaan (2.6) ke persamaan (2.6), maka
bisa diturunkan melalui persamaan (2.7) (2.9).

D=

V
S

Sff V
S=Sff
.
Dj S

(2.6)
...

. (2.7)

Sff V
. =Sff S
Dj S
(2.8)

V =Dj . S

Dj
. S ..
Sff

.. (2.9)
Persamaan (2.9) adalah persamaan yang menyatakan
hubungan matematis antara ArusKecepatan.
Kondisi arus maksimum/ Kapasitas (VM) didapat
dengan persamaan:

VM=

Dj x Sff
....
4

(2.10)
Kondisi kepadatan maksimum (DM) didapat dengan
persamaan:

DM =

Dj
2 .....

(2.11)
Kondisi kecepatan pada saat arus maksimum (S M)
didapat dengan persamaan:

SM =

Sff
2

(2.12)

II.10.

Model Greenberg
Greenberg
mengasumsikan
bahwa
hubungan matematis antara KecepatanKepadatan
bukan merupakan fungsi linear melainkan fungsi
logaritmik (Ofyar Tamin, 2000).

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 1 EDISI JANUARI 2012 APRIL 2012

Page

bS

D=C .e

(2.13)
Dimana C dan b bukan merupakan konstanta.
Jika persamaan (2.13) dinyatakan dalam
bentuk logaritma natural, maka persamaan (2.13)
dapat dinyatakan kembali sebagai persamaan (2.14),
sehingga hubungan matematis antara Kecepatan
Kepadatan selanjutnya dinyatakan dalam persamaan
(2.16).

ln D=lnC +bS ..

(2.14)

bS=ln DlnC 0

(2.15)

S=

...

ln D ln C

b
b ..

eksponensial (Ofyar Tamin,2000). Persamaan dasar


model Underwood dapat dinyatakan melalui
persamaan (2.24).

S=S ff . e

D
DM

(2.24)
Dimana:
Sff = Kecepatan arus bebas
DM = Kepadatan pada kondisi arus maksimum
Jika persamaan (2.24) dinyatakan dalam
bentuk logaritma natural, maka persamaan (2.24)
dapat dinyatakan kembali sebagai persamaan (2.25)
sehingga hubungan matematis antara Kecepatan
Kepadatan, selanjutnya dapat juga dinyatakan dalam
persamaan (2.25).

ln S=ln Sff

(2.16)
Hubungan matematis antara Arus
Kepadatan dapat diturunkan dengan menggunakan
persamaan dasar (2.1), dan dengan memasukan
persamaan (2.16) ke persamaan (2.20), maka bisa
diturunkan persamaan (2.17) (2.18).

V ln D ln C
=

D
b
b

(2.17)

V=

D ln D lnC
.
b
b

V
=C . ebS
S

(2.19)

V =S . C . e bS
.....(2.20)
Persamaan (2.20) adalah persamaan yang
menyatakan hubungan matematis antara Arus
Kecepatan (Kapasitas).
Model Greenberg tidak valid untuk
kepadatan yang kecil, untuk D = (mendetaki nol),
S = .
Kondisi kepadatan maksimum (DM) didapat dengan
persamaan:

DM =e

LnC1

(2.21)
Kondisi kecepatan pada saat arus maksimum (S M)
didapat dengan persamaan:

SM =
(2.23)
II.10.

1
b

(2.25)
Hubungan matematis antara Arus
Kepadatan dapat diturunkan dengan menggunakan
persamaan dasar (2.1) dan dengan memasukkan
persamaan (2.3) ke persamaan (2.4), bisa diturunkan
persamaan (2.26) (2.27).
D

V
=S .e D
D
ff

Model Underwood
Underwood
mengasumsikan
bahwa
hubungan matematis antara Kecepatan Kepadatan
bukan merupakan fungsi linear melainkan fungsi

.
(2.26)

..

..(2.18)
Persamaan (2.18) adalah persamanan yang
menyatakan hubungan matematis antara Arus
Kepadatan.
Hubungan matematis antara Arus
Kecepatan dapat diturunkan dengan menggunakan
persamaan dasar (2.1), dan selanjutnya dengan
memasukkan persamaan (2.6) ke persamaan (2.16),
maka bisa diturunkan persamaan (2.19) - (2.20).

D
DM ...

V =D . S ff . e

D
DM

...

(2.27)
Persamaan (2.27) adalah persamaan yang
menyatakan hubungan matematis antara Arus
Kepadatan.
Hubungan matematis antara Arus
Kecepatan dapat diturunkan dengan menggunakan
persamaan dasar (2.1), dan selanjutnya dengan
memasukan persamaan (2.6) ke persamaan (2.16),
bisa diturunkan persamaan (2.280) (2.31).
V

S=S ff . e S . D

..

D
ln S=ln Sff
S . DM

(2.28)
....

(2.29)

V
=ln S ff ln S
..
S DM

(2.30)

V =S . DM (ln S ff ln S)

...

(.2.31)
Persamaan (2.31) adalah persamaan yang
menyatakan hubungan matematis antara Arus
Kecepatan (Kapasitas).
Model Underwood tidak valid untuk
kepadatan yang tinggi, karena kecepatan tidak
pernah mencapai nol pada saat kepadatan yang
tinggi.
Kondisi kecepatan pada saat arus maksimum (S M)
didapat dengan persamaan:

S M =e ln S

ff

..(2.32)

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 1 EDISI JANUARI 2012 APRIL 2012

Page

3.
III.METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Metode Penelitian
Untuk mencapai tujuan dalam penulisan ini
maka metode yang digunakan penulis adalah :
1. Studi literatur
2. Survey lapangan di Jalan Ahmad Yani Kuala
Pembuang Kab Seruyan untuk mendapatkan
data primer berupa : volume lalulintas,
kecepatan kendaraan ringan, dan data geometrik
jalan.
3. Mencari data sekunder mengenai jumlah
penduduk kota Kuala Pembuang di Biro Pusat
Statistik (BPS) Kabupaten Seruyan.
III.2. Pekerjaan Persiapan Lapangan
Sebelum pengambilan data dilapangan maka
dilakukan persiapan terlebih dahulu berupa
pembuatan batas awal dan akhir pada jalan Ahmad
Yani Kuala Pembuang, diusahkan tanda pembatas
yang baik untuk 100 m dapat dilihat oleh pengamat
dimana tanda tersebut dibuat dengan menggunakan
cat warna merah yang dioleskan pada tempat
tempat yang terlihat oleh pengamat.
III.3. Waktu Pengambilan Data
Pengambilan data primer berupa volume lalu
lintas, kecepatan kendaraan ringan, dilakukan secara
bersamaan di lokasi penelitian di jalan Ahmad Yani
selama 5 hari dari jam 06.00 Wib sampai dengan
17.00 Wib, mulai dari tanggal 19 Desember sampai
dengan 23 Desember 2011. Sedangkan pengambilan
data geometrik jalan berupa lebar jalur lalulintas (m),
lebar jalan masuk ke jalan utama m), kereb , jarak
kereb penghalang (m) dilakukan pada malam
sehingga tidak menggangu aktifitas lalulintas pada
saat penelitian.
III.4. Teknik Pengambilan Data
1. Data Lalulintas kendaraan didapatkan dengan
melakukan survey secara manual dijalan Ahmad
Yani pada dua jalur jalan mempunyai panjang
100 m. Jalan Ahmad Yani merupakan jalan
dengan 4 lajur dan 2 arah, jadi untuk setiap jalur
jalan ditempatkan 2 orang pengamat dengan
arah yang berbeda dimana mereka bertugas
mengamati dan mencatat jenis jenis kendaraan
yang lewat beserta jumlahnya pada formulir
yang telah disiapkan.
2. Data kecepatan didapatkan dengan metode
kendaraan contoh berdasarkan Panduan
Survey dan Perhitungan Waktu Perjalanan
lalu lintas yang dikeluarkan oleh Direktorat
Jenderal Bina Marga Direktorat Pembinaan
Jalan Kota yaitu dengan menetapkan titik awal
dan titik akhir dari rute yang disurvey untuk
memperkirakan kondisi lalulintas yang ada,
kemudian pegamat yang berada dalam
dikendaraan contoh menjalankan stopwacth
ketika kendaraan melewati titik awal survey,
selanjutnya kendaraan contoh bergerak berjalan
pada segmen jalan yang ditentukan yaitu
sepanjang 100 m setelah kendaraan melewati
titik akhir survey maka stop watch dihentikan
dan catat waktu total perjalanan. Karena lokasi
survey yang diambil berdekatan maka
perhitungan kecepatan dilakukan secara
bersamaan dengan masing masing segmen
jalan 000 m .

4.

Data Geometrik Jalan didapat melalui


pengukuran langsung dilapangan, pengukuran
meliputi : lebar jalur lalulintas, jumlah dan lebar
lajur, jarak antar persimpangan, kondisi kereb,
trotoar dan rambu atau marka jalan.
Data Populasi jumlah penduduk Kuala
Pembuang didapatkan melalui Kantor Biro
Pusat Statistik Kabupaten Seruyan

III.5 Metode Analisa Data


Analisa Regresi Linier
Analisis regresi Linier adalah metode statistik
yang dapat digunakan untuk mempelajari hubungan
antarsifat permasalahan yang sedang diselidiki.
Model analisis regresi linier dapat memodelkan
hubungan antara dua peubah atau lebih. Pada model
ini terdapat peubah tidak bebas (y) yang mempunyai
hubungan fungsional dengan satu atau lebih peubah
bebas (xi). Dalam kasus yang paling sederhana,
hubungan secara umum dapat dinyatakan dalam
persamaan berikut berikut:
Y = A + BX ..... (3.1)
Dimana:
Y = Peubah tidak b
X = Peubah bebas
A = Konstanta regresi
B = Koefisien Regresi
Konstanta A dan koefisien regresi B dapat
dihitung dari persamaan normal sederhana:

y =n . A+ B . x

(3.2)
.. (3.2)

xy= A . x + B . x 2
..(3.3) ...(3.3)
Dimana:
n = banyaknya sampel
Parameter A dan B dapat diperkirakan
dengan menggunakan metode kuadrat terkecil yang
meminimumkan total kuadratis residual antara hasil
model dengan hasil pengamatan. Nilai Parameter A
dan B bisa didapatkan dari persamaan (3.4) dan (3.5)
berikut (Tamin, 2000).

X 2i
( X i)

()
N
i

N ( X i Y i ) ( X i ) . (Y i)
i

B=

.(3.4)

A=

( yb . x)
n

..

.(3.5)
Cara di atas disebut metode kwadrat terkecil (least
square method).
2.

Analisa Korelasi
Derajat atau tingkat hubungan antara dua
variabel diukur dengan Indeks Korelasi, yang disebut
sebagai koefisien korelasi dan ditulis dengan symbol
R. apabila nilai koefisien korelasi tersebut

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 1 EDISI JANUARI 2012 APRIL 2012

Page

dikuadratkan (R2), maka disebut sebagai koefisien


determinasi yang berfungsi untuk melihat sejauh
mana ketepatan fungsi regresi.
Nilai koefisien korelasi dapat dihitung
dengan memakai rumus :

n XiYi Xi Yi

n Xi Xi n Yi Yi
2

..(3.6)
Dimana :
R = koefisien korelasi
R2 = koefisien determinasi
3. Analisa Regresi Non Linier/Kurva Estimasi
Di samping peramalan dengan analisa regresi
linier juga dalam penelitian ini dipakai metode
regresi non linier atau disebut juga kurva estimasi.
Regresi non linier merupakan suatu cara
membuktikan suatu hipotesis jika regresi liniernya
tidak didapat yaitu dilihat letak titik-titik liniernya
dalam diagram sangat menyimpang dari letak titiktitik yang sebenarnya.
Oleh karena itu perlu memperbaikinya dengan
regresi non linier. Berikut ini adalah beberapa bentuk
metode regresi non linier:
a. Metode Exponensial
Perkiraan untuk model ini, yang persamaannya
adalah :
Y = abx.. (3.7)
Ternyata dapat dikembalikan kepada model linier
apabila diambil logaritmanya. Sehingga dalam
logaritma persamaannya menjadi :
Log Y = Log a + (log b)X
.....
(3.8)
Dan apabila diambil Y = Log Y ; a = Log a ; dan b
= Log b, maka diperoleh model liniernya :
Y = a + bX ..(3.9)

b.

Data waktu tempuh kendaraan didapatkan


dengan cara manual. Perhitungan kecepatan
kendaraan didapat dengan menggunakan rumus :

Metode Logaritmic
Taksiran untuk model ini dapat diperoleh dengan
persamaan sebagai berikut :
Y = a + b Ln X ... (3.10)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


IV. 1. Data Volume Lalu Lintas
Pengambilan data volume lalu lintas dibagi
dalam 4 kelompok lalu lintas yang memberikan
pengaruh yang berbeda yaitu : kendaraan ringan
(LV), kendaraan berat (HV), sepeda motor (MC)
dan kendaraan tak bermotor. Data pengamatan
dicatat dan dikelompokkan pada setiap arah
pergerakan di lembar pengisian data jumlah
kendaraan yang sudah disiapkan. Data volume lalu
lintas dalam satuan kend / jam dan kemudian
dikalikan
dengan
faktor
ekivalen
mobil
penumpang (emp) sebagai berikut :
1. Kendaraan ringan
= 1,0
2. Kendaraan berat
= 1.3
3. Sepeda motor
= 0,4
4. Kendaraan tak bermotor
= 1,0
Dari hasil perkalian tersebut didapatkan data
volume lalu lintas di jalan Ahmad Yani Kuala
Pembuang .
IV.2. Data Waktu Tempuh Kendaraan

d
t
...(4.1)

Dimana2 :
S = Kecepatan (Km/jam)
d = Jarak Tempuh (m)
t = Waktu tempuh kendaraan (det)

IV.3. Kepadatan
Kepadatan
kendaraan
dihitung
dengan
membagi volume lalu lintas dengan variabel
kecepatan rata-rata dengan menggunakan persamaan
di bawah ini:

V
S
...

(4.2)
Dimana:
D = Kepadatan lalu lintas (kendaraan/km)
V = Volume lalu lintas (kendaraan/jam)
S = Kecepatan kendaraan (km/jam)

IV.4. Perhitungan Kapasitas ( C ) MKJI 1997


Persamaan yang digunakan
C = C0 x FCw x FCSP x FCSF x FCCS
Dimana :
C
= Kapasitas (smp/jam)
Co
= Kapasitas
Dasar
(smp/jam).
Digunakan jalan empat-lajur duaarah terbagi dengan kapasitas dasar
menurut tabel kapasitas dasar maka
didapat, Co = 1650/lajur.
FCW
= Faktor Penyesuaian Lebar Jalan.
Menurut tabel Faktor Penyesuaian
Kapasitas Untuk Pengaruh Lebar
Jalan Lalu-Lintas Perkotaan. Untuk
jalan empat-lajur terbagi dengan
masing-masing lajur 3 meter, FCw =
0,92
FCSP
= Faktor Penyesuaian Pemisah Arah,
untuk jalan dengan pembatas median
faktor
penyesuaian
kapasitas
pemisahan arah digunakan FCSP =
1,00
FCSF
=
Faktor Penyesuaian Hambatan
Samping dan Bahu
Jalan/Kerb.
Untuk faktor penyesuaian hambatan
samping
digunakan
faktor
penyesuaian hambatan samping
untuk jalan dengan kerb, dengan
kelas hambatan samping sangat
rendah dan dengan jarak antara kerb
dan penghalang (pohon) 0,3 meter
maka diperoleh FCSF = 0,95
2
= 10.10342
FCCS
= Faktor Penyesuaian VUkuran
Kota.S 0.280201 S
Menurut tabel Faktor Penyesuaian
Kapasitas Untuk Ukuran Kota (FCCS)
dengan jumlah penduduk
Kuala
Pembuang pada tahun 2010 yang
berjumlah 29.456
jiwa, maka
digunakan faktor penyesuaian ukuran
kota FCCS = 0,86
C = (1650 x 2) x 0.92 x 1 x 0.95 x 0.86

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 1 EDISI JANUARI 2012 APRIL 2012

Page

= 2480.412 smp/jam
IV.5 Hubungan Matematis Volume, Kecepatan
dan Kepadatan dengan Model Linier
Greenshields
a. Hubungan Kecepatan (S) Kepadatan (D)

S=Sff

Sff
.D
Dj

Dari perhitungan analisa regresi didapat nilai :


Nilai A
= 36.05779
Nilai B
= - 3.56887
Sehingga dihasilkan nilai A
=
Sff
36,05779

A
B

S ff
Dj

V = 10.10342. S

10.10342
36.05779

36.05779
(3.56887)

. D = 36,05779

Kepadatan Maksimum

36,05779
10.10342

S2

S ff
2

(SM) =

36.05579
2

= 17,4388 km/jam

Volume Maksimum

Dj . S ff
4

(VM) =

10.10342 x 36.05579
= 91.07672 smp/jam
4

Kapasitas (C) = Volume Maksimum = 91.07672


smp/jam
IV.6. Hubungan Matematis Volume, Kecepatan
dan Kepadatan dengan Model Greenberg
Greenberg
mengasumsikan
bahwa
hubungan matematis antara Kepadatan dan
Kecepatan
merupakan fungsi eksponensial.
Persamaan dasar model Greenberg dapat dinyatakan
melalui persamaan (2.18):

D=C .e

bS

Dimana: D
e
S
C dan b =

lnC
b

didapat nilai b =

. (5.1)

10.10342
= 5.05171
2

smp/km
Kecepatan saat volume maksimum

A=

S = 36,05779 - 3,568871 D

Dj
2 =

(DM) =

10.10342 smp/jam
Dengan menggunakan nilai Sff dan nilai Dj, maka
dapat ditentukan hubungan matematis antar
parameter sebagai berikut :
b. Hubungan Kecepatan (S) Kepadatan (D)
Dengan menggunakan persamaan (2.2)
dibawah ini didapat hubungan kecepatan kepadatan
:
S = Sff

. S2

(5.3)

Dengan melakukan transformasi linier,


persamaan tersebut dapat disederhanakan dan ditulis
kembali dengan persamaan linier Y = A + BX dengan
mengasumsikan S = Y dan D = X. Dengan
mengetahui beberapa set data S dan D yang bisa di
dapat dari hasil perhitungan kecepatan dan kerapatan
lalu lintas, maka dengan menggunakan bantuan
program komputer program SPSS v.17.0, parameter
A dan B dapat dihitung menggunakan model linier
Greenshields.
A. Untuk Hari Senin, 19 Desember 2011 (arah
Bundaran I Bundaran II)
Perhitungan hubungan Volume, Kecepatan
dan Kepadatan lalu lintas dapat dilihat selengkapnya
di bawah ini :

nilai Dj =

Dj
V = Dj . S
S ff

=
Kepadatan Lalu lintas
=
Eksponensial
=
Kecepatan lalu lintas
Konstanta
dan B =

1
B

1
b

sehingga akhirnya

dan nilai

C = e- A/B

Hubungan Volume (V) Kepadatan (D)


Dengan menggunakan persamaan (2.5)
didapat hubungan volume kepadatan :
V = D . Sff

S ff
Dj

V = D . 36,05779

c.

. D2

36,05779
10.10342

D2

Hubungan Volume (V) Kecepatan (S)


Dengan menggunakan persamaan (2.9)
didapat hubungan volume kecepatan :

Dengan transformasi linier, persamaan ini


dapat disederhanakan dan ditulis kembali dengan
persamaan linier Y = A + BX dengan
mengasumsikan S = Y dan LnD = X. Dengan
mengetahui beberapa set data S dan D yang bisa
didapat dari hasil perhitungan kecepatan dan
kerapatan lalu lintas, maka dengan menggunakan
bantuan program komputer SPSS v.17.0, parameter
A dan B dapat dihitung menggunakan model
Greenberg.
B. Untuk Hari Senin, 19 Desember 2011 (arah -0,095253. S
V = 26,91559143.S e
Bundaran I Bundaran II)
Perhitungan hubungan Volume, Kecepatan
dan Kepadatan lalu lintas dapat dilihat selengkapnya
di bawah ini :
Dari hasil perhitungan analisa regresi didapat nilai :
Nilai A = 34.56810
Nilai B = -10.49839

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 1 EDISI JANUARI 2012 APRIL 2012

Page

Sehingga dihasilkan nilai b =

1
10.49839

=-

0,095253
nilai C = e (-34.568104/ -10.498388) = 26,91559
dengan menggunakan nilai b dan C, maka dapat
ditentukan hubungan matematis antar parameter
sebagai berikut :
Hubungan Kecepatan (S) Kepadatan (D)
Dengan menggunakan persamaan (2.16)
didapat hubungan kecepatan kepadatan :
S=

ln D ln C

b
b

....... (5.7)
Hubungan Volume (V) Kepadatan (D)
Dengan menggunakan persamaan (2.18)
didapat hubungan volume kepadatan :

D ln D D lnC

b
b

V = 34,56810355 D(5.8)
10,498388
......

D Ln D

Hubungan Volume (V) Kecepatan (S)


Dengan menggunakan persamaan (2.20)
didapat hubungan volume kecepatan :
V = S . C . ebS
= 26.91559143.S e-0.095253 S
Kepadatan maksimum
(DM) = eLn C 1 = eLn 26,91559 1 = 25,91559 smp/km
Kecepatan saat volume Maximum
(SM) = -1 / b= - (1/-0,095253) = 10,498388 km/jam
Volume Maximum
(VM) = 26,91559143 x 10.498388 e-(0,095253x 10,498388 )
= 103,951816 smp/jam
Kapasitas (VM) = 103.951816 smp/jam
IV.7.

Hubungan
Matematis
Volume,
Kecepatan dan Kepadatan dengan
Model Underwood
Underwood
mengasumsikan
bahwa
hubungan matematis antara kecepatan dan kepadatan
bukan merupakan fungsi linier melainkan fungsi
eksponensial. Persamaan dasar model Underwood
dapat dinyatakan melalui persamaan (2.27):
D
M

Dimana: DM
=
Kerapatan pada kondisi arus
maksimum
Sff = Kecepatan arus bebas
Jika persamaan di atas dinyatakan dalam
bentuk logaritma natural, maka persamaan tersebut
dapat dinyatakan kembali dengan persamaan di
bawah ini sehingga hubungan matematis antara
kecepatan kerapatan dinyatakan pada persamaan
(2.29) di bawah ini.

LnS=ln S ff

D
DM

Dengan melakukan transformasi linier,


persamaan di atas dapat disederhanakan dan ditulis
kembali sebagai persamaan linier Yi = A + BXi

1
DM

A = Ln Sff dan

sehingga didapat nilai

1
DM
B
dan nilau Sff = eA
A. Untuk hari Senin, 19 Desember 2011 (Bundaran
I ke Bundaran II)
Perhitungan hubungan volume, kecepatan
dan kepadatan lalu lintas dapat dilihat selengkapnya
di bawah ini :
Dari hasil analisa regresi didapat nilai-nilai
parameter A dan B sebagai berikut :
Nilai A = 3,73439
Nilai B = - 0.17969
Sehingga dihasilkan nilai
DM =

= - 10,498388 D + 34,56810355 D2

S=S ff . e D

= -10,498388 + 34.56810355

S = 34.56810355 10.498388 Ln D

V=

dengan mengetahui beberapa set data Si dan Di yang


bisa didapat dari hasil perhitungan kecepatan dan
kerapatan lalu lintas, maka dengan menggunakan
bantuan program komputer SPSS v.17.0, parameter
A dan B dapat dihitung dan dihasilkan beberapa nilai
berikut:

1
0,17969

= 5.565044 smp/km

nilai Sff = e (3,73439) = 41,86253


Dengan menggunakan nilai Sff dan DM, maka dapat
ditentukan hubungan matematis antarparameter
sebagai berikut :
Hubungan Kecepatan (C) Kepadatan (D)
Dengan menggunakan persamaan (2.28) didapat
hubungan kecepatan kepadatan :
Ln S = Ln Sff

D
DM

= 3,734391 0,179693

D)
Ln
= 3,734391
0,17969
D
S =S 41,86253
e(-0,17969

Hubungan Volume (V) Kepadatan (D)


Dengan menggunakan persamaan (2.27)
didapat hubungan volume kepadatan :

D
V = D . Sff . e D M
= 41,86253 D e (-0,17969. D)
...
V = 41,86253 D(5.14)
e (-0,17969. D)
Hubungan Volume (V) Kecepatan (S)
Dengan menggunakan persamaan (2.31)
didapat hubungan volume kecepatan :
V = S . DM (Ln Sff Ln S)
= (S . DM (Ln Sff)) (S . DM (Ln S)

V = 20,7820511 S 5,565044 S Ln S

. (5.15)

Kepadatan Maksimum (DM) = 5.565044156 smp /


km
Kecepatan saat volume maksimum (S M) = e Ln Sff 1 =
e Ln (40,05179)-1 = 14,7339 km/jam
Volume Maksimum didapat persamaan
= 41,86252587 5.565044156.e -0.17969 . 5.565044156
= 85.703698 smp/jam
Kapasitas (VM) = 85.703698 smp/jam

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 1 EDISI JANUARI 2012 APRIL 2012

Page

V. KESIMPULAN DAN SARAN


V.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan di jalan
Ahmad Yani Kuala Pembuang , maka diperoleh
kesimpulan bahwa :
1. Perhitungan
Kapasitas
Jalan
dengan
menggunakan
Manual
Kapasitas
Jalan
Indonesia (MKJI-1997) mendapatkan nilai
Kapasitas Jalan Ahmad Yani Kuala Pembuang
= 2480.412 smp / jam
2. Untuk Perhitungan Kapasitas Jalan dengan
menggunakan
model Linier Greenshileds,
Greenberg dan Underwood yang mempunyai
nilai koefisien determinasi tertinggi adalah
terjadi pada hari Senin tanggal 19 Desember
2011 dengan persamaan :
a.

b.

c.

3.

Model Linier Greenshields


Nilai R 2 = 0.86899
Hubungan Kecepatan (S) Kepadatan (D)
S = 36,05779 - 3,568871 D
Hubungan Volume (V) Kepadatan (D)
V = 36.05779 D 3.568871 D2
Hubungan Volume (V) Kecepatan (S)
V = 10.10342 S 0.280201 S2
Kapasitas / Volume Maksimum = 91.07672
smp/jam, Kepadatan Maksimum (DM) =
5.05171 smp / km dan Kecepatan saat volume
maksimum (SM)= 17.4388 km/jam.
Model Greenberg
Nilai R 2 = 0.74716
Hubungan Kecepatan (S) Kepadatan (D)
S = 34.56810355 10.498388 Ln D
Hubungan Volume (V) Kepadatan (D)
V = 34,56810355 D 10,498388 D Ln D
Hubungan Volume (V) Kecepatan (S)
V = 26,91559143.S e-0,095253. S
Kapasitas / Volume Maksimum = 103.951816
smp/jam, Kepadatan Maksimum (DM) =
25.91559 smp / km dan Kecepatan saat
volume maksimum (SM)= 10.498388 km/jam.
Model Underwood
Nilai R 2 = 0.85919
Hubungan Kecepatan (S) Kepadatan (D)
S = 41,86253 e(-0,17969 D)
Hubungan Volume (V) Kepadatan (D)
V = 41,86253 D e (-0,17969. D)
Hubungan Volume (V) Kecepatan (S)
V = 20,7820511 S 5,565044 S Ln S
Kapasitas / Volume Maksimum = 85.703698
smp/jam, Kepadatan Maksimum (DM) =
5.565044 smp / km dan Kecepatan saat
volume maksimum (SM)= 14.7339 km/jam.
Terdapat perbedaan yang cukup signifikan
antara perhitungan Kapasitas Jalan dengan
menggunakan Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (MKJI 1997) dengan Pemodelan
Linier Greenshields, Model Greenberg dan
Model Underwood. Ini disebabkan latar
belakang pemodel yang digunakan banyak
yang berasal dari penelitian jalan jalan di
luar negeri sedangkan untuk Manual
Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997)

penelitiannya menggunakan karateristik jalan


yang ada di Indonesia.
V.2. Saran
1. Analisa perbandingan perhitungan kapasitas
dengan menggunakan Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (MKJI 1997) dan Pemodelan Linier
Greenshields, Model Greenberg dan Model
Underwood perlu di teliti lagi dengan kondisi lalu
lintas yang padat dan hambatan samping yang
tinggi
2. Belum diperlukan pembenahan manajemen lalu
lintas di Jalan Ahmad Yani Kota Kuala
Pembuang Kab Seruyan karena volume lalu
lintas masih sangat rendah.
3. Menanbahkan pembanding model lalu lintas yang
lebih lagi untuk perhitungan kapasitas jalan
seperti Model Nortwestern.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1990. Panduan Survei dan Perhitungan
Waktu Perjalanan Lalu Lintas, Januari 1990,
Dirjen Bina Marga Direktorat Pembinaan
Jalan Kota, Jakarta
Anonim, 1990. Tata Cara Pelaksanaan Survei
Perhitungan Lalu Lintas Cara Manual,
Januari 1990, Dirjen Bina Marga Direktorat
Pembinaan Jalan Kota, Jakarta
Anonim, 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia,
February 1997, Dirjen Bina Marga
Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta
Anonim, 1999. Rekayasa Lalu Lintas, Direktorat
Jenderal Perhubungan Darat, Cetakan
Pertama, Jakarta
Hobbs, F.D. 1995. Perencanaan Teknik Lalu Lintas,
Gadjah Mada University Press, Edisi
Kedua, Yogyakarta
Khysty, J.C. 1990. Transportation Engineering An
Introduction, Prentice Hall, New Jersey
May, A.D. 1990. Trafic Flow Fundamentals,
Prentice-Hall, New Jersey
Tamin, O.Z. 1991. Hubungan Volume, Kecepatan
dan Kepadatan Lalu Lintas, Jurnal Teknik
Sipil ITB No.3
Wells, G.R. 1969. Traffic Engineering Griffin
London.
Leihitu Donny DJ, 2001. Skripsi, Studi Hubungan
Volume, Kecepatan dan Kepadatan Lalu
Lintas dengan Model Linier Greenshileds
Lehitu Donny DJ, 2004. Thesis, Analisis Pengaruh
Hambatan Samping Terhadap Kinerja Jalan
Di Kota Manado (Studi Kasus Jalan Sam
Ratulangi)

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 1 EDISI JANUARI 2012 APRIL 2012

Page

Anda mungkin juga menyukai