Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas dunia ini, karena dengan
bahasa orang bisa berinteraksi dengan sesamanya dan bahasa merupakan sumber daya
bagi kehidupan bermasyarakat. Agar tercipta suatu komunikasi yang efektif
dan efisien, pemahaman yang baik ihwal penggunaan diksi atau
pemilihan kata dirasakan sangat penting, bahkan mungkin

vital,

terutama untuk menghindari kesalapahaman dalam berkomunikasi.


Diksi atau pilihan kata dalam praktik berbahasa sesungguhnya
mempersoalkan kesanggupan sebuah kata dapat juga frasa atau
kelompok kata untuk menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi
pembaca atau pendengarnya. Indonesia memiliki bermacam-macam
suku bangsa dan bahasa. Bahasa yang digunakan juga memiliki
karakter

berbeda-beda

sehingga

penggunaan

bahasa

tersebut

berfungsi sebagai sarana komunikasi dan identitas suatu masyarakat


tersebut. Pemilihan kata yang tepat merupakan sarana pendukung dan
penentu keberhasilan dalam berkomunikasi. Pilihan kata atau diksi
bukan hanya soal pilih-memilih kata, melainkan lebih mencakup
bagaimana efek kata tersebut terhadap makna dan informasi yang
ingin disampaikan. Pemilihan kata tidak hanya digunakan dalam
berkomunikasi namun juga digunakan dalam bahasa tulis (jurnalistik).
Dalam bahasa tulis

pilihan kata (diksi) mempengaruhi pembaca

mengerti atau tidak dengan kata-kata yang kita pilih.


B. Rumusan Maalah
1. Apa yang dimaksud dengan diksi/pemilihan kata ?
2. Bagaimana pembagian makna dalam pemilihan kata?
3. Bagaimana kesalahan pemakaian gabungan kata dan kata?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian diksi
2. Untuk mengetahui pembagian makna dalam pemilihan kata
3. Untuk mengetahui kesalahan-kesalahan dalam pemakaian gabungan kata dan kata.

1 DIKSI

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Diksi
Diksi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pusat bahasa Departemen Pendidikan
Indonesia adalah pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk
mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan.
Diksi atau plilihan kata mencakup pengertian kata-kata mana yang harus dipakai untuk
mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat
atau menggunakan ungkapanungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan
dalam suatu situasi.
Dalam karangan, diksi (pilihan kata) dipakai untuk menyatakan sebuah konsep. Oleh
karena itu, diksi merupakan factor penting dalam menentukan kualitas sebuah karangan.
Pilihan kata yang tidak tepat dapat menurunkan kualitas sebuah karangan.
B. Fungsi Diksi
Fungsi dari diksi antara lain :

Membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham
terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara atau penulis.

Untuk mencapai target komunikasi yang efektif.

Melambangkan gagasan yang di ekspresikan secara verbal.

Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi)
sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.

Memperoleh keindahan guna menambah daya ekspresivitas

Mendukung jalan cerita agar lebih runtut mendeskripsikan tokoh, lebih jelas
mendeskripsikan latar waktu, latar tempat, dan latar social dalam cerita tersebut.

C. Manfaat Diksi
1. Dapat membedakan secara cermat kata-kata denotative dan konotatif, bersinonim dan
hampir bersinonim, kata-kata yang mirip dalam ejaannya.
2. Dapat membedakan kata-kata ciptaan sendiri dan juga kata yang mengutip dari orang
yang terkenal yang belum diterima di masyarakat. Sehingga dapat menyebabkan
kontroversi dalam masyarakat.
2 DIKSI

D. Syarat Ketetapan Pemilihan Kata


Kemahiran memilih kata terkait erat dengan penguasaan kosakata. Seseorang yang
menguasai kosakata, selain mengetahui makna kata, ia juga harus memahami perubahan
makna. Di samping itu, agar dapat menjadi pemilih kata yang akurat, seseorang harus
menguasai sejumlah persyaratan lagi. Syarat tersebut menurut Keraf (1988:88) ada enam.
Berikut ini adalah rincian keenam syarat itu beserta contohnya dan anjuran untuk
melatih ketajaman pemahamannya.
1) Dapat membedakan antara denotasi dan konotasi.
Contoh :
a. Bunga edelweis hanya tumbuh di tempat yang tinggi (gunung).
b. Jika bunga bank tinggi, orang enggan mengambil kredit bank.
2) Dapat membedakan kata-kata yang hampir bersinonim.
Contoh :
a. Siapa pengubah peraturan yang memberatkan pengusaha?
b. Pembebasan bea masuk untuk jenis barang tertentu adalah peubah peraturan yang
selama ini memberatkan pengusaha.
3) Dapat membedakan kata-kata yang hampir mirip dalam ejaannya.
Contoh :
intensif-insentif
preposisi-proposisi
interferensi-inferensi
korporasi-koperasi
karton-kartun
4) Dapat memahami dengan tepat makna kata-kata abstrak.
Contoh :
keadilan, kebahagiaan, keluhuran,
kebajikan, kebijakan, kebijaksanaan
5) Dapat memakai kata penghubung yang berpasangan secara tepat.
Contoh :
Pasangan yang Salah

Pasangan yang Benar

antara dengan
tidak melainkan
baik ataupun
bukan tetapi

antara dan
tidak tetapi
baik maupun
bukan melainkan

Contoh pemakaian kata penghubung yang salah


a. Antara hak dengan kewajiban pegawai haruslah berimbang.
b. Korban PHK itu tidak menuntut bonus, melainkan pesangon.
c. Baik dosen ataupun mahasiswa ikut memperjuangkan reformasi.
d. Bukan aku yang tidak mau, tetapi dia yang tidak suka.
Contoh pemakaian kata penghubung yang benar
3 DIKSI

a.
b.
c.
d.

Antara hak dan kewajiban pegawai haruslah berimbang.


Korban PHK itu tidak menuntut bonus, tetapi pesangon.
Baik dosen maupun mahasiswa ikut memperjuangkan reformasi.
Bukan aku yang tidak mau, melainkan dia yang tidak suka.

6) Dapat membedakan antara kata-kata yang umum dan kata-kata yang khusus.
Kata melihat adalah kata umum yang merujuk pada perihal mengetahui sesuatu
melalui indera mata. Kata melihat tidak hanya digunakan untuk menyatakan
membuka mata serta menunjuk ke objek tertentu, tetapi juga untuk mengetahui hal
yang yang berkenaan dengan objek tersebut.
Contoh :
Kata umum : melihat
Kata khusus : melotot, membelalak, melirik, mengerling, mengintai, mengintip,
memandang,

menatap,

memperhatikan,

mengamati,

mengawasi,

menonton,

meneropong.
E. Denotasi dan konotasi
1. Denotasi
Makna denotasi merupakan makna yang sesuai dengan makna yang sebenarnya atau
sesuai makna kamus (harfiah), biasanya disebut makna konseptual yakni makna yang
sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, perabaan, penciuman, pendengaran,
perasaan atau pengalaman yang berkaitan dengan informasi factual dan objektif. Makna
denotasi seringkali dijumpai dalam penulisan karya ilmiah agar apa yang disampaikan
tidak menimbulkan penafsiran ganda bagi pembaca dan dapat dengan mudah menangkap
gagasan yang disampaikan penulis.
Contoh :
Ita menanam bunga di halaman depan rumah. (kata bunga artinya kembang atau bagian
tumbuhan yang elok warnanya dan harum baunya)
2. Konotasi
Makna konotasi merupakan makna kiasan yang terbentuk dalam suatu kalimat dengan
mengandung nilai-nilai emosi tertentu. Makna konotasi sangat sering dijumpai dalam
karya sastra, misalnya puisi, cerpen, dan lain sebagainya. Makna konotasi dalam karya
sastra membuat alur lebih hidup dan meningkatkan rasa ingin tahu pembaca.
Contoh :
Semua pemuda mengagumi bunga desa. (kata bunga desa pada kalimat diatas
mengandung makna tidak sebenarnya, karena arti bunga desa pada kalimat diatas adalah
gadis cantik)
4 DIKSI

Konotasi terbagi atas dua yaitu konotasi positif dan konotasi negatif. Makna konotasi
positif merupakan kata yang digunakan dirasa lebih sopan dan lebih baik. Contohnya kata
"gugur" dalam kalimat "Seribu orang gugur dalam perang melawan kompeni Belanda".
Sedangkan makna konotasi negatef lebih cenderung ke hal yang dianggap lebih kasar
misalnya kata "kambinghitam" dalam kalimat "Dia dijadikan kambing hitam dalam
masalah itu".
Untuk lebih jelasnya, berikut beberapa contoh lain makna denotasi dan konotasi :
a) Budi memperbaiki kursi yang rusak. (makna detonasi)
Jokowi dan Prabowo memperebutkan kursi presiden. (makna konotasi)
b) Setelah makan kami cuci tangan. (makna detonasi)
Para pejabat berusaha cuci tangan dari masalah korupsi. (makna konotasi)
c) Untuk keperluan kurban kakek membeli kambing hitam. (makna denotasi)
Budi menjadi kambing hitam dalam permasalahan tersebut. (makna konotasi)
F. Kata Umum dan Kata Khusus
1. Kata Umum
Kata umum disebut hipernim atau superordinat adalah kata yang cakupan
maknanya lebih umum dan menyangkut aspek- aspek yang lebih luas. Contohnya,
kata hewan. Cakupan makna hewan meliputi sapi, kambing, ikan, kerbau, monyet,
rusa. Jadi, kata hewan merupakan kata umum karena maknaya lebih luas dari sapi,
kambing, ikan, kerbau, monyet, dan rusa.
2. Kata Khusus
Kata khusus disebut hiponim atau subordinat adalah kata yang cakupan
maknanya lebih sempit atau hanya meliputi aspek- aspek tertentu. Contohnya, kata
ikan lebih sempit cakupan maknanya daripada hewan. Namun, bila kata ikan
dihubungkan dengan kata lele, arwana, tenggiri, gabus, maka kata tersebut menjadi
kata umum.
Perlu diperhatikan bahwa pengertian umum dan khusus itu tergantung dari
acuannya dalam konteks pembicaraan tersebut. Artinya, umum dan khusus merupakan
sesuatu yang bersifat relatif. Jika kita membicarakan tentang kata buah dan jambu,
maka kata jambu jelas merupakan bentuk khusus dari kata buah. Tetapi jika kita
membicarakan tentang kata jambu dan kata jambu air, maka kata jambu jelas
merupakan bentuk umum dari kata jambu air, karena masih ada jenis jambu lainnya.
Penggunaan kata umum dan kata khusus:
1) Binatang peliharaan Budi sangat banyak. (umum)
5 DIKSI

b.
2)
a.
b.

a. Budi memelihara sapi, ayam, dan domba. (umum)*


Budi memelihara sapi perah, ayam bangkok, dan domba garut. (khusus)
Saya kuliah di Universitas Negeri Jakarta. (umum)
Saya kuliah di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. (umum)*
Saya kuliah di Jurusan Kimia. (khusus)

G. Kata Konkret dan Kata Abstrak


Kata yang acuannya semakin mudah diserap oleh panca indra dan mempunyai
referensi objek yang diamati disebut kata konkret. Contohnya, lemari, kursi, mobil, meja,
dan gedung. Jika acuannya sebuah kata tidak mudah diserap panca indra atau kata yang
mempunyai referensi berupa konsep, kata itu disebut kata abstrak. Contohnya, kebijakan,
usulan, khayalan, impian.
Contoh kalimat :
a) Di Jakarta muncul bangunan pencakar langit. (kata konkret)
b) Kebaikan seseorang kepada orang lain. (kata abstrak)
Kadang-kadang suatu uraian dimulai dengan konsep yang abstrak, kemudian
dijelaskan dengan kata-kata yang lebih konkret.
Contoh, :
Keadaan kesehatan (kata abstrak) anak-anak di desa sangat buruk. Banyak yang
menderita malaria, radang paru-paru, dan cacingan (kata konkret).
H. Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama,
tetapi bentuknya berlainan. Sinonim ini dipergunakan untuk mengalih-aihkan pemakaian
kata pada tempat tertentu sehingga kalimat itu tidak membosankan. Dalam pemakaiannya
bentuk-bentuk kata yang bersinonim akan menghidupkan bahasa seseorang dan
mengonretkan bahasa seseorang sehingga kejelasan komunikasi (lewat bahasa ini) akan
terwujud. Dalam hal ini pemakai bahasa dapat memilih bentuk kata mana yang paling
tepat untuk dipergunakannya, sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang dihadapinya.
Contoh :
Cerdas=cerdik
Agung=besar
Mati=wafat=Meninggal
Cahaya=sinar
I. Homonim, Homofoni, dan Homograf.
1. Homonim

6 DIKSI

Kata homonim berasal dari Yunani kuno homo berarti sama dan nim berarti nama.
Homonim adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal yang sama, dan
ejaannya sama.
Contoh:
(1) Rahmah bisa menyelesaikan tugasnya tepat waktu. (bisa = mampu)
Bisa ular itu ditampung ke dalam bejana untuk diteliti. (bisa = racun)
(2) Pintu rumah Nina tertutup rapat. (rapat = berdempet-dempetan)
Hari ini akan diadakan rapat paripurna di gedung DPR. (rapat = meeting)

2. Homofon
Homofon dilihat dari segi bunyi (homo=sama, fon=bunyi). Homofon adalah suatu
kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal yang sama, dan ejaannya berbeda.
Contoh:
(1) Guci itu adalah peninggalan masa kerajaan kutai (masa = waktu)
Dina mengukur massa NaOH saat praktikum (massa = berat)
(2) Putri menyimpan uang di bank (bank = lembaga keuangan)
Bang Edo memiliki motr baru (bang = laki-laki)

3. Homograf
Homograf dilihat dari segi tulisan atau ejaan (homo=sama, grafi=tulisan).
Homograf adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal yang beda, dan
ejaannya sama.
Contoh:
(1) Erica suka makan apel. (apel = buah)
Setiap hari Senin sekolah Putri selalu melaksanakan apel pagi. (apel = upacara)

J. Gaya Bahasa, Idiom, dan Ungkapan Idiomatik


1. Gaya Bahasa
7 DIKSI

Gaya bahasa atau langgam bahasa sering juga disebut majas adalah cara seseorang
mengungkapkan maksudnya. Banyak cara yang dapat dipakai untuk mengungkapkan
maksud. Ada cara yang memakai perlambang (majas metafora, personifikasi); ada
cara yang menekankan kehalusan (majas eufimisme, litotes); dan masih banyak lagi
majas yang lainnya. Semua itu pada prinsipnya merupakan corak seni berbahasa atau
retorika untuk menimbulan kesan ertentu bagi mitra kita berkomunikasi.
2. Idiom
Idiom adalah ungkapan bahasa yang artinya tidak secara langsung dapat
dijabarkan dari unsurnya-unsurnya (Moeliono, 1984:177). Menurut Badudu
(1989:47), idiom adalah bahasa yang teradatkan oleh karena itu, setiap kata
yang membentuk idiom berarti di dalamnyasudah ada kesatuan bentuk dan makna.
Walaupun dengan prinsip ekonomi bahasa, salah satu unsurnya tidak boleh
dihilangkan. Setiap idiom sudah terpatri sedemikian rupa sehingga para pemakai
bahasa mau tidak mau harus tunduk pada aturan pemakaiannya. Sebagian besar idiom
yang berupa kelompok kata, misalnya gulung tikar, adu domba, muka tembok tidak
boleh dipertukarkan susunannya menjadi tikar gulung, domba adu, tembok muka,
karena ketiga kelompok kata yang terakhir itu bukan idiom.
3. Ungkapan Idiomatik
Ungkapan idiomatik adalah kontruksi yang khas pada suatu bahasa yang salah
satu unsurnya tidak dapat dihilangkan atau diganti. Ungkapan idiomatic adalah katakata yang mempunyai sifat idiom yang tidak terkena kaidah eonomi bahasa.
Ungkapan yang bersifat idiomatic terdiri atas dua atau tiga kata yang dapat
memperkuat diksi di dalam tulisan.
Contoh pemakaian ungkapan idiomatik yang salah
a)
b)
c)
d)
e)

Menteri Dalam Negeri bertemu Presiden Jokowi.


Kemelut ini disebabkan karena kelalaian kita.
Sembako diperuntukkan untuk rakyat kecil.
Dari Jakarta sampai Bogor 60 km.
Sehubungan kedatangan tamu negara

Contoh pemakaian ungkapan idiomatik yang benar


a) Menteri Dalam Negeri bertemu dengan Presiden Jokowi.
b) Kemelut ini disebabkan oleh kelalaian kita.
c) Sembako diperuntukkan bagi rakyat kecil.
d) Dari Jakarta sampai ke Bogor 60 km.
e) Sehubungan dengan kedatangan tamu negara
8 DIKSI

Jadi, dalam pemakaian kata adakalanya kita perlu memperhatikan frasa tertentu,
dalam hal ini kata yang berpasangan tetap karena kedua kata itu secara bersama dapat
menciptakan ungkapan idiomatik. Berikut adalah beberapa contoh ungkapan idiomatik :
berasal/berawal dari
disebabkan oleh
berdasar pada
sampai ke
bergantung pada
sehubungan dengan
bertemu/berjumpa dengan
seirama/sejalan dengan
berkenaan dengan
sesuai dengan
berkaitan dengan
terbuat dari
dibacakan oleh
terdiri atas/dari
diperuntukkan bagi
bergantung pada
K. Kata Baku dan Tidak Baku
Kata baku dapat diartikan sebagai kata yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
yang berlaku. Kata baku digunakan dalam ragam bahasa resmi seperti perundangundangan, surat-menyurat, karangan ilmiah, pidato kenegaraan, dan lain-lain.
Kata tidak baku adalah kata yang tidak sesuai kaidah bahasa Indonesia yang telah
ditetapkan. Kata tidak baku muncul dan banyak digunakan dalam percakapan sehari-hari.
Kata tidak baku banyak digunakan karena sifatnya yang tidak resmi sehingga nyaman
ketika digunakan dalam percakapan sehari-hari. Kata tidak baku banyak berkembang dari
serapan kata bahasa daerah maupun bahasa asing.
a) Contok penulisan kata dasar baku-tidak baku :
Aktif-Aktip
Aktivitas-Aktifitas
Apotek-Apotik
Definisi-Difinisi
Izin-Ijin

9 DIKSI

Hafal-Hapal
Metode-Metoda
Motif-Motip
Motivasi-Motifasi
Zaman - Jaman

b) Contoh Penulisan Kata Jadian


No
1
2
3
4
5

Tidak Baku
mempel
bertanggungjawab
mentaati
berterbangan
mentertawakan

Baku
mengepel
bertanggung jawab
menaati
beterbangan
menertawakan

c) Contoh Penulisan Kalimat


1) Kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Seharusnya, Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus
1945.
2) Semua peserta daripada pertemuan itu sudah pada hadir.
Seharusnya, Semua peserta pertemuan itu sudah hadir.
L. Kesalahan Pemakaian Gabungan Kata
1. Kesalahan Pemakaian Gabungan Kata yang mana, di mana, daripada
Selain ungkapan idiomatik, ada pula gabungan kata yang lain yang fungsinya
berbeda dengan ungkapan idiomatik. Gabungan kata yang dimaksud adalah yang
mana, di mana, dan daripada. Ketiga bentuk itu sengja di bahas disini karena
pemakaiannya di tengah masyarakat masih banyak yang salah. Berikut contoh
pemakaian di mana, yang mana, dan daripada yang salah.
a. Marilah kita dengarkan sambutan yang mana akan disampaikan oleh Pak Lurah.
b. Demikian tadi sambutan Pak Lurah di mana beliau telah menghimbau kita untuk
lebih tekun bekerja.
c. Tujuan daripada pertemuan ini adalah untuk memperkenalkan pejabat baru di
lingkungan kerja kita.
Kalau kita amati, ada dua jenis kesalahan dalam pemakaian bentuk gabungan
di atas. Kesalahan pertama, dalam sebagian besar kalimat itu terdapat kata yang
berlebihan yang mengakibatkan polusi bahasa atau menjadi tidak efektif. Seperti pada
kalimat a dan b kata mana tidak diperlukan, serta pada kalimat e kata daripada tidak
diperlukan.
Kesalahan kedua, pada sebagian besar kalimat di atas terjadi salah pakai alias
salah alamat. bentuk gabung di mana dan yang mana tidak boleh dipakai dalam
kalimat c dan d. Fungsi di mana dan yang mana bukan sebagai kata penghubung
klausa-klausa, baik di dalam sebuah kalimat maupun penghubung antarkalimat.
Kalimat c harus dipecah menjadi dua klimat, yaitu Demikian tadi sambutan Pak
Lurah. Beliau telah menghimbau kita untuk lebih tekun bekerja. Adapun perbaika
pada kalimat d dapat dilakukan dengan menempatkan kata karena sebagai kata

penghubung yang tepat untuk menggantikan di mana sehingga bunyi kalimatnya


menjadi Kita perlu mensyukuri nikmat karena kita telah diberi rezeki oleh Tuhan.
Sesuai dengan fungsinya yang benar, pemakaian di mana, yang mana, dan daripada
yang tepat adalah sebagai berikut.
a) Bentuk gabung di mana dipakai sebagia kata tanya untuk menanyakan tempat.
Contoh :
Di mana anda tinggal?
Anda tinggal di mana?
b) Bentuk gabung yang mana dipakai dalam kalimat tanya yang mengandung
pilihan, termasuk dalam pertanyaan retoris.
Contoh :
Anda akan memakai komputer yang mana?
Buku yang mana yang akan kita bawa?
c) Bentuk gabung daripada dipakai untuk membuat perbandingan atau pengontrasan
sesuatu terhadap yang lainnya.
Contoh :
Biaya rental internet lebih mahal daripada rental komputer.
Daripada kuliah di kota A lebih baik kuliah di kota B.
2. Kesalahan Pemakaian Kata dengan, di, dan ke
Pemakaian kata dengan dalam kalimat terutama ragam lisan, sering tidak tepat.
Berikut contoh yang salah dalam pemakaian kata dengan.
a) Sampaikan salam saya dengan Yuni.
b) Mari kita tanyakan langsung dengan dokter ahlinya.
Kata dengan pada kalimat-kalimat tersebut harus diganti dengan kepada. Jika
tidak, kepada siapa salam ditujukan dan kepada siapa pertanyaan diajukan;
sebenarnya belum jelas. Kata dengan tidak cocok dipakai dalam ketiga kalimat itu
karena dengan dapat berarti bersama. Bukankan pengertian kalimat Nashir pergi
dengan Dany sama dengan Nashir pergi bersama Dany? Karena itu, kalimat-kalimat
yang salah tersebut harus diperbaiki menjadi seperti berikut.
a) Sampaikan salam saya kepada Yuni.
b) Mari kita tanyakan langsung kepada dokter ahlinya.
Selain untuk mengungkapkan arti bersama, kata dengan dapat difungsikan
untuk menyatakan hal berikut.
a. Adanya alat yang digunakan untuk melakukan sesuatu.
Contoh :
a) Saya mengetik dengan komputer
b) Dengan gas air mata polisi menghalau pengunjuk rasa.
b. Adanya beberapa pelaku yang mengambil bagian pada peristiwa yang sama.
Contoh :

a) Peneliti itu sedang bercakap-cakap dengan respondennya.


b) Secara kebetulan aku bertemu dengan guru SD-ku di pesta itu.
c. Adanya sesuatu yang menyertai sesuatu yang lain.
Contoh :
a) Bersama dengan surta lamaran pekerjaan ini, saya lampirkan CV.
b) Ujian akhir semester berlangsung dengan tertib.
Selain ketiga fungsi tersebut, kata dengan juga digunakan untuk membentuk
kata berpasangan. Kata-kata seperti berbeda, berkenaan, bersamaa, bertentangan,
bertepatan, sehubungan, sesuai; jika ditambahkan kata dengan menjadi berbeda
dengan, berkenaan dengan, bersamaan dengan, dan seterusnya yang dapat
dimanfaatkan antara lain sebagai frasa transisi untu membentuk kaliamat dan alinea.
Senada dengan kekeliruan pemakaian kata sambung dengan, pemakaian yang
keliru juga sering terjadi untuk kata depan di dan ke yang seharusnya diisi oleh kata
pada dan kepada. Kata depan di dan ke harus diikuti oleh tempat, arah, dan waktu
sedangkan kata kepada harus diikuti oleh nama atau jabatan orang atau kata ganti
orang.
Contoh :
a)
b)
c)
d)

Buku agendaku tertinggal di rumah Manda.


Jangan menoleh ke kiri!
Masyarakat agraris umumnya berorientasi ke masa lalu.
Permohonan cuti diajukan kepada direktur.
Dalam kenyataan masih cukup banyak orang yang salah memakai kata depan

di dan ke. Kekeliruan itu terjadi akibat pencampuradukan pemakaian ragam lisan dan
ragam tulis; atau ragam tak resmi dan ragam resmi. Kesalahan diksi dalam ragam lisan
itu sering terbawa ke dalam ragam tulis.
Contoh diksi yang salah :
a. Dokumen itu ada di kita.
b. Setelah tugas selesai, harap segera melapor ke dosen.
c. Tolong berikan buku ini ke Fatin.
Seharusnya kalimat yang benar adalah :
a. Dokumen itu ada pada kita.
b. Setelah tugas selesai, harap segera melapor kepada dosen.
c. Tolong berikan buku ini kepada Fatin.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Diksi adalah ketepatan pilihan kata. Penggunaan ketepatan pilihan kata ini dipengaruhi
oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan mengetahui,
memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosakata secara aktif yang dapat
mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu mengkomunikasikannya secara
efektif kepada pembaca atau pendengarnya.
2. Pembagian makna dalam pemilihan kata ada beberapa yaitu: membedakan secara
cermat denotasi dan konotasi, makna umum dan makna khusus, kata konkret dan
abstrak, sinonim, pembentukan kata, perubahan makna, dan homonim, homofon, dan
homograf.
3. Kesalahan pemakaian gabungan kata dan kata yaitu: kesalahan pemakaian gabungan
kata yang mana, di mana, daripada dan kesalahan pemakaian gabungan kata dengan,
di, dan ke
B. Saran
Sebagai warga Indonesia yang baik, setiap orang dianjurkan untuk
dapat memahami dan mempelajari bagaimana penggunaan diksi yang
tepat dan cermat, agar komunikasi yang terjadi tercapai maksudnya.
Untuk

mahasiswa,

mempelajari

diksi

sangat

diperlukan,

karena

mahasiswa sering berkutat dengan laporan dan karya ilmiah yang


berhubungan dengan penggunaan kata yang baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA
HS, Widjono dan Sintowati Rini Hutami. 2003. Bahasa Indonesia. Jurusan MKU Universitas
Negeri Jakarta : Jakarta
Finoza, Lamuddin. 2008. Komposisi Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan
Bahasa. Diksi Insan Mulia : Jakarta
Arifin Zaenal dan Amran Tasai. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Akademika Pressindo : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai