Definisi Diksi
Definisi Diksi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas dunia ini, karena dengan
bahasa orang bisa berinteraksi dengan sesamanya dan bahasa merupakan sumber daya
bagi kehidupan bermasyarakat. Agar tercipta suatu komunikasi yang efektif
dan efisien, pemahaman yang baik ihwal penggunaan diksi atau
pemilihan kata dirasakan sangat penting, bahkan mungkin
vital,
berbeda-beda
sehingga
penggunaan
bahasa
tersebut
1 DIKSI
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Diksi
Diksi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pusat bahasa Departemen Pendidikan
Indonesia adalah pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk
mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan.
Diksi atau plilihan kata mencakup pengertian kata-kata mana yang harus dipakai untuk
mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat
atau menggunakan ungkapanungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan
dalam suatu situasi.
Dalam karangan, diksi (pilihan kata) dipakai untuk menyatakan sebuah konsep. Oleh
karena itu, diksi merupakan factor penting dalam menentukan kualitas sebuah karangan.
Pilihan kata yang tidak tepat dapat menurunkan kualitas sebuah karangan.
B. Fungsi Diksi
Fungsi dari diksi antara lain :
Membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham
terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara atau penulis.
Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi)
sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
Mendukung jalan cerita agar lebih runtut mendeskripsikan tokoh, lebih jelas
mendeskripsikan latar waktu, latar tempat, dan latar social dalam cerita tersebut.
C. Manfaat Diksi
1. Dapat membedakan secara cermat kata-kata denotative dan konotatif, bersinonim dan
hampir bersinonim, kata-kata yang mirip dalam ejaannya.
2. Dapat membedakan kata-kata ciptaan sendiri dan juga kata yang mengutip dari orang
yang terkenal yang belum diterima di masyarakat. Sehingga dapat menyebabkan
kontroversi dalam masyarakat.
2 DIKSI
antara dengan
tidak melainkan
baik ataupun
bukan tetapi
antara dan
tidak tetapi
baik maupun
bukan melainkan
a.
b.
c.
d.
6) Dapat membedakan antara kata-kata yang umum dan kata-kata yang khusus.
Kata melihat adalah kata umum yang merujuk pada perihal mengetahui sesuatu
melalui indera mata. Kata melihat tidak hanya digunakan untuk menyatakan
membuka mata serta menunjuk ke objek tertentu, tetapi juga untuk mengetahui hal
yang yang berkenaan dengan objek tersebut.
Contoh :
Kata umum : melihat
Kata khusus : melotot, membelalak, melirik, mengerling, mengintai, mengintip,
memandang,
menatap,
memperhatikan,
mengamati,
mengawasi,
menonton,
meneropong.
E. Denotasi dan konotasi
1. Denotasi
Makna denotasi merupakan makna yang sesuai dengan makna yang sebenarnya atau
sesuai makna kamus (harfiah), biasanya disebut makna konseptual yakni makna yang
sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, perabaan, penciuman, pendengaran,
perasaan atau pengalaman yang berkaitan dengan informasi factual dan objektif. Makna
denotasi seringkali dijumpai dalam penulisan karya ilmiah agar apa yang disampaikan
tidak menimbulkan penafsiran ganda bagi pembaca dan dapat dengan mudah menangkap
gagasan yang disampaikan penulis.
Contoh :
Ita menanam bunga di halaman depan rumah. (kata bunga artinya kembang atau bagian
tumbuhan yang elok warnanya dan harum baunya)
2. Konotasi
Makna konotasi merupakan makna kiasan yang terbentuk dalam suatu kalimat dengan
mengandung nilai-nilai emosi tertentu. Makna konotasi sangat sering dijumpai dalam
karya sastra, misalnya puisi, cerpen, dan lain sebagainya. Makna konotasi dalam karya
sastra membuat alur lebih hidup dan meningkatkan rasa ingin tahu pembaca.
Contoh :
Semua pemuda mengagumi bunga desa. (kata bunga desa pada kalimat diatas
mengandung makna tidak sebenarnya, karena arti bunga desa pada kalimat diatas adalah
gadis cantik)
4 DIKSI
Konotasi terbagi atas dua yaitu konotasi positif dan konotasi negatif. Makna konotasi
positif merupakan kata yang digunakan dirasa lebih sopan dan lebih baik. Contohnya kata
"gugur" dalam kalimat "Seribu orang gugur dalam perang melawan kompeni Belanda".
Sedangkan makna konotasi negatef lebih cenderung ke hal yang dianggap lebih kasar
misalnya kata "kambinghitam" dalam kalimat "Dia dijadikan kambing hitam dalam
masalah itu".
Untuk lebih jelasnya, berikut beberapa contoh lain makna denotasi dan konotasi :
a) Budi memperbaiki kursi yang rusak. (makna detonasi)
Jokowi dan Prabowo memperebutkan kursi presiden. (makna konotasi)
b) Setelah makan kami cuci tangan. (makna detonasi)
Para pejabat berusaha cuci tangan dari masalah korupsi. (makna konotasi)
c) Untuk keperluan kurban kakek membeli kambing hitam. (makna denotasi)
Budi menjadi kambing hitam dalam permasalahan tersebut. (makna konotasi)
F. Kata Umum dan Kata Khusus
1. Kata Umum
Kata umum disebut hipernim atau superordinat adalah kata yang cakupan
maknanya lebih umum dan menyangkut aspek- aspek yang lebih luas. Contohnya,
kata hewan. Cakupan makna hewan meliputi sapi, kambing, ikan, kerbau, monyet,
rusa. Jadi, kata hewan merupakan kata umum karena maknaya lebih luas dari sapi,
kambing, ikan, kerbau, monyet, dan rusa.
2. Kata Khusus
Kata khusus disebut hiponim atau subordinat adalah kata yang cakupan
maknanya lebih sempit atau hanya meliputi aspek- aspek tertentu. Contohnya, kata
ikan lebih sempit cakupan maknanya daripada hewan. Namun, bila kata ikan
dihubungkan dengan kata lele, arwana, tenggiri, gabus, maka kata tersebut menjadi
kata umum.
Perlu diperhatikan bahwa pengertian umum dan khusus itu tergantung dari
acuannya dalam konteks pembicaraan tersebut. Artinya, umum dan khusus merupakan
sesuatu yang bersifat relatif. Jika kita membicarakan tentang kata buah dan jambu,
maka kata jambu jelas merupakan bentuk khusus dari kata buah. Tetapi jika kita
membicarakan tentang kata jambu dan kata jambu air, maka kata jambu jelas
merupakan bentuk umum dari kata jambu air, karena masih ada jenis jambu lainnya.
Penggunaan kata umum dan kata khusus:
1) Binatang peliharaan Budi sangat banyak. (umum)
5 DIKSI
b.
2)
a.
b.
6 DIKSI
Kata homonim berasal dari Yunani kuno homo berarti sama dan nim berarti nama.
Homonim adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal yang sama, dan
ejaannya sama.
Contoh:
(1) Rahmah bisa menyelesaikan tugasnya tepat waktu. (bisa = mampu)
Bisa ular itu ditampung ke dalam bejana untuk diteliti. (bisa = racun)
(2) Pintu rumah Nina tertutup rapat. (rapat = berdempet-dempetan)
Hari ini akan diadakan rapat paripurna di gedung DPR. (rapat = meeting)
2. Homofon
Homofon dilihat dari segi bunyi (homo=sama, fon=bunyi). Homofon adalah suatu
kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal yang sama, dan ejaannya berbeda.
Contoh:
(1) Guci itu adalah peninggalan masa kerajaan kutai (masa = waktu)
Dina mengukur massa NaOH saat praktikum (massa = berat)
(2) Putri menyimpan uang di bank (bank = lembaga keuangan)
Bang Edo memiliki motr baru (bang = laki-laki)
3. Homograf
Homograf dilihat dari segi tulisan atau ejaan (homo=sama, grafi=tulisan).
Homograf adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal yang beda, dan
ejaannya sama.
Contoh:
(1) Erica suka makan apel. (apel = buah)
Setiap hari Senin sekolah Putri selalu melaksanakan apel pagi. (apel = upacara)
Gaya bahasa atau langgam bahasa sering juga disebut majas adalah cara seseorang
mengungkapkan maksudnya. Banyak cara yang dapat dipakai untuk mengungkapkan
maksud. Ada cara yang memakai perlambang (majas metafora, personifikasi); ada
cara yang menekankan kehalusan (majas eufimisme, litotes); dan masih banyak lagi
majas yang lainnya. Semua itu pada prinsipnya merupakan corak seni berbahasa atau
retorika untuk menimbulan kesan ertentu bagi mitra kita berkomunikasi.
2. Idiom
Idiom adalah ungkapan bahasa yang artinya tidak secara langsung dapat
dijabarkan dari unsurnya-unsurnya (Moeliono, 1984:177). Menurut Badudu
(1989:47), idiom adalah bahasa yang teradatkan oleh karena itu, setiap kata
yang membentuk idiom berarti di dalamnyasudah ada kesatuan bentuk dan makna.
Walaupun dengan prinsip ekonomi bahasa, salah satu unsurnya tidak boleh
dihilangkan. Setiap idiom sudah terpatri sedemikian rupa sehingga para pemakai
bahasa mau tidak mau harus tunduk pada aturan pemakaiannya. Sebagian besar idiom
yang berupa kelompok kata, misalnya gulung tikar, adu domba, muka tembok tidak
boleh dipertukarkan susunannya menjadi tikar gulung, domba adu, tembok muka,
karena ketiga kelompok kata yang terakhir itu bukan idiom.
3. Ungkapan Idiomatik
Ungkapan idiomatik adalah kontruksi yang khas pada suatu bahasa yang salah
satu unsurnya tidak dapat dihilangkan atau diganti. Ungkapan idiomatic adalah katakata yang mempunyai sifat idiom yang tidak terkena kaidah eonomi bahasa.
Ungkapan yang bersifat idiomatic terdiri atas dua atau tiga kata yang dapat
memperkuat diksi di dalam tulisan.
Contoh pemakaian ungkapan idiomatik yang salah
a)
b)
c)
d)
e)
Jadi, dalam pemakaian kata adakalanya kita perlu memperhatikan frasa tertentu,
dalam hal ini kata yang berpasangan tetap karena kedua kata itu secara bersama dapat
menciptakan ungkapan idiomatik. Berikut adalah beberapa contoh ungkapan idiomatik :
berasal/berawal dari
disebabkan oleh
berdasar pada
sampai ke
bergantung pada
sehubungan dengan
bertemu/berjumpa dengan
seirama/sejalan dengan
berkenaan dengan
sesuai dengan
berkaitan dengan
terbuat dari
dibacakan oleh
terdiri atas/dari
diperuntukkan bagi
bergantung pada
K. Kata Baku dan Tidak Baku
Kata baku dapat diartikan sebagai kata yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
yang berlaku. Kata baku digunakan dalam ragam bahasa resmi seperti perundangundangan, surat-menyurat, karangan ilmiah, pidato kenegaraan, dan lain-lain.
Kata tidak baku adalah kata yang tidak sesuai kaidah bahasa Indonesia yang telah
ditetapkan. Kata tidak baku muncul dan banyak digunakan dalam percakapan sehari-hari.
Kata tidak baku banyak digunakan karena sifatnya yang tidak resmi sehingga nyaman
ketika digunakan dalam percakapan sehari-hari. Kata tidak baku banyak berkembang dari
serapan kata bahasa daerah maupun bahasa asing.
a) Contok penulisan kata dasar baku-tidak baku :
Aktif-Aktip
Aktivitas-Aktifitas
Apotek-Apotik
Definisi-Difinisi
Izin-Ijin
9 DIKSI
Hafal-Hapal
Metode-Metoda
Motif-Motip
Motivasi-Motifasi
Zaman - Jaman
Tidak Baku
mempel
bertanggungjawab
mentaati
berterbangan
mentertawakan
Baku
mengepel
bertanggung jawab
menaati
beterbangan
menertawakan
di dan ke. Kekeliruan itu terjadi akibat pencampuradukan pemakaian ragam lisan dan
ragam tulis; atau ragam tak resmi dan ragam resmi. Kesalahan diksi dalam ragam lisan
itu sering terbawa ke dalam ragam tulis.
Contoh diksi yang salah :
a. Dokumen itu ada di kita.
b. Setelah tugas selesai, harap segera melapor ke dosen.
c. Tolong berikan buku ini ke Fatin.
Seharusnya kalimat yang benar adalah :
a. Dokumen itu ada pada kita.
b. Setelah tugas selesai, harap segera melapor kepada dosen.
c. Tolong berikan buku ini kepada Fatin.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Diksi adalah ketepatan pilihan kata. Penggunaan ketepatan pilihan kata ini dipengaruhi
oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan mengetahui,
memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosakata secara aktif yang dapat
mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu mengkomunikasikannya secara
efektif kepada pembaca atau pendengarnya.
2. Pembagian makna dalam pemilihan kata ada beberapa yaitu: membedakan secara
cermat denotasi dan konotasi, makna umum dan makna khusus, kata konkret dan
abstrak, sinonim, pembentukan kata, perubahan makna, dan homonim, homofon, dan
homograf.
3. Kesalahan pemakaian gabungan kata dan kata yaitu: kesalahan pemakaian gabungan
kata yang mana, di mana, daripada dan kesalahan pemakaian gabungan kata dengan,
di, dan ke
B. Saran
Sebagai warga Indonesia yang baik, setiap orang dianjurkan untuk
dapat memahami dan mempelajari bagaimana penggunaan diksi yang
tepat dan cermat, agar komunikasi yang terjadi tercapai maksudnya.
Untuk
mahasiswa,
mempelajari
diksi
sangat
diperlukan,
karena
DAFTAR PUSTAKA
HS, Widjono dan Sintowati Rini Hutami. 2003. Bahasa Indonesia. Jurusan MKU Universitas
Negeri Jakarta : Jakarta
Finoza, Lamuddin. 2008. Komposisi Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan
Bahasa. Diksi Insan Mulia : Jakarta
Arifin Zaenal dan Amran Tasai. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Akademika Pressindo : Jakarta