Dokumen - Tips - Bahan Perkerasan Jalan
Dokumen - Tips - Bahan Perkerasan Jalan
yang
terpilih
(yang
lebih
baik),
yang
selanjutnya
disebut
lapis
keras/perkerasan/pavement.
Mengingat volume perkerasan jalan, pada umumnya diinginkan perkerasan yang
murah, baik yang berkaitan dengan bahan maupun biaya pelaksanaan, namun masih dapat
memenuhi tuntutan lalu lintas.
B. KONSEP PERKERASAN JALAN
1. Konsep Dasar Perkerasan Jalan
a. Mempunyai teba total yang cukup
b. Mampu mencegah masuknya air, baik dari luar maupun dari dalam
c. Mempunyai permukaan yang rata, tidak licin, awet terhadap distorsi oleh lalu lintas
dan cuaca.
2. Konsep Dasar Design Lapis Perkerasan Jalan
a. Memperbaiki / meningkatkan harga CBR dari subbase ataupun base course, dengan
bahan yang lebih baik.
b. Meng-improve (memperbaiki) mutu tanah dasar dengan cara :
- Stabiisasi kimia
- Stabilisasi Mekanis
- Menimbun tanah dasar asli dengan bahan tanah timbunan yang lebih baik (CBR
yang lebih tinggi)
c. Mempertebal lapisan subbase maupun base course
d. Dengan cara-cara modern, antara lain dengan menambah lapisan penguat tipis
antara tanah dasar (subgrade) dan lapisan pondasi (base/subbase) dengan
menggunakan bahan-bahan geosintetik (geotextile, geogrid, dll.).
C. PRINSIP PERKERASAN JALAN
Sejarah perkerasan jaan dimulai bersamaan dengan sejarah umat manusia dimana
pergerakan orang dan barang dipicu oeh upaya pemenuhan kebutuhan dan berkomunikasi.
SEJARAH PERKERASAN JALAN.
Sebelum Manusia Mengenal Hewan Sebagai Alat Angkut.
Setelah manusia diam (menetap) berkelompok disuatu tempat mereka mengenal
artinya jarak jauh dan dekat. Maka dalam membuat jalan mereka berusaha mencari jarak
yang paling dekat dengan mengatasi rintangan rintangan yang masih dapat mereka atasi.
Misalnya : bila melewati tempat-tempat berlumpur mereka menaruh batu disana - sini agar
dapat melompat-lompat diatasnya bila melewati tanjakan yang curam mereka membuat
tangga-tangga.
Gambar 1.1. Sejarah Jalan Sebalum Manusia Mengenal Hewan Sebagai Alat
Setelah Manusia Mengenal Hewan Sebagai Alat Angkut.
Setelah manusia mengenal hewan sebagai alat angkut, maka konstruksi jalan sudah agak
maju, ialah :
Bentuk jalan yang bertangga-tangga sudah dibuat lebih mendatar. Batu-batu yang
ditempatkan jarang-jarang ditempat yang jelek atau berlumpur sudah dibuat lebih rapi dan
menutup rapat tempat-tempat yang jelek.
Setelah Manusia Mengenal Kendaraan Beroda Sebagai Alat Angkut.
Bangsa Romawi mulai abad ke 4 SM - abad ke 4 , telah membuat jalan dengan
perkerasan ukuran tebal 3 feet 5 feet (1,0 m 1,7 m) dan lebarnya 35 ( 12 m).
Perkerasan tersebut dibuat berlapis-lapis seperti gambar dibawah ini.
b). Pada waktu itu pula John Mc Adam (1756 1836), memperkenalkan kontruksi
perkerasan dengan prinsip "tumpang-tindih" dengan menggunakan batu-batu pecah dengan
ukuran terbesar ( 3"). Perkerasan sistem ini sangat berhasil pula dan merupakan prinsip
pembuatan jalan secara masinal (dengan mesin). Selanjutnya sistem ini disebut "Sistem Mc.
Adam".
Sampai sekarang ini kedua sistem perkerasan tersebut masih sering dipergunakan di daerah
daerah di Indonesia dengan menggabungkannya menjadi sistem Telford-Mc Adam ialah utk
bagian bawah sistem Telford dan bagian atasnya sistem Mc Adam.
bermotor mulai banyak, sehingga menuntut jalan darat yang balk dan lancar, teknik
pembuatan jalan yang baik timbul lagi.
Perkembangan Konstruksi Perkerasan Jalan Pada Abad Ke - 20.
Sesudah perang dunia ke I kira-kira tahun 1920 banyak negara - negara mulai
memperhatikan pembangunan jalan raya, karena makin banyaknya angkutan kendaraan
bermotor. Persaingan antara Kereta Api dan kendaraan bermotor mulai ramai, karena masingmasing memiliki keunggulan sendiri. Untuk angkutan secara massal jarak jauh Kereta Api
unggul, tetapi sebaliknya untuk angkutan jarak pendek/ dekat kendaraan bermotor lebih
unggul dikarenakan kendaraan bermotor dapat melayani dari pintu ke pintu (door to door),
dan bahan bakar yang dibutuhkan lebih rendah.
Disamping itu pula orang mulai membuat jalan, sehingga perkembangan pembuatan
jalan menjadi menjadi lebih cepat dengan kemudahan pembuatan dan kualitas yang lebih
balk. Selama perang dunia ke II untuk keperluan militer yang mendesak telah dibuat beribuiribu kilometer jalan secara masinal sistem modern dibanyak negara. Hal ini mendorong
berkembangnya ilmu pengetahuan mengenai jalan raya.
D. FUNGSI LAPISAN PERKERASAN JALAN
Fungsi Lapisan Perkerasan Jalan Lentur
Perkerasan Jalan Lentur memiliki 4 lapisan, lapisan tersebut seperti pada gambar di
bawah ini :
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat
dan daya dukung tanah dasar.
Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut :
1. Perubahan bentuk tetap (deformasi permanent) dari macam tanah tertentu akibat
beban.
2. Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat perubahan kadar air.
3. Daya dukung tanah yang tidak merata dan sukar ditentukan secara pasti pada daerah
dengan macam tanah yang sangat berbeda sifat dan kedudukannya, atau akibat
pelaksanaan.
4. Lendutan dan lendutan balik selama dan sesudah pembebanan lalu lintas dari macam
tanah tertentu.
Partikel yang memenuhi diameter kurang dari 0,02 mm harus tidak lebih dari 3 %
dari berat total contoh bahan yang diuji.
2. Pondasi Macadam
3. Pondasi Telford
4. Penentrasi Macadam (Lapen)
5. Aspal Beton Pondasi (Asphalt Concrete Base)
6. Stabilisasi yang terdiri dari :
Stabilisasi agregat dengan semen (Cement Treated Base)
Stabilisasi agregat dengan kapur (Lime Treated Base)
Stabilisasi agregat dengan aspal (Asphalt Treated Base)
4. Elemen Lapis Permukaan
Jenis lapis permukaan yang umum digunakan di Indonesia adalah :
1. Lapisan bersifat nonstruktural, berfungsi sebagai lapisan aus dan kedap air.
Burtu (Laburan aspal satu lapis), merupakan lapisan penutup yang terdiri dari lapisan
aspal yang ditaburi dengan satu lapis agregat bergradasi seragam, dengan tebal
maksimum 2 cm.
Burda (Laburan aspal dua lapis), merupakan lapisan penutup yang terdiri dari lapisan
aspal ditaburi agregat yang dikerjakan dua kali secara berurutan dengan tebal padat
maksimum 3,5 cm.
Latasir (Lapisan tipis aspal pasir), merupakan lapis penutup yang terdiri dari lapisan
aspal dan pasir alam bergradasi menerus dicampur, dihampar, dan dipadatkan pada
suhu tertentu dengan tebal padat 1-2 cm.
Buras (Laburan Aspal), merupakan lapis penutup yang terdiri dari campuran asbuton
dan bahan pelunak dengan perbandingan tertentu yang dicampur secara dingin
dengan tebal padat maksimum 1 cm.
Lataston (Lapis tipis aspal beton), dikenal dengan nama hot rolled sheet (HRS),
merupakan lapis penutup yang terdiri dari campuran antara agregat bergradasi
timpang, mineral pengisi (filter) dan aspal keras dengan perbandingan tertentu yang
dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas. Tebal padat antara 2,5 3,0 cm.
Jenis lapisan di atas walaupun bersifat non struktural, namun dapat menambah daya
tahan perkerasan terhadap penurunan mutu sehingga secara keseluruhan menambah masa
pelayanan dari konstruksi perkerasan. Jenis perkerasan ini terutama digunakan untuk
pemeliharaan jalan.
2. Lapisan bersifat struktural, berfungsi sebagai lapisan yang menahan dan menyebarkan
beban roda kendaraan.
Penetrasi Macadam (Lapen), merupakan lapis perkerasan yang terdiri dari agregat
pokok dan agregat pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh aspal
dengan cara disemprotkan di atasnya dan dipadatkan lapis demi lapis. Di atas Lapen
ini biasanya diberi laburan aspal dengan agregat penutup. Tebal lapisan satu lapis
dapat bervariasi antara 4 10 cm.
Lasbutag merupakan suatu lapisan pada konstruksi jalan yang terdiri dari campuran
antara agregat, asbuton, dan bahan pelunak yang diaduk, dihampar dan dipadatkan
secara dingin, tebal pada tiap lapisannya antara 3 5 cm.
Sumber :
http://www.google.com/