arteri
Radiografi
dada dan CT
dari
penyakit
ekstrapulmonal,
dimana
dibutuhkan
untuk
mengembangkan
parenkim
paru
adekuat
dan
pola gravitasi ini dapat membantu menyingkirkan proses infeksi yang bersamaan,
karena atelektasis dependen lebih sering terjadi pada pasien ARDS awal tanpa
pneumonia.
Dari progesi penyakit ke tingkatan proliferasi, terlihat peningkatan gambaran
opaq pada pola inhomogen dari area ground-glass, sepanjang modifikasi awal fibrosis.
Selama tingkatan fibrosis, lesi kistik subpleural dan intrapulmonal mungkin terlihat,
dan mungkin menjadi penyebab langsung dari pneumothoraks. Episode eksudatif
rekuren dapat tetap terjadi pada tingkatan proliferatif dan fibrosis, menghasilkan
temuan radiologi campuran yang memperlihatkan bagian dari ketiga tingkatan
tersebut secara bersamaan.
ARDS atipikal, dimana memiliki ciri ciri keunggulan konsolidasi ruang udara
anterior pada pasien supine, dimana teramati pada 5% pasien yang menjalani CT
selama tingkatan eksudatif. Penjelasan patofisilogi untuk temuan ini belum jelas, tapi
mungkin melibatkan regio yang berbeda dalam mekanikal tekanan ventilasi.
3. Edem Permeabel Tanpa Kerusakan Alveolar Difus
Seperti nama diatas, edem permeabel tanpa kerusakan alveolar difus
mengarahkan pada edem pulmo dimana perubahan permeabel tidak berhubungan
dengan DAD secara primer. Ketiadaan dari kerusakan selular sering tidak terbukti
secara patologikal tapi mungkin di duga dari bagian klinik dan radiologi penyakit
karena regresi yang cepat sering terlihat dengan perbaikan ventilasi terjadi dalam
waktu periode yang singkat. Meskipun beberapa derajat dari DAD mungkin muncul,
kerusakan tinggal minor dan biasanya hanya partial mempengaruhi hasil pasien.
Edem Pulmo Karena Ketinggian Tinggi
Edem pulmo karena ketinggi tinggi berpotensi mengakibatkan kondisi fatal
terjadi pada individual sehat. Hal ini karena terpapar lama oleh lingkungan dengan
tekanan atmosfer oksigen sebagian yang rendah. Edem pulmo karena ketinggian
tinggi lebih sering terjadi pada laki laki muda, 24 48 jam setelah mereka mendaki
cepat sampai di ketinggian lebih dari 3000 meter dan tinggal di lingkungan itu.
Beberapa kasus dari edem pulmo karena ketinggian tinggi telah digambarkan dalam
literatur, sering menunjukkan kerentenan individu.
Edem pulmo karena ketinggian tinggi biasanya di ikuti penyakit gunung akut,
dimana sebenernya muncul di tengah penyakit dan dapat bertindak sebagai indikator
menghalangi edem pulmo karena ketinggia tinggi. Manifestasi klinik termasuk
dispnea saat beristirahat, batuk dengan produksi sputum merah muda berbusa, dan
gangguan neurologi berkaitan dengan edem otak yang bersamaan. Level saturasi
oksigen arteri sesuai langsung dengan beratnya dari gangguan dan mungkin dibawah
38%.
Patofisiologi dari edem pulmo karena ketinggian tinggi masih kontroversial.
Bagaimanpun, tetap ada persetujuan umum dimana kondisi ini hasil dari hipoksia akut
dan persisten, dimana menginduksi vasokontriksi heterogen menuju ke hipertensi
pulmonalis yang nyata. Hal ini beralih menginduksi kebocoran endotel dimana
menghasilkan edem intertitial dan alveolar tanpa DAD. Kebocoran vaskular ini
membuat isi edem dengan protein tinggi, dimana menjelaskan munculnya sputum
yang berbusa. Manifestasi klinik edem pulmo akibat ketinggian tinggi akan
terpecahkan dengan cepat jika pasien cepat turun ke ketinggian yang lebih rendah dan
menjalani terapi oksigen dan vasodilator pulmo dengan adekuat.
Gambaran radiologi dari edem pulmo karena ketinggian tinggi bervariasi
dengan derajat hipoksia yang muncul. Biasanya, kondisi ini bermanifestasi sebagai
edem intertitial sentral yang berhubungan dengan peribronkial cuffing, ill-defines
vessel, dan sebuah tambalan, lebih sering pola asimetrik konsolidasi ruang udara.
Beberapa garis Kerley mungkin terlihat. Edem pulmo karena ketinggian tinggi yang
ringan, konsolidasi ruang udara mungkin tidak kentara atau mungkin tidak ada dengan
sedikit atau tidak adanya keterlibatan batas luar paru. Beberapa kasus berat, memiliki
kecenderungan menjadi confluent dan alhasil melibatkan seluruh parenkim paru.
Edem Pulmo yang di Induksi Heroin
Edem pulmo berhubungan langsung dengan overdosis opiat, hampir hanya
dengan heroin tapi juga jarang bertemu dengan pengguna kokain dan crack. Edem
pulmo yang diinduksi oleh heroin terlihat dalam 15% kasus dari overdosis heroin
dengan rating 10% dari keseluruhan kematian. Overdosis heroin dipercaya langsung
akibat depresi dari senter medula respirasi dan mengarah ke hipoksia dan asidosis,
dimana kedua ini menyebabkan edem pulmo tanpa DAD. Ketiadaan DAD dapat
diduga langsung dari resolusi cepat dari gangguan dalam semua kasus yang tidak
berkomplikasi oleh aspirasi isi gastrik atau infeksi. Tidak seperti kokain, heroin tidak
mempunyai efek kerusakan langsung terhadap fungsi miokard.
Sering kali pasien dengan overdosis heroin mungkin baring tak bergerak dalam
pemberian posisi untuk beberapa jam dan bahkan beberapa hari. Posisi berbarng ini
membuat berkembangnya distribusi asimetrik dari edema yang berhubungan dengan
Edema Campuran
Edema pulmo neurogenik
Edem pulmo neurogenik terlihat pada hampir 50% pasien menderita cedera
otak berat seperti trauma, perdarahan subaraknoid, stroke, status epileptikus.
Membedakan antara edem pulmo neurogenik dari cairan berlebihan yang simpel atau
edema post ekstubasi mungkin sulit jika tidak memungkinkan dalam pasien trauma
atau segera operasi. Oleh karena itu, diagnosis dari edem pulmo neurogenik
didapatkan dari eksklusi. Ini akan menghasilkan kontroversi, tapi mungkin melibatkan
kombinasi dari faktor yang berhubungan dengan edema hidostatik tanpa DAD.
Mekanisme selular yang menyebabkan kebocoran sel juga tidak dapat dimengerti.
Modifikasi dari jalan neurovegetativ mungkin penyebab terjadi secara tiba tiba,
peningkatan tekanan mikrovaskular paru secara signifikan, terutama pada venula
pulmonal. Hal ini mengarahkan pada penurunan aliran vena, dimana menyebabkan
hipertensi arteri dan kapiler paru. Selain itu, mungkin adanya efek langsung mediator
yang bervariasi yang menyebabkan kebocoran sel endotel vaskular dan junction sel.
Pasien datang dengan derajar dispnea yang bervariasi, takipnea, dan sianosis
secara singkat setelah cedera otak. Tanda dan gejala ini sering cepat menurun atau
hilang dalam beberapa kasus. Radiografi dada konvensional menunjukkan kehadiran
bilateral, daripada konsolidasi homogen ruang udara, dimana predominan di bagian
apikal sekitar 50% kasus.
Temuan radiologi pada edema pulmo neurogenik juga menghilang dalam 1 2
hari dengan demikian mengkonfirmasi ketiadaan hubungan dengan DAD.