OLEH:
2 KLASIFIKASI
Dua bentuk edema paru yang paling umum adalah yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan dari staring forces (Edema paru kardiak) dan gangguan
permeabilitas kapiler alveolus (Edema Paru Non Kardiak) (Kakouros NS and
Kakouros SN. 2003).
a. Edema paru kardiak
Penyebab tersering dari edema paru kardiaka adalah systolic and diastolic
left ventricular dysfunction (penyakit arteri coronari, kardiomyopati, hipertensi,
penyakit jantung kongenital, dll) yang berkembang menjadi edema paru akut.
Faktor pencetus tersering biasanya acute ischemia, infark miokard, hipertensi,
penggunaan obat-obatan, diet, stres fisik dan psikologis. Tekanan kapiler paru
normal adalah 8 mmHg. Dikarenakan oleh efek gravitasi, tekanan hidrostatik
lebih besar dari apeks ke dasar paru dan menyebabkan perfusi darah yang tidak
homogen pada paru.
Edema paru hanya terjadi jika tekanan kapiler paru melebihi tekanan
osmotik koloid plasma, yang biasanya berkisar antara 28 mmHg. Meskipun
tekanan kapiler paru meningkat secara tidak normal pada perkembangan edema
paru, tetap tekanan kapiler paru tidak berhubungan dengan beratnya edema paru.
Laju peningkatan dari cairan paru pada ketinggian tertentu tekanan kapiler
berhubungan dengan kapasitas fungsional dari sistem limfatik, dan tekanan dari
interstitial dan paru.
3 ETIOLOGI
Penyebab terjadinya ALO dibagi menjadi 2, yaitu:
1) KARDIOGENIK
a. Penyakit pada arteri koronaria
Arteri yang menyuplai darah untuk jantung dapat menyempit karena adanya
deposit lemak (plaques). Serangan jantung terjadi jika terbentuk gumpalan
darah pada arteri dan menghambat aliran darah serta merusak otot jantung
yang disuplai oleh arteri tersebut. Akibatnya, otot jantung yang mengalami
gangguan tidak mampu memompa darah lagi seperti biasa.
b. Kardiomiopati
Penyebab terjadinya kardiomiopati sendiri masih idiopatik. Menurut
beberapa ahli diyakini penyebab terbanyak terjadinya kardiomiopati dapat
disebabkan oleh infeksi pada miokard jantung (miokarditis), penyalahgunaan
alkohol dan efek racun dari obat-obatan seperti kokain dan obat kemoterapi.
Kardiomiopati menyebabkan ventrikel kiri menjadi lemah sehingga tidak
mampu mengkompensasi suatu keadaan dimana kebutuhan jantung
memompa darah lebih berat pada keadaan infeksi. Apabila ventrikel kiri
tidak mampu mengkompensasi beban tersebut, maka darah akan kembali ke
paru-paru. Hal inilah yang akan mengakibatkan cairan menumpuk di paru-
paru (flooding).
c. Gangguan katup jantung
Pada kasus gangguan katup mitral atau aorta, katup yang berfungsi untuk
mengatur aliran darah tidak mampu membuka secara adekuat (stenosis) atau
tidak mampu menutup dengan sempurna (insufisiensi). Hal ini menyebabkan
darah mengalir kembali melalui katub menuju paru-paru.
d. Hipertensi
Hipertensi tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya penebalan pada
otot ventrikel kiri dan dapat disertai dengan penyakit arteri koronaria.
2) NON-KARDIOGENIK
Pada non-kardiogenik, ALO dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
a. Infeksi pada paru
b. Glemerolus nefritis
c. Tenggelam
d. Lung injury, seperti emboli paru, smoke inhalation dan infark paru.
e. Paparan toxic
f. Reaksi alergi
g. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
h. Neurogenik
4 MANIFESTASI KLINIS
Menurut Brunner & Suddarth 2014, manifestasi Klinis ALO atau Edema Paru secara
spesifik juga dibagi dalam 3 stadium yaitu :
1) Stadium 1
Adanya distensi dan pembuluh darah kecil paru yang prominen akan
memperbaiki pertukaran gas di paru dan sedikit meningkatkan kapasitas difusi
gas CO. Keluhan pada stadium ini mungkin hanya berupa adanya sesak nafas
saat bekerja. Pemeriksaan fisik juga tak jelas menemukan kelainan, kecuali
mungkin adanya ronkhi pada saat inpsirasi karena terbukanya saluran nafas yang
tertutup saat inspirasi.
2) Stadium 2
Pada stadium ini terjadi edem paru interstisial. Batas pembuluh darah paru
menjadi kabur, demikian pula hilus juga menjadi kabur dan septa interlobularis
menebal (garis kerley B). Adanya penumpukan cairan di jaringan kendor
interstisial, akan lebih memperkecil saluran nafas kecil, terutama di daerah basal
oleh karena pengaruh gravitasi. Mungkin pula terjadi refleks bronkhokonstriksi.
Sering terdengar takipnea. Meskipun hal ini merupakan tanda gangguan fungsi
ventrikel kiri, tetapi takipnea juga membantu memompa aliran limfe sehingga
penumpukan cairan interstisial diperlambat. Pada pemeriksaan spirometri hanya
terdapat sedikit perubahan saja.
3) Stadium 3
Pada stadium ini terjadi edem alveolar. Pertukaran gas sangat terganggu, terjadi
hipoksemia dan hipokapsia. Penderita nampak sesak sekali dengan batuk
berbuih kemerahan. Kapasitas vital dan volume paru yang lain turun dengan
nyata.
5 PATOFISIOLOGI
Secara garis besar patofisiologi Acute Lung Oedema (ALO) disebabkan oleh faktor
kardiogenik dan non kardiogenik
1) Acute Lung Oedema (ALO) Kardiogenik
ALO Kardiogenik disebabkan oleh bocornya cairan dari kapiler paru yang
disebabkan oleh peningkatan tekanan hidrostatik kapiler. Ketika tekanan
hidrostatik kapiler paru melebih tekanan jaringan interstitial paru, cairan akan
berpindah ke dalam alveoli dan interstitial paru. Peningkatan tekanan hidrostatik
di kapiler paru ini biasanya disebabkan peningkatan tekanan vena yang berasal
dari peningkatan left ventricular end-diastolic pressure (LVEDP) dan tekanan
atrium kiri.
Peningkatan tekanan atrium kiri sekitar 18 hingga 20mmHg akan
menyebabkan edema di jaringan interstitial peri-mikrovaskular dan peri-
bronkovaskular. Jika terjadi peningkatan tekanan lebih lanjut (>25mmHg),
cairan edema jaringan akan melewati epitel alveoli dan memenuhi alveoli. Oleh
karena permeabilitas kapiler dalam keadaan normal, maka cairan yang melewati
kapiler rendah kandungan protein.
8 KOMPLIKASI
Dalam asuhan keperawatan yang disusun oleh karya husada, 2014 menyebutkan
komplikasi dari ALO sebagai berikut:
a. ARDS (Accute Respiratory Distres Syndrome) Karena adanya timbunan cairan,
paru menjadi kaku dan tidak dapat mengembang dan udara tidak dapat masuk,
akibatnya adalah hipoksia berat.
b. Gagal napas akut Tidak berfungsinya penapasan dengan derajat dimana
pertukaran gas tidak adekuat untuk mempertahankan gas darah arteri (GDA).
c. Kematian Kematian pada edema paru tidak dapat dihindari lagi. Pasien dapat
mengalami komplikasi jika tidak segera dilakukan tindakan yang tepat
(1) B1 (Breathing)
Sesak nafas, dada tertekan, pernafasan cuping hidung, hiperventilasi,
batuk (produktif/ non produktif), sputum banyak, penggunaan otot bantu
pernafasan, SpO2 , PO2 , PCO2 , pernafasan diafragma dan perut
meningkat, laju pernafasan meningkat, ronchi pada lapang pandang paru,
kulit pucat, cyanosis.
(2) B2 (Blood)
Denyut nadi meningkat, denyut jantung tidak teratur, suara jantung
tambahan, banyak keringat, suhu kulit meningkat, kemerahan, akral
dingin dan lembab, CRT> 2 detik, tekanan darah meningkat
(3) B3 (Brain)
Gelisah, penurunan kesadaran, kejang, GCS menurun, reflex menurun
(4) B4 (Bladder)
Produksi urine menurun, VU(vesika urinaria) teraba lembek.
(5) B5 (Bowel)
Kadang mual, muntah, bising usus normal.
(6) B6 (Bone)
Lemah, cepat lelah, tonus otot menurun, sensasi nyeri sendi berkurang.
2. DIAGNOSA KEPEAWATAN
1) Bersihan jalan napas tidak efektif (D.0001)
2) Gangguan pertukaran gas (D.0003)
3) Pola napas tidak efektif (D.0005)
4) Gangguan penyapihan ventilator (D.0002)
5) Risiko infeksi (D.0142)
6) Risiko ketidakseimbangan cairan (D.0036)
7) Resiko perfusi miokard tidak efektif (D.0014)
Akumulasi cairan
MK: risiko mendadak
perfusi miokard MK: risiko
tidak efektif ketidakseimbangan
(D.0014) AKUT LUNG EDEMA cairan (D.0036)
/ALO