Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS MEDIA


CETAK

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi


Pembelajaran
Yang dibimbing oleh: Dr. Mashudi, M.Pd

Oleh:
FARIDATUL HUSNAH
NIM. 0849315006

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
OKTOBER, 2015

PENDAHULUAN
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi
pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu
terjadi karna adanya proses interaksi antara seseorang dengan
lingkungannya. Oleh karna itu, belajar dapat terjadi kapan saja
dan dimana saja. Slah satu pertanda bahwa seseorang itu telah
belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu
yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada
tingkat pengetahuan, ketrampilan, atau sikapnya.
Apabila proses belajar itu diselenggarakan secara formal
di sekolah-sekolah, tidak lain ini dimaksudkan untuk
mengarahkan perubahan pada diri siswa secara terencana, baik
dalam aspek pengetahuan, ketrampilan, maupun sikap. Interaksi
yang terjadi selama proses belajar tersebut dipengaruhi
lingkungannya, yang antara lain terdiri atas murid, guru, petugas
perpustakaan, kepala sekolah, bahan atau materi pelajaran
(Buku, Modul, selebaran, majalah, rekaman video atau audio, dan
yang sejenisnya), dan berbagai sumber belajar dan fasilitas
(proyektor overhead, perekam pita audio dan video, radio,
televisi, komputer, perpustakaan, laboratorium, pusat sumber
belajar, dan lain-lain).
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin
mendorong upaya-upaya pembaruan dalam pemanfaatan hasilhasil teknologi dalam proses belajar. Para pendidik dituntut agar
mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh
sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat
tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman.
Pendidik sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang
murah dan efisien yang meskipun sederhana dan bersahaja,
tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan

pengajaran yang diharapkan. Disamping mampu menggunakan


alat-alat yang tersedia, pendidik juga dituntut untuk dapat
mengembangkan ketrampilan membuat media pembelajaran
yang akan digunakannya apabila media tersebut belum tersedia.
Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman
yang cukup tentang media pembelajaran (Hamalik, 1994:6). Jadi
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media adalah bagian
yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi
tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan
pembelajaran disekolah pada khususnya.
Oleh sebab itu munculah tema makalah tentang media
pembelajaran berbasis media cetak yang dimana cakupan
pembahasan dalam makalah ini meliputi: pengertian media,
media berbasis cetakan, media berbasis modul. Dimana yang
dimaksudkan dalam hal ini agar calon pendidik dan peserta didik
bisa lebih mengetahui dan memahami dan agar dapat
mengaplikasikan.

PEMBAHASAN
A. Pengertian Media
Kata Media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah
berarti tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media adalah
perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
(Djamarah, 1996: 136)
Gerlach & Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila dipahami
secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun
kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan,
atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah
merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar
mengajar cenderung di artikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau
elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyususn kembali informasi
visual atau verbal.( Azhar, 2014: 3)
Batasa lain telah pula dikemukakan oleh para ahli yang sebagian di
antaranya akan diberikan berikut ini. AECT (Association of education and
communication Teknologi,1977) Memberi batasan tentang media segala
bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau
informasi. Disamping sebagai sistem penyampai atau pengantar, media yang
sering diganti dengan kata mediator menurut Fleming (1987: 234) adalah

penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua fihak
mendamaikannya. Dengan istilah mediator media menunjukkan fungsi atau
perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua fihak, utama
dalam proses belajar siswa dan isi pelajaran. Disamping itu, mediator dapat
pula mencerminkan pengertian bahwa setiap sistem pembelajaran yang
melakukan peran mediasi, mulai dari guru sampai kepada peralatan yang
paling canggih, dapat disebut media. Jadi, media adalah alat yang
menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran.
Heinich, dan kawan-kawan (1982) mengemukakan istilah medium
sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Jadi
televisi, film, foto, radio rekaman audio, gambar yang diproyeksikan.Bahanbahan cetakan,dan sejenisnya adalah mediakomunikasi. Apabila media itu
membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau
mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media
pembelajaran. Sejalan dengan batasan ini, Hamidjojo dalam latruheru (1993)
memberi batasan media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh
manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau pendapat
sehingga ide, gagasan, atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada
penerima yang dituju.
Seringkali kata media pendidikan digunakan secara bergantian dengan
istilah alat bantu atau media komunikasi seperti yang dikemukakan oleh
Hamalik (1986) dimana ia melihat bahwa hubungan komunikasi akan berjalan
lancar dengan hasil yang maksimal apabila menggunakan alat bantu yang
disebut media komunikasi. Sementara itu, Gagnedan Briggs (1975) secara
implisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik
digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara
lain buku, tape, recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide
(gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. Dengan kata
lain, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang
mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang
peserta didik untuk belajar. Dilain pihak, National Education Association
memberikan definisi media sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak

maupun audiovisual dan peralatannya, dengan demikian, media dapat


dimanipulasi, dilihat, didengar, atau dibaca.
Istilah media bahkan sering dikaitkan atau dipergantikan dengan kata
teknologi yang berasal dari kata latin tekne (bahasa inggris art) dan logos
(bahasa Indonesia ilmu).
Menurut Webster (1983: 105), art adalah ketrampilan (skill) yang
diperoleh lewat pengalaman, studi dan observasi. Dengan demikian, teknologi
tidak lebih dari suatu ilmu untuk membahas tentang ketrampilan yang
diperoleh lewat pengalaman, studi, dan observasi. Bila dihubungkan dengan
pendidikan dan pembelajaran, maka teknologi mempunyai pengertian sebagai:
Perluasan konsep tentang media, dimana teknologi bukan sekedar
benda, alat, bahan, atau perkakas, tetapi tersimpul pula sikap,
perbuatan, organisasi dan manajemen yang berhubungan dengan
penerapan ilmu. (Achsin, 1986: 10).
Erat hubungannya dengan istilah teknologi, kita juga mengenal kata
teknik. Teknik dalam bidang pembelajaran bersifat apa yang sesungguhnya
terjadi antara pendidik dan peserta didik. Ia merupakan strategi Khusus
(Anthony, 1963: 96). Bahkan Richards dan Rodgers (1982:154) menjelaskan
pula bahwa teknik adalah prosedur dan praktik yang sesungguhnya dalam
kelas. Dari sini, tampak jelas bahwa teknologi bukan hanya pembuatan
kapal terbang model mutakhir dan semisalnya saja, tetapi melipat-lipat kertas
jadi kapal terbang mainan itu juga hasil teknologi; karena itu juga merupakan
suatu ketrampilan dan seni (skill). Maka dari sini yang menyebabkan beberapa
kalangan lantas membagi pengertian teknologi menjadi dua macam; ada yang
disebut teknologi tinggi (canggih), ada pula yang disebut teknologi tradisional.
Untuk teknologi agama sementara masih heavy ke wawasan pengertian
teknologi tradisional.
Dengan demikian, kalau ada teknologi pembelajaran agama misalnya,
maka itu akan membahas masalah bagaimana kita memakai media dan alat
bantu dalam proses mengajar agama, akan membahas masalah ketrampilan,
sikap, perbuatan, dan strategi mengajarkan agama.
Dalam kegiatan belajar mengajar, sering pula pemakaian kata media
pembelajaran atau dengan istilah-istilah lain seperti alat pandang dengar,

bahan pengajaran (instructional material), komunikasi pandang dengar (audio


visual communication) , pendidikan alat peraga pandang (visual education),
teknologi pendidikan (edication teknology), alat peraga dan media penjelas.
Berdasarkan uraian beberapa batasan tentang media di atas, berikut
dikemukakan ciri-ciri umum yang yang terkandung pada setiap batasan itu.
1. Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal
sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat
dilihat, didengar, atau diraba dengan pancaindera.
2. Media pendidikan memiliki pengertian non fisik yang dikenal sebagai
software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam
perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada
peserta didik.
3. Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio
4. Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik
di dalam maupun diluar kelas.
5. Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan integrasi guru
dan siswa dalam proses pembelajaran.
6. Media pendidikan dapat digunakan secara masal (misalnya: radio,
televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya film, slide, video,
OHP), atau perorangan (misalnya modul, komputer, radio tape/kaset, video
recorder).
7. Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan
dengan penerapan suatu ilmu.
B. Media Berbasis Cetakan
Bagi kebanyakan orang, istilah media cetak biasanya berarti bahan
bacaan yang diproduksi secara profesional, seperti buku, majalah, dan buku
petunjuk. Sebenarnya masih ada bahan lain yang dapat digolongkan ke dalam
istilah cetak, misalnya foto copy, atau hasil produksi sendiri. Bahan-bahan
tersebut kini banyak digunakan dalam bidang pendidikan dan latihan.
Kecenderungan yang ada menunjukan, dimasa datang media cetak dan media
komunikasi lainnya akan membagi tugas dalam melayani materi dan
pengarahan untuk siswa. (Anderson, 1987: 163).
Meskipun akhir-akhir ini masyarakat banyak tertarik oleh dunia
elektronik yang lebih modern, tampaknya bahan-bahan cetak tidak akan
ditinggalkan sebagai sarana pengajaran, sudah nyata bahwa bahan cetak akan

selalu memegang peranan penting. Materi pembelajaran berbasis cetakan yang


paling umum dikenal adalah buku teks, buku penuntun, jurnal, majalah, dan
lembaran lepas. Teks berbasis cetakan menuntut enam elemen yang perlu
diperhatikan pada saat merancang, yaitu konsistensi, format, organisasi, daya
tarik, ukuran huruf, dan penggunaan spasi kosong.
Konsistensi
1. Gunakan konsistensi format dari halaman ke halaman. Usahakan agar
tidak menggabungkan cetakan huruf dan ukuran huruf.
2. Usahakan untuk konsisten dalam jarak spasi. Jarak antara judul dan baris
pertama serta garis samping supaya sama, dan antara judul dan teks utama.
Spasi yang tidak sama sering dianggap buruk, tidak rapih dan oleh karena
itu tidak memerlukan perhatian sungguh-sungguh.
Format
1. Jika paragraf panjang sering digunakan, wajah satu kolom lebih sesuai;
sebaliknya, jika paragraf tulisan pendek-pendek , wajah dua kolom akan
lebih sesuai.
2. Isi yang berbeda supaya dipisahkan dan dilabel secara visual.
3. Taktik dan strategi pembelajaran yang berbeda sebaiknya dipisahkan dan
dilabel secara visual.
Organisasi
1. Upaya untuk selalu menginformasikan peserta didik/pembaca mengenai di
mana mereka atau sejauh mana mereka dalam teks itu. Siswa harus
mampu melihat sepintas bagian atau bab beberapa mereka baca.
2. Susunlah teks sedemikian rupa sehingga informasi mudah diperoleh.
3. Kotak-kotak dapat digunakan untuk memisahkan bagian-bagian teks.
Daya Tarik
Perkenalkan setiap bab atau bagian baru dengan cara yang berbeda. Ini
diharapkan dapat memotivasi siswa untuk membaca terus.

Ukuran Huruf
1. Pilihkan ukuran huruf yang sesuai dengan siswa, pesan, dan
lingkungannya. Ukuran huruf biasanya dalam poin per inci. Misalnya,
ukuran 24 poin per inci. Ukuran huruf yang baik untuk teks (buku teks
atau buku penuntun) adalah 12 poin.
2. Hindari penggunaan huruf kapital untuk seluruh teks karena dapat
membuat proses membaca itu sulit.
Ruang (spasi) Kosong
1. Gunakan spasi kosong lowong tak berisi teks atau gambar untuk
menambah kontras. Hal ini penting untuk memberikan kesempatan
siswa/pembaca untuk beristirahat pada titik-titik tertentu pada saat
matanya bergerak menyusuri teks ruang kosong dapat berbentuk:
a. Ruangan sekitar judul
b. Batas tepi (marjin); batas tepi yang luas memaksa perhatian peserta
didik/pembaca untuk masuk ke tengah-tengah halaman.
c. Spasi antar kolom; semakin lebar kolomnya, semakin luas spasi di
antaranya;
d. Permulaan paragraf diindentasi
e. Penyesuaian spasi antarbasis atau antarparagraf.
2. Sesuaikan spasi antar basis untuk meningkatkan tampilan dan tingkat
keterbacaan;
3. Tambahkan spasi antarparagraf untuk meningkatkan tingkat keterbacaan.
Pembelajaran berbasis teks yang interaktif mulai populer pada
tahun 1960-an dengan istilah pembelajaran terprogram (programmed
instruction) yang merupakan materi untuk belajar mandiri. Dengan format
ini, pada setiap unit kecil informasi disajikan dan respons siswa diminta
baik dengan cara menjawab pertanyaan atau partisipasi dalam kegiatan
latihan. Jawaban yang benar diberikan setelah siswa menjawab.
Perancang pembelajaran harus berupaya untuk membuat materi
dengan media berbasis teks ini menjadi interaktif. Petunjuk berikut
mungkin dapat membantu menyiapkan media berbasis teks yang interaktif.
a. Sajikan informasi dalam jumlah yang selayaknya dapat dicerna,
diproses, dan dikuasai. Informasi dibagi ke dalam kelompok-kelompok
terkecil yang logis, kira-kira antara 3 sampai 7 butir/kelompok.

Semakin kompleks informasi itu, semakin sedikit jumlah butir yang


ditampilkan dalam sekali penyajian.
b. Pertimbangkan hasil pengamatan dan analisis kebutuhan siswa dan
siapkan latihan yang sesuai dengan kebutuhan tersebut.
c. Pertimbangkan hasil analisis respon siswa; bagaimana siswa menjawab
pertanyaan atau mengerjakan latihan memberikan kesempatan untuk
latihan tambahan, menyiapkan contoh-contoh, atau menyarankan
bacaan tambahan.
d. Siapkan kesempatan bagi siswa untuk dapat belajar sesuai kemampuan
dan kecepatan mereka; keberhasilan penyajian materti dengan media
berbasis teks sangat ditentukan oleh kesempatan peserta didik belajar
berdasarkan kemampuannya.
e. Gunakan beragam jenis latihan dan evaluasi seperti main peran, studi
kasus, berlomba, atau simulasi.
Beberapa cara yang digunakan untuk menarik perhatian pada
media berbasis teks adalah warna, huruf, dan kotak. Warna digunakan
sebagai alat penuntun dan penarik perhatian kepada informasi yang
penting. Misalnya kata kunci dapat diberi tekanan dengan cetakan
warna merah. Selanjutnya, huruf yang dicetak tebal atau miring
memberikan penekanan pada kata-kata kunci atau judul. Informasi
penting dapat pula diberi tekanan dengan menggunakan kotak.
Penggunaan garis bawah sebagai alat penuntun sedapat mungkin
dihindari karena membuat kata itu sulit dibaca.
C. KELEBIHAN DAN KETERBATASAN MEDIA CETAK
1. Kelebihan
a. Siswa dapat berhenti sewaktu-waktu untuk melihat
sumber lain, misalnya: kamus buku bacaan,
menggunakan kalkulator, dan lain-lain dan melanjutkan
kembali
b. Siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatan masingmasing, materi pelajaran dapat dirancang dengan
berbagai cara sehingga memberi kesempatan pada
siswa untuk teknik ini, kecepatan belajar dapat dibuat

10

beragam, tergantung pada kemampuan baca siswa, dan


pada ketrampilan awal yang telah mereka miliki.
c. Media ini biasanya mudah dibawa, siswa dapat
mempelajari di mana pun dan kapan pun sesukanya.
d. Instruktur/pendidik dan peserta didik dapat denga
mudah mengulangi materi pelajaran. Bahan itu juga
dapat disimpan sebagai refrensi kelak jika jika siswa
sudah kerja
e. Gambar atau foto hitam putih mungkin mudah di
adaptasikan ke halaman cetak. Dan bila masalah
komunikasi memang dapat diselesaikan lebih baik
dengan satu atau dua gambar berwarna, maka biaya
untuk itu mungkin perlu dipertimbangkan.
f. Isi pesan media cetak memang sudah baku tetap
(licked in), tetapi suksesnya dapat dengan mudah
dirangkai kembali, baik oleh siswa maupun oleh
instruktur, atau dengan jalan memperbaikinya.
g. Materi pelajaran dapat diproduksi dengan ekonomis,
dapat didistribusikan dengan mudah, mudah diperbaiki,
juga dapat digunakan untuk menyajikan gambar diam,
baik hitam putih ataupun berwarna, dapat digunakan
sebagai alat bantu instruksional, atau media untuk
mengajar, dan dapat dengan mudah dipindahpindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya.
2. Keterbatasannya:
a. Mencetak medianya itu sendiri dapat memakan waktu
beberapa hari sampai berbulan-bulan, tergantungan
kepada kompleksnya pesan yang dicetak dan keadaan
alat percetakan setempat.
b. Mencetak gambar atau foto berwarna biasanya
memerlukan biaya yang mahal.
c. Sukar menampilkan gerak di halaman media cetak.
d. Pelajaran yang terlalu banyak di sajikan, dengan media
cetak cenderung untuk mematikan minat dan

11

menyebabkan kebosanan. Demikian juga halnya dengan


unit pengajaran terprogram yang terlalu panjang.
Rentang waktu belajar dan desain pelajarannya harus
benar-benar difikirkan masak-masak.
e. Tanpa perawatan yang baik, media cetak akan cepat
rusak, hilang, atau musnah.(Ronal, 1987 :171-172)
D. PEMBELAJARAN BERBASIS MODUL
Salah satu prioritas kebijakan umum pembangunan
pendidikan di Indonesia adalah peningkatan mutu pendidikan.
Dalam usaha peningkatan mutu pendidikan tersebut, banyak
factor atau strategi yang bisa digunakan untuk
mengimplementasikan. Salah satu faktor yang mempengaruhi
peningkatan mutu pendidikan adalah meningkatkan kualitas
pembelajaran. Peningkatan kualitas pembelajaran bisa
dilakukan dari berbagai aspek variable pembelajaran. Variabel
pembelajaran yang terkait langsung dengan kualitas
pembelajaran adalah tersedianya buku teks yang berkualitas.
Pada satu sisi tersedianya buku teks yang berkualitas
masih sangat kurang. Hal ini Nampak dari buku-buku teks
yang dipergunakan di perguruan tinggi, dirancang yang lebih
ditekankan pada misi penyampaian pengetahuan/fakta
belaka. Para pengarang buku teks kurang memikirka
bagaimana buku tersebut agar mudah dipahami oleh siswa.
Kaidah-kaidah psikologi pembelajaran dan teori-teori desain
suatu buku teks sama sekali tidak diaplikasikan dalam
penyusunan buku teks. Akibatnya, siswa sulit memahami buku
yang dibacanya dan sering buku-buku teks tersebut
membosankan. Gejala tidak efisien, tidak efektif dan kurang
relevan tersebut tampak dari beberapa indikator seperti,
kurangnya motivasi belajar siswa, penyelesaian tugas siswa
tidak sesuai waktu yang ditentukan, dan hasil tes siswa
menunjukkan nilai yang rendah. Dengan kondisi pembelajaran

12

yang demikian maka sulit yang diharapkan pencapaian tujuan


pembelajaran secara optimal.
Guna meningkatkan mutu pembelajaran tersebut bisa
dilakukan dari berbagai aspek variabel pembelajaran. Salah
satu yang dianggap cocok dan relevan dengan permasalahan
di atas adalah penerapan pembelajaran individual, yang
memberi kepercayaan pada kemampuan individu untuk
belajar mandiri. Salah satu model pembelajaran individu yang
kini semakin berkembang penggunaannya adalah sistem
pembelajaran modul. Menurut Russel (1974) sistem
pembelajaran modul akan menjadikan pembelajaran lebih
efisien, efektif dan relevan. Dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional yang cenderung bersifat klasikal
dan dilaksanakan dengan tatap muka, pembelajaran modul
memiliki keunggulan atau kelebihan (Sudjoko, 1989). Di
samping itu, pembelajaran modul dalam beberapa hal kurang
efektif jika dibandingkan dengan sistem pembelajaran
tradisional (Good & brophy, 1991).
1. Unsur-Unsur Modul Pembelajaran
Menurut Russel (1974) modul sebagai suatu paket
pembelajaran yang berisi satu unit konsep tunggal.
Sedangkan Houston & Howson (1992) mengemukakan
modul pembelajaran meliputi seperangkat aktivitas yang
bertujuan mempermudah siswa untuk mencapai
seperangkat tujuan pembelajaran. Dari pengertianpengertian tersebut, dapat dilihat unsure-unsur sebuah
modul pembelajaran yaitu
a. Modul merupakan seperangkat pengalaman belajar
yang berdiri sendiri,,
b. Modul dimaksudkan untuk mempermudah siswa
mencapai seperangkat tujuan yang telah ditetapkan,

13

c. Modul merupakan unit-unit yang berhubungan satu


dengan yang lain secara hierarkis.
Sebagai bahan ajar, modul memiliki karakteristik
tertentu, yang membedakan dengan bahan ajar yang lain.
Menurut Russel (1974) karakteristik modul mencakup:
a. Self contain,
b. Bersandar pada perbedaan individu,
c. Adanya asosiasi,
d. Pemakaian bermacam-macam media,
e. Partisipasi aktif siswa,
f. Penguatan langsung, dan
g. Pengawasan strategi evaluasi.
Demikian pula modul memiliki komponen-komponen
tertentu sebagai salah satu ciri pembelajaran individual.
Komponen-komponen modul tersebut terdiri dari:
a. Rasional,
b. Tujuan,
c. Tes masukan,
d. Kegiatan belajar,
e. Tes diri (self test), dan
f. Tes akhir (post test).
Menurut walter Dick dan lou Cary (1985) modul
diartikan sebagai unit pembelajaran berbentuk cetak.
Mengajar terpadu yang memiliki satu tema terpadu,
menyajikan keterangan-keteranga yang diperlukan untuk
menguasai dan menilai pengetahuan dan keterampilan
yang ditentukan, dan berfungsi sebagai satu komponen
dari keseluruhan kurikulum. Dari definisi tersebut Dick &
carey mengemukakan pengertian modul ditinjau dari wujud
fisik berupa bahan pembelajaran cetak, fungsinya sebagai
media belajar mandiri, dan isinya berupa stu unit materi
pembelajaran. Menurut Jerold E, Kemp (1978) modul
dartikan sebagai paket pembelajaran mandiri berisi satu
topik atau unit materi pelajaran dan memerlukan waktu
belajar beberapa jauh untuk satu minggu, dari definisi
tersebut Kemp (1978) mengentengkan modul ditinjau dari

14

fungsi sebagai media belajar mandiri, ini modul berupa


satu topic atau unit materi pelajaran dan ketentuan waktu
yang dibutuhkan untuk mempelajari modul.
Badan Penelitian Pengembangan Pendidikan dan
Kebudayaan (dikemukakan oleh Suryobroto, 1983),
pengertian modul adalah satu unit program belajar
mengajar terkecil, yang secara rinci manggariskan:
a. Tujuan instruksional yang akan dicapai;
b. Topic yang akan dijadikan pangkal proses belajar
mengajar;
c. Pokok-pokok yang akan dipelajari;
d. Kedudukan dan fungsi modul dalam proses belajar
mengajar;
e. Peranan guru dalam proses belajar mengajar;
f. Alat dan sumber belajar yang dipergunakan;
g. Kegiatan belajar yang harus dilakukan dan dihayati
siswa secara berurutan;
h. Lembaran kerja yang harus diisi oleh siswa;
i. Program evaluasi yang akan dilaksanakan.
Dari definisi tersebut BP3k melengkapi batasan
modul dengan memberikan rincian tentang isi modul
sebagai satu unit program belajar mengajar. Berpijak pada
pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
modul adalah salah satu bentuk media cetak yang berisi
satu unit pembelajaran, dilengkapi dengan berbagai
komponen sehingga memungkinkan siswa-siswa yang
mempergunakannya dapat mencapai tujuan secara
mandiri, dengan sekecil mungkin bantuan dari guru,
mereka dapat mengontrol mengevaluasi kemampuan
sendiri, yang selanjutnya dapat menentukan mulai dari
mana kegiatan belajar selanjutnya harus dilakukan.
Vembiarto (dalam Suradi, 2003) mengemukakan ciriciri modul, yaitu

15

a. Modul merupakan paket pembelajaran yang bersifat


self-instruction;
b. Pengakuan adanya perbedaan individual belajar;
c. Membuat rumusan tujuan pembelajaran secara
d.
e.
f.
g.
h.

eksplisit;
Penggunaan berbagai macam media;
Adanya asosiasi, struktur, dan urutan pengetahuan;
Partisipasi aktif dari siswa;
Adanya reinforcement langsung terhadap respon siswa;
Adanya evaluasi terhadap penguasaan siswa atas hasil

belajar.
2. Struktur Modul Pembelajaran
Dikson dan Leonard (dalam Suradi, 2003)
mengemukakan ada 12 unsur dalam modul, yaitu
a. Topic statement, yaitu sebuah kalimat yang
menyertakan pokok masalah yang akan diajarkan;
b. Rational, yaitu pernyataan singkat yang
mengungkapkan rasional dan materi tersebut untuk
siswa;
c. Concept statement and prerequisite, yaitu pernyataan
yang mendefinisikan ruang lingkung dan sekuen dari
konsep-konsep dalam hubungannya dengan konsep lain
dalam bidang pokok;
d. Concept, yaitu abstraksi atau ide pokok dari materi
pelajaran yang tertuang di dalam modul;
e. Behavioral abjectives, yaitu pernyataan tentang
kemampuan apa yang harus dikuasai siswa;
f. Pretes, yaitu tes untuk mengukur kemampuan awal
yang dimiliki siswa sebelum mengikuti pelajaran;
g. Suggest teacher techniques, yaitu petunjuk kepada guru
tentang metode apa yang diterapkan dalam membantu
siswa;
h. Suggest student activities, yaitu aktivitas yang harus
dilakukan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran;

16

i. Multimedia resources, yaitu menunjukkan sumber dan


berbagai pilihan materi yang dapat digunakan ketika
mengerjakan modul;
j. Post test and resources, yaitu menunjukkan sumber dan
berbagai pilihan materi yang dapat digunakan ketika
mengerjakan modul;
k. Remidition plans, yaitu untuk membantu siswa yang
lemah dalam mencapai criteria tertentu;
l. General reassessment potential, yaitu mengacu pada
kebutuhan penilaiaan terus menerus dari unsure-unsur
modul
Suryosubroto (1983) juga mengemukakan tentang
unsure-unsur modul adalah sebagai berikut.
a. Pedoman guru, yang berisi petunjuk untuk guru agar
pembelajaran dapat dilaksanaka secara efisien. Selain
itu, juga memberikan petunjuk tentang (a) macammacam kegiatan yang harus dilaksanakann oleh kelas;
(b) waktu yang disediakan ntuk modul itu; (c) alat
pelajaran yang harus digunakan; (d) petunjuk evaluasi.
b. Lembaran kegiatan sisiwa, yang berisi materi pelajaran
yang harus dikuasai oleh siswa.
c. Kunci lembaran kerja, yaitu jawaban atas tugas-tugas,
agar siswa dapat mencocokkan pekerjaannya, sehingga
dapat mengevaluasi sendiri hasil pekerjaannya.
d. Kunci lembaran tes, yaitu alat koreksi terhadap
penilaiaan.

17

KESIMPULAN
Media cetak adalah sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis
untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau
verbal.Kelebihan media cetak itu sendiri adalah Siswa dapat
berhenti sewaktu-waktu untuk melihat sumberlain, misalnya:
kamus buku bacaan, menggunakan kalkulator, dan lain-lain dan
melanjutkan kembali. Siswa dapat belajar sesuai dengan
kecepatan masing-masing, materi pelajaran dapat dirancang
dengan berbagai cara sehingga memberi kesempatan pada
siswa untuk teknik ini, kecepatan belajar dapat dibuat beragam,
tergantung pada kemampuan baca siswa, dan pada ketrampilan
awal yang telah mereka miliki. Media ini biasanya mudah dibawa,
siswa dapat mempelajari di mana pun dan kapan pun sesukanya.
Instruktur/pendidik dan peserta didik dapat dengan mudah
mengulangi materi pelajaran. Bahan itu juga dapat disimpan
sebagai refrensi kelak jika jika siswa sudah kerja.Gambar atau
foto hitam putih mungkin mudah di adaptasikan ke halaman
cetak. Dan bila masalah komunikasi memang dapat diselesaikan
lebih baik dengan satu atau dua gambar berwarna, maka biaya
untuk itu mungkin perlu dipertimbangkan. Isi pesan media cetak
memang sudah baku tetap (licked in), tetapi suksesnya dapat
dengan mudah dirangkai kembali, baik oleh siswa maupun oleh
instruktur, atau dengan jalan memperbaikinya. Materi pelajaran
dapat diproduksi dengan ekonomis, dapat didistribusikan dengan
mudah, mudah diperbaiki, juga dapat digunakan untuk
menyajikan gambar diam, baik hitam putih ataupun berwarna,
dapat digunakan sebagai alat bantu instruksional, atau media
untuk mengajar, dan dapat dengan mudah dipindah-pindahkan
dari satu tempat ke tempat lainnya.

18

Keterbatasan dalam media cetak adalah Mencetak


medianya itu sendiri dapat memakan waktu beberapa hari
sampai berbulan-bulan, tergantungan kepada kompleksnya
pesan yang dicetak dan keadaan alat percetakan setempat.
Mencetak gambar atau foto berwarna biasanya memerlukan
biaya yang mahal. Sukar menampilkan gerak di halaman media
cetak. Pelajaran yang terlalu banyak di sajikan, dengan media
cetak cenderung untuk mematikan minat dan menyebabkan
kebosanan. Demikian juga halnya dengan unit pengajaran
terprogram yang terlalu panjang. Rentang waktu belajar dan
desain pelajarannya harus benar-benar difikirkan masak-masak.
Tanpa perawatan yang baik, media cetak akan cepat rusak,
hilang, atau musnah

19

DAFTAR PUSTAKA

Andreson, Ronal H. 1987. Pemilihan Dan Pengembangan Media


Untuk Pembelajaran. Jakarta: Rajawali.
Arsyad, Azhar. 2014. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Grafindo
Persada.
Djamarah, Saiful Bahri. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan. (Cetakan Ke-7)
Bandung: Penerbit PT Citra Aditya Bakti.
Heinich, dkk. 1982. Instructional Media and The new Technologies of Instruction.
New York: Jhon Wiley & Sons.
Webster, Merriam. 1983. Websters Ninth New Collegiate Dictionary, Merriam
Webster Inc.
Wena, Made. 2012. Strategi pembelajaran inovatif Kontemporer, Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional. Jakarta: PT Bumi Aksara.

20

Anda mungkin juga menyukai