Anda di halaman 1dari 20

Konsep Dasar Media Pembelajaran

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Media Pembelajaran Matematika


Dosen Pengampuh: Ibu Melisa Mutiara Lestari Pulo, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 1
Zainun Yunus (411420044)

Renata Hulopi (411420033)

Nurul Pakaya (411420003)

Berlian Sataruno (

Kelas D/Semester 5

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat kehadirat rahmat
dan hidayah-Nyalah sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan tepat waktu guna
memenuhi tugas mata kuliah “Media Pembelajaran Matematika”.

Makalah ini menjelaskan tentang konsep dasar media pembelajaran. Kami adalah seorang
pelajar maka kami tak henti-hentinya menginginkan bimbingan dari ibu dosen agar senantiasa
mengkritisi kesalahan kami. Rasa terima kasih kami ucapkan kepada teman-teman yang
senantiasa mendukung dan memotivasi kami untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Kami sadar sepenuhnya masih banyak kekurangan yang terdapat pada makalah ini, maka
dari itu kami sangat berharap kritik dan saran yang membangun dari teman-teman sekalian.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang membaca makalah ini
meskipun terdapat banyak kekurangan didalamnya.

Gorontalo, September 2022

Kelompok 1
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian media pembelajaran?
2. Apa landasan teori dari media pembelajaran?
3. Bagaimana ciri-ciri media pembelajaran?
4. Apa fungsi media pembelajaran?
5. Apa mamfaat/kegunaan media pembelajran?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan pengertian media pembelajara
2. Untuk menjelaskan landasan teori dari media pembelajaran
3. Untuk menjelaskan ciri-ciri media pembelajaran
4. Untuk menjelaskan media pembelajaran
5. Untuk menjelaskan mamfaat/kegunaan media pembelajran
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti: tengah,
perantara, atau pengantar. Dalam bahasa arab media adalah perantara atau pengantar
pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Kondisi yang membuat pebelajar (siswa)
mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini guru,
buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus pengertian
media dalam proses pembelalaran cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis,
photografis, atau elektronis, untuk menangkap, rnemproses, dan menyusun kembali
Informasi visual atau verbal.

Pembelajaran adalah suatu proses dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu
perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Lefudin, 2017). Media pembelajaran adalah
alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi
dan interaksi antara pengajar dan pembelajaran dalam proses pembelajran dikelas
(Sanaky, 2013).

Media pembelajaran mempunyai beberapa pengertian. Menurut Newby, Stepich,


Lehman & Russel (2000:10), media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
membawa pesan untuk pencapaian tujuan pembelajaran. Tujuan penggunaan media
pembelajaran adalah untuk mempermudah komunikasi dan meningkatkan hasil belajar.
Gagne & Reiser (1983:49) menyatakan bahwa “instructional media are the physical
means by which an instructional message is communication”, (media pembelajaran
meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pembelajaran).
Gagne & Briggs (1979:19) mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang
secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pembelajaran, yang terdiri dari
buku, tape recorder, kaset, video, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto,
gambar, grafik, televisi, dan komputer. Dengan kata lain, media adalah komponen
sumber belajar atau wahana fisik yang mengadung materi instruksional di lingkungan
siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.

Pengertian media pembelajaran menurut Winkel (2009:318), media pembelajaran


diartikan sebagai suatu sarana non personal (bukan manusia) yang digunakan atau
disediakan oleh pengajar, yang memegang peranan dalam proses belajar mengajar untuk
mencapai tujuan instruksional. Menurut Rossie & Breidle dalam Wina Sanjaya
(2008:163) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan
yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran,
majalah, dan sebagainya.

Berbicara mengenai media tentunya kita akan mempunyai cakupan yang sangat luas,
oleh karena itu saat ini masalah media kita batasi ke arah yang relevan dengan masalah
pembelajaran saja atau yang dikenal sebagai media pembelajaran. Menurut National
Education Association (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah
“sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi
perangkat keras.” Pendapat Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran
adalah ”Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan
pembelajaran”.

Media pembelajaran terdiri dari dua kata, yaitu kata “media” dan “pembelajaran”.
Kata media secara harfiah berarti perantara atau pengantar; sedangkan kata pembelajaran
diartikan sebagai suatu kondisi untuk membantu seseorang melakukan status kegiatan
belajar. Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan
dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran.
Dari definisi-definisi yang telah dikemukakan tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa pengertian media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat,
pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar. Setiap
media pembelajaran merupakan suatu sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Didalamnya terkandung informasi yang mungkin didapatkan dari internet,
buku, film, televisi, dan sebagainya yang dapat dikomunikasikan kepada orang
lain/pebelajar

B. Landasan Teori
1. Teori Media
Definisi media menurut para ahli:
 Menurut Kozma, Belle & Williams (1991): Media dapat didefinisikan dari
teknologinya, sistem simbol dan kemampuan memprosesnya. Yang paling
menonjol sifat-sifat dari medium adalah teknologinya, aspek mekanikal dan
elektrikalnya yang menentukan fungsinya, dan dalam hal tertentu menyangkut
bentuk dan tampilan fisik lainnya.
 Menurut pendapat Smaldino, Russel, Heinich, & Molenda (2008) menyatakan
bahwa: Media, bentuk jamak dari medium adalah alat komunikasi. Diperoleh
dari bahasa latin medium (antara), istilah ini mengacu pada segala sesuatu yang
dapat menyampaikan informasi antara sumber dan penerima. Enam kategori
pokok dari media adalah: teks, audio, tampilan, video, tiruan (objek) dan
manusia. Tujuan dari media untuk memfasilitasi komunikasi dan pembelajaran.
 Menurut Gerlach dan Ely secara umum media itu meliputi orang, bahan,
peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa
memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan sikap.
 Association for Educational Communications and Technology (1977)
mendefinisikan media sebagai segala bentuk yang digunakan untuk
menyalurkan informasi. Dalam bahasa Latin, media dari kata medius yang
berarti tengah, perantara, atau pengantar. Sedangkan dalam bahasa Arab, media
berarti perantara, atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
 Bovee (1997) menyatakan media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi
menyampaikan pesan.
 Romiszowsky (1988) menyatakan bahwa media adalah sesuatu yang berfungsi
sebagai pembawa pesan yang disampaikan oleh sumber misalnya manusia atau
sumber lain kepada penerima pesan dalam hal ini adalah siswa.
 Criticos (1996) menyatakan media merupakan salah satu komponen
komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju
komunikan.
 Bretz (1977) yang mengatakan bahwa media adalah sesuatu yang terletak di
tengah-tengah yang menghubungkan semua pihak yang membutuhkan
terjadinya hubungan.
2. Teori Gaya Belajar
 Pengertian Gaya Belajar
Pritchard dalam Yaumi (2013) mendefinisikan gaya belajar, yaitu cara
belajar seseorang dengan menggunakan alat/strategi yang biasa dilakukan dan
disukai atau terbaik untuk berpikir, memperoleh pengetahuan, keterampilan,
memproses informasi/pengetahuan dan mendemonstrasikan pembelajaran.
Sejalan dengan pendapat menurut Honey dan Mumford (1992) yang dikutip
oleh Yusof, Othman & Karim (2005) yang mendefinisikan bahwa gaya belajar
adalah kecenderungan cara pembelajaran seseorang yang ditentukan oleh gaya
pembelajaran yang dijadikan sebagai petunjuk terhadap sikap dan tingkah
lakunya dalam pembelajaran. Gaya belajar dapat dikatakan sebagai suatu
kebiasaan seseorang dalam belajar dengan sikap dan tingkah lakunya dalam
belajar sesuai dengan strategi gaya pembelajarannya.
Gaya belajar menurut Nasution (2013) adalah sikap siswa dalam
menggunakan impuls-impuls atau dorongan-dorongan pada proses
pembelajaran dan reaksi siswa dalam proses belajar. Pendapat tersebut sejalan
dengan pendapat gaya belajar menurut DePorter dan Hernacki dalam Dirman &
Juarsih (2014), yaitu perpaduan bagaimana cara atau sikap siswa dalam
menerima, memahami kemudian mengatur dan mengolah informasi yang
diterimanya. Gaya belajar disini lebih mengarah kepada cara atau sikap siswa
dalam merespon impuls-impuls yang diberikan dalam pembelajaran.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya
adalah bagaimana cara atau sikap yang dilakukan oleh siswa sedangkan belajar
adalah suatu proses dalam memperoleh ilmu. Gaya belajar adalah sikap atau
cara belajar yang dilakukan siswa agar informasi/ilmu dapat ia terima dengan
baik dan memahaminya kemudian mengolahnya dan menyampaikan
informasi/ilmu tersebut kepada yang lain agar ilmu tersebut bermafaat.
 Macam-Macam Gaya Belajar
Menurut Bobbi De Poter & Mike Hernacki secara umum gaya belajar
manusia dibedakan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu gaya belajar visual,
gaya belajar auditorial dan gaya belajar kinestetik.
a) Gaya Belajar Visual
Menurut Bobbi De Poter & Mike Hernacki yang dikutip oleh
Sukadi, berdasarkan arti katanya, Gaya belajar visual adalah gaya belajar
dengan cara melihat, mengamati, memandang, dan sejenisnya. Kekuatan
gaya belajar ini terletak pada indera penglihatan. Bagi orang yang
memiliki gaya ini, mata adalah alat yang paling peka untuk menangkap
setiap gejala atau stimulus (rangsangan) belajar.
Orang dengan gaya belajar visual senang mengikuti ilustrasi,
membaca instruksi, mengamati gambar-gambar, meninjau kejadian secara
langsung, dan sebagainya. Hal ini sangat berpengaruh terhadap pemilihan
metode dan media belajar yang dominan mengaktifkan indera penglihatan
(mata).
Gaya belajar visual adalah gaya belajar dengan cara melihat
sehingga mata sangat memegang peranan penting. Gaya belajar secara
visual dilakukan seseorang untuk memperolah informasi seperti melihat
gambar, giagram, peta, poster, grafik, dan sebagainya. Bisa juga dengan
melihat data teks seperti tulisan dan huruf. Seorang yang bertipe visual,
akan cepat mempelajari bahan-bahan yang disajikan secara tertulis, bagan,
grafik, gambar. Pokoknya mudah mempelajari bahan pelajaran yang dapat
dilihat dengan alat penglihatannya. Sebaliknya merasa sulit belajar apabila
dihadapkan bahan-bahan bentuk suara, atau gerakan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa
orang yang menggunakan gaya belajar visual memperoleh informasi
dengan memanfaatkan alat indera mata. Orang dengan gaya belajar visual
senang mengikuti ilustrasi, membaca instruksi, mengamati gambar-
gambar, meninjau kejadian secara langsung, dan sebagainya.
b) Gaya Belajar Auditorial
Gaya belajar auditorial adalah gaya belajar dengan cara
mendengar. Orang dengan gaya belajar ini, lebih dominan dalam
menggunakan indera pendengaran untuk melakukan aktivitas belajar.
Dengan kata lain, ia mudah belajar, mudah menangkap stimulus atau
rangsangan apabila melalui alat indera pendengaran (telinga). Orang
dengan gaya belajar auditorial memiliki kekuatan pada kemampuannya
untuk mendengar. Oleh karena itu, mereka sangat mengandalkan
telinganya untuk mencapai kesuksesan belajar, misalnya dengan cara
mendengar seperti ceramah, radio, berdialog, dan berdiskusi. Selain itu,
bisa juga mendengarkan melalui nada (nyanyian/lagu).
Anak yang bertipe auditorial, mudah mempelajari bahan-bahan
yang disajikan dalam bentuk suara (ceramah), begitu guru menerangkan ia
cepat menangkap bahan pelajaran, disamping itu kata dari teman (diskusi)
atau suara radio/casette ia mudah menangkapnya. Pelajaran yang disajikan
dalam bentuk tulisan, perabaan, gerakan-gerakan yang ia mengalami
kesulitan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa
orang yang menggunakan gaya belajar Auditorial memperoleh informasi
dengan memanfaatkan alat indera telinga. Untuk mencapai kesuksesan
belajar, orang yang menggunakan gaya belajar auditorial bisa belajar
dengan cara mendengar seperti ceramah, radio, berdialog, dan berdiskusi.
c) Gaya belajar Kinestetik
Gaya belajar kinestetik adalah gaya belajar dengan cara bergerak,
bekerja, dan menyentuh. Maksudnya ialah belajar dengan mengutamakan
indera perasa dan gerakan-gerakan fisik. Orang dengan gaya belajar ini
lebih mudah menangkap pelajaran apabila ia bergerak, meraba, atau
mengambil tindakan. Misalnya, ia baru memahami makna halus apabila
indera perasanya telah merasakan benda yang halus.
Individu yang bertipe ini, mudah mempelajari bahan yang berupa
tulisan-tulisan, gerakan-gerakan, dan sulit mempelajari bahan yang berupa
suara atau penglihatan. Selain itu, belajar secara kinestetik berhubungan
dengan praktik atau pengalaman belajar secara langsung.
Dari pengertian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa orang
yang menggunakan gaya belajar kinestetik memperoleh informasi dengan
mengutamakan indera perasa dan gerakan-gerakan fisik. Individu yang
mempunyai gaya belajar kinestetik mudah menangkap pelajaran apabila ia
bergerak, meraba, atau mengambil tindakan. Selain itu dengan praktik atau
pengalaman belajar secara langsung.
 Ciri-Ciri Gaya Belajar
Pada dasarnya, dalam diri setiap manusia terdapat tiga gaya belajar. Akan
tetapi ada di antara gaya belajar yang paling menonjol pada diri seseorang.
Disini peneliti membahas tiga ciri gaya belajar, yaitu ciri gaya belajar Visual,
Auditorial dan Kinestetik.
a) Ciri-ciri yang menonjol dari mereka yang memiliki tipe gaya belajar
Visual:
 Senang kerapian dan ketrampilan.
 Jika berbicara cenderung lebih cepat.
 Ia suka membuat perencanaan yang matang untuk jangka panjang.
 Sangat teliti sampai ke hal-hal yang detail sifatnya.
 Mementingkan penampilan, baik dalam berpakaian maupun
presentasi.
 Lebih mudah mengingat apa yang di lihat, dari pada yang di dengar.
 Mengingat sesuatu dengan penggambaran (asosiasi) visual.
 Ia tidak mudah terganggu dengan keributan saat belajar (bisa
membaca dalam keadaan ribut sekali pun).
 Ia adalah pembaca yang cepat dan tekun.
 Lebih suka membaca sendiri dari pada dibacakan orang lain.
 Tidak mudah yakin atau percaya terhadap setiap masalah atau
proyek sebelum secara mental merasa pasti.
 Suka mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon atau
dalam rapat.
 Lebih suka melakukan pertunjukan (demonstrasi) dari pada
berpidato.
 Lebih menyukai seni dari pada musik.
 Sering kali mengetahui apa yang harus dikatakan, akan tetapi tidak
pandai memilih kata-kata.
 Kadang-kadang suka kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin
memperhatikan.

Ciri-ciri bahasa tubuh yang menunjukkan seseorang gaya belajar


Visual yaitu biasanya duduk tegak dan mengikuti penyaji dengan matanya.

b) Ciri-ciri yang menonjol dari mereka yang memiliki tipe gaya belajar
Auditorial:
 Saat bekerja sering berbicara pada diri sendiri.
 Mudah terganggu oleh keributan atau hiruk pikuk disekitarnya
 Sering menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan dibuku ketika
membaca.
 Senang membaca dengan keras dan mendengarkan sesuatu.
 Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna
suara dengan mudah.
 Merasa kesulitan untuk menulis tetapi mudah dalam bercerita.
 Biasanya ia adalah pembicara yang fasih.
 Lebih suka musik dari pada seni yang lainnya.
 Lebih mudah belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang
didiskusikan dari pada yang dilihat.
 Suka berbicara, berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu dengan panjang
lebar.
 Lebih pandai mengeja dengan keras dari pada menuliskannya.

Ciri-ciri bahasa tubuh yang menunjukkan seseorang gaya belajar


Auditorial yaitu sering mengulang dengan lembut kata-kata yang di
ucapkan penyaji, atau sering menggunakan kepalanya saat fasilitator
menyajikan informasi lisan. Pelajar tipe ini sering “memainkan sebuah
kaset dalam kepalanya” saat ia mencoba mengingat informasi. Jadi,
mungkin ia akan memandang ke atas saat ia melakukannya.

c) Ciri-ciri yang menonjol dari mereka yang memiliki tipe gaya belajar
kinestetik:
 Berbicara dengan perlahan
 Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka
 Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang
 Selalu berorientasi dengan sifik dan banyak bergerak
 Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
 Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca
 Banyak menggunakan isyarat tubuh
 Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama
 Memungkinkan tulisannya jelek
 Ingin melakukan segala sesuatu
 Menyukai permainan yang menyibukkan.

Ciri-ciri bahasa tubuh yang menunjukkan seseorang gaya belajar


Kinestetik yaitu sering memnunduk saat ia mendengarkan.

 Strategi Untuk Mempermudah Gaya Belajar


a) Strategi untuk mempermudah gaya belajar Visual:
Secara sederhana kita dapat menyesuaikan cara mengajar kita
dengan gaya belajar siswa, di antaranya untuk siswa visual :
 Gunakan kertas tulis dengan tulisan berwarna dari pada papan tulis.
Lalu gantunglah grafik berisi informasi penting di sekeliling ruangan
pada saat anda menyajikannya, dan rujuklah kembali grafik itu nanti.
 Dorong siswa untuk menggambarkan informasi, dengan
menggunakan peta, diagram, dan warna. Berikan waktu untuk
membuatnya.
 Berdiri tenang saat penyajikan segmen informasi, bergeraklah
diantara segmen.
 Bagikan salinan frase-frase kunci atau garis besar pelajaran, sisakan
ruang kosong untuk catatan.
 Beri kode warna untuk bahan pelajaran dan perlengkapan, dorong
siswa menyusun pelajaran mereka dengan aneka warna.
 Gunakan bahan ikon dalam presentasi anda, dengan mencipkan
simbol visual atau ikon yang mewakili konsep kunci.
b) Strategi untuk mempermudah gaya belajar auditorial :
Secara sederhana kita dapat menyesuaikan cara mengajar kita
dengan gaya belajar siswa, di antaranya untuk siswa auditorial adalah
 Gunakan variasi vokal (perubahan nada, kecepatan, dan volume)
dalam presentasi.
 Ajarkan sesuai dengan cara anda menguji : jika anda menyajikan
informasi delam urutan atau format tertentu, ujilah informasi itu
dengan cara yang sama.
 Gunakan pengulangan, minta siswa menyebutkan kembali konsep
kunci dan petunjuk.
 Setelah tiap segmen pengajaran, minta siswa memberitahu teman di
sebelahnya satu hal yang dia pelajari.
 Nyanyikan konsep kunci atau minta siswa mengarang lagu/rap
mengenai konsep itu.
 Kembangkan dan dorong siswa untuk memikirkan jembatan keledai
untuk menghafal konsep kunci.
 Gunakan musik sebagai aba-aba untuk kegiatan rutin.
c) Strategi untuk mempermudah gaya belajar kinestetik :
Secara sederhana kita dapat menyesuaikan cara mengajar kita
dengan gaya belajar siswa, di antaranya untuk siswa kinestetik adalah :
 Gunakan alat bantu saat mengejar untuk menimbulkan rasa ingin
tahu dan menekankan konsep-konsep kunci.
 Ciptakan simulasi konsep agar siswa mengalaminya.
 Jika bekerja dengan siswa perseorangan, berikan bimbingan paralel
dengan duduk di sebelah mereka, bukan di depan atau belakang
mereka.
 Cobalah berbicara dengan setiap siswa secara pribadi setiap hari,
sekalipun hanya salam kepada para siswa saat mereka masuk atau
“ibu senang kamu berpartisipasi” atau mereka keluar kelas
 Peragakan konsep sambil memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mempelajarinya langkah demi langkah.
 Ceritakan pengalaman pribadi mengenai wawasan belajar anda
kepada siswa, dan dorong mereka untuk melakukan hal yang sama.
 Izinkan siswa berjalan-jalan di kelas jika situasi memungkinkan.

C. Ciri-Ciri Media Pembelajaran


Gerlach & Ely (1971) mengemukakan tiga ciri media yang meru pakan petunjuk
mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang
mungkin guru tidak mampu melakukannya.

1. Ciri Fiksatif (Fixative Property)


Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan,
dan merekonstruksi, suatu peristiwa atau objek. Suatu peristiwa atau objek dapat
diurut dan disusun kembali dengan media, seperti fotografi, videotape, audio tape,
disket komputer, compact disk, dan film. Suatu objek yang telah diambil gambarnya
(direkam) dengan video atau video kamera dengan mudah dapat direproduksi dengan
mudah kapan saja diperlukan. Dengan ciri fiksatif ini, media memungkinkan suatu
rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada satu waktu tertentu ditransportasikan
tanpa mengenal waktu.
2. Ciri Manipulatif (Manipulative Property)
Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri
manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada
siswa dalan waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse
recording, misalnya bagaimana proses larva menjadi kepompong kemudian menjadi
kupu-kupu dapat dipercepat dengan teknik rekaman fotografi tersebut. Di samping
dapat dipercepat, suatu kejadian dapat pula diperlambat pada saat menayangkan
kembali hasil suatu rekaman video; misalnya proses sunami atau reaksi kimia dapat
diamati melalui kemampuan manipulatif dari media.
3. Ciri Distributif (Distributive Property)
Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian
ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan
kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama
mengenai kejadian itu. Dewasa ini, distribusi media tidak hanya terbatas pada satu
kelas atau beberapa kelas pada sekolah-sekolah di dalam suatu wilayah tertentu, tetapi
juga media Itu misalnya rekaman video, disket komputer dapat di sebar ke seluruh
penjuru tempat yang diinginkan kapan saja.

D. Fungsi Media Pembelejaran


Levie dan Lentz (1982) mengemukakan empat fungsi media pem belajaran,
khususnya media visual, yaitu (a) fungsi atensi; (b) fungsi afektif; (c) fungsi kognitif; dan
(d) fungsi kompensatoris.

1. Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan meng arahkan
perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan
makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Sering kali pada
awal pelajaran siswa tidak tertarik dengan materi pelajaran atau materi pelajaran itu
merupakan salah sa tu pelajaran yang tidak disenangi oleh mereka sehingga mereka
tidak memperhatikan.
2. Fungsi efektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar
(atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah
emosi dan sikap siswa, misalnya in formasi yang menyangkut masalah sosial atau ras
3. Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang
mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan
untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan.
4. Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil pene litian bahwa media
visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah
dalam membaca untuk mengorgani sasikan informasi dalam teks dan mengingatnya
kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasi
siswa yang lemah dan lambat menerima serta memahami isi pelajaran yang disaji kan
dengan teks atau disajikan secara verbal.

Media pembelajaran menurut Kemp & Dayton (1985) dapat memenuhi tiga fungsi utama
apabila media itu digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok yang besar
jumlahnya, yaitu: (1) memotivasi minat atau tindakan; (2) menyajikan informasi; dan (3)
memberi instruksi. Untuk memenuhi fungsi motivasi, media pembelajaran dapat
direalisasikan dengan teknik drama atau hiburan.

E. Kegunaan/Manfaat Media Pembelajaran


Sudjana dan Riva’I (1992) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam
proses belajar siswa, yatu:

1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan


motivasi belajar siswa
2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh
siswa dan memungkinkannya menguasai serta mencapai tujuan pembelajaran.
3. Metode mengajar akan lebih bervariasi,tidak semata-mata komunikasi verbal melalui
penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan
tenaga, apalagi kalau guru mengajar padasetiap jam pelajaran
4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan,
mendemonstrasikan , dan memerankan.

Encyclopedia of Educational Research dalam Hamalik (1994) merinci manfaat media


pembelajaran, sebagai berikut:
1. Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir, oleh karena itu mengurangi
verbalisme
2. Memperbesar perhatian siswa
3. Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena itu
membuat pelajaran lebih mantap
4. Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri
dikalangan siswa
5. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu, terutama melalui gambar hidup
6. Membantu tumbuhnya pengertian yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, serta
membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak belajar.

Dari uraian dan pendapat beberapa aahli diatas, dapatlah disimpulkan manfaat praktis
dari penggunaan media pembelajaran didalam proses belajar mengajar, sebagai berikut:

1. Media pembelajaran dapat memperjelas menyajian pesan dan informasi sehingga


dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar
2. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga
dapat menimbulkan motivasi belajar, interkasi yang lebih langsung antara siswa dan
lingkungannya, serta kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan
kemampuan dan minatnya
3. Media pembelajaran dapat mmengatasi keterbatasan indra, ruang dan waktu
4. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang
peristiwa-peristiwa dilingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi
langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya misalnya melalui karyawisata,
kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun binatang.
BAB III

PEMBAHASAN
A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Sumiharsono, Rudy & Hasanah, Hisbiyatul (2017). “Media Pembelajaran”. Jawa Timur :
Pustaka Abadi

Kristanto, Andi (2016). “Media Pembelajaran”. Jawa Timur : Bintang Sutabaya.

Alti, R. Mudia dkk (2022). “Media Pembelajaran”. Padang : PT Global Eksekutif Teknologi

Kustandi, Cecep & Darmawan, Daddy (2020). “Pengembangan Media Pembelajaran Konsep &
Aplikasi Pengembangan Media Pembelajaran bagi Pendidik di Sekolah dan
Masyarakat”. Jakarta : Kencana

Anda mungkin juga menyukai