Anda di halaman 1dari 16

Toy-mediated distraction : Clarifying the role of distraction agent

and preneedle distress in toddlers


Teknik distraksi melalui mainan : Pengaruh peranan media distraksi
dan stress sebelum injeksi pada anak-anak
Journal Review
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Profesi Stase Keperawatan Anak

Disusun Oleh :
Said Fatqol Bani

J 230 155 057

Risanti Astika Putri

J 230 155 062

Oktarina Rohatami

J 230 155 071

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

ANALISIS JURNAL
Judul jurnal

: Toy-mediated distraction : Clarifying the role of

Judul jurnal

distraction agent and preneedle distress in toddler


: Teknik distraksi melalui mainan : Pengaruh peranan
media distraksi dan stress sebelum injeksi pada anak-

Penulis

anak
: Jessica Hillgrove-Stuart MA, Rebecca Pillai Riddell,

Dipublikasikan

Rachel Horton MA, Saul Greenberg MD


: 2013

A. Latar Belakang
1. Latar Belakang Pemilihan Jurnal
Hospitalisasi pada anak merupakan proses karena suatu alasan yang
berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit
menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali ke rumah.
Selama proses tersebut, anak dapat mengalami berbagai kejadian yang
menunjukkan pengalaman yang sangat trauma dan penuh dengan stres
(Nursalam, 2005).
Sebagian besar proses keperawatan membuat anak menjadi takut bahkan
trauma. Perawatan atraumatik adalah bentuk perawatan terapeutik yang
bukan merupakan bentuk intervensi yang nyata terlihat tetapi berfokus pada
prosedur yang dilakukan pada anak yang diberikan oleh tenaga kesehatan
dalam pelayanan asuhan keperawatan anak melalui penerapan tindakan yang
bertujuan mencegah atau mengurangi trauma fisik maupun trauma
psikologis yang dirasakan anak (Supartini, 2007).
Hasil penelitian dari Sherlock (1990) dalam Supartini (2007)
menunjukkan bahwa lingkungan rumah sakit yang dapat menimbulkan
trauma pada anak adalah lingkungan fisik rumah sakit, tenaga kesehatan
baik dari sikap maupun pakaian putih, alat-alat yang digunakan, dan
lingkungan sosial antar sesama pasien. Dengan adanya stresor tersebut,
distres yang dapat dialami anak adalah gangguan tidur, pembatasan
aktivitas, perasaan nyeri, dan suara bising, sedangkan distres psikologis

mencakup kecemasan, takut, marah, kecewa, sedih, malu, dan rasa bersalah.
Dengan adanya distress pada anak maka akan menyebabkan proses asuhan
keperawatan kurang optimal. Berbagai upaya dapat dilakukan untuk
mengurangi stressor pada anak, salah satunya melalui sebuah terapi
bermain. Terapi bermain dapat dijadikan sebagai salah satu intervensi untuk
mengurangi stress pada anak yang akan dilakukan dilakukan tindakan
injeksi, dengan memodifikasi permainan.
Dari hasil studi pendahuluan tanggal 16-18 November 2015 yang
dilakukan di ruang Menur RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, terdapat 4
pasien berusia 2 tahun, 2 pasien berusia 1 tahun, dan 2 pasien berusia 8
bulan, yang menangis serta menolak untuk di injeksi. Di ruangan tersebut
belum ada tindakan untuk mengurangi cemas pada anak yang akan di
injeksi. Sehingga kami tertarik untuk menggunakan terapi distraksi dengan
permainan untuk mengurangi cemas saat akan disuntik.
2. Latar Belakang Penelitian Dalam Jurnal
Menangis dan menjerit merupakan dampak dari stress sebelum dilakukan
tindakan injeksi. Metode terapi bermain dengan cara pengalihan melalui
media mainan ataupun video dapat digunkan untuk mengurangi stressor
pada anak. Dengan metode ini, diharapkan anak akan leih berfokus pada
mainan atau video daripada tindakan yang dilakukan. Tujuan utama adalah
untuk menentukan apakah metode distraksi dengan permainan mampu
mengurangi distress pada anak yang akan dilakukan injeksi. Dari berbagai
studi pendahuluan disebutkan bahwa penggunaan media video atau
permainan menunjukkan hasil yang samar-samar karena adanya faktor dari
orang tua yang mendampingi anak dalam perawatan. Metode distraksi
dengan permainan tampaknya lebih efektif daripada melalui pemutaran
video untuk mengurangi kecemasan dan nyeri saat dilakukan injeksi pada
anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kembali bagaimana
keefektifan metode distraksi melalui permainan terhadap agen stress
sebelum dilakukan tindakan injeksi pada anak.
B. Tujuan

1. Tujuan Review Jurnal


Tujuan review jurnal ini adalah untuk memberikan informasi mengenai
teknik distraksi dengan permainan dalam mengurangi stress ketika akan
dilakukan injeksi dalam masa perawatan di rumah sakit. Tujuan lain adalah
untuk mengevaluasi keefektifan penerapan intervensi teknik distraksi
melalui media permainan untuk mengurangi agen stress sebelum dilakukan
tindakan injeksi pada anak.
2. Tujuan Penelitian Dalam Jurnal
Tujuan dari penelitian dalam jurnal ini adalah untuk menentukan apakah
metode distraksi dengan permainan mampu mengurangi distress pada anak
yang akan dilakukan injeksi.
C. Metode
1. Desain Penelitian
Desain penelitian dalam jurnal ini menggunakan desain quasi
eksperimental dengan post test design. Perlakuan pada kelompok distraksi
dengan metode permainan adalah sebagai berikut :
a. Kelompok perawatan khusus (kontrol)
1) Anak dan orang tua masuk ke ruang pemeriksaan
2) Menyiapkan alat untuk injeksi
3) Orang tua bertugas memegangi anak dan berinteraksi dengan anak
mereka
4) Mengusap area yang akan diinjeksi dengan kapas alkohol
5) Melakukan injeksi, saat injeksi orang tua tidak diperbolehkan
memberikan mainan.
6) Menilai respon anak mulai dari saat diusap alkohol, saat dilakukan
penyuntikan, dan 1 menit setelah selesai injeksi.
b. Kelomok distraksi yang diarahkan peneliti
1) Anak dan orang tua masuk ke dalam ruang pemeriksaan
2) Menyiapkan alat untuk injeksi
3) Orang tua bertugas memegangi anaknya
4) Peneliti memberitahu orang tua, bahwa peneliti akan memberikan
mainan saat anak diinjeksi agar anak berfokus pada mainan
5) Peneliti memerintahkan pada anak untuk memainkan mainan saat
dokter memulai prosedur injeksi diawali dengan mengusap tempat
suntikan dengan alkohol sampai 1 menit setelah injeksi dan dilakukan
pengamatan terhadap respon anak.

6) Peneliti tetap mengawasi permainan anak dan selalu memberikan


perintah verbal agar anak tetap memainkan mainan tersebut sampai
selesai prosedur injeksi.
c. Kelompok yang distraksi diarahkan orang tua
1) Anak dan orang tua masuk ke dalam ruang pemeriksaan
2) Menyiapkan alat untuk injeksi
3) Orang tua memegangi anaknya
4) Peneliti memberitau orang tua untuk memfokuskan anak pada mainan
yang akan dipegang oleh orang tua
5) Orang tua memerintahkan anak untuk memainkan mainan yang
dipegang oleh orang tua, dokter memulai prosedur injeksi diawali
dengan mengusap area injeksi dengan kapas alkohol
6) Dilakukan pengamatan terhadap respon anak mulai dari saat anak
dusap dengan kapas alkohol, di injeksi dan 1 menit setelah injeksi
selesai
7) Orang tua bertanggung jawab selalu mengawasi anak dan
memberikan perintah kepada anak agar tetap memainkan mainan
selama prosedur injeksi
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah 99 anak balita yang diberikan
imunisasi dan dibagi menjadi 3 kelompok. Cara pengambilan sampel pada
penelitian ini menggunakan metode random sampling. Kriteria inklusi dari
penelitian ini adalah :
a. Anak-anak yang dilakukan tindakan imunisasi di klinik daerah Toronto,
Ontario
b. Anak-anak yang mengalamin cemas rendah atau tidak mengalami cemas
yang tinggi selama tindakan injeksi
c. Anak-anak dengan usia 12-36 bulan
Kriteria Eksklusi :
a. Anak dengan keterlambatan kognitif
b. Anak yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 36 minggu
3. Instrumen dan alat ukur
a. Instrumen
1) Satu video yang ditempatkan pada tripod
2) Mainan genggam berupa boneka yang digunakan sebagai distraktor
sesuai dengan usia anak.
3) Jika balita tidak aktif menggunakan mainan yang pasif misal kotak
musik.

b. Alat ukur
1) Pertanyaan demografi
Pertanyaan demografi berupa pertanyaan kepada orang tua dan
anaknya.

Orang

tua

diminta

untuk

menyelesaikan

kuisioner

demografis singkat mengenai informasi pribadi tentang dirinya


(meliputi : usia, jenis kelamin, latar belakang budaya), begitu juga
dengan anaknya meliputi data diri anaknya (meliputi : usia, jenis
kelamin, pengalaman injeksi sebelumnya).
2) MBPS
Untuk menilai tingkat kesakitan yang dialami oleh anak yang di
injeksi. MBPS meliputi tiga penilaian yaitu ekspresi wajah, tangisan
dan gerakan tubuh. Untuk ekspresi wajah dan gerakan tubuh
menggunakan skala 0-3 (0 berarti ekspresi wajah tersenyum dan 0
juga berarti gerakan tubuh rileks). Tangisan menggunakan skala 0-4 (0
berarti anak tertawa dan 4 berarti anak sudah menangis sebelum di
injeksi). Ketiga nilai tersebut dijumlahkan sebagai nilai skor nyeri
( skala 0-10).
MBPS digunakan untuk mengukur nyeri dengan rentang waktu 15
detik, 15 detik pertama dinilai saat anak mulai diusap dengan alkohol,
15 detik yang kedua dinilai ketika jarum mulai disuntikkan, dan 15
detik yang ketiga dinilai setelah 1 menit selesai injeksi.
3) MAISD
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur perilaku orang tua saat
anaknya dilakukan injeksi. Pada penelitian ini perilaku meliputi
menawarkan

mainan,

menawarkan

minuman,

memberikan

kenyamanan fisik, menimang dan berkomunikasi dengan anak.


Peilaku orang tua yang memperhatikan anaknya diberi nilai 1 dan
yang tidak melakukan perlakuan diberi nilai 0.
D. Hasil
Pengumpulan data dilaksanakan selama 11 bulan (Agustus 2007 sampai
Juni 2008), dan sampel akhir terdiri dari 99 anak. Analisa utama dalam
penelitian ini menggunakan skor nyeri yang berhubungan dengan kecemasan
yaitu MBPS. Uji yang digunakan adalah ANOVA untuk menentukan perbedaan
antar kelompok (kelompok kontrol, kelompok dengan teknik distraksi oleh

peneliti dan kelompok dengan teknik distraksi oleh orang tua). Analisa
ANOVA dilakukan pada dua penilaian kecemasan, yang pertama kecemasan
saat jarum mulai disuntikkan dan yang kedua kecemasan dinilai 1 menit setelah
selesai tindakan injeksi.
TABEL 1
Nilai rata-rata nyeri saat jarum mulai disuntikkan
Kelompok
Tidak cemas
Cemas
Kontrol

7.650.33

9.640.39 8.660.26

Kelompok dengan teknik distraksi 8.110.34


oleh orangtua
Kelompok teknik distraksi oleh 8.050.41
peneliti
7.940.19

9.150.41 8.640.26
9.230.41 8.630.27
9.340.23

TABEL 2
Nilai rata-rata kesembuhan nyeri yaitu 1 menit setelah injeksi selesai
Kelompok
Kontrol

Tidak cemas
5.610.53

Kelompok dengan teknik distraksi 4.720.56


oleh orangtua
Kelompok teknik distraksi oleh 5.400.53
peneliti
5.240.312

Cemas
7.060.64

6.330.41

7.080.66

6.470.42

7.540.66

5.90.43

7.2250.38

1. Analisa utama : nyeri dan cemas pada anak antar kelompok dan dasar
kondisi cemas
Tabel 32 antara kelompok ANOVA dilakukan untuk menentukan
apakah anak berkurang rasa sakitnya dan regulasi skor signifikan terdapat
perbedaan antara kelompok perlakuan serta seluruh kondisi distress dasar.
Tidak ada efek utama dari kondisi pengobatan pada toddler atau peraturan
skor distress (F [2, 92] = 0,001, P = 0,999;F [2, 92] = 0,483, P = 0,619,
masing-masing). Namun, ada efek dasar untuk kondisi distress dasar untuk
kedua reaktivitas balita dan skor pemulihan distress (F [1, 92] = 21,86, P
<0,001; F [1, 92] =16,45,P <0,001, masing-masing). Anak sebelum disuntik
memiliki reaktivitas nyeri secara signifikan lebih tinggi dan pemulihan skor

(Tabel 1 danTabel 2). Tidak ada interaksi yang signifikan untuk analisis (F
[2, 92] = 0,990, P = 0,376; F [2, 92] = 0,315, P = 0.730, masing-masing).
2. Analisa Sekunder : Perilaku orang tua untuk menenangkan anak antar
kelompok
Analisis pertama yang diperiksa yaitu perilaku orang tuan yang
menenangkan anak selama pengusapan alkohol sebelum tahap injeksi. Tidak
ada perbedaan kelompok signifikan yang ditemukan antar salah satu
perilaku menenangkan untuk periode kali ini.
Analisis kedua setelah imunisasi diperiksa perilaku menenangkan
seluruh kondisi. Hanya satu perilaku (verbal) ditemukan menjadi signifikan
berbeda antara kondisi (F [2, 96] = 6,91; P<0,05).
E. Pembahasan
Studi ini adalah yang pertama untuk mengeksplorasi dampak distraksi
atau pengalihan menggunakan mainan untuk mengurangi rasa sakit pada balita
yang sedang dipegang oleh orang tua selama injeksi imunisasi. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa ketika orang tua memegang balitanya dengan mainan
genggam, terlepas dari apakah orang tua atau selain orangtuanya adalah
bagaimana mencegah kecemasan tersebut, tidak berbeda secara signifikan dari
perawatan biasa. Karena penelitian ini dikendalikan untuk menghilangkan
kecemasan, jenis mainan penghilang kecemasan yang dimana anak menjadi
aktif atau pasif. Mainan penghilang kecemasan di setiap kondisi, posisi anak
dan orangtua dalam keterlibatan anak dalam setiap kecemasan. Posisi balita
dan orang tua yaitu balita dalam pelukan orang tuanya.
Hasil penelitian ini konsisten dengan temuan Jahromi et al, Cramer
Berness dan Friedman dan MacLaren dan Cohen, dan bertentangan dengan
penelitian oleh Cohen dan Cohen dkk. Mayoritas studi tidak mendukung untuk
mengurangi kecemasan dengan menggunakan mainan musik genggam. Dalam
hipotesis peneliti menerangkan bahwa mainan musik genggam penghilang
kecemasan sejauh ini tidak terbukti efektif karena orangtua tidak mengalihkan
kecemasan anak dengan cara misalnya dengan perilaku kasih sayang dengan
mengusap/mengelus daerah yang di injeksi. Mengingat bahwa kita memastikan
semua orang tua yang memegang anak-anak mereka pada kedua kelompok
perilaku dan kelompok kontrol (yang memungkinkan orang tua diberi

kebebasan untuk menggunakan perilaku menenangkan selama kecemasan),


hipotesis ini tidak didukung. Jelaslah bahwa mainan penghilang kecemasan
bukan merupakan teknik yang efektif untuk mengurangi rasa sakit kecemasan
pada balita terkait setelah imunisasi.
Namun, mengingat bukti yang mendukung efektivitas mainan yang
bersuara lebih efektif untuk mengurangi respon nyeri pada anak, penting untuk
dicatat bahwa kecemasan dari luar dan dari dalam diri tidak harus dianggap
sebagai teknik yang tidak efektif. Penelitian ini diperlukan untuk menentukan
cara yang terbaik untuk mengurangi kecemasan pada anak yang menjalani
imunisasi secara rutin.
Dalam hal ini menjelaskan bahwa kurangnya perbedaan kelompok
kontrol dan kelompok perilaku anak yang mengalami kecemasan, orangtua
berperan penting dalam kondisi ini untuk menenangkan anak. Hal ini tidak di
dukung oleh penelitian bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam
orangtua menenangkan dan kontak perilaku menenangkan di setiap kondisi.
Jadi, ketika orang tua diberi kesempatan untuk memegang/menenangkan anak
mereka dengan posisi yang nyaman tidak signifikan lebih efektif dari
perawatan biasa atau kelompok kontrol. Selanjutnya, mengingat bahwa
kesulitan sebelum di injeksi adalah kejadian yang sudah biasa untuk anak usia
12 bulan. Peneliti juga meneliti dampak dari anak sebelum di injeksi akan
mengalami tekanan, reaktifitas nyeri dan nilai regulasi diperiksa secara terpisah
pada masing-masing kelompok perlakuan di sesuaikan dengan tingkat dasar
perilaku cemas pada anak yaitu tertekan atau tidak tertekan sebelum di injeksi.
Secara keseluruhan efek utama cemas sebelum di injeksi berkaitan
dengan reaktivitas rasa sakit dan nilai regulasi. Pada semua kelompok
perlakuan, anak yang sebelum disuntik yang mengalami kecemasan secara
signifikan lebih tertekan segera setelah disuntik dan 1 menit setelah disuntik
dibandingkan dengan anak yang tidak disuntik. Hasil temuan peneliti
menunjukkan bahwa kesakitan lebih tinggi pada saat setelah disuntik. Dan ini
tidak terlepas dari adanya mainan untuk mengurangi rasa nyeri menunjukkan
bahwa keseluruhan anak saat mengalami tekanan akan mengalami kecemasan

yang lebih tinggi saat sesudah disuntik daripada anak yang tidak mengalami
tekanan saat sebelum disuntik.
Pada temuan peneliti, muncul gagasan bahwa jika dokter melakukan cara
untuk memastikan anak tidak mengalami tekanan sebelum mencoba stimulus
yang menyakitkan, nyeri sebelum disuntik dapat dikurangi secara signifikan.
Hal ini menjadi kepercayaan yang umum bahwa sebelum disuntik akan
membuat kecemasan di usia 12 bulan dan beberapa anak akan datang ke dokter
selama perawatan imunisasi selanjutnya. Berdasarkan hasil peneliti, setiap
orang bisa memperkirakan bahwa lebih baik mengontrol nyeri saat jarum
disuntikkan tidak bisa mengurangi rasa sakit dalam jangka pendek tetapi juga
dalam jangka panjang karena mungkin ada yang kurang antisipatif (masa lalu
yang menyakitkan sat disuntik) sehingga skor nyeri sebelum disuntik rendah.
Untuk mengatasi kesulitan saat sebelum disuntik, tenaga ahli kesehatan yang
lebih profesional yang akan melakukan semua persiapan di luar ruangan
imunisasi. Tenaga kesehatan yang lebih profesional meminta orangtua untuk
mendekatkan diri dengan anaknya mengingat kedekatan orangtua saat sebelum
jarum disuntikkan akan membantu anak menjadi lebih tenang. Selanjutnya
memberikan pemberian minuman, asi, dan menggunakan anestesi lokal
sebelum prosedur tindakan jika memungkinkan. Metode untuk mengurangi
rasa sakit pada anak yang mengalami kecemasan selama prosedur tindakan
yang menyakitkan ini digunakan secara konsisten selama imunisasi, tindakan
ini dapat dicegah atau dapat dikurangi saat mengalami kecemasan dan
kesulitan pada saat imunisasi.
Ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, aspek dimana media
permainan yang mengganggu mungkin juga meberikan konstribusi terhadap
temuan null. Karena banyak anak-anak menjadi takut saat kontak dengan
tenaga kesehatan, akan berpotensi menglami kecemasan yang tinggi. Mungkin
dengan memperkenalkan mainan sebelum disuntik akan berbeda, akan lebih
efisien dalam mengalihkan perhatian dari dokter atau jarum suntik. Namun
untuk penelitian selanjutnya harus memperhitungkan kebiasaan anak saat
memperkenalkan mainan untuk memaksimalkan keterlibatan mainan dalam
mengurangi kecemasan serta nyeri saat disuntik. Hal ini juga penting untuk

dicatat di klinik anak yang berlokasi di daerah Toronto dengan status sosial
ekonomi yang lebih tinggi. Peneliti juga memeriksa apakah anak menjadi pasif
atau lebih aktif saat diberikan mainan

dalam mengurangi respon nyeri.

Akirnya masih belum jelas apakah tenaga kesehatan profesional yang lebih
terlatih seperti spesialis anak yang akan lebih efektif daripada seorang peneliti.
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa ketika orang tua
memegang anak mereka, mainan distraksi kecemasan tidak mengurangi rasa
sakit tetapi terlepas dari siapa pembawamainan membuat peningkatan
kecemasan. Selain itu, analisis sekunder peneliti menunjukkan bahwa mainan
yang digunakan saat sebelum disuntik yang mengalami tekanan kecemasan
memiliki skor nyeri tinggi terkait reaktivitas saat sakit berlangsung yaitu 15
detik setelah injeksi serta anak yang tidak disuntik tidak mengalami tekanan
kecemasan. Tetapi tindakan distraksi menggunakan mainan ini bertujuan untuk
mengurangi tekanan kecemasan sebelum disuntik, dapat terbukti untuk
mengurangi kecemasan pada anak. Jadi distraksi melalui media mainan untuk
mengurangi kecemasan pada anak saat disuntik sangat dianjurkan terutama
untuk tenaga kesehatan sebagai penghilang rasa nyeri saat disuntik.
F. Analisis Jurnal
1. Kelebihan Jurnal
a. Mudah diaplikasikan untuk pasien karena alat permainan mudah
didapatkan yaitu berupa boneka.
b. Teknik distraksi dengan metode permainan merupakam suatu teknik
distraksi yang menyenangkan bagi anak-anak.
c. Langkah-langkah teknik distraksi melalui permainan dalam jurnal ini
sederhana sehingga mudah diaplikasikan.
d. Tidak menimbulkan efek samping apapun untuk pasien.
2. Kekurangan Jurnal
a. Adanya media permainan yang menganggu sehingga hasil penelitian
kurang efektif.
G. Implikasi Keperawatan
1. Metode distraksi melalui permainan untuk mengurangi distress sebelum
dilakukan injeksi dapat dilakukan di ruang perawatan anak
2. Metode distraksi melalui permainan untuk mengurangi distress sebelum
dilakukan injeksi merupakan metode baru yang dapat mengurangi nyeri dan
kecemasan pada anak yang akan dilakukan injeksi

3. Penggunaan metode ini tidak akan menganggu prosedur perawatan


H. Aplikasi di Rumah Sakit
1. Kelompok melakukan analisis ruangan
Dari hasil analisis ruangan tanggal 16-18 November 2015 yang
dilakukan di ruang Menur RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, terdapat
10 anak yang termasuk usia toddler. Anak yang dirawat mendapatkan
terapi injeksi, saat dilakukan injeksi anak menangis. Di ruang menur
belum ada tindakan yang digunakan untuk mengurangi kecemasan anak
saat dilakukan tindakan injeksi. Oleh karena itu, kami tertarik untuk
menggunakan

teknik

distraksi

dengan

metode

permainan

untuk

mengurangi kecemasan sebelum dilakukan tindakan injeksi.


2. Mengajukan judul jurnal kepada pembimbing klinik dan pembimbing
akademik
Kelompok melakukan konsultasi judul, setelah diberikan acc oleh
pembimbing klinik dan akademik kami melakukan implementasi teknik
distraksi melalui media permainan untuk mengurangi kecemasan sebelum
dilakukan tindakan injeksi.
3. Implementasi teknik distraksi melalui permainan
Pelaksanaan implementasi jurnal telah dilakukan di ruang Memur
RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro, yaitu diberikan kepada 3 anak dan dibagi
menjadi dua kelompok dan satu kelompok terdiri dari 1 anak. Sebelum
dilakukan intervensi, dilakukan kontrak waktu terlebih dahulu pada
keluarga klien. Intervensi dilakukan sekali saat tindakan injeksi dan
selanjutnya di hitung dengan skala MBPS. Kelompok kontrol tidak
diberikan intervensi, kelompok ke dua diberikan intervensi teknik distraksi
dengan dilakukan oleh orang tua mendorong anak memainkan mainannya,
dan kelompok ketiga teknik distraksi dilakukan oleh peneliti yaitu peneliti
mendorong anak untuk memainnkan mainannya.
Pada jurnal, digunakan 99 anak partisipan, sedangkan pada aplikasi
jurnal di ruang Menur RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro, hanya
menggunakan 3 anak partisipan saja, hal ini dikarenakan keterbatasan
pasien yang usianya termasuk toodler dan disesuaikan kondisi dan situasi.

Dalam implementasi jurnal kelompok mengunakan bmainan berupa


boneka yang dapat bersuara.
4. Hasil implementasi teknik distraksi dengan metode permainan
Hasil dari jurnal menyatakan bahwa teknik distraksi dengan
metode permainan menunjukkan hasil yang kurang signifikan dalam
menurunkan kecemasan dan nyeri sebelum dilakukan tindakan injeksi.
Namun hasil aplikasi yang kami lakukan menunjukkan teknik distraksi
dengan metode permainan menurunkan kecemasan pada anak sehingga
saat anak dilakukan tindakan injeksi anak tidak menangis.
5. Upaya sosialisasi teknik distraksi melalui metode permainan
Teknik distraksi melalui media permainan

merupakan

implementasi yang efektif untuk menurunkan kecemasan anak saat


dilakukan tindakan injeksi, sehingga dapat dijadikan tindakan untuk
menurunkan kecemasan dan tindakan keperawatan lebih maksimal. Dalam
mewujudkan hal tersebut dapat dilakukan sosialisasi kepada perawatan
untuk menggunakan teknik distraksi dengan metode permainan.
I. Hambatan dan Solusi Aplikasi Jurnal
1. Hambatan
a. Kurang tersedianya peralatan yang memadai di ruangan untuk
dilakukannya teknik distraksi melalui media permainan
b. Terbatasnya pasien yang berusia toddler, jumlahnya hanya 4
2. Solusi
a. Menggunakan boneka, selanjutnya kelompok memberikan boneka ke
ruangan agar dapat digunakan oleh perawat dalam melaksanakan
teknik distraksi ini.
b. Membagi pasien yang berusia toodler menjadi 3 kelompok sesuai
dengan jurnal
J. Kesimpulan dan Saran
1. Hasil penelitian jurnal Toy-mediated distraction : Clarifying the role of
distraction agent and preneedle distress in toddler menyebutkan bahwa
dalam hasil penelitian menunjukkan bukti bahwa teknik distraksi melalui
metode permainan menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Meskipun
belum diketahui mekanisme secara pasti untuk menurunkan kecemasan,
namun kegiatan teknik distraksi melalui media permainan berupa boneka

yang bersuara diharapkan dapat dijadikan acuan dalam melakukan tindakan


injeksi.
2. Sebaiknya dilaksanakan pada beberapa pasien sebagai responden agar
hasilnya lebih signifikan

LAMPIRAN
1. Partisipan
No.
1
2

Nama
An. B

Usia
2 tahun

An. A

9 bulan
2 tahun
6 bulan

An. Z

3 tahun

Kelompok
Kelompok kontrol

Tanggal Intervensi
20/11/2015

Kelompok dengan 21/11/2015


teknik
distraksi
oleh orangtua
Kelompok teknik 23/11/2015
distraksi
oleh
peneliti

2. Jalannya penelitian
No.

Nama

Skor MBPS

Skor MBPS

Skor MBPS 1

sebelum

saat diinjeksi

menit setelah

1
2
3

An. B
An. A
An. Z

injeksi
7
0
2

8
2
3

diinjeksi
6
1
2

Skala MBPS

Item
Tangisan

Ekspresi wajah

Perilaku
Tertawa

Point
0

Tidak menangis

Merintih

Menagis

Menjerit/ teriak
sebelum
diinjeksi
Tersenyum

Biasa
Merengut

1
2

Tegang

Keterangan
Anak tertawa atau
tersenyum
Anak tidak menangis
Anak merintih/ menangis
lirih
Anak menagis tapi tidak
keras
Anak menagis dengan
kuat, dapat disertai
keluhan
Terdapat ekspresi wajah
menunjukkan positif atau
nyaman
Ekspresi wajah netral
Terdapat ekspresi wajah
menunjukkan negatif atau
tidak nyaman
Anak merasa ketakutan
dan tidak nyaman

Skor

Gerakan tubuh

Rileks

Gelisah

Tegang
Gemetar

2
3

Badan dalam posisi


rileks/ istirahat
Posisi tubuh bergerakgerak (gelisah)
Badan tertekuk atau kaku
Badan tampak tidak
nyaman atau
memberontak

Anda mungkin juga menyukai