Pelaksanaan Pembangunan Jalan Beton Seme
Pelaksanaan Pembangunan Jalan Beton Seme
Persiapan Lapangan:
Produk akhir jalan lama tersebut (ruas Jl. Cut Mutia - Komodo) adalah lapen + sand sheet dengan
kondisi lapangan mulai dari rusak ringan sampai dengan berat (tanah dasar terlihat karena tergerus
oleh pengaruh air hujan) atau lebih dikenal dengan istilah berlobang-lobang.
Setelah pengukuran, pematokan, dan penentuan elevasi rencana jalan selesai dikerjakan sesuai
dengan gambar kerja yang diberikan maka diadakan pembersihan badan jalan yang akan
dikerjakan dari kotoran-kotoran, termasuk pembersihan/perataan badan jalan dari gundukan tanah
yang menumpuk di badan dan di pinggir jalan.
Konstruksi jalan beton yang dilaksanakan terdiri atas dua bagian utama, yaitu cement treated sub
base (CTSB) dengan persyaratan mutu K125 (non struktural) yang berfungsi sebagai lapisan
leveling (perataan) dan untuk mencegah pumping action. Sedangkan untuk lapisan atas (plat
beton) digunakan beton dengan persyaratan mutu K350.
Demi untuk menjaga konsistensi campuran, kemudahan kecepatan pelaksanaan, serta kebersihan
pekerjaan dan terjaminnya mutu beton maka untuk baik CTSB maupun slab beton (lapis
permukaan) digunakan beton ready mix.
Pelaksanaan:
-
(disesuaikan dengan lebar vibrating screed) dan panjang 5 m. Dimensi ini diperoleh
berdasarkan rumus L/B 1,25 m 5,00 m / 4,00 m = 1,25 (memenuhi syarat). Jika
digunakan satuan SI maka ukuran jarak sambungan adalah 24 24 x tebal pelat beton (200
mm) jadi: 25 x 200 mm diperoleh 5000 mm atau 5,00 m (lihat gambar 1).
0,50 m
arah lalu-lintas
0,05 m
1
4,0 m
A
As
jalan
0,05 m
4,0 m
arah lalu-lintas
0,05 m
0,5 m
5,0 m
0,05 m
5,0 m
0,05 m
5,0 m
Grafik
Tiedan
BarJarak
Maksimum
Tabel11Jarak
Ukuran
Dowel
Tebal Pelat
(mm)
T
Panjang (L)
Jarak (S)
150
175
200
225
250
275
300
325
350
19
25
25
32
32
32
38
38
38
450
450
450
450
450
450
450
450
450
300
300
300
300
300
300
300
300
300
Persiapan di Lapangan
Pemasangan mal kotak ini dilakukan di atas CTSB hanya pada satu sisi jalan saja sehingga
bagian atau sisi lainnya dapat dilewati oleh kendaraan ringan dengan model papan catur
(nanti setelah pengecoran selesai baru berpindah ke sisi lainnya) sekaligus dapat dilewati
oleh truck mixer sewaktu melakukan pengecoran.
Setelah pemasangan kotak mal sebanyak 10 buah selesai dilakukan maka:
1. Pemasangan/penggelaran plastik dengan maksud sebagai breaker di atas lapisan CTSB
agar tidak terjadi perlekatan antara CTSB dan pelat beton (pergerakan pelat beton tidak
boleh mempengaruhi CTSB, demikian pula sebaliknya). Plastik itu juga dilekatkan
pada mal kotak slab dan secara rapat melekat pada CTSB
2. Pemasangan dowel (ruji) pada mal melintang dan tie bar (batang pengikat) pada mal
memanjang dengan jalan memasukkan kedalam lobang yang sudah tersedia pada
dinding mal melintang slab dan dikontrol dengan teliti agar posisinya tetap tegak lurus
terhadap bidang mal melintang sebelum pengecoran dilakukan. Demikian pula kedua
sisi mal memanjang dipasangi tie bar dan dikontrol dengan teliti posisinya agar tetap
tegak lurus terhadap bidang mal memanjang.
3. Setelah mal, dowel dan tie bar, serta plastik berada dalam posisi yang benar maka
pengecoran segera akan dilakukan.
2. Kotak yang pertama dicor kemudian pengecoran dilanjutkan pada kotak yang ketiga
(satu kotak di antaranya kosong) (lihat gambar 5).
3. Setelah slab beton selesai dipadatkan oleh vibrating screed maka pelat beton tersebut
ditutupi dengan atap plastik untuk menghindari sinar matahari secara langsung yang
dapat membuat beton mengering tidak secara alamiah juga untuk mencegah terjadinya
retak rambut.
4. Pembuatan alur (grooving) dilakukan secara manual setelah beton dalam keadaan
setengah mengeras 3 - 4 jam sesudah pengecoran
5. Pada hari kedua setelah pengecoran selesai, dilakukan proses curing dengan menggelar
karung goni di atas plat beton dan disiram dengan air 3 kali sehari selama seminggu
6. Pada hari ketiga setelah pengecoran maka mal (bekesting) samping dibuka dilanjutkan
dengan pemasangan mal memanjang (samping) tanpa memasang mal melintang karena
pelat beton yang sudah dicor berfungsi sebagai mal melintang.
7. Setelah mal memanjang selesai dipasang dilanjutkan dengan menggelar/ memasang
plastik di atas CTSB yang juga dilekatkan pada mal memanjang.
8. Kemudian sebagai pemisah antara dua pelat beton (yang sudah dicor dengan hendak
dicor) dilekatkan gabus (styro foam) dengan tebal 0,5 cm untuk membentuk deletasi
(celah) untuk muai dan susut plat beton.
9. Demikianlah sistem pengecoran tersebut dilakukan pada satu sisi jalan dengan lebar 4,0
m dan diselesaikan sesuai dengan panjang rencana jalan itu.
10. Setelah pengecoran pada sisi kiri selesai sesuai dengan panjang jalan rencana,
pemasangan mal (bekesting) pada sisi kanan jalan tersebut dilakukan lagi. Hanya saja
mal memanjang pada salah satu sisi sudah tidak diperlukan lagi karena sudah ada pelat
beton yang telah dicor. Pengecoran dilanjutkan dengan memakai sistem yang sama
hanya pada sisi memanjang plat beton yang sudah dicor diletakkan di atasnya besi siku
L 40.40.4 sebagai landasan/rel vibrating screed ketika ditarik dan bergerak dari ujung
satu ke ujung lain dengan maksud agar tidak terjadi kerusakan pada permukaan pelat
beton yang sudah dicor.
11. Kemudian pada saat pengecoran akan dilakukan, disisipkan/dilekatkan gabus (styro
foam) di antara kedua pelat beton (antara pelat beton lama dan yang baru yang akan
dicor) pada sisi/sambungan memanjang agar tidak terjadi lekatan dan membuat dilatasi
AS JALAN
2%
(celah) untuk muai susut pelat beton. Demikianlah proses pengecoran tersebut
dilakukan. Untuk jelasnya lihat proses pengecoran pada gambar 5.
lidah sambungan
memanjang
4,0 m
4,0 m
0,5 m
DOWEL
5,0 m
aspal
tebal plat
Dowel 25 (ulir)
0,5 cm
Gambar
Posisi Dowel Pada Sambungan Melintang
tie bar
12 6polos
h/4
h/3
0,5 cm
L (tie bar ) = 120 cm
Kendali Mutu:
-
Pengendalian mutu mulai dari proses pencampuran di batching plant dilakukan oleh
pengawas teknik kontraktor, pengawas teknik dari KIMPRASWIL, dan pengawas
teknik perushaan ready mix terhadap komposisi dan berat masing-masing agregat
sesuai dengan job mix formula.
Setelah itu dilakukan pengetesan terhadap kuat tekan kubus beton dengan umur 7, 14,
dan 28 hari) dengan menggunakan fasilitas peralatan laboratorium beton Fakultas
Teknik Jurusan Sipil Universitas Tadulako.
Hasil yang diperoleh ternyata masih melebihi persyaratan mutu K125 (CTSB) dan
K350 (Pelat Beton).
Kesimpulan:
-
Slump yang digunakan adalah 10 karena untuk angka yang lebih kecil dari itu akan
menyulitkan pelaksanaan dengan menggunakan vibrating screed yang ditarik oleh
tenaga manusia (vibrating screed sukar ditarik karena terlalu kentalnya campuran
beton).
Penggunaan dowel 25 (besi ulir) dimaksudkan agar terjadi lekatan yang sangat baik
pada salah satu sisi dowel, sedangkan pada sisi yang lainnya dowel dibungkus dengan
plastik tipis sehingga tidak terjadi lekatan antara besi dan beton (prinsip perletakan
sendi rol) statis tertentu.
Penggunaan tie bar 12 (besi polos) dengan sistem pemasangan tegak lurus terhadap
pelat beton (bidang sambungan memanjang)
Penggunaan gabus (styro foam) sebagai lapisan pemisah yang terletak pada sambungan
memanjang dan melintang antar pelat beton ketika dilakukan pengecoran hanya
sementara saja sekalian untuk membuat celah (dilatasi) yang dipersiapkan sebagai celah
perkembangan muai dan susut pelat beton dan ketika pekerjaan jalan beton telah selesai
maka dilakukan pembersihan/pengeluaran kembali lapisan gabus tersebut dan diganti
dengan aspal
Pengecoran dengan sistem ini (papan catur) cukup efektif dan efisien sepanjang
dilakukan oleh tenaga lapangan yang terampil dan diawasi langsung oleh site manager
yang berpengalaman.
Ketebalan pelat beton harus selalu dikontrol dan pada daerah tikungan kemiringan
melintang normal jalan harus diputar (as jalan jadi sumbu putar) untuk sisi luar
tikungan, sehingga terjadi superelevasi 2%.
2%
2%
2%
as jalan
DAFTAR PUSTAKA
Anas Aly, Moh., 2001, Visualisasi Konstruksi Perkerasan Jalan Berbasis Semen, Asosiasi
Semen Indonesia, Jakarta.
Departemen KIMPRASWIL. 2002. Pedoman Perencanaan Jalan Beton Semen, Direktorat
Jendral Prasarana Wilayah.
Departemen KIMPRASWIL. 2003. Pedoman Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Semen,
Direktorat Jendral Prasarana Wilayah.
Departemen Pekerjaan Umum. 1990. Petunjuk Pelaksanaan Perkerasan Kaku (Beton Semen,
Direktorat Jendral Bina Marga, Jakarta.
Hendarsin, Shirley L. 2000, Perencanaan Teknik Jalan Raya, Politeknik Negeri, Jakarta.
Huang, Yang H. 1993. Pavement Analysis and Design. Prentice Hall Englewood Cliffs, New
Jersey.
Oglesby, Clarkson H., Hicks, R. Gary. 1996. Teknik Jalan Raya Jilid II. Erlangga, Jakarta.
Suryawan, Ari. 2005, Perkerasan Jalan Beton Semen portland (Rigid Pavement), Beta
Offset, Jakarta.
Sukirman, Silvia. 1999, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Nova, Bandung.
Lampiran:
Pengecoran CTSB
Slump Test
Curing CTSB
Proses Pemadatan Pelat Beton dengan Vibrator pada Bagian Sisi Mal
Bio Data:
Nama
Pekerjaan
: Transportasi
Anggota HPJI
: B-05270
Alamat Rumah
Telp. Rumah
Hand Phone
Flexi
: (0451) 4702880