Jalan disini adalah jalan yang dapat berfungsi sebagai penghubung antar desa/kelurahan atau ke lokasi
pemasaran, atau berfungsi sebagai penghubung hunian/perumahan, serta juga berfungsi sebagai
penghubung desa/kelurahan ke pusat kegiatan yang lebih tinggi tingkatannya (kecamatan/kab/kota).
Jalan dibangun atau ditingkatkan untuk membangkitkan manfaat-manfaat bagi masyarakat, seperti :
Mempermudah pengiriman hasil produksi ke pasar, baik yang di desa maupun yang diluar, dan
Jenis-jenis konstruksi jalan dibedakan atas 3, yaitu Jalan Tanah, Jalan Diperkeras dan Jalan Beraspal.
Jalan Tanah, merupakan badan jalan tanah yang tidak diberikan lapis perkerasan sebagai penutup dan
dipadatkan. Jalan ini dapat merupakan jalan tanah didaerah galian atau didaerah timbunan.
Untuk dapat melindungi badan jalan dari pengaruh lalu lintas atau perubahan alam, maka diatas badan
jalan diberi lapisan perkerasan (Jalan Diperkeras dan Jalan Beraspal). Jenis lapis perkerasan yang umum
dipergunakan dalam pembangunan jalan adalah :
Jalan Beraspal :
1. Lapis Permukaan Buras (Pelaburan Aspal), merupakan hasil penyiraman/penyomprotan aspal diatas
permukaan jalan, kemudian ditabur dengan pasir dan dipadatkan sebagai lapis penutup.
2. Lapis Penetrasi Makadam (Lapen), dimana bahan perkerasan terdiri dari susunan batu pokok (3-5cm),
batu pengunci (1-2cm) dan batu penutup (pasir) dan campuran aspal panas sebagai pengikat diantara
tiap lapisan dan dipadatkan sebagai lapis penutup.
3. Lapis Asbuton Agregat (Lasbutag), dimana bahan perkerasan terdiri dari campuran agregat kasar (batu
3-5cm), agregat halus (batu 2-3cm), bahan pelunak/peremaja dan aspal buton yang dicampur secara
dingin sebagai pengikat dan dipadatkan sebagai lapis penutup.
Lingkup pekerjaan Pembangunan Jalan Beraspal dibatasi dengan prioritas (1). Perbaikan jalan beraspal
yang telah ada (2). Peningkatan jalan Diperkeras yang telah ada.
Jalan Diperkeras :
4. Perkerasan sirtu/kerikil (pasir campur batu), dimana bahan perkerasan Sirtu terdiri dari campuran
pasir batu yang langsung diambil dari alam (sungai) atau campuran antara kerikil ukuran 2 – 5 cm
dengan pasir urug. Ketebalan minimum perkerasan Sirtu ini adalah 10 cm.
5. Perkerasan batu belah (telford), terdiri atas pasir urug, batu belah, batu pengisi dan batu tepi. Batu
belah disusun sesuai dengan spesifikasi diatas alas pasir urug dengan ketebalan 20 cm. Badan jalan
harus sudah dipersiapkan terlebih dahulu sebelum pasir dihamparkan. Perkerasan Telford harus bebas
dari akar, rumput atau sampah dan kotoran lain. Untuk ketebalan pasir urug minimal 3 cm.
6. Perkerasan Makadam Ikat Basah (Waterbound Macadam), bahan perkerasan Makadam terdiri atas
agregat pokok ukuran 3 - 5 cm, agregat pengunci dengan ukuran 1 – 2 cm dan pasir penutup.
7. Perkerasan Beton Tumbuk (Rabat Beton), dibuat dari bahan semen pasir dan kerikil dengan
perbandingan campuran 1 semen : 3 pasir : 5 kerilil/batu pecah. Perkerasan ini dipergunakan untuk jalan
lingkungan/permukiman atau di daerah yang tanah dasarnya labil, mudah pecah, lembek, pada
turunan/tanjakan dan diatas singkapan batu. Tebal perkerasan rabat beton ini minimal 7 cm.
Infrastruktur Bangunan Pelengkap Jalan dapat berupa (1). Gorong-gorong yang berfungsi untuk
mengalirkan air yang melewati badan jalan dan (2) Penahan Lereng/Tebing Jalan yang berfungsi untuk
menahan terjadinya kelongsoran tanah ke badan jalan atau kelongsoran badan jalan dan (3). saluran
samping jalan.
Penjelasan lebih detail system dan spesifikasi Jalan mengacu pada Pedoman Sederhana Pembangunan
Jalan dan Jembatan Perdesaan yang diterbitkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan, Puslitbang
Jalan- Dep. PU, 1996.
DRAINASE
Kegiatan drainase disini dapat meliputi saluran pembuangan air hujan di permukiman, termasuk sumur
resapan.
JEMBATAN
Jembatan adalah suatu bangunan konstruksi di atas sungai atau jurang yang digunakan sebagai
prasarana lalu lintas darat.
Tujuan dari pembangunan jembatan di perdesaan adalah untuk sarana penghubung pejalan kaki atau
lalu-lintas kendaraan ringan di perdesaan. Konstruksinya sederhana dengan mempertimbangkan
sumberdaya setempat (tenaga kerja, material, peralatan, teknologi) sehingga mampu dilaksanakan oleh
masyarakat setempat.
Jenis jembatan dikembangkan antara lain terdiri dari : (1). Jembatan Beton, Pelimpas/Bronjong/Batu;
Jembatan Gantung; Jembatan Gelagar Besi; Jembatan Kayu, dll.
Penjelasan lebih detail system dan spesifikasi Jembatan mengacu pada Pedoman Sederhana
Pembangunan Jalan dan Jembatan Perdesaan yang diterbitkan oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan, Puslitbang Jalan- Dep. PU Tahun 1996 .
Survai Teknis Perencanaan Jalan
Identitas patok BM dengan di beri nomor (BM No: 1,2, dst…), dan patok BM tersebut harus jelas tertera
di dalam gambar peta ukur dengan disebutkan nomor BMnya.
b. Pengukuran Teknis
Cara Pengukuran Jalan dapat dilakukan secara sederhana yaitu dilakukan dengan cara Survai Antar
Patok (SAP), VAP, MAP yang sudah disediakan formulirnya (lihat Lampiran 1-2) terdiri dari :
Dalam melakukan survai lapangan untuk jalan desa yang dilakukan oleh masyarakat maka kegiatan
survey cukup dilakukan tanpa menggunakan alat-alat ukur sederhana yang ada dan dapat digunakan
oleh masyarakat desa, seperti pita ukur, selang air, dll.
Mengukur tinggi muka air normal dan tinggi muka air banjir, didapat dari informasi penduduk sekitar
lokasi.
Lebar badan jalan / berm minimal 0,50 M (kiri + kanan = 1,00 Mtr)
Memakai batu tepi
Catatan : dijalan menurun / tanjakan kemiringan yang lebih dari 12 % dapat diberi konstruksi
beton/aspal.
Untuk pembangunan gorong-gorong dapat digunakan bahan dari pasangan batu kali atau buis beton
dengan memperhatikan kriteria :
Diameter minimal 30 CM
Catatan : apabila diameter <30 CM maka diganti dengan konstruksi plat beton (plat duicker) Kriteria
desain pembangun jembatan yang perlu diperhatikan : 1. Jembatan Beton : Panjang bentang bersih
maximal 6 M Dilengkapi dinding pengaman pondasi Perlu pengawasan lebih intensif Posisi jembatan
tidak berada di tanjakan/turunan jalan dan tikungan sungai Catatan : apabila usulan >6M maka design
harus mendapat persetujuan dari KMW
2. Jembatan Gantung :
Catatan : apabila usulan >60Mtr maka design harus mendapat persetujuan dari KMW
Bila tidak diberi perlindungan lantai (permukaan lantai ditutup aspal + grosok) maka harus ada landasan
untuk roda kendaraan;
Catatan : apabila usulan >10Mtr maka design harus mendapat persetujuan dari KMW