Anda di halaman 1dari 27

Lampiran 1

SYARAT –SYARAT TEKNIS, BAHAN DAN METODE KERJA PEMBANGUNAN SARANA


PRASARANA DESA KABUPATEN TAPANULI UTARA TAHUN 2017

I. PEKERJAAN PERKERASAN JALAN TELFORD

A. GAMBARAN UMUM

Uraian Lapis Pondasi Bawah ( Jalan Telford ) merupakan lapisan struktur utama di
atas permukaan Tanah keras. Pembangunan Perkerasan Jalan telford terdiri dari
pengadaan, pemecahan, penghamparan, pemasangan dan pemadatan.

B. PERSYARATAN BAHAN
1. Batu
Kriteria batu yang dimaksud adalah sebagai berikut :
 Batu keras dan sudah tua ( bukan batu putih / gombong ).
 Batu pejal / padat tidak berongga ( tidak poreus )
 Batu bersih dari bahan - bahan organik.
 Batu gebal dipecah mempunyai minimal tiga sisi pecah (bukan batu
blondos)
 Untuk tanah dasar yang lembek pakai ukuran batu minimal 15/20 dan
batu tepi 20/25 sedang untuk tanah dasar yang keras pakai batu pokok
10/15 dan batu tepi 15/20 .
 Sisa pemecahan batu pokok digunakan untuk batu kunci dengan minimal
ukuran 5/7.
2. Pasir Urug
Kriteria pasir urug yang dimaksud adalah sebagai berikut :
 Pasir urug bersih dari bahan – bahan organik.
 Pasir urug tidak mengandung lempung terlalu banyak.
 Warna hitam kecoklatan.
 Bergradasi bagus ( butiran tidak seragam ).
 Pasir laut tidak boleh digunakan.
3. Sirtu
Kriteria Sirtu yang dimaksud adalah sebagai berikut :
 Komposisi sirtu terdiri dari pasir, batu agregat, tanah lempung ( clay ) bersih
dari bahan – bahan organik.
 Perbandingan campuran pasir dengan batu yang ideal 50% pasir : 40% batu
: 10% clay.
 Ukuran batu maksimal 3 cm.
 Tebal minimal 5 cm.

C. PELAKSANAAN PEKERJAAN

1. Pekerjaan Badan Jalan.


 Badan jalan yang akan dipasangi batu harus memiliki daya dukung tanah
kuat.
 Untuk badan jalan yang memiliki daya dukung yang rendah (seperti tanah
lempung ) maka perlu dilakukan perbaikan tanah ( yaitu dilapisi sirtu sesuai
kebutuhan ).
 Badan jalan harus bersih dari rumput dan bahan organik lainnya.
2. Pemasangan Patok Stasioning
 Patok yang diberi nomor (kode) dipasang di tepi jalan dengan jarak 50m’
sepanjang jalan
3. Penentuan As Jalan.
 Patok bantu As jalan dengan jarak 10m’.
4. Pemasangan Patok Tepi Badan Jalan.
 Pemasangan patok bantu tepi badan jalan dengan jarak 10m’.
5. Pembentukan Badan Jalan.
 Dari patok tepi dihubungkan ke patok as dengan benang dengan kemiringan
5%.
 Untuk lebar perkerasan Jalan Telford Minimal 2,5 m dengan kemiringan 5%
beda tingginya ketemu 6 cm.
 Badan jalan diratakan dengan beda tinggi 6 cm, sehingga badan jalan
berbentuk punggung sapi ( bagian tengah lebih tinggi 6 cm ).
 Setelah tanah diratakan dan dibentuk punggung sapi lalu dipadatkan.
 Kemiringan Tanjakan Maksimum 12%.
 Panjang Tanjakan/Turunan Maksimum 150 m.
1
Lampiran 1

6. Penghamparan Pasir Urug .


 Pasir bawah dihampar dengan tebal 5 cm dan diratakan.
 Pasir yang sudah dihampar lalu dipadatkan.
7. Pemasangan Batu Pokok.
 Batu pokok harus dipasang rapat berdiri tegak lurus dengan “As Jalan”
(melintang), dengan ujung yang lebih runcing di atas agar bila terbebani
tidak akan tembus lapisan pasir dasar, dan dikunci dengan batu kecil ( 5/7 )
 Pemasangan batu pokok harus dibuat zig zag (selang seling ) sehingga saling
mengunci.
 Untuk batu pokok ukuran 10/15 dipasang dengan posisi 15 cm yang berdiri,
untuk ukuran 15/20 dipasang dengan posisi 20 yang berdiri.
8. Pemasangan Batu Tepi.
 Untuk batu tepi ukuran 15/20 dipasang dengan posisi 20 cm yang berdiri ,
untuk ukuran 20/25 dipasang dengan posisi 25 cm yang berdiri.
 Pekerjaan Pasangan batu tepi 15/20 terdiri dari batu belah yang dipasang
berdiri yang lancip diatas, bagian batu ditanam dalam galian yang telah
dipersiapkan dan pemasangan batu dilaksanakan dengan rapi dan lurus
sesuai dengan as jalan dan kemiringan yang telah ditentukan. Pemasangan
batu tepi 15/20 harus benar – benar kokoh dan tidak goyah.
9. Pemasangan Batu Kunci.
 Batu kunci dipasang di sela-sela batu pokok lalu dipukul dengan palu hingga
benar-benar rapat hingga /sampai batu kunci tidak dapat diambil dengan
tangan dan batu pokok tidak goyah ).
 Pada setiap sela batu pokok harus dipasang batu kunci.
 Ukuran batu kunci disesuaikan dengan besarnya rongga.
10. Bahu Jalan.
a. Fungsi Bahu Jalan :
 Sebagai pelindung perkerasan jalan.
 Sebagai perantara antara aliran air hujan yang ada di permukaan jalan
menuju saluran tepi.
 Dan sebagai tempat pemberhentian sementara/ simpangan kendaraan.
b. Persyaratan teknis bahu jalan sebagai berikut :
 Dibuat disebelah kiri dan atau kanan sepanjang jalan, dengan lebar 1 m
minimum 0,5 m.
 Harus dibuat dengan kemiringan yang lebih miring dari permukaan
jalan, biasanya 6-8 % .
 Tanah pada bahu jalan harus dipadatkan.
 Urugan bahu jalan disarankan pakai tanah sekitar (untuk yang jenis
tanahnya baik), kecuali tanah sekitar berupa lumpur atau lempung.
11. Pemadatan Awal.
 Menggunakan Walls dengan kapasitas 6 – 8 ton.
 Setelah beberapa kali lintasan batu yang dilintasi alat pemadat sudah tidak
goyah berarti sudah padat, kalau batu yang dilintasi roda alat pemadat
masih bergerak berarti belum padat.
 Apabila dalam 7 (tujuh) Lintasan alat pemadat batu masih tetap bergerak
berarti batu kunci yang kurang.
 Penggilasan untuk pemadatan awal batu telford akan bergerak secara
gradual dari pinggir ke tengah, sejalan dengan garis sumbu jalan dan harus
terus menerus sampai seluruh permukaan dipadatkan secara merata. Pada
bagian – bagian superelevasi, kemiringan melintang jalan atau kelandaian
yang terjal, penggilasan harus bergerak dari bagian yang lebih rendah
kebagian jalan yang lebih tinggi.
12. Penghamparan Sirtu Penutup Atas.
 Sirtu di hampar dengan tebal 5 cm.
 Sirtu masuk ke sela-sela batu maka setelah dihampar perlu diratakan
dengan sapu lidi.
 Lapisan penutup menggunakan sirtu yang mengandung lempung (clay) agar
dimusim hujan tidak mudah terbawa oleh air.
13. Pemadatan Akhir.
 Menggunakan Walls dengan kapasitas 6 – 8 ton.
 Hamparan sirtu atas di padatkan dengan alat pemadat hingga 7 (tujuh)
Lintasan.
 Penggilasan untuk pemadatan akhir akan bergerak secara gradual dari
pinggir ke tengah, sejalan dengan garis sumbu jalan dan harus terus
menerus sampai seluruh permukaan dipadatkan secara merata. Pada bagian
– bagian superelevasi, kemiringan melintang jalan atau kelandaian yang

2
Lampiran 1
terjal, penggilasan harus bergerak dari bagian yang lebih rendah kebagian
jalan yang lebih tinggi.
14. Saluran Pinggir Jalan.
Saluran yang berdekatan dengan bahu jalan diperlukan disebelah kanan dan kiri
jalan, kecuali :
 Jalan yang dibuat di punggung bukit.
 Jalan dibuat dilereng bukit, tidak perlu saluran di sebelah bawah ( satu sisi ).
 Badan jalan diurug lebih dari 50 cm.
Untuk keadaan biasa dimensi saluran harus berukuran minimal 50 cm (dalam) dan
30 cm (lebar dasar), dengan lebar atas 50 cm (bentuk trapesium).
Syarat saluran pinggir jalan :
 Saluran dibuat sejajar dengan jalan.
 Dasar saluran dibuat kemiringan yang cukup untuk menghindari erosi tanah
dasar saluran / plesteran dasar, namun tidak datar.
 Ketinggian dasar saluran harus lebih rendah dibanding lapisan pasir
dibawah pondasi jalan untuk proses perembesan dan pengeringan pondasi
jalan.
 Untuk saluran yang mudah erosi, perlindungan terdiri dari perkuatan talud
dan lantai saluran atau pemberian bangunan drop struktur. Jenis
perlidungan saluran dengan menggunakan gebalan rumput, turap, batu
kosong, atau pasangan. Bronjong dapat digunakan terutama pada tikungan
di tanah yang peka erosi.
 Konstruksi dinding saluran dapat di buat dari Pasangan Batu dan Lantai di
Cor.
Pertimbangan untuk pemilihan tipe perlindungan saluran pinggir adalah :
 Kemiringan saluran dan kecepatan air.
 Jenis tanah.
 Perubahan arah aliran pada belokan.
 Debit air.

D. PENGENDALIAN LALU LINTAS

 TPK bertanggung jawab atas kelancaran lalu lintas selama dalam


pelaksanaan / TPK harus bertanggung jawab atas semua akibat lalu lintas
yang diizinkan lewat di atas permukaan jalan telford selama pelaksanaan
pekerjaan dan akan melarang lalu lintas tersebut bila mungkin dengan
menyediakan sebuah jalan pengalihan (alternative) atau dengan pelaksanaan
pekerjaan separuh lebar jalan.
 Bangunan-bangunan, pohon-pohon atau hak milik lainnya di sekitar jalan
tersebut harus dilindungi terhadap kerusakan karena pengaruh pekerjaan,
seperti lemparan batu karena lalu lintas.
 Bahan-bahan harus ditumpuk dalam satu tempat yang baik yang menjamin
bahwa tumpukan tersebut tidak menimbulkan kemacetan lalu lintas atau
membendung aliran air dan meminimalisasi kecelakaan.
 TPK bertanggungjawab atas keamanan material yang telah terkirim terhadap
pencurian.
 TPK bertanggungjawab atas kualitas dan kuantitas material yang diterima.
 TPK bertanggungjawab atas kualitas dan kuantitas hasil pekerjaan.

II. PEKERJAAN PERKERASAN JALAN ASPAL (LAPIS PENETRASI MAC ADAM)

A. GAMBARAN UMUM
Uraian Lapis Pondasi Atas (jalan Lapis Penetrasi Mac Adam ) merupakan lapisan
struktur utama di atas lapis pondasi bawah (Telford) yang sudah ada minimum 1
(satu) tahun. Pembangunan Jalan Lapen Mac Adam terdiri dari pengadaan,
penghamparan dan pemadatan.
B. PERSYARATAN BAHAN
1. Batu
Kriteria batu yang dimaksud adalah sebagai berikut :
 Batu yang sudah tua , keras (bukan batu putih/gombong).
 Batu pejal / padat tidak berongga ( tidak poreus )
 Batu bersih dari bahan-bahan organic.
 Batu gebal dipecah mempunyai minimal tiga sisi pecah (bukan batu blondos)
 Ukuran Batu Pecah 5-7, 3-5, 2-3, 1-2.

3
Lampiran 1

2. Pasir
Kriteria pasir yang dimaksud adalah sebagai berikut :
 Pasir bersih dari bahan – bahan organik.
 Pasir tidak mengandung lempung terlalu banyak.
 Warna hitam kecoklatan.
 Bergradasi bagus ( butiran tidak seragam ).
 Pasir laut tidak boleh digunakan.
3. Aspal
Aspal yang digunakan adalah aspal keras buatan pabrik yang di kemas dalam
drum penetrasi 60 atau 80 yang memenuhi persyaratan aspal keras. Aspal
Penetrasi rendah 60/70 digunakan untuk jalan dengan volume lalu lintas
sedang atau tinggi dan daerah dengan iklim Panas, Aspal Penetrasi Tinggi
80/100 digunakan untuk jalan dengan volume lalu lintas sedang atau rendah
dan daerah dengan iklim dingin.
4. Sirtu
Kriteria Sirtu yang dimaksud adalah sebagai berikut :
 Komposisi sirtu terdiri dari pasir, batu agregat, tanah lempung ( clay ) bersih
dari bahan – bahan organik.
 Perbandingan campuran pasir dengan batu yang ideal 50% pasir : 40% batu :
10% clay.
 Ukuran batu maksimal 3 cm.
 Tebal minimal 5 cm.

C. PELAKSANAAN PEKERJAAN
1. Pekerjaan Badan Jalan.
 Badan jalan yang akan di perkeras adalah badan jalan yang sudah
mempunyai lapis pondasi bawah (Telford minimal sudah terpasang 1 tahun).
 Untuk badan jalan yang sudah rusak, maka perlu dilakukan perbaikan .
 Badan jalan harus bersih dari rumput dan bahan organik lainnya.
 Kemiringan Tanjakan Maksimum 12%.
 Panjang Tanjakan Maksimal 150 m.
 Lebar perkerasan Jalan Lapis Penetrasi Mac Adam minimal 2,5 m dengan
kemiringan Permukaan 5% .
 Tebal Perkerasan 5 cm.
2. Pemasangan Patok Stasioning
 Patok yang diberi nomor (kode) dipasang di tepi jalan dengan jarak 50m’
sepanjang jalan
3. Penentuan As Jalan.
 Patok bantu As jalan dengan jarak 10m’.
4. Pemasangan Patok Tepi Badan Jalan.
 Pemasangan patok bantu tepi badan jalan dengan jarak 10m’.
5. Uraian Pelaksanaan Pekerjaan
 Semprotkan aspal tack coat 0,8 l/m3 diatas Lapis Podasi Bawah yang sudah
dipersiapkan.
 Hamparkan agregat pokok 3 – 5 sebanyak 25 m2/m3 dan di padatkan
dengan alat pemadat kapasitas 6-8 Ton.
 Hamparkan split 2-3 sebanyak 45 m2/m3 dan di padatkan dengan alat
pemadat kapasitas 6-8 Ton.
 Semprotkan aspal 2,5 kg/m2.
 Hamparkan agregat pengunci split 1-2 sebanyak 90 m2/m3 dan padatkan.
 Semprotkan aspal 1,5 kg/m2.
 Taburkan pasir rata-rata 400 m2/m3 dan dipadatkan.
6. Bahu Jalan.
a. Fungsi Bahu Jalan :
 Sebagai pelindung perkerasan jalan.
 Sebagai perantara antara aliran air hujan yang ada di permukaan jalan
menuju saluran tepi.
 Dan sebagai tempat pemberhentian sementara/ simpangan kendaraan.
b. Persyaratan teknis bahu jalan sebagai berikut :
 Dibuat disebelah kiri dan atau kanan sepanjang jalan, dengan lebar 1 m
minimum 0,5 m.
 Harus dibuat dengan kemiringan yang lebih miring dari permukaan
jalan, biasanya 6-8 % .
 Tanah pada bahu jalan harus dipadatkan.

4
Lampiran 1
 Urugan bahu jalan disarankan pakai tanah sekitar (untuk yang jenis
tanahnya baik), kecuali tanah sekitar berupa lumpur atau lempung.

7. Saluran Pinggir Jalan.


Saluran yang berdekatan dengan bahu jalan diperlukan disebelah kanan dan kiri
jalan, kecuali :
 Jalan yang dibuat di punggung bukit.
 Jalan dibuat dilereng bukit, tidak perlu saluran di sebelah bawah ( satu sisi ).
 Badan jalan diurug lebih dari 50 cm.
Untuk keadaan biasa dimensi saluran harus berukuran minimal 50 cm (dalam) dan
30 cm (lebar dasar), dengan lebar atas 50 cm (bentuk trapesium).
Syarat saluran pinggir jalan :
 Saluran dibuat sejajar dengan jalan.
 Dasar saluran dibuat kemiringan yang cukup untuk menghindari erosi tanah
dasar saluran / plesteran dasar, namun tidak datar.
 Ketinggian dasar saluran harus lebih rendah dibanding lapisan pasir
dibawah pondasi jalan untuk proses perembesan dan pengeringan pondasi
jalan.
 Untuk saluran yang mudah erosi, perlindungan terdiri dari perkuatan talud
dan lantai saluran atau pemberian bangunan drop struktur. Jenis
perlidungan saluran dengan menggunakan gebalan rumput, turap, batu
kosong, atau pasangan. Bronjong dapat digunakan terutama pada tikungan
di tanah yang peka erosi.
 Konstruksi dinding saluran dapat di buat dari Pasangan Batu dan Lantai di
Cor.

III. PEKERJAAN PERKERASAN JALAN RABAT BETON

A. GAMBARAN UMUM
Uraian Lapis Rabat Beton merupakan lapisan struktur utama di atas lapis
perkerasan tanah (Pasir, sirtu yang dipadatkan). Pembangunan Jalan Rabat beton
terdiri atas, Pembersihan Lokasi, pemasangan dan pemadatan, pengecoran beton.
B. PERSYARATAN BAHAN
1. Batu
Kriteria batu yang dimaksud adalah sebagai berikut :
 Batu yang sudah Tua , keras ( bukan batu putih / gombong ).
 Batu pejal / padat tidak berongga ( tidak poreus )
 Batu bersih dari bahan - bahan organic.
 Batu gebal dipecah mempunyai minimal tiga sisi pecah (bukan batu blondos)

2. Agregat Kasar ( Split 2-3cm )


 Harus berupa batu pecah (split) yang mempunyai susunan gradasi yang baik,
cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak porous / kropos), dengan
tekstur permukaan kasar, butir-butirnya tajam, kuat dan bersudut.
 Ukuran maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari 3 cm
 Kadar Lumpur tidak boleh melebihi dari 1% berat kering dan tidak boleh
mengandung garam.
 Bersih dari debu, sebelum dipakai harus dicuci terlebih dahulu dan setara
dengan batu pecah mesin.

3. Pasir Urug
Kriteria pasir urug yang dimaksud adalah sebagai berikut :
 Pasir urug bersih dari bahan – bahan organik.
 Pasir urug tidak mengandung lempung terlalu banyak.
 Warna hitam kecoklatan.
 Bergradasi bagus ( butiran tidak seragam ).
 Pasir laut tidak boleh digunakan.
4. Sirtu
Kriteria Sirtu yang dimaksud adalah sebagai berikut :
 Komposisi sirtu terdiri dari pasir, batu agregat, tanah lempung ( clay ) bersih
dari bahan – bahan organik.
 Perbandingan campuran pasir dengan batu yang ideal 50% pasir : 40% batu :
10% clay.
 Ukuran batu maksimal 3 cm.
 Tebal minimal 5 cm.

5
Lampiran 1

5. Semen
 Semen yang digunakan adalah semen sesuai Standar SNI.
 Dipakai 1 (satu) merk semen untuk seluruh pekerjaan kecuali dalam keadaan
khusus.
 Semen harus didatangkan dalam Zak yang tidak pecah/utuh, tidak terdapat
kekurangan berat dari apa yang tercantum dalam zak.
 Semen masih harus dalam keadaan segar (belum mulai mengeras). Jika ada
bagian yang mulai mengeras, bagian tersebut masih harus dapat ditekan
hancur dengan tangan bebas (tanpa alat) dan jumlah tidak lebih dari 10%
berat. Jika ada bagian tidak dapat ditekan hancur dengan tangan bebas,
maka jumlahnya tidak boleh melebihi 5% berat dan kepada campuran
tersebut diberi tambahan semen baik dalam jumlah yang sama.
 Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat atau semen
dalam kantong di penyimpanan local (di penyalur) lebih dari 3 bulan perlu
diuji sebelum digunakan, jika sudah rusak harus ditolak.
6. Air
 Air Jernih atau bening Tidak mengandung Lumpur atau benda melayang
lainnya lebih dari 2 gram/liter.
 Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat
organic lainnya) lebih dari 15 gram/liter.
 Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.
 Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.

C. PELAKSANAAN PEKERJAAN
1. Pekerjaan pembersihan lahan/persiapan
 Yang termasuk Kegiatan ini adalah penebangan pohon serta
pembersihan lainnya
 Pekerjaan pembersihan harus dilaksanakan dengan baik dan hanya
yang ada dilokasi yang akan dibangun
 Bekas penebangan dibuang atau diangkut keluar untuk menjaga
kebersihan lokasi pekerjaan
 Tempat penimbunan bahan tidak mengganggu aktifitas dilokasi
pekerjaan
 Pengukuran dan Pemasangan Bowplank harus dilakukan untuk
mendapatkan kecocokan dengan gambar perencanaan khususnya pada
Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut
 Papan proyek dipasang sebelum pekerjaan dimulai dan ditempatkan
pada lokasi pekerjaan
 Gambar perencanaan harus dipasang/ditempel pada papan informasi
untuk membantu mempermudah pelaksanaan dilapangan
 Air kerja disiapkan dilokasi pekerjaan dan syarat air kerja harus bersih
dari lumpur
 Pengaturan Jam Kerja dan Pengerahan Tenaga Kerja, dalam
pelaksanaannya harus dapat diatur sedemikian rupa dan memanfaatkan
hari atau jam efektif bekerja.

2. Pekerjaan Badan Jalan


 Badan jalan yang akan dicor dengan beton harus memiliki daya dukung
tanah kuat.
 Untuk badan jalan yang memiliki daya dukung yang rendah ( seperti
tanah lempung ) maka perlu dilakukan perbaikan tanah ( yaitu dilapisi
sirtu sesuai kebutuhan ).
 Badan jalan harus bersih dari rumput dan bahan organik lainnya.

3. Pemasangan Patok Stasioning


 Patok yang diberi nomor (kode) dipasang di tepi jalan dengan jarak 50m’
sepanjang jalan
4. Penentuan As Jalan.
 Patok bantu As jalan dengan jarak 10m’.

5. Pemasangan Patok Tepi Badan Jalan.


 Pemasangan patok bantu tepi badan jalan dengan jarak 10m’.
6. Pembentukan Badan Jalan.
 Dari patok tepi dihubungkan ke patok as dengan benang dengan
kemiringan 2-3%.

6
Lampiran 1
 Lebar Perkerasan Rabat Beton minimal 1,5 m atau sesuai kondisi
lapangan Dengan Ketebalan minimal 12 cm.
 Setelah tanah diratakan dan dibentuk punggung sapi lalu dipadatkan.
 Kemiringan Tanjakan Maksimal 12%.
 Panjang Tanjakan Maksimal 150 m.
7. Penghamparan Pasir Urug .
 Pasir urug/Sirtu bawah dihampar dengan tebal 5 cm dan diratakan.
 Pasir urug/sirtu yang sudah dihampar lalu dipadatkan.
8. Pemasangan Pondasi Tepi
 Jalan Rabat Beton dapat di desain menggunakan pondasi Tepi atau
desain lain dengan alasan tertentu. Pondasi Tepi rabat yang dipakai
adalah Pondasi Staal menggunakan pasangan batu kali. Untuk pondasi
pasangan batu kali ketentuan mengenai dimensi harus sesuai gambar
rencana dan dilaksanakan sebagai berikut :
o Adukan yang dipakai untuk pasangan pondasi harus sesuai
spesifikasi yang telah ditentukan yaitu 1 Pc : 4 Ps
o Batu – batu pondasi tidak saling bersentuhan langsung dan selalu ada
perekat ( adonan spesi ) diantaranya hingga rapat.
o Celah – celah yang besar antar batu harus diisi dengan batu yang
lebih kecil yang dikocok padat.
9. Pengecoran Rabat Beton.
 Mutu Rabat beton yang dikehendaki untuk semua campuran beton
dengan gambar campuran 1 pc : 3 ps : 5 kr atau minimal mencapai
mutu beton K 125.
 TPK tidak diperbolehkan mengecor Rabat beton sebelum pemasangan
papan delatasi dan kondisi pondasi tepi sudah selesai.
 Untuk pekerjaan konstruksi rabat beton harus memakai semen, batu
pecah (split) dan Pasir sesuai ketentuan persyaratan bahan di atas
 Untuk mengaduk semua campuran beton harus memakai air bersih dan
tawar (serta persayaratan lain sebagaimana persyaratan bahan diatas)
dengan kadar air secukupnya pada campuran sederhana, supaya beton
tidak terlalu cair ( PBI 1971 / SNI 2008).
 Pemasangan papan – papan delatasi dipakai papan begesting tebal 2 cm.
 Setelah pekerjaan papan delatasi dibongkar, semua bidang yang terlihat
ada lubang – lubang tidak rata, harus segera ditutup dengan pasir/sirtu.
 Pencampuran beton menggunakan Mixer atau molen, atau juga bisa
menggunakan campuran manual tetapi dengan pengawasan.

10. Bahu Jalan.


a. Fungsi Bahu Jalan :
 Sebagai pelindung perkerasan jalan.
 Sebagai perantara antara aliran air hujan yang ada di permukaan
jalan menuju saluran tepi.
 Dan sebagai tempat pemberhentian sementara/ simpangan
kendaraan.
b. Persyaratan teknis bahu jalan sebagai berikut :
 Dibuat disebelah kiri dan atau kanan sepanjang jalan, dengan lebar
1 m minimum 0,5 m.
 Harus dibuat dengan kemiringan yang lebih miring dari permukaan
jalan, biasanya 6-8 % .
 Tanah pada bahu jalan harus dipadatkan.
 Urugan bahu jalan disarankan pakai tanah sekitar (untuk yang jenis
tanahnya baik), kecuali tanah sekitar berupa lumpur atau lempung.

11. Saluran Pinggir Jalan.


Saluran yang berdekatan dengan bahu jalan diperlukan disebelah kanan
dan kiri jalan, kecuali :
 Jalan yang dibuat di punggung bukit.
 Jalan dibuat dilereng bukit, tidak perlu saluran di sebelah bawah ( satu
sisi ).
 Badan jalan diurug lebih dari 50 cm.
Untuk keadaan biasa dimensi saluran harus berukuran minimal 50 cm
(dalam) dan 30 cm (lebar dasar), dengan lebar atas 50 cm (bentuk
trapesium).
Syarat saluran pinggir jalan :
 Saluran dibuat sejajar dengan jalan.

7
Lampiran 1
 Dasar saluran dibuat kemiringan yang cukup untuk menghindari erosi tanah
dasar saluran / plesteran dasar, namun tidak datar.
 Ketinggian dasar saluran harus lebih rendah dibanding lapisan pasir dibawah
pondasi jalan untuk proses perembesan dan pengeringan pondasi jalan.
 Untuk saluran yang mudah erosi, perlindungan terdiri dari perkuatan talud dan
lantai saluran atau pemberian bangunan drop struktur. Jenis perlidungan
saluran dengan menggunakan gebalan rumput, turap, batu kosong, atau
pasangan. Bronjong dapat digunakan terutama pada tikungan di tanah yang
peka erosi.
 Konstruksi dinding saluran dapat di buat dari Pasangan Batu dan Lantai di Cor.

IV. PEKERJAAN SALURAN IRIGASI – PASANGAN BATU

A. GAMBARAN UMUM
1. Tujuan daripada Saluran Irigasi adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan produksi pertanian .
b. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan air irigasi.
c. Meningkatkan intensitas tanam.
d. Meningkatkan dan memberdayakan masyarakat desa dalam pembangunan
jaringan irigasi perdesaan.
2. Kriteria Umum sebagai berikut :
a. Irigasi yang tidak tercatat dalam buku inventarisasi PU Pengairan.
b. Luas areal daerah irigasi maksimal 150 ha.
c. Pengelolaan, Operasi dan Pemeliharaan dilaksanakan oleh kelompok Tani.
d. Merupakan usulan masyarakat petani.
e. Dapat merupakan Rehabilitasi Jaringan Tersier dalam daerah Irigasi Teknis dan
Irigasi Semi Teknis.
f. Tidak sedang dibiayai oleh sumber dana lain.
g. Pembangunan Irigasi baru harus memenuhi ketentuan :
 Ada sumber air yang cukup.
 Ada sawah (tadah hujan).
 Ada petani.
 Kwalitas air memenuhi.
 Tanah atau sawah baik untuk pertanian seperti padi.
 Ada pemasaran hasil produksi.
h. Daerah irigasi perdesaan bukan merupakan daerah banjir rutin.
i. Beda tinggi yang cukup untuk mengalirkan air.
j. Adanya pemasaran hasil produksi.
k. Tidak ada masalah ganti rugi tanah, bangunan dan tanaman.
l. Dimensi dan Jenis Konstruksi Saluran mempertimbangkan Kemiringan Saluran,
Kecepatan aliran air, Debit Air, Perubahan aliran pada tikungan dan Jenis
Tanah. Konstruksi Dinding Saluran dapat dibuat dengan Pasangan Batu atau
Cor dan Dasar saluran dengan di Cor.
m. Usulan bendung baru dari pasangan batu atau beton terbatas pada :
 panjang bendung maksimum :10 m, sedangkan untuk panjang > 10 m
sebaiknya dikoordinasikan dengan instansi teknis terkait.
 tinggi bendung maksimum : 3m
 debit banjir rencana : 30 m/dtk

Pengelolaan suatu jaringan irigasi pada dasarnya merupakan usaha bersama para
pemakai atau petani untuk mengoperasikan dan memelihara bersama jaringan
irigasi agar dapat berdaya guna dan berhasil guna setinggi-tingginya.
Pengertian operasi irigasi adalah proses kegiatan pengatuan, pengambilan air dari
sumber air, pengaliran air ke dalam jaringan saluran irigasi dan pembagian air
secara rasional ke areal tanah yang diairi secara efektif, efisien, adil dan merata
serta pembuangan air kelebihan ke saluran-saluran pembuang.
B. PERSYARATAN BAHAN
1. Batu
Kriteria batu yang dimaksud adalah sebagai berikut :
 Batu belah yang digunakan haruslah batu alam hasil pecahan dengan muka
minimal 3 sisi dan bukan batu blondos, harus bersih dari bahan organik dan
keras, tahan lama, serta tidak porous.
 Ukuran batu yang akan digunakan adalah 15-20 cm, sedangkan batu
dengan ukuran lebih kecil dapat digunakan sebagai pengisi.
 Batu – batu tersebut harus dapat saling mengunci.
2. Semen PC

8
Lampiran 1
 Sesuai standart SNI dan sesuai Spesifikasi Teknik yang ada, (PC / PCC KW1).
 Dipakai 1 (satu) merk semen untuk seluruh pekerjaan kecuali dalam
keadaan khusus.
 Semen harus didatangkan dalam Zak yang tidak pecah/utuh, tidak terdapat
kekurangan berat dari apa yang tercantum dalam zak.
 Semen masih harus dalam keadaan segar (belum mulai mengeras). Jika ada
bagian yang mulai mengeras, bagian tersebut masih harus dapat ditekan
hancur dengan tangan bebas (tanpa alat) dan jumlah tidak lebih dari 10%
berat. Jika ada bagian tidak dapat ditekan hancur dengan tangan bebas,
maka jumlahnya tidak boleh melebihi 5% berat dan kepada campuran
tersebut diberi tambahan semen baik dalam jumlah yang sama.
 Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat atau semen
dalam kantong di penyimpanan lokal (di penyalur) lebih dari 3 bulan perlu
diuji sebelum digunakan, jika sudah rusak harus ditolak
3. Pasir Pasang ( Agregat halus untuk adonan )
Kriteria pasir pasang yang dimaksud adalah sebagai berikut :
 Pasir yang digunakan harus pasir yang berbutir tajam dan keras, kandungan
lumpur yang terkandung dalam pasir tidak boleh lebih besar 10%. Bila
setelah pasir digenggam (dengan tekanan) dibuka akan terurai lagi (tidak
menggumpal).
 Pasir harus bersih dan bebas dari bahan organik dan anorganik
 Pasir harus dihindari dari hujan asam dengan cara ditutup dengan
terpal/plastik kuat yang bersih.
 Pasir yang digunakan untuk pasangan batu belah berasal dari sungai atau
gunung, pasir laut tidak dapat digunakan.
 Ukuran butiran 1 mm s/d 2,5 mm dan bergradasi.
4. Besi beton
 Menggunakan Besi Beton Baru, bebas dari kotoran, lapisan minyak, karat,
dan tidak cacat
 Menggunakan tulangan pokok, tulangan susut dan begel sesuai dengan SNI
Fu 4000 kg/cm2. Fy 2600
 Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak disepuh
seng, diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40mm.
 Ukuran besi beton menggunakan ukuran standar.
 Besi Beton harus berasal dari satu pabrik. Tidak dibenarkan untuk
menggunakan merk besi beton yang berlainan dengan untuk pekerjaan ini.
5. Agregat Kasar ( Split 2-3cm )
 Harus berupa batu pecah (split) yang mempunyai susunan gradasi yang baik,
cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak porous / kropos), dengan
tekstur permukaan kasar, butir-butirnya tajam, kuat dan bersudut.
 Ukuran maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari 3 cm.
 Kadar Lumpur tidak boleh melebihi dari 1% berat kering dan tidak boleh
mengandung garam.
 Bersih dari debu, sebelum dipakai harus dicuci terlebih dahulu dan setara
dengan batu pecah mesin.
6. Air
 Air yang digunakan untuk bahan adukan pasangan, harus air tawar yang
bersih dari bahan-bahan yang berbahaya dari penggunaannya seperti
minyak, alkali, sulfat, bahan organik, garam, lumpur.
 Kadar lumpur yang terkandung dalam air tidak boleh lebih dari 2 % dalam
perbandingan beratnya.

C. PELAKSANAAN PEKERJAAN
1. Pekerjaan Galian Tanah
 Dalamnya galian pondasi harus sesuai dengan gambar dan detail (Sebelum
kedalaman galian tanah terpenuhi, TPK tidak boleh memasang pondasi batu kali.)
 Harus sampai tanah asli yang keras (bila sulit dicapai bisa dilakukan perbaikan
tanah).
 Dinding galian harus dijamin tidak longsor (dengan memperhatikan sudut lereng
alam), bila perlu dipasangi turap darurat.
 Lebar dan panjang galian harus diperhitungkan sehingga memungkinkan tukang
batu dapat melaksanakan pekerjaan.
 Sebelum pekerjaan pasangan mulai, lubang galian harus benar – benar bersih dari
sisa galian.
2. Pekerjaan Pasangan Batu
Pekerjaan ini terdiri dari pembuatan struktur ( bangunan ) menggunakan batu
pilihan yang disambungkan dengan adonan semen. Struktur demikian akan

9
Lampiran 1
direncanakan sebagai bangunan penyangga untuk menahan beban yang datangnya
dari luar.
 Semua pekerjaan pasangan boleh dikerjakan atau dimulai apabila galiannya telah
diperiksa dan disetujui ukurannya/kedalamannya serta kedudukan as-asnya oleh
Pendamping Desa Teknik Infrastruktur.
 Contoh : Suatu campuran adonan semen untuk pekerjaan pasangan batu dengan
menggunakan campuran 1 Semen PC : 4 Pasir, untuk menjaga kualitas campuran
sebaiknya menggunakan adukan molen. Serta menggunakan kotak ukur.
o Perbandingan campuran 1 PC : 4 Psr,
o Bila 1 zak PC = 50 kg maka ukuran kotak yang dibuat

40 cm

40 cm

20 cm 40 cm
60 cm
o Untuk campuran 1 PC : 4 Psr, Jika 1 zak PC 50 kg dimasukan ke dalam
molen berarti 4 kotak pasir dengan ukuran diatas dimasukan ke dalam
molen.
 Batu harus bersih dan dibasahi sepenuhnya sebelum dipasang, diberikan waktu
untuk penyerapan air. Pondasi atau lapisan dasar yang sudah disiapkan harus
juga dibasahi.
 Pasir harus disaring terlebih dahulu sebelum dipakai sebagai campuran.
 Nat antara batu tidak kurang dari 1 cm dan tidak lebih dari 1,5 cm.
 Adonan campuran harus diproduksi dalam volume yang cukup untuk pemakaian
segera.
 Suatu lapisan dasar adonan segar tebal paling sedikit 3 cm harus dipasang di atas
pondasi yang telah disiapkan secepatnya sebelum pemasangan batu – batu pada
lapis pertama. Batu pilihan yang besar harus digunakan untuk lapisan bawah dan
di sudut – sudut. Harus diperhatikan dan dihindari pengelompokan batu yang
sama ukurannya.
 Pemasangan batu kali tidak boleh dijatuhkan dari atas, jadi harus diatur dengan
baik agar tidak berongga.
 Tebal alas adonan untuk masing – masing lapisan pekerjaan batu adalah dalam
batas-batas antara 2 s/d 5 cm, tetapi harus dipertahankan sampai keperluan
minimum untuk menjamin bahwa semua rongga antara batu yang dipasang telah
diisi sepenuhnya.
 Batu harus diletakkan dengan permukaan yang paling panjang mendatar dan
permukaan yang terlihat batu harus diatur sejajar dengan permukaan dinding
yang sedang dibangun.
 Pasangan batu harus terdiri batu yang dipecahkan dengan palu secara kasar dan
berukuran sembarang, sehingga kalau dipasang bisa saling menutup. Setiap batu
harus berukuran minimun 15 cm, akan tetapi batu yang lebih kecil dapat dipakai
untuk pengisi.
 Batu – batu harus dipasang satu persatu untuk menghindarkan penggeseran atau
gerakan batu yang sudah dipasang. Penggilasan atau memutar – mutar batu di
atas pekerjaan batu yang sudah terpasang tidak diizinkan.
 Pada umumnya banyaknya penyediaan adonan untuk dasar yang dipasang satu
kali harus dibatasi sampai tingkat kemajuan pemasangan batu sehingga batu –
batu hanya dipasang di atas adonan segar, jika sebuah batu dalam struktur
menjadi lepas atau tergeser sesudah adonan diletakkan, batu tersebut harus
disingkirkan, dibersihkan dari adonan – adonan yang mengeras dan dipasang
kembali dengan adonan segar.
 Segera setelah semua batu muka dipasang dan sementara adonan masih segar
permukaan yang nonjol dari struktur harus dibersihkan seluruhnya dari noda –
noda adonan.
o Bila pasangan batu tersebut cukup kuat, dan tidak lebih cepat dari 14 hari
setelah penyelesaian pekerjaan pemasangan, urugan kembali akan
dilaksanakan sebagaiman ditetapkan.
 Jika pemasangan batu belah terpaksa dihentikan maka ujung penghentian
pondasi harus bergigi agar pada penyambungan berikutnya terjadi ikatan yang
kokoh dan sempurna.

10
Lampiran 1

3. Pekerjaan Plesteran
Pekerjaan ini terdiri dari produksi dan pemasangan plesteran untuk digunakan
dalam pasangan batu.
Langkah – langkah untuk pekerjaan plesteran :
 Campuran adonan semen untuk plesteran pasangan batu menggunakan
campuran 1 Pc : 3 Psr.
 Permukaan yang menerima adonan plesteran harus disiram dan dibersihkan
dari lumpur atau benda – benda lain sebelum adonan plesteran tersebut
dipasang.
 Adonan plesteran harus diproduksi dalam volume yang cukup untuk
pemakaian segera.
 Pekerjaan plesteran dikerjakan sesuai dengan gambar rencana.
 Pekerjaan plesteran dikerjakan dengan rapi.

V. PEKERJAAN AIR BERSIH

A. GAMBARAN UMUM
1. Tujuan daripada Air Bersih adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan persediaan Air bersih bagi rumah tangga miskin
b. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan air bersih
c. Meningkatkan intensitas pengolahan lahan pekarangan
d. Meningkatkan dan memberdayakan masyarakat desa dalam pembangunan
jaringan air bersih
2. Kriteria Umum sebagai berikut :
a. Air bersih yang tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna
b. Sumber Mata Air memenuhi syarat kebutuhan Air bersih minimal 60
ltr/orang/hari
c. Pengelolaan, Operasi dan Pemeliharaan dilaksanakan oleh kelompok
Masyarakat
d. Merupakan usulan masyarakat desa.
e. Dapat merupakan bangunan baru, Rehabilitasi Jaringan air bersih,
pengembangan jaringan.
f. Tidak sedang dibiayai oleh sumber dana lain.
g. Pembangunan Air bersih baru harus memenuhi ketentuan :
 Ada sumber air yang cukup.
 Ada pemanfaat
 Kwalitas air memenuhi.
 Lokasi Mata air masih milik desa.
 Beda tinggi yang cukup untuk mengalirkan air.
 Tidak ada masalah ganti rugi tanah, bangunan dan tanaman.
Pengelolaan suatu bangunan air bersih pada dasarnya merupakan usaha bersama
para pemakai atau pemanfaat untuk mengoperasikan dan memelihara bersama agar
dapat berdaya guna dan berhasil guna setinggi-tingginya.
Pengertian operasi Air Bersih adalah proses kegiatan pengaturan, pengambilan air
dari sumber air, pengaliran air ke dalam jaringan perpipaan dan pembagian air
secara rasional ke seluruh Hidran Umum atau ke rumah pemanfaat yang diairi
secara efektif, efisien, adil dan merata.
B. PERSYARATAN BAHAN/SPESIFIKASI PEKERJAAN
1. Batu
Kriteria batu yang dimaksud adalah sebagai berikut :
 Batu belah yang digunakan haruslah batu alam hasil pecahan dengan muka
minimal 3 sisi dan bukan batu blondos, harus bersih dari bahan organik dan
keras, tahan lama, serta tidak porous.
 Ukuran batu yang akan digunakan adalah 15-20 cm, sedangkan batu
dengan ukuran lebih kecil dapat digunakan sebagai pengisi.
 Batu – batu tersebut harus dapat saling mengunci.
2. Semen PC
 Sesuai standart SNI dan sesuai Spesifikasi Teknik yang ada, (PC / PCC KW1).
 Dipakai 1 (satu) merk semen untuk seluruh pekerjaan kecuali dalam
keadaan khusus.
 Semen harus didatangkan dalam Zak yang tidak pecah/utuh, tidak terdapat
kekurangan berat dari apa yang tercantum dalam zak.
 Semen masih harus dalam keadaan segar (belum mulai mengeras). Jika ada
bagian yang mulai mengeras, bagian tersebut masih harus dapat ditekan
hancur dengan tangan bebas (tanpa alat) dan jumlah tidak lebih dari 10%

11
Lampiran 1
berat. Jika ada bagian tidak dapat ditekan hancur dengan tangan bebas,
maka jumlahnya tidak boleh melebihi 5% berat dan kepada campuran
tersebut diberi tambahan semen baik dalam jumlah yang sama.
 Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat atau semen
dalam kantong di penyimpanan lokal (di penyalur) lebih dari 3 bulan perlu
diuji sebelum digunakan, jika sudah rusak harus ditolak
3. Pasir Pasang ( Agregat halus untuk adonan )
Kriteria pasir pasang yang dimaksud adalah sebagai berikut :
 Pasir yang digunakan harus pasir yang berbutir tajam dan keras, kandungan
lumpur yang terkandung dalam pasir tidak boleh lebih besar 10%. Bila
setelah pasir digenggam (dengan tekanan) dibuka akan terurai lagi (tidak
menggumpal).
 Pasir harus bersih dan bebas dari bahan organik dan anorganik
 Pasir harus dihindari dari hujan asam dengan cara ditutup dengan
terpal/plastik kuat yang bersih.
 Pasir yang digunakan untuk pasangan batu belah berasal dari sungai atau
gunung, pasir laut tidak dapat digunakan.
 Ukuran butiran 1 mm s/d 2,5 mm dan bergradasi.
4. Besi beton
 Menggunakan Besi Beton Baru, bebas dari kotoran, lapisan minyak, karat,
dan tidak cacat
 Menggunakan tulangan pokok, tulangan susut dan begel sesuai dengan SNI
Fu 4000 kg/cm2. Fy 2600
 Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak disepuh
seng, diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40mm.
 Ukuran besi beton menggunakan ukuran standar.
 Besi Beton harus berasal dari satu pabrik. Tidak dibenarkan untuk
menggunakan merk besi beton yang berlainan dengan untuk pekerjaan ini.
5. Agregat Kasar ( Split 2-3cm )
 Harus berupa batu pecah (split) yang mempunyai susunan gradasi yang baik,
cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak porous / kropos), dengan
tekstur permukaan kasar, butir-butirnya tajam, kuat dan bersudut.
 Ukuran maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari 3 cm.
 Kadar Lumpur tidak boleh melebihi dari 1% berat kering dan tidak boleh
mengandung garam.
 Bersih dari debu, sebelum dipakai harus dicuci terlebih dahulu dan setara
dengan batu pecah mesin.

6. Pipa dan perlengkapan


 Pipa distribusi yang ditanam di dalam tanah maupun pipa cabang untuk
distribusi air bersih ke setiap Hidran Umum dan Reservoir terbuat dari
bahan PVC Standard SNI Tekanan S-8, S-10, S12.5 sesuai perencanaan,
sedangkan untuk yang tidak tertanam menggunakan Galvanizet Stell
Pipe(GSP) standar ASTM klas Medium A atau sesuai ketersediaan bahan di
daerah dengan tetap mempertimbangkan kualitas pipa. Ukuran dan jumlah
pipa merujuk pada perhitungan RAB
7. Air
 Air yang digunakan untuk bahan adukan pasangan, harus air tawar yang
bersih dari bahan-bahan yang berbahaya dari penggunaannya seperti
minyak, alkali, sulfat, bahan organik, garam, lumpur.
 Kadar lumpur yang terkandung dalam air tidak boleh lebih dari 2 % dalam
perbandingan beratnya.

C. PELAKSANAAN PEKERJAAN
1. Pekerjaan Galian Tanah
 Dalamnya galian pondasi harus sesuai dengan gambar dan detail (Sebelum
kedalaman galian tanah terpenuhi, TPK tidak boleh memasang pondasi batu kali.)
 Harus sampai tanah asli yang keras (bila sulit dicapai bisa dilakukan perbaikan
tanah).
 Dinding galian harus dijamin tidak longsor (dengan memperhatikan sudut lereng
alam), bila perlu dipasangi turap darurat.
 Untuk Galian pipa harus memiliki kedalaman yang cukup minimal 50 cm
 Sebelum pipa ditanam dapat didahului dengan urugan pasir minimal 10 cm atau
sesuai perhitungan desain dan RAB.
 Lebar dan panjang galian harus diperhitungkan sehingga memungkinkan tukang
batu dapat melaksanakan pekerjaan.
2. Pekerjaan Pasangan Batu

12
Lampiran 1
Pekerjaan ini terdiri dari pembuatan struktur ( bangunan ) menggunakan batu
pilihan yang disambungkan dengan adonan semen. Struktur demikian akan
direncanakan sebagai bangunan penyangga untuk menahan beban yang datangnya
dari luar.
Semua pekerjaan pasangan boleh dikerjakan atau dimulai apabila galiannya telah
diperiksa dan disetujui ukurannya/kedalamannya serta kedudukan as-asnya oleh
Pendamping Desa Teknik Infrastruktur.

3. Bahan – Bahan Beton Dan Beton Bertulang


 Mutu beton yang dikehendaki untuk semua pekerjaan beton adalah K 225
atau dengan gambar campuran 1 pc : 2 ps : 3 kr , ukuran beton dan
penulangannya sesuai dengan gambar.
 TPK tidak diperbolehkan mengecor beton sebelum begesting dan pasangan
besi beton diperiksa dan disetujui.
 Untuk pekerjaan konstruksi beton bertulang harus memakai semen, batu
pecah (split) dan Pasir sesuai ketentuan persyaratan bahan di atas.
 Besi Beton harus selalu menggunakan besi beton ulir (deformed bars) untuk
tulangan utama dan sengkang kecuali ditentukan lain dalam gambar.
 Admixtures Material Tambahan
 Dalam keadaan tertentu boleh dipakai bahan campuran tambahan untuk
memperbaiki sifat suatu campuran beton. Bahan campuran tambahan yang
berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur, memperlambat atau
mempercepat pengikatan dan atau pengerasan beton harus memenuhi atau
memenuhi standart Umum Bahan Bangunan Indonesia
 Untuk mengaduk semua campuran beton harus memakai air bersih dan
tawar (serta persayaratan lain sebagaimana persyaratan bahan diatas)
dengan kadar air secukupnya pada campuran sederhana, supaya beton tidak
terlalu cair ( PBI 1971 / SNI 2008).
 Pembongkaran papan begesting dapat dilaksanakan sesudah mendapat
persetujuan dari Pendamping Desa Teknik Infrastruktur .
 Pemasangan papan – papan begesting dipakai papan begesting tebal 2 cm
disusun secara rapat.
 Setelah pekerjaan begesting dibongkar, semua bidang yang terlihat ada
lubang – lubang tidak rata, harus segera ditutup dengan spesi 1 pc : 1 ps.
4. Penulangan Beton Bertulang
a. Ukuran dan gambar penulangan beton dapat disesuaikan dengan gambar
yang ada dan apabila gambar kurang jelas dapat digunakan penulangan
sebagai berikut.
 Sloof 15 x 20 = 4  12 mm dan  8 mm – 15
 Kolom 15 x 15 = 4  12 mm dan  8 mm – 15
 Balok ring, 12x15 = 4  12 mm dan  6 mm – 15
 Dinding tebal min 10 mm =  10 mm - 150 dua lapis
b. Pelaksanaan Kegiatan
 Penyetelan dan pemasangan besi tulangan, semua tulangan harus
dipasang pada posisi yang tepat hingga tidak dapat berubah dan
bergeser pada waktu adukan digetarkan. Penyetelan besi tulangan
harus diperhitungkan dengan tebal selimut beton terhadap ukuran
yang ditentukan.
 Pengecoran :
 Sebelum pengecoran dilaksanakan, begisting harus dicek terhadap
kelurusan, baik arah vertikal maupun horizontal.
 Pada waktu pengecoran digunakan kayu reng untuk mengocok cor
atau alat bantu lainnya dan diselingi pengetukan begisting secara
perlahan – lahan .
 Pengadukan harus rata dan sama kentalnya setiap kali membuat
adukan, adukan yang mengeras tidak boleh dipakai.
 Pembongkaran begisting diperbolehkan setelah beton mengalami
periode pengerasan sesuai dengan SKSNI T - 15 – 1991 atau seijin
dengan Pendamping Desa Teknik infrastruktur.
 Kegiatan yang tidak sesuai dengan ketentuan ini, harus dibongkar
dan diperbaiki oleh TPK
 Sebelum pengecoran dilakukan, sisi dalam papan begisting harus
bebas dari segala macam kotoran dan harus tersiram dengan air
secara merata

5. Pekerjaan Plesteran

13
Lampiran 1
Pekerjaan ini terdiri dari produksi dan pemasangan plesteran untuk digunakan
dalam pasangan batu dan lantai bak air.
Langkah – langkah untuk pekerjaan plesteran :
 Campuran adonan semen untuk plesteran pasangan batu menggunakan
campuran 1 Pc : 3 Psr.
 Permukaan yang menerima adonan plesteran harus disiram dan dibersihkan
dari lumpur atau benda – benda lain sebelum adonan plesteran tersebut
dipasang.
 Adonan plesteran harus diproduksi dalam volume yang cukup untuk
pemakaian segera.
 Pekerjaan plesteran dikerjakan sesuai dengan gambar rencana.
 Pekerjaan plesteran dikerjakan dengan rapi.
6. Pipa
 Pipa harus diperlakukan sedemikian rupa agar terhindar dari kerusakan
pada pasangan semen atau lumuran luarnya, bila ada kerusakan segera
diperbaiki sebelum pemasangan. Bila pipa dengan diameter lebih dari 600
mm harus mempunyai penguat dan kayu pada 4 titik ujung spigot guna
menghindari perubahan pada ujung pipa. Bantalan ini harus tetap pada pipa
sampai saatnya siap di pasang. Pipa harus di simpan di lapangan tanpa
bertumpuk-tumpuk kalau tidak ada bantalan di antara lapisan-lapisan pipa.
Pipa di tutup dgn terpal, tidak dibenarkan penumpukan lebih tinggi dari 60
cm.
 Pada pemasangan pipa hrs selalu di jaga agar tidak ada benda asing dalam
pipa yg sedang di pasang, selama pelaksanaan tidak boleh ada puing,
perkakas, kain, atau bahan lain di dalam pipa.
 Setiap pipa di pasang di dlm lubang parit, ujung spigot hrs satu garis sumbu
dgn ujung soket. Ditekan masuk serta di dudukkan tepat pada garis dan
kemiringannya.
 Pada waktu pemasangan pipa berhenti, ujung pipa terhenti, ujung pipa
terbuka harus ditutup sementara untuk dilanjutkan kembali.

7. ACIAN
Menggunakan semen Portland dicampur dengan air sampai jenuh, lalu diaci pada
seluruh bidang dinding yang sudah di plester yang didahului dengan membasahi
bidang dinding yang akan di aci.
8. PEKERJAAN PENGECATAN
Pengecatan Dinding
a. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya
peralatan dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan
pekejaan ini, sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu
baik dan sempurna
2. Pengecatan dinding dilakukan pada bagian luar dan dalam serta pada
seluruh detail yang disebutkan dalam gambar
b. Syarat- syarat Pelaksanaan
1. Semua bidang Pengecatan harus betul-betul rata, tidak terdapat cacat
(retak, lubang dan pecah-pecah).
2. Pengecatan tidak dilakukan selama masih adanya perbaikan pekerjaan
pada bidang pengecatan.
3. Bidang pengecatan harus dalam keadaan kering serta bebas dari debu,
lemak, minyak dan kotoran-kotoran lain yang dapat merusak atau
mengurangi mutu pengecatan.
4. Seluruh Bidang pengecatan dicat dengan cat khusus kolam dengan cat
akhiran tiga kali untuk mencapai hasil yang rata dan halus.
5. TPK harus mengajukan contoh cat yang digunakan kepada
Pendamping Desa.
6. Semua pekerjaan cat yang tidak rata, belang, pecah – pecah serta
masih tipis harus diulang dan diperbaiki atas biaya TPK.

VI. PEKERJAAN JEMBATAN


A. GAMBARAN UMUM
Persyaratan Tata Bangunan dan Lingkungan
Berdasarkan pertimbangan penggunaan Teknologi sederhana,keselamatan dan
kenyamanan Pemanfaat Bangunan Jembatan serta ketentuan untuk lokasi
yang tersedia.
1. Jembatan Beton
 Bentang

14
Lampiran 1
Maximal 6 m, jika lebih dari 6 m harus dikonsultasikan dengan SKPD terkait
atau Tenaga ahli Infrastruktur Desa.
 Lebar
Maksimal 4,5 m dengan lebar lalu lintas 3,5 m.
 Lokasi
Bentang terpendek dari sungai dan tegak lurus terhadap sungai, Jangan di
tikungan sungai.
 Elevasi
Minimal 1,5 m Dari MAB

2. Jembatan Gelagar Besi Lantai Kayu


 Bentang
Maximal 12 m, jika lebih dari 12 m harus dikonsultasikan dengan SKPD terkait
atau Tenaga ahli Infrastruktur Desa.
 Lebar
Maksimal 3 m dengan.
 Lokasi
Bentang terpendek dari sungai dan tegak lurus terhadap sungai, Jangan di
tikungan sungai.
 Elevasi
Minimal 1,5 m Dari MAB

B. PERSYARATAN BAHAN/SPESIFIKASI PEKERJAAN


1. Batu
Kriteria batu yang dimaksud adalah sebagai berikut :
 Batu belah yang digunakan haruslah batu alam hasil pecahan dengan muka
minimal 3 sisi dan bukan batu blondos, harus bersih dari bahan organik dan
keras, tahan lama, serta tidak porous.
 Ukuran batu yang akan digunakan adalah 15-20 cm, sedangkan batu
dengan ukuran lebih kecil dapat digunakan sebagai pengisi.
 Batu – batu tersebut digunakan untuk bahan Pasangan Batu untuk
konstruksi Abutmen.
2. Semen PC
 Sesuai standart SNI dan sesuai Spesifikasi Teknik yang ada, (PC / PCC KW1).
 Dipakai 1 (satu) merk semen untuk seluruh pekerjaan kecuali dalam
keadaan khusus.
 Semen harus didatangkan dalam Zak yang tidak pecah/utuh, tidak terdapat
kekurangan berat dari apa yang tercantum dalam zak.
 Semen masih harus dalam keadaan segar (belum mulai mengeras). Jika ada
bagian yang mulai mengeras, bagian tersebut masih harus dapat ditekan
hancur dengan tangan bebas (tanpa alat) dan jumlah tidak lebih dari 10%
berat. Jika ada bagian tidak dapat ditekan hancur dengan tangan bebas,
maka jumlahnya tidak boleh melebihi 5% berat dan kepada campuran
tersebut diberi tambahan semen baik dalam jumlah yang sama.
 Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat atau semen
dalam kantong di penyimpanan lokal (di penyalur) lebih dari 3 bulan perlu
diuji sebelum digunakan, jika sudah rusak harus ditolak
3. Pasir Pasang ( Agregat halus untuk adonan )
Kriteria pasir pasang yang dimaksud adalah sebagai berikut :
 Pasir yang digunakan harus pasir yang berbutir tajam dan keras, kandungan
lumpur yang terkandung dalam pasir tidak boleh lebih besar 10%. Bila
setelah pasir digenggam (dengan tekanan) dibuka akan terurai lagi (tidak
menggumpal).
 Pasir harus bersih dan bebas dari bahan organik dan anorganik
 Pasir harus dihindari dari hujan asam dengan cara ditutup dengan
terpal/plastik kuat yang bersih.
 Pasir yang digunakan untuk pasangan batu belah berasal dari sungai atau
gunung, pasir laut tidak dapat digunakan.
 Ukuran butiran 1 mm s/d 2,5 mm dan bergradasi.
4. Besi beton
 Menggunakan Besi Beton Baru, bebas dari kotoran, lapisan minyak, karat,
dan tidak cacat
 Menggunakan tulangan pokok, tulangan susut dan begel sesuai dengan SNI
Fu 4000 kg/cm2. Fy 2600
 Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak disepuh
seng, diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40mm.

15
Lampiran 1
 Ukuran besi beton menggunakan ukuran standar SNI.
 Khusus Gelagar Besi menggunakan Standar SNI
5. Agregat Kasar ( Split 2-3cm )
 Harus berupa batu pecah (split) yang mempunyai susunan gradasi yang baik,
cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak porous / kropos), dengan
tekstur permukaan kasar, butir-butirnya tajam, kuat dan bersudut.
 Ukuran maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari 3 cm dan tidak lebih
besar dari ¾ jarak bersih antar baja tulangan dengan cetakan dan tidak
boleh lebih besar dari 1/3 tebal plat.
 Kadar Lumpur tidak boleh melebihi dari 1% berat kering dan tidak boleh
mengandung garam.
 Bersih dari debu, sebelum dipakai harus dicuci terlebih dahulu dan setara
dengan batu pecah mesin.

6. Air
 Air yang digunakan untuk bahan adukan pasangan, harus air tawar yang
bersih dari bahan-bahan yang berbahaya dari penggunaannya seperti
minyak, alkali, sulfat, bahan organik, garam, lumpur.
 Kadar lumpur yang terkandung dalam air tidak boleh lebih dari 2 % dalam
perbandingan beratnya.

7. Kayu
 Kayu untuk non Struktur Usuk reng minimal menggunakan kayu klas II
(kruing atau kamper)
 Kayu untuk Begesting atau bowplang menggunakan kayu klas 3 (kayu
sengon), begisting lantai Jembatan Beton Dapat menggunakan Tripleks tebal
9 mm.
 Kayu tidak kropos, tidak ada mata ikan, serat kayu searah dengan panjang
kayu.
 Ukuran kayu sesuai dan seragam.
 Untuk Lantai Jembatan Gelagar Besi dapat menggunakan kayu Kelas I
(Meranti atau setara) dengan Ketebalan 5 cm.

C. PELAKSANAAN PEKERJAAN
 Pekerjaan pembersihan tanah (land clearing)
TPK harus membersihkan tanah lokasi pekerjaan dari segala material/ unsur yang
bersifat merusak konstruksi pekerjaan sampai benar-benar bersih.
3. Pekerjaan pengukuran dan Bouwplank
 Pekerjaan pengukuran/uitzet sepenuhnya dilaksanakan oleh TPK dan
difasilitasi oleh Pendamping Desa Teknik Infrastruktur (PDTI).
 Pekerjaan pengukuran harus dilaksanakan dengan cermat/teliti dengan
menggunakan alat-alat ukur agar ketepatan ukuran (sudut, panjang, lebar,
dalam/tebal/tinggi) dapat dipertanggungjawabkan sampai dengan pekerjaan
selesai dan apabila terjadi penyimpangan ukuran maka TPK bertanggungjawab
untuk memperbaikinya.
 Patok profil / bouwplank dibuat dari bahan Kayu kelas III yaitu usuk 5/7 dan
papan 2/20 dan dipasang / ditanam kuat-kuat agar tidak mudah goyah /
berubah kedudukannya serta di cat warna yang jelas (warna merah).
 Ukuran-ukuran pekerjaan harus sesuai dengan ketentuan yang tercantum
dalam Gambar-gambar pelaksanaan.
 Penentuan titik tinggi/peil duga masing-masing pekerjaan ditetapkan di lokasi
pekerjaan dengan menyesuaikan situasi / kondisi lapangan.
4. Pekerjaan Galian Tanah
 Dalamnya galian pondasi harus sesuai dengan gambar dan detail (Sebelum
kedalaman galian tanah terpenuhi, TPK tidak boleh memasang pondasi batu
kali.)
 Harus sampai tanah asli yang keras (bila sulit dicapai bisa dilakukan perbaikan
tanah).
 Dinding galian harus dijamin tidak longsor (dengan memperhatikan sudut
lereng alam), bila perlu dipasangi turap darurat.
 Lebar dan panjang galian harus diperhitungkan sehingga memungkinkan
tukang batu dapat melaksanakan pekerjaan. Penggalian tanah harus mencapal
kedalaman yang telah ditentukan yang disyaratkan dalam gambar
perencanaan.
 Penggalian akan mencakup pemindahan tanah tanah serta bahan bahan lain
yang dijumpai dalam pengerjaan.

16
Lampiran 1
 Dasar galian harus bersih dari kotoran sampah, akar akar, tumbuh tumbuhan
atau tanah humus yang dapat merusak pada bangunan diatasnya.
 Galian dibuat miring untuk menjaga terjadinya longsor, terutama tanah yang
lembek.
 Bilamana terjadi kesalahan dalam penggalian tanah untuk dasar pondasi
sehingga dicapai kedalaman yang melebihi dari apa yang tertera dalam gambar
atau yang dapat disetujui oleh PDTI maka kelebihan di atas harus ditimbun
kemball dengan pasir yang dipadatkan. Risiko biaya pekerjaan tersebut menjadi
tanggungjawab TPK

5. Pekerjaan Pasangan Batu


Pekerjaan ini terdiri dari pembuatan struktur (bangunan) untuk Abutmen
Jembatan, menggunakan batu pilihan yang disambungkan dengan adonan semen.
Struktur demikian akan direncanakan sebagai bangunan penyangga untuk
menahan beban yang datangnya dari luar.
Semua pekerjaan pasangan boleh dikerjakan atau dimulai apabila galiannya telah
diperiksa dan disetujui ukurannya/kedalamannya serta kedudukan as-asnya oleh
Pendamping Desa Teknik Infrastruktur.
Untuk menjaga kualitas Gunakan campuran 1 pc:3 ps
 Batu harus bersih dan dibasahi sepenuhnya sebelum dipasang, diberikan
waktu untuk penyerapan air. Pondasi atau lapisan dasar yang sudah
disiapkan harus juga dibasahi.
 Pasir harus disaring terlebih dahulu sebelum dipakai sebagai campuran.
 Nat antara batu tidak kurang dari 1 cm dan tidak lebih dari 1,5 cm.
 Adonan campuran harus diproduksi dalam volume yang cukup untuk
pemakaian segera.
 Suatu lapisan dasar adonan segar tebal paling sedikit 3 cm harus dipasang di
atas pondasi yang telah disiapkan secepatnya sebelum pemasangan batu –
batu pada lapis pertama. Batu pilihan yang besar harus digunakan untuk
lapisan bawah dan di sudut – sudut. Harus diperhatikan dan dihindari
pengelompokan batu yang sama ukurannya.
 Pemasangan batu kali tidak boleh dijatuhkan dari atas, jadi harus diatur
dengan baik agar tidak berongga.
 Tebal alas adonan untuk masing – masing lapisan pekerjaan batu adalah
dalam batas-batas antara 2 s/d 5 cm, tetapi harus dipertahankan sampai
keperluan minimum untuk menjamin bahwa semua rongga antara batu yang
dipasang telah diisi sepenuhnya.
 Batu harus diletakkan dengan permukaan yang paling panjang mendatar dan
permukaan yang terlihat batu harus diatur sejajar dengan permukaan dinding
yang sedang dibangun.
 Pasangan batu harus terdiri batu yang dipecahkan dengan palu secara kasar
dan berukuran sembarang, sehingga kalau dipasang bisa saling menutup.
Setiap batu harus berukuran minimun 15/20 cm, akan tetapi batu yang lebih
kecil dapat dipakai untuk pengisi.
 Batu – batu harus dipasang satu persatu untuk menghindarkan penggeseran
atau gerakan batu yang sudah dipasang. Penggilasan atau memutar – mutar
batu di atas pekerjaan batu yang sudah terpasang tidak diizinkan.
 Pada umumnya banyaknya penyediaan adonan untuk dasar yang dipasang
satu kali harus dibatasi sampai tingkat kemajuan pemasangan batu sehingga
batu – batu hanya dipasang di atas adonan segar, jika sebuah batu dalam
struktur menjadi lepas atau tergeser sesudah adonan diletakkan, batu
tersebut harus disingkirkan, dibersihkan dari adonan – adonan yang mengeras
dan dipasang kembali dengan adonan segar.
 Segera setelah semua batu muka dipasang dan sementara adonan masih segar
permukaan yang nonjol dari struktur harus dibersihkan seluruhnya dari noda
– noda adonan.
 Bila pasangan batu tersebut cukup kuat, dan tidak lebih cepat dari 14 hari
setelah penyelesaian pekerjaan pemasangan, urugan kembali akan
dilaksanakan sebagaiman ditetapkan.
 Jika pemasangan pondasi batu belah terpaksa dihentikan maka ujung
penghentian pondasi harus bergigi agar pada penyambungan berikutnya
terjadi ikatan yang kokoh dan sempurna.

6. Bahan – Bahan Beton Dan Beton Bertulang


 Mutu beton yang dikehendaki untuk semua pekerjaan Beton Bertulang adalah
Minimal K 225 atau dengan gambar campuran 1 pc : 2 ps : 3 kr , ukuran beton
dan penulangannya sesuai dengan gambar.

17
Lampiran 1
 TPK tidak diperbolehkan mengecor beton sebelum begesting dan pasangan besi
beton diperiksa dan disetujui.
 Untuk pekerjaan konstruksi beton bertulang harus memakai semen, batu
pecah (split) dan Pasir sesuai ketentuan persyaratan bahan di atas.
 Besi Beton harus selalu menggunakan besi beton ulir (deformed bars) untuk
tulangan utama dan sengkang kecuali ditentukan lain dalam gambar.
 Admixtures Material Tambahan:
 Dalam keadaan tertentu boleh dipakai bahan campuran tambahan untuk
memperbaiki sifat suatu campuran beton. Bahan campuran tambahan yang
berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur, memperlambat atau
mempercepat pengikatan dan atau pengerasan beton harus memenuhi atau
memenuhi standart Umum Bahan Bangunan Indonesia
 Untuk mengaduk semua campuran beton harus memakai air bersih dan tawar
(serta persayaratan lain sebagaimana persyaratan bahan diatas) dengan kadar
air secukupnya pada campuran sederhana, supaya beton tidak terlalu cair (
PBI 1971 / SNI 2008).
 Pembongkaran papan begesting dapat dilaksanakan sesudah mendapat
persetujuan dari Pendamping Desa Teknik Infrastruktur .
 Pemasangan papan – papan begesting dipakai papan begesting tebal 2 cm
disusun secara rapat.
 Setelah pekerjaan begesting dibongkar, semua bidang yang terlihat ada lubang
– lubang tidak rata, harus segera ditutup dengan spesi 1 pc : 1 ps.

7. Penulangan Beton Bertulang


 Ukuran gelagar beton bertulang sesuai dengan gambar perencanaan, ukuran
minimal 25x40 cm .
 Tebal Plat Lantai 20 cm.
 Penulangan sesuai dengan gambar perencanaan.
 Tulangan pokok minimal 16 Ø 16 mm, tulangan sengkang minimal Ø 8mm
jarak 15 cm.
 Campuran beton minimal 1:2:3 atau K 225.
 Penyetelan dan pemasangan besi tulangan: semua tulangan harus dipasang
pada posisi yang tepat hingga tidak dapat berubah dan bergeser pada waktu
adukan digetarkan. Penyetelan besi tulangan harus diperhitungkan dengan
tebal selimut beton terhadap ukuran yang ditentukan.
 Sebelum pengecoran dilaksanakan, begisting harus dicek terhadap kelurusan,
baik arah vertikal maupun horizontal.
 Pada waktu pengecoran digunakan kayu reng untuk mengocok cor atau alat
bantu lainnya dan diselingi pengetukan begisting secara perlahan – lahan .
 Pengadukan harus rata dan sama kentalnya setiap kali membuat adukan,
adukan yang mengeras tidak boleh dipakai.
 Pembongkaran begisting diperbolehkan setelah beton mengalami periode
pengerasan sesuai dengan SKSNI T - 15 – 1991 atau seijin dengan Pendamping
Desa Teknik infrastruktur.
 Sebelum pengecoran dilakukan, sisi dalam papan begisting harus bebas dari
segala macam kotoran dan harus tersiram dengan air secara merata

8. Pekerjaan Plesteran
Pekerjaan ini terdiri dari produksi dan pemasangan plesteran untuk digunakan
dalam pasangan batu dan lantai bak air.
Langkah – langkah untuk pekerjaan plesteran :
 Campuran adonan semen untuk plesteran pasangan batu menggunakan
campuran 1 Pc : 3 Psr.
 Permukaan yang menerima adonan plesteran harus disiram dan dibersihkan
dari lumpur atau benda – benda lain sebelum adonan plesteran tersebut
dipasang.
 Adonan plesteran harus diproduksi dalam volume yang cukup untuk
pemakaian segera.
 Pekerjaan plesteran dikerjakan sesuai dengan gambar rencana.
 Pekerjaan plesteran dikerjakan dengan rapi.
9. ACIAN
Menggunakan semen Portland dicampur dengan air sampai jenuh, lalu diaci pada
seluruh bidang dinding yang sudah di plester yang didahului dengan membasahi
bidang dinding yang akan di aci.
10. PEKERJAAN PENGECATAN
a. Lingkup Pekerjaan

18
Lampiran 1
 Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya
peralatan dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan ini, sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu
baik dan sempurna
 Pengecatan Hand rail dilakukan pada bagian luar serta pada seluruh
detail yang disebutkan dalam gambar
b. Syarat- syarat Pelaksanaan
 Semua bidang Pengecatan harus betul-betul rata, tidak terdapat cacat
(retak, lubang dan pecah-pecah).
 Pengecatan tidak dilakukan selama masih adanya perbaikan pekerjaan
pada bidang pengecatan.
 Bidang pengecatan harus dalam keadaan kering serta bebas dari debu,
lemak, minyak dan kotoran-kotoran lain yang dapat merusak atau
mengurangi mutu pengecatan.
 TPK harus mengajukan contoh cat yang digunakan kepada
Pendamping Desa.
 Semua pekerjaan cat yang tidak rata, belang, pecah – pecah serta
masih tipis harus diulang dan diperbaiki atas biaya TPK.

VII. PEKERJAAN GEDUNG

A. PERSYARATAN UMUM
1. Ukuran ruang
a. Ruang kelas = 7.00 m x 8.00 m dengan lebar teras 1.80 m - 2.00 m.
b. Ruang perpustakaan = 7.00 m x 8.00 m.
c. Ruang UKS = 3 m x 4m.
d. Tinggi ruang kelas/perpustakaan/UKS.
Tinggi plafond minimal 3.80 meter dari lantai.
2. Struktur bangunan
Bangunan Gedung (Sekolah,PAUD, Polindes) adalah salah satu fasilitas umum yang
harus memiliki tingkat keamanan yang tinggi dan memiliki usia pemakaian yang
cukup lama. Untuk memenuhi persyaratan tersebut, dalam pelaksanaan
pembangunan gedung harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Bangunan dengan dinding tembok harus diperkuat dengan struktur dari beton
bertulang atau kayu dengan kelas kuat 1 (kayu besi, Merbau, Ulin, Bengkirai)
agar bangunan menjadi kokoh dan permanen.
b. Bangunan panggung dengan bahan dari kayu dapat menggunakan struktur dari
beton bertulang atau kayu minimal dengan kelas kuat 2 (Jati, Kruing, meranti).
c. Untuk menjamin kekokohan struktur dan mempertimbangkan faktor keamanan
terhadap bencana gempa bumi maka struktur bangunan dari beton bertulang
harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
 Menggunakan beton mutu K 225 atau dibuat dengan campuran 1 PC : 2
Pasir : 3 Kerikil;
 Sloof ukuran 15/20 dengan tulangan 4 Ø 12;
 Kolom praktis ukuran minimal 15/15 dengan tulangan 4 Ø 12;
 Ring balk praktis ukuran 11/15 dengan tulangan 4 Ø 12;
Ukuran dan jumlah tulangan untuk sloof, kolom dan ring struktur dihitung
berdasarkan beban yang bekerja dan mutu bahan yang digunakan, sehingga
diperoleh kekuatan struktur yang aman.
3. Pondasi Bangunan
Menggunakan Pondasi Staal jika kedalaman tanah keras dangkal, jika kondisi tanah
lembek (labil) pondasi dengan footflat atau menggunakan pondasi strous pada titik
kolom dan dihubungkan menggunakan sloof.
4. Konstruksi dinding
a. Jika tembok yang lama dalam kondisi lembab, plesteran bagian bawah setinggi
50 cm sampai dengan 100 cm dibongkar dan diganti dengan plesteran kedap air.
b. Pasangan tembok baru harus dipasang trasram setinggi 50 cm dari lantai dan
diplester kedap air sampai ketinggian yang sama dengan trasram.
c. Pasangan tembok baru untuk KM/WC harus dipasang trasram setinggi 150 cm
dari lantai dan diplester kedap air sampai ketinggian yang sama dengan
trasram.
d. Dinding harus diplester 2 sisi (Bagian luar dan Dalam).
e. Setiap 3m panjang atau setiap luas 12 m2 dinding di beri kolom praktis ( beton
bertulang)
5. Konstruksi atap
a. Penutup atap menggunakan bahan yang tersedia dan mudah didapatkan
dilapangan a.l genteng metal, seng gelombang minimal tipe BJLS 25.

19
Lampiran 1
b. Kemiringan atap disesuaikan dengan persyaratan bahan penutup atap yang
digunakan.
c. Konstruksi pemikul atap (kuda-kuda, balok tembok, gording, nok) menggunakan
kayu kelas kuat 2 (Jati, Kruing, meranti) atau konstruksi baja ringan.
d. Usuk dan reng menggunakan kayu kelas kuat 2.
e. Untuk memperoleh konstruksi atap yang rata dan kokoh, jarak pemasangan
gording diatur sesuai dengan ketentuan yang ditur dalam PKKI (jarak as gording
2,8 m)
f. Untuk mengurangi panas ruang di bawah atap dapat diatasi dengan cara
memasang ventilasi yang cukup.
6. Konstruksi plafond
a. Rangka plafond menggunakan kayu kelas kuat 3 (Sengon / Albasia, Glugu)
dengan konstruksi yang cukup kuat untuk menahan berat penutup plafond
ditambah beban 1 (satu) orang pekerja atau dapat juga menggunakan Baja
Ringan.
b. Penutup plafond dapat menggunakan Kalsiboard atau triplek, Gypsum.
c. Penutup plafond harus dipaku/baut cukup kuat dengan rangka plafond agar
tidak melendut atau terlepas.
7. Pintu
a. Bahan untuk kosen dan daun pintu, menggunakan kayu kelas kuat I yang
sudah kering.
b. Daun pintu ruang kelas atau perpustakaan menggunakan panil dengan tebal
minimal 3 cm.
c. Daun pintu KM/WC dapat dibuat dari panil dengan bagian dalam dilapisi
seng/aluminium/aluminium foil atau pintu PVC.
d. Ukuran pintu disesuaikan dengan standar yang berlaku.
e. Pemasangan daun pintu menggunakan 3 buah engsel dengan ukuran minimal 4
” dan dilengkapi dengan kunci yang berkualitas baik.
8. Jendela dan ventilasi
a. Bahan untuk jendela dan ventilasi menggunakan kayu kelas awet 2 yang sudah
kering.
b. Ketinggian ambang bawah jendela minimal 1.10 m dari lantai.
c. Jendela dibuat dari kaca mati dan daun jendela kaca dengan tebal 5 mm.
d. Ventilasi dipasang secara bersilangan (cross ventilation) untuk memperoleh
sirkulasi udara yang baik di dalam ruang kelas.
e. Ventilasi dapat diisi dengan jalusi dari kayu, kaca silang, kaca tidak penuh, atau
daun ventilasi kaca agar cahaya dan sirkulasi udara dapat memasuki ruangan
dengan baik. Tebal kaca untuk ventilasi adalah 5 mm.
9. Penutup lantai
Bahan untuk penutup lantai dapat menggunakan :
a. Keramik dengan warna terang (untuk lantai teras dipasang keramik dengan
warna lebih gelap dari warna keramik bagian dalam ruangan).
b. Pasangan tegel traso atau tegel abu-abu.
c. Plesteran yang dilapisi dengan acian portland cement yang digosok halus dan
rata.
Catatan: Diutamakan penutup lantai menggunakan keramik. Tegel atau
plesteran adalah pilihan terakhir apabila dana tidak cukup untuk
pemasangan pentup lantai dari keramik.
d. Papan kayu kelas kuat 2 s.d 3 dengan tebal minimal 2,00 cm yang sudah kering
(untuk bangunan panggung).
10. Pekerjaan finishing
Pekerjaan finishing dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut::
a. Finishing untuk dinding dari tembok dan plafond menggunakan cat tembok.
Tembok luar yang berhubungan dengan teras setinggi ambang bawah jendela
dilapisi dengan keramik atau difinishing dengan cat genteng atau cat tahan air
dengan warna lebih gelap dari cat tembok di atasnya.
b. Finishing untuk dinding dari papan menggunakan cat tembok. Bagian bawah
setinggi ambang bawah jendela difinishing dengan cat kayu dengan warna lebih
gelap dari cat dinding di atasnya.
c. Finishing pintu, jendela dan vetilasi menggunakan cat kayu/politur.
d. Komposisi pemilihan warna cat agar menggunakan warna terang dan dibuat
serasi sesuai dengan kondisi dan ciri khas daerahnya.
e. Bahan finishing yang digunakan harus berkualitas baik.
11. Kamar mandi/Water Closed
a. Jumlah ruang KM/WC disesuaikan kebutuhan masing-masing gedung ( sekolah
dan polindes ) dengan ukuran setiap ruang = 1,50 m x 2,00 m.
b. Kloset menggunakan jenis kloset jongkok dari porselin dengan kualitas standar.
c. Penutup lantai KM/WC menggunakan keramik untuk lantai basah.

20
Lampiran 1
d. Dinding dalam diupayakan dipasang keramik atau dicat dengan cat tahan air
setinggi 150 cm.
e. Dilengkapi dengan jaringan air bersih, jaringan air kotor, septictank dan resapan
yang dapat berfungsi dengan baik.
f. Jarak antara sumur dan septictank minimal 10 meter
12. Drainase untuk air hujan
Harus dibuat drainasi untuk air hujan disekeliling bangunan dengan model
setengah lingkaran diamerter 20 cm
13. Penerangan untuk ruangan
a. Menggunakan penerangan alami sehingga memperbanyak kaca untuk jendela
dan ventilasi
b. Menggunakan listrik dengan jaringan yang aman dan terlindung dengan bahan
yang bersifat isolator dan berkualitas baik.

B. PERSYARATAN BAHAN
1. Semen
 Semen yang digunakan adalah semen sesuai Standar SNI .
 Dipakai 1 (satu) merk semen untuk seluruh pekerjaan kecuali dalam
keadaan khusus.
 Semen harus didatangkan dalam Zak yang tidak pecah/utuh, tidak terdapat
kekurangan berat dari apa yang tercantum dalam zak.
 Semen masih harus dalam keadaan segar (belum mulai mengeras). Jika ada
bagian yang mulai mengeras, bagian tersebut masih harus dapat ditekan
hancur dengan tangan bebas (tanpa alat) dan jumlah tidak lebih dari 10%
berat. Jika ada bagian tidak dapat ditekan hancur dengan tangan bebas,
maka jumlahnya tidak boleh melebihi 5% berat dan kepada campuran
tersebut diberi tambahan semen baik dalam jumlah yang sama.
 Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat atau semen
dalam kantong di penyimpanan local (di penyalur) lebih dari 3 bulan perlu
diuji sebelum digunakan, jika sudah rusak harus ditolak.
2. Agregat Kasar ( Split 2-3cm )
 Harus berupa batu pecah (split) yang mempunyai susunan gradasi yang baik,
cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak porous / kropos), dengan
tekstur permukaan kasar, butir-butirnya tajam, kuat dan bersudut.
 Ukuran maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari 3 cm dan tidak lebih
besar dari ¾ jarak bersih antar baja tulangan dengan cetakan dan tidak
boleh lebih besar dari 1/3 tebal plat.
 Kadar Lumpur tidak boleh melebihi dari 1% berat kering dan tidak boleh
mengandung garam.
 Bersih dari debu, sebelum dipakai harus dicuci terlebih dahulu dan setara
dengan batu pecah mesin.
3. Agregat Halus (Pasir)
 Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam, kuat dan bersudut.
 Bebas dari bahan organis, Lumpur, tanah lempung (ladu) dan sebagainya,
jumlah kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak mengandung garam.
 Mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik dengan ditunjukan dengan
nilai modulus halus butir antara 1,50-3,80.
 Pasir harus dalam “ keadaan jenuh kering muka”.
4. Air
 Air Jernih atau bening Tidak mengandung Lumpur atau benda melayang
lainnya lebih dari 2 gram/liter.
 Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat
organic lainnya) lebih dari 15 gram/liter.
 Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.
 Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.
5. Besi beton
 Menggunakan Besi Beton Baru, bebas dari kotoran, lapisan minyak, karat,
dan tidak cacat
 Menggunakan tulangan pokok, tulangan susut dan begel sesuai dengan SNI
Fu 4000 kg/cm2. Fy 2600
 Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak disepuh
seng, diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40mm.
 Ukuran besi beton menggunakan ukuran standar.
 Besi Beton harus berasal dari satu pabrik. Tidak dibenarkan untuk
menggunakan merk besi beton yang berlainan dengan untuk pekerjaan ini.
6. Batu belah

21
Lampiran 1
 Batu belah yang digunakan adalah Batu Kali berwarna hitam dengan mutu
yang baik, tidak retak dan tidak mudah hancur. Bila mana menggunakan
jenis batu lain harus ada persetujuan dari Fasilitator
 Ukuran batu kali belah maksimal 20 cm minimal 15.
 Batu Kali bersih dari lumpur dan bahan organik

7. Batu bata
 Batu bata merah yang digunakan batu bata yang mempunyai warna merah
menyala yang menunjukkan kesempurnaan pada waktu pembakaran.
 Batu bata tidak boleh retak diuji dengan memukulkan dua buah batu bata,
suara yang nyaring menunjukkan batu bata tidak retak.
 Batu bata harus keras, tidak mudah tergores, padat dan permukaan kasar.
 Ukuran Bata yang digunakan harus seragam jumlah bata terpasang tidak
melebihi 70 bata/m2
8. Genting
 Genting yang dipergunkan adalah genting ceramic dengan kondisi padat,
tidak mudah pecah, tidak bocor dan merembeskan air .
 Ukuran genting harus seragam dan jumlah genting terpasang dalam 1m2
tidak boleh melebihi 25 genting.
 Jenis (model) genting yang direkomendasikan jenis Mantili
9. Kayu
 Kayu untuk struktur utama untuk tiang, gording, kuda-kuda menggunakan
kayu klas 1 (kayu jati atau BK).
 Kayu untuk non Struktur Usuk reng minimal menggunakan kayu klas II
(kruing atau kamper)
 Kayu untuk kusen pintu jendela dan daun pintu menggunakan kayu klas 1
(Kayu jati atau BK)
 Kayu untuk Begesting atau boplang menggunakan kayu klas 3 (kayu sengon)
 Kayu tidak kropos, tidak ada mata ikan, serat kayu searah dengan panjang
kayu.
 Ukuran kayu sesuai dan seragam.
10. Keramik
 Keramik Lantai yang digunakan ukuran seragam, dengan kualitas baik ( KW
1 ), rata dan mempunyai daya lekat yang maksimal 25 kg/cm2. Warna
menggunakan warna cerah, digunakan untuk seluruh ruangan utama.
 Menggunakan 1 merek dagang dan ukuran seragam dan presisi (tepat) untuk
memudahkan pemasangan.
 Keramik terkirim dalam kondisi bagus tidak pecah, retak.
11. Cat
 Warna Cat dinding menggunakan warna cerah.
 Dinding yang terkena sinar matahari dan hujan secara langsung
menggunakan cat wather shield (cat tahan cuaca)
 Cat pondasi di bawah lantai yang berhubungan langsung dengan tanah
menggunakan warna gelap.
 Semua bahan cat yang digunakan bermutu baik atau yang setara dan
disetujui oleh PDTI.

C. PERSYARATAN TEKNIS (PELAKSANAAN PEKERJAAN)


1. PEKERJAAN PEMBERSIHAN LAHAN/PERSIAPAN
1.1. Yang termasuk Kegiatan ini adalah penebangan pohon serta pembersihan
lainnya
1.2. Pekerjaan pembersihan harus dilaksanakan dengan baik dan hanya yang ada
dilokasi yang akan dibangun
1.3. Bekas penebangan dibuang atau diangkut keluar untuk menjaga kebersihan
lokasi pekerjaan
1.4. Tempat penimbunan bahan tidak mengganggu aktifitas dilokasi pekerjaan
1.5. Pengukuran dan Pemasangan Bowplank harus dilakukan untuk mendapatkan
kecocokan dengan gambar perencanaan khususnya pada Penentuan titik
ketinggian dan sudut-sudut
1.6. Papan proyek dipasang sebelum pekerjaan dimulai dan ditempatkan pada
lokasi pekerjaan
1.7. Gambar perencanaan harus dipasang/ditempel pada papan informasi untuk
membantu mempermudah pelaksanaan dilapangan
1.8. Air kerja disiapkan dilokasi pekerjaan dan syarat air kerja harus bersih dari
lumpur

22
Lampiran 1
1.9. Pengaturan Jam Kerja dan Pengerahan Tenaga Kerja, dalam pelaksanaannya
harus dapat diatur sedemikian rupa dan memanfaatkan hari atau jam efektif
bekerja.

2. PEKERJAAN TANAH
2.1. Kegiatan ini meliputi :
 Galian tanah
 Urugan Tanah Peninggian Lokasi
 Urugan Tanah Kembali
 Urugan Pasir Bawah Lantai
 Urugan Pasir Bawah Pondasi

2.2. Tanah dimana bangunan harus didirikan harus dibersihkan dari segala
kotoran seperti sisa-sisa tumbuhan, akar-akaran dan bongkaran jika memang
ada.
2.3. Dalamnya galian pondasi harus sesuai dengan gambar dan detail. Galian harus
cukup lebar untuk dapatnya pekerjaan dengan baik serta sisi – sisinya tidak
mudah gugur (Longsor).
2.4. Galian tanah pondasi harus dibuang diluar bouplank dan diratakan diluar
gedung sedimikian rupa hingga tidak mudah gugur kembali kedalam lobang
parit pondasi.
2.5. Untuk lokasi pekerjaan yang keadaan tanahnya berbatu, maka bila terdapat
batu besar yang sulit dipecahkan supaya dibuat kaitan / dibersihkan dari
kotoran – kotoran dengan cangkul hingga bersih guna mengkait pondasi baru
ikatannya.
2.6. Jika galian melampaui batas kedalaman TPK harus menimbun kembali dan
dipadatkan sampai kepadatan maksimum.
2.7. Hasil galian yang dapat dipakai untuk penimbunan / urugan harus diangkut
langsung ketempat yang direncanakan
2.8. Urugan Tanah Peninggian lokasi dilakukan pada permukaan lokasi (sesuai
rencana gambar) dan dilakukan selapis demi lapis (maksimal perlapis 20 cm)
hingga mencapai ketinggian urugan sesuai gambar rencana dan dipadatkan.
Urugan tanah harus menggunakan bahan urugan tanah yang bermutu baik
dan bersih dari segala kotoran.
2.9. Urugan tanah kembali dengan maksud pengurugan kembali pada sisi samping
pondasi seluruhnya dilaksanakan dengan urugan tanah kembali hingga
mencapai ukuran yang ada didalam gambar baik bagian luar maupun semua
bagian dalam dipadatkan dan disiram dengan air hingga kenyang dan padat.
2.10. Pekerjaan urugan pasir di bawah pondasi dan lantai bangunan pada dasarnya
berfungsi untuk memperbaiki daya dukung tanah dasar dan membuat
landasan yang kokoh bagi konstruksi pondasi dan material harus Tidak
mengandung material organik (humus), Bersih dari limbah dan sampah. Untuk
ukuran sesuai dengan gambar detail rencana
2.11. Pelaksanaan pengurugan Pasir urug dihampar merata pada galian pondasi
atau bawah lantai, kemudian dilakukan penyiraman sampai kondisi jenuh air
dengan ketebalan padat tertentu. Secara visual dapat dilihat bahwa pasir pada
kondisi padat. Untuk ketebalan urugan pasir sesuai dengan gambar detail
rencana

3. PEKERJAAN BETON
3.1. Bahan – Bahan Beton Dan Beton Bertulang
a. Mutu beton yang dikehendaki untuk semua pekerjaan beton bertulang
adalah minimal K 225 atau dengan gambar campuran 1 pc : 2 ps : 3 kr ,
ukuran beton dan penulangannya sesuai dengan gambar.
b. TPK tidak diperbolehkan mengecor beton sebelum begesting dan pasangan
besi beton diperiksa dan disetujui.
c. Besi Beton harus selalu menggunakan besi beton ulir (deformed bars) untuk
tulangan utama dan sengkang kecuali ditentukan lain dalam gambar.
d. Admixtures Material Tambahan:
Dalam keadaan tertentu boleh dipakai bahan campuran tambahan untuk
memperbaiki sifat suatu campuran beton. Bahan campuran tambahan yang
berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur, memperlambat atau
mempercepat pengikatan dan atau pengerasan beton harus memenuhi atau
memenuhi standart Umum Bahan Bangunan Indonesia
e. Untuk mengaduk semua campuran beton harus memakai air bersih dan
tawar dengan kadar air secukupnya pada campuran sederhana, supaya
beton tidak terlalu cair ( PBI 1971 / SNI 2008).

23
Lampiran 1
f. Pembongkaran papan begesting dapat dilaksanakan sesudah mendapat
persetujuan dari PDTI .
g. Pemasangan papan – papan begesting dipakai papan begesting tebal 2 cm
disusun secara rapat.
h. Setelah pekerjaan begesting dibongkar, semua bidang yang terlihat ada
lubang – lubang tidak rata, harus segera ditutup dengan spesi 1 pc : 1 ps.

3.2. Penulangan Beton Bertulang

a. Ukuran dan gambar penulangan beton dapat disesuaikan dengan gambar


yang ada dan apabila gambar kurang jelas dapat digunakan penulangan
sebagai berikut.
 Sloof 15 x 20 = 4  10 mm dan  6 mm – 15
 Kolom 15 x 15 = 4  10 mm dan  6 mm – 15
 Balok ring, ring gewel 12x15 = 4  10 mm dan  6 mm - 15
b. Pelaksanaan Kegiatan
 Penyetelan dan pemasangan besi tulangan, semua tulangan harus
dipasang pada posisi yang tepat hingga tidak dapat berubah dan
bergeser pada waktu adukan digetarkan. Penyetelan besi tulangan
harus diperhitungkan dengan tebal selimut beton terhadap ukuran
yang ditentukan.
 Pengecoran :
 Sebelum pengecoran dilaksanakan, begisting harus dicek terhadap
kelurusan, baik arah vertikal maupun horizontal.
 Pada waktu pengecoran digunakan kayu reng untuk mengocok cor
atau alat bantu lainnya dan diselingi pengetukan begisting secara
perlahan – lahan .
 Pengadukan harus rata dan sama kentalnya setiap kali membuat
adukan, adukan yang mengeras tidak boleh dipakai.
 Pembongkaran begisting diperbolehkan setelah beton mengalami
periode pengerasan sesuai dengan SKSNI T - 15 – 1991 atau seijin
dengan Pengawas.
 Sebelum pengecoran dilakukan, sisi dalam papan begisting harus
bebas dari segala macam kotoran dan harus tersiram dengan air
secara merata

4. PEKERJAAN PASANGAN
4.1. Yang termasuk lingkup Kegiatan ini adalah :
a. Pasangan Aanstamping
b. Pasangan Batu Kali 1 Pc : 4 Ps
c. Pasangan Trasram 1 Pc : 2 Ps
d. Pasangan Bata Merah 1 Pc : 4 Ps
4.2. Pasang Anstamping
a. Anstamping dipasang dibawah pondasi batu kali
b. Material yang digunakan batu kosongan dicampur dengan Pasir urug yang
kemudian dipadatkan
4.3. Pasangan Batu Kali
Pondasi bangunan yang dipakai adalah Pondasi Staal menggunakan pasangan
batu kali. Untuk pondasi pasangan batu kali ketentuan mengenai dimensi
harus sesuai gambar rencana dan dilaksanakan sebagai berikut :
a. Adukan yang dipakai untuk pasangan pondasi harus sesuai spesifikasi
yang telah ditentukan yaitu 1 Pc : 4 Ps
b. Batu – batu pondasi tidak saling bersentuhan langsung dan selalu ada
perekat ( adonan spesi ) diantaranya hingga rapat.
c. Celah – celah yang besar antar batu harus diisi dengan batu yang lebih
kecil atau kricak yang dikocok padat.
4.4. Pasangan bata merah
Pasangan bata merah Trasraam 1 Pc : 2 Ps dan pasangan bata 1 Pc : 4 Ps
pada dinding tembok dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Pasangan harus dipasang tegak lurus siku – siku dan rata, tidak boleh
terdapat retak – retak dengan maksimum pecah dari batu bata merah 5%.
b. Bata merah harus berukuran sama menurut aturan normalisasi, dan
sebelum dipasang direndam air terlebih dahulu hingga kenyang, jenuh

24
Lampiran 1
c. Bata yang digunakan harus berkualitas baik dan hasil pembakaran yang
matang, berukuran sama, tidak boleh pecah – pecah dll menurut
pemeriksaan .
d. Semua voeg ( siar ) diantara pasangan bata harus dikeruk sedalam 1 cm
sisi luar dan dalam
5. PEKERJAAN RANGKA ATAP DAN PENUTUP ATAP
5.1. Yang termasuk lingkup Kegiatan ini meliputi :
a. Pasang usuk 5/7
b. Pasang Gording
c. Pasang genteng /genteng Metal
d. Pasang genteng bubungan
e. Pasang plafond rangka kayu /Baja ringan
f. Pasang list plafond
g. Pasang lisplank kayu
h. Papan kompres lapis seng
i. Pasang talang baru
5.2. Untuk pekerjaan rangka atap menggunakan kayu dengan ukuran 8/12
(gording), untuk kayu yang digunakan adalah kayu yang berkualitas baik
(tanpa cacat).
5.3. Pada pekerjaan usuk digunakan kayu ukuran 5/7, sedangkan reng digunakan
kayu ukuran 2/3, sedangkan untuk lisplank menggunakan kayu 2/20,
5.4. Untuk mendapatkan konstruksi yang kokoh pada bagian – bagian yang penting
harus diikat dengan baut 1/2 ’’ ( diameter 12 mm ), dengan plat besi beugel 4 x
40 mm.
5.5. Bila gambar detail tidak tertulis maka TPK tetap melaksanakan hal- hal
tersebut menurut petunjuk PDTI.
5.6. Sebelum semua pengadaan kayu dan pengerjaannya harus sepengetahuan dan
persetujuan PDTI untuk kualitas kayu maupun pelaksanaannya.
5.7. TPK tidak boleh memasang atap dan langit – langit (plafond hanger) sebelum
seluruhnya kelengkapan baut – baut dan beugel kap selesai dilaksanakan
dengan baik dan mendapatkan ijin PDTI.
5.8. Pekerjaan atap/kap harus dikerjakan dengan baik dan rapi, sehingga
mendapatkan bidang atap yang rata dan rapat serta tidak bocor.
5.9. Untuk bahan penutup atap menggunakan setara genteng atau Genteng Metal
atau sesuai Desain.
5.10. Sebelum mendatangkan dalam jumlah yang besar TPK harus mengajukan
contoh terlebih dahulu.
5.11. Apabila genteng yang disetujui dan genteng yang didatangkan terdapat
perbedaan mutu maka TPK berhak menolak.
5.12. Untuk penutup langit-langit digunakan bahan Tripleks,Gypsum atau
setara,buatan dalam negeri dengan kualitas yang baik dengan mengajukan
contoh terlebih dahulu
5.13. Pasang list plafond.
5.14. Pasang lisplank kayu ukuran 2/20 dengan menggunakan kayu setara kayu kls
I.
5.15. Papan kompres lapis seng
5.16. Pasang talang baru
6. PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA
6.1. Untuk pekerjaan daun pintu adalah daun pintu panil penyambungan pada
sudut daun pintu dengan tiang kusen harus betul – betul rapi, tegak lurus dan
tidak terdapat celah – celah.
6.2. Rangka daun pintu dan Papan harus diserut dan menghasilkan bidang yang
rata
6.3. Rangka harus betul – betul kaku, lurus, kokoh dan rata agar dapat dengan
mudah ditutup atau dibuka.
6.4. Penyambungan daun pintu harus menggunakan pasak dan lem kayu.
6.5. Pekerjaan kayu yang tidak rapi, kasar, bengkok, retak dan tidak menggunakan
bahan yang telah ditentukan, harus dibongkar dan diganti oleh TPK
7. PEKERJAAN PLESTERAN
7.1. Yang termasuk lingkup pekerjaan ini adalah
a. Plesteran Tembok lama (tambal sulam)
b. Plesteran tembok baru :
7.2. Plesteran 1 Pc : 4 Ps
7.3. Pekerjaan tembok yang akan diplester, sebelumnya permukaan harus disaput
dengan air semen. Semua yang digunakan hasil dari ayakan pasir yang halus
dan selalu ditakar.
7.4. Semua pekerjaan plesteran tembok harus rata dan halus, dan merupakan
suatu bidang yang tegak lurus dan siku.

25
Lampiran 1
7.5.
Jika hasil plesteran retak – retak, TPK bertanggung jawab segera memperbaiki
7.6.
Pekerjaan plesteran tembok dilaksanakan pada bagian tembok yang tampak
antara lain tembok amping
8. PEKERJAAN PENUTUP LANTAI
8.1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya,
peralatan dan alat bantu lainya untuk pelaksanaan pekerjaan sehingga
dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik.
b. Pekerjaan lantai keramik. Plint keramik ini dilakukan pada seluruh
finishing lantai sesuai yang disebutkan/ditunjukan dalam detail gambar.

8.2. Bahan yang digunakan


 Keramik polos ukuran 30 x 30 cm atau sesuai gambar.
 Keramik polos ukuran 40 x 40 cm atau sesuai gambar.
 Keramik polos ukuran 20 x 20 cm, atau sesuai gambar.
 Keramik polos ukuran 20 x 25, atau sesuai dengan gambar.
Sebelum dilaksanakan pemasangan bahan, TPK harus mengajukan contoh
terlebih dahulu untuk mendapat persetujuan PDTI. Bahan tersebut harus
disimpan ditempat terlindung dan tertutup, kering dan bersih.
8.3. Adukan dengan perbandingan 1 Pc : 3 Ps dipakai untuk pemasangan keramik
lantai dalam ketebalan adukan maksimal 3 cm.
8.4. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Pemasangan lantai diatas lantai lama tanpa menggunakan rabat beton
terlebih dahulu diteliti ketepatan pada peil yang ditentukan
b. Semua lantai yang sudah terpasang perlu pengisian siar – siar ( nat ) antar
keramik dengan semen.
c. Keramik yang terpasang harus dihindarkan dari pengaruh pekerjaan lain
selama 3 x 24 jam dan di lindungi dari kemungkinan cacat pada
permukaan.
d. Rencana pemasangan keramik dengan memperhatikan :
 Tetapkan data level lantai yang tepat.
 Kontrol level finish lantai melalui beberapa spot level.
 Untuk menghindari atau mengurangi pemotongan keramik.
 Untuk memastikan unit keramik yang terpotong menyajikan
penampilan yang seimbang ketika dipasang dan terpasang sebesar
mungkin.
 Untuk memastikan lokasi naat dan pola lantai sesuai dengan
persetujuan.
e. Bila tidak ada ketentuan lain dalam gambar, keramik akan dipasang mulai
dengan plint adalah rata/lurus
8.5. Kegiatan lantai yang tidak lurus / Waterpass, berombak, turun naik dan retak
harus dibongkar dan diperbaiki atas biaya TPK. Lantai yang sudah terpasang
harus dipel dan dibersihkan.

9. PEKERJAAN PENGECATAN
9.1. Pengecatan Dinding dan Plafond
c. Lingkup Pekerjaan
 Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya
peralatan dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan
pekejaan ini, sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu
baik dan sempurna
 Pengecatan dinding dan plafond dilakukan pada bagian luar serta pada
seluruh detail yang disebutkan dalam gambar
d. Syarat- syarat Pelaksanaan
 Semua bidang Pengecatan harus betul-betul rata, tidak terdapat cacat
(retak, lubang dan pecah-pecah).
Bidang pengecatan harus dalam keadaan kering serta bebas dari debu,
lemak, minyak dan kotoran-kotoran lain yang dapat merusak atau
mengurangi mutu pengecatan.
 Seluruh Bidang pengecatan diplamur dahulu sebelum dilapis dengan
cat dasar, bahan plamur dari produk yang sama dengan cat yang
digunakan
 Sebelum memulai dengan memplamur tembok, maka tembok yang
belum diplester dengan rata dan sempurna harus diperbaiki terlebih
dahulu (dihaluskan). Bahan plamur tembok yang digunakan dari jenis
yang sama dari cat tembok.

26
Lampiran 1
 Setelah pekerjaan plamur selesai digosok dengan kertas gosok hingga
rata dan halus, kemudian dicat dasar satu kali selanjutnya dengan cat
akhiran tiga kali untuk mencapai hasil yang rata dan halus.
 TPK harus mengajukan contoh cat yang digunakan kepada PDTI
 Semua pekerjaan cat yang tidak rata, belang, pecah – pecah serta
masih tipis harus diulang dan diperbaiki atas biaya TPK
9.2. Pekerjaan Pengecatan Kayu
a. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya,
peralatan dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan ini, hingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik
dan sempurna
2. Pekerjaan pengecatan ini meliputi pengecatan permukaan kayu yang
tampak serta pada seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam
gambar dan sesuai petunjuk

b. Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Semua bidang pengecatan harus betul-betul rata, tidak terdapat cacat
(retak, lubang dan pecah-pecah)
2. Bidang permukaan pengecatan harus dibuat rata dan halus dengan
bahan amplas kayu. Setelah memenuhi persyaratan barulah siap
untuk dimulai pekerjaan pengecatan dengan persetujuan Fasilitator
3. Pengecatan tidak dapat dilakukan selama masih adanya perbaikan
pekerjaan pada bidang pengecatan
4. Bidang pengecatan dalam keadaan kering serta bebas dari debu,
lemak, minyak dan kotoran-kotoran lain yang dapat merusak atau
mengurangi mutu pengecatan
5. Pekerjaan cat kayu harus dilaksanakan adalah mengecat kusen pintu
dan jendela, daun jendela, semua lisplank, list plafond.
6. Contoh bahan cat yang akan digunakan terlebih dulu harus diajukan
TPK untuk disetujui PDTI.
7. Pekerjaan dempulan, meni, plamur dipakai sesuai kualitas cat
akhiran/finishing yang akan digunakan.
8. Sebelum pelaksanaan pekerjaan pengecatan semua bagian harus
dibersihkan dan dimeni terlebih dahulu kemudian diplamur hingga
rata dan bila perlu didempul dan digosok dengan kertas gosok. Untuk
selanjutnya dicat dasar satu kali kemudian dengan cat akhiran tiga
kali atau lebih untuk mencapai hasil yang halus dan rata
9. Untuk daun pintu di plitur
10. Pengecatan dilakukan sampai memperoleh hasil pengecatan yang rata
dan sama tebalnya.

10. PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK


a. Pemasangan titik instalasi listrik sesuai dengan petunjuk teknis.
b. Pemasangan lampu – lampu, stop kontak maupun saklar dipasang sesuai
dengan petunjuk teknis. Untuk pelaksanaan Kegiatan lain – lain harus sesuai
dengan bestek/petunjuk teknis.

Ditetapkan di Tarutung
pada tanggal

BUPATI TAPANULI UTARA,

NIKSON NABABAN

27

Anda mungkin juga menyukai