Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM PERPETAAN

DAN LEMBAR KERJA

Nama
NPM
Prodi
Plug

: DENY TANDIARA TANDIDATU


: 15.11.108.702602.800879
: S1 PERTAMBANGAN
: II

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KUTAI KARTANEGARA
2016

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat TUHAN YANG MAHA ESA karena
berkat dan rahmatnya sehingga kami dapat menyusun laporan praktikum dan lembar kerja ini.
laporan ini merupakan hasil dalam melaksanakan praktikum mata kuliah Perpetaan dan
ilmu ukur tanah Fakultas Teknik Universitas Kutai Kartanegara yang terdiri dari 6 acara yang
dapat membantu praktikan dalam masalah perpetaan topografi.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan ini. Untuk itu, kami
mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun dalam
penyempurnaan buku ini.
Akhirnya, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para praktikan dalam memahami
teknik pemetaan topografi.

Tenggarong, Januari 2016


Penyusun,

Deny Tandiara Tandidatu

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .........................................................................................

KATA PENGANTAR.........................................................................................

ii

DAFTAR ISI......................................................................................................

iii

ACARA I

PENGENALAN ALAT UKUR................................................

ACARA II

PEMASANGAN DAN CENTRING ALAT.............................

ACARA III

POLIGON.................................................................................

ACARA IV

PEMBACAAN MISTAR, ARAH DAN JARAK.....................

ACARA V

INTERPOLASI.........................................................................

ACARA VI

PERHITUNGAN LUAS ..........................................................

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................

ACARA I
PENGENALAN ALAT UKUR
Tujuan : Praktikan dapat mengetahui bagian-bagian alat ukur beserta kegunaannya
PENDAHULUAN
Pekerjaan pengukuran progress Survey atau survey perlu digunakan alat-alat untuk
mempermudah penyelesaian pengambilan data-data. Jenis alat yang digunakan pun sangat
mempengaruhi kecepatan dan ketepatan dalam pekerjaan tersebut. Alat yang umum
digunakan dalam pengukuran ini adalah theodolite.

1.1. Peralatan Pengukuran


1.1.1 Theodolite
Secara garis besar theodolit terbagi 2 :
Theodolit bagian atas, terdiri dari :
1.
Plat atas yang langsung dipasang pada sumbu vertical
2.
Nivo tabung
3.
Telescop (teropong)
Theodolit bagian bawah, terdiri dari :
1.
Plat bawah
2.
Tabung sumbu luar dari sumbu vertical
3.
Sekrup pengikat datar ( penyetel nivo)
4.
Statip atau tripot atau kaki tiga yang berguna untuk menyangga
theodolit
5.
Centring.
1.1.1.1. Bagian bagian dari theodolit:
Tombol Focus yang berguna untuk memperjelas objek yang dituju
Nivo
Pada alat theodolit biasanya terdapat dua buah nivo yaitu nivo kotak yang
terletak dibawah dan nivo tabung yang terletak diatas dimana nivo sendiri
berfungsi untuk mengetahui kedudukan theodolit dalam keadaan waterpas dari
kedua arah.
Layar
Berfungsi sebagai pencatat sudut vertical dan horizontal
Mikrometer
Alat ini terletak pada bagian kanan atas dari theodolit yang berguna untuk
mempaskan bacaan sudut horizontal dan vertical dengan cara diputar kedepan
atau kebelakang agar sudut horizontal dan vertical pas pada pembacaan sudut.
Centring
Berguna untuk melihat posisi alat apakah sudah tepat berada diatas patok. Pada
alat model lama tidak ada centringnya masih menggunakan unting- unting
yang dihubungkan dengan benang dan digantung dibawah alat ukur.
Statip
Berfungsi menopang alat ukur theodolit agar ketinggiannnya sesuai dengan
ketinggian pembacanya dimana kaki statip bisa digerakkan naik turun.
Bak atau Rambu

Berupa garis garis yang tebalnya 1 cm yang berguna untuk menghitung jarak
yang diukur yaitu jarak antara alat berdiri dengan bak yang menghasilkan jarak
miring.
Perlengkapan Praktikum :
Gambar theodolit semi digital
Cara Kerja :
Pendeskripsian theodolit
Tugas :
Gambarlah theodolit/TS dan bak rambu lengkap beserta bagian-bagiannya.

Lembar Kerja

Diperiksa Oleh :
Asst. Praktikum,

Lembar Kerja

Diperiksa Oleh :
Asst. Praktikum,

Lembar Kerja

Diperiksa Oleh :
Asst. Praktikum,

ACARA 2
PEMASANGAN DAN CENTRING ALAT
Tujuan : Praktikan dapat memahami cara pemasangan dan centring theodolit hingga siap
diguanakan untuk mengukur.
Pendahuluan
Melevelkan theodolit :
Sebelum theodolit digunakan harus distel terlebih dahulu agar posisi theodolit bisa waterpas
atau level kesegala arah dan cara penggunaannya sebagai berikut :
Sebelum alat dikeluarkan dari tempatnya maka harus diperhatikan terlebih dahulu posisi
alat tersebut pada tempatnya, karena dikhawatirkan apabila tidak diperhatiakn posisinya,
setelah dipakai dan akan disimpan kembali akan mengalami kesulitan . Untuk
mempermudah pada setiap alat terdapat tanda berupa titik merah, kuning atau hitam dan
biasanya kedua titik tersebut dalam keadaan sejajar bila akan dimasukkan pada tempatnya.
letakkan pesawat diatas statip atau kaki tiga lalu diikat dengan baut yang ada pada statip.
angkat dan diletakkan diatas patok yang sudah ada pakunya.
tancapkan salah satu kaki di tripod sambil tangan dua memegang kedua kaki di tripod
lihat paku dibawah dengan bantuan centring, sampai paku terlihat baru kedua kaki yang
kita pegang ditaruh pada tanah
lihat paku lewat centring, apabila paku tidak tepat maka kejar pakunya dengan
menggunakan sekrup penyetel sambil melihat centring, karena dengan memutar sekrup
penyetel lingkaran petunjuk yang ada pada centring akan berubah dan arahkan lingkaran
tersebut pada paku yang ada dipatok.
lihat nivo kotak (bagian bawah). Apabila nivo mata sapi tidak ada ditengah maka posisi
alat dalam keadaan miring. Untuk melihat dimana posisi alat yang lebih tinggi maka lihat
gelembung yang ada pada nivo kotak apabila nivo mata sapinya ada di Timur maka posisi
alat tersebut lebih tinggi disebelah Timur (kaki sebelah Timur dipendekkan atau yang
sebelah Barat dinaikkan ).
Levelkan nivo tabung caranya : karena dibawah alat theodolit terdapat tiga sekrup
penyetel maka sebut saja sekrup A, B, C. Pertama sejajarkan nivo tabung dengan kedua
sekrup penyetel (bebas dan tidak terikat harus sekrup yang mana). Misalnya saja A dan B,
setelah itu baru dilihat posisi gelembungnya. Apabila tidak ditengah maka posisi alat
tersebut belum level maka harus ditengahkan dengan menggunakan sekrup A dan B
Setelah nivo tabung ada ditengah baru diputar 90o atau 270o dan nivo tabung ditengahkan
dengan menggunakan sekrup yang C, setelah ditengah berarti posisi nivo tabung dan
kotak sudah sempurna dan keduanya ada ditengah.
lihat centring kembali apabila paku sudah tepat pada lingkaran kecil berarti alat tersebut
sudah tepat diatas patok, apabila belum tepat maka alat harus digeser dengan cara
mengendorkan baut pengikat yang berada dibawah alat ukur.

Mengenolkan alat kea rah utara


Alat yang telah level dan centring belum bisa digunakan untuk melakukan pengukuran
karenanya alat harus disejajarkan/searah dengan arah utara.Caranya :
setelah alat dalam keadaan level, nyalakan layar terlebih dahulu
arahkan teropong/alat kea rah utara sebenarnya dengan menggunakan kompas/sejenisnya
kunci skrup pengunci horizontal
tekan tombol 0osebanyak 2 kali cepat
setelah sudut horizontal terbaca 0o lepas/longgarkan kembali skrup pengunci horizontal
alat siap digunakan
Perlengkapan praktikum :
Alat theodolit
Cara kerja :
Levelkan alat masing-masing siswa
Tugas :
Buatlah patok dari kayu dengan paku di atasnya dengan ukuran 2 cm x 2 cm dengan panjang
50 cm masing-masing siswa 1 patok

Lembar Kerja

Diperiksa Oleh :
Asst. Praktikum,

ACARA 3

Lembar Kerja

Diperiksa Oleh :
Asst. Praktikum,

Lembar Kerja

Diperiksa Oleh :
Asst. Praktikum,

ACARA III
POLIGON
Poligon berasal dari kata polygon yang berarti poly : banyak dan gon(gone) : titik. Yang kita
maksud disini adalah poligon yang digunakan sebagai kerangka dasar pemetaan yang
memiliki titik titik dimana titik tersebut mempunyai sebuah koordinat X dan Y, silahkan klik
disini untuk memahami sistem koordinat dan proyeksi peta yang tidak terlepas akan
pengukuran dan penghitungan poligon.
Jenis Poligon

Poligon tertutup
Poligon tertutup (koordinat lokal)
Poligon terbuka tidak terikat / lepas (koordinat lokal)
Poligon terbuka tidak terikat sempurna
Poligon terbuka terikat sempurna
Poligon memiliki beberapa jenis di pandang dari bentuk dan titik refrensi (acuan) yang
digunakan sebagai sistem koordinat dan kontrol kualitas dari pengukuran poligon. Titik
refrensi adalah titik yang mempunyai sebuah koordinat yang dalam penghitungannya

mengacu pada sebuah datum dan proyeksi peta, di Indonesia datum yang di gunakan adalah
WGS 84 sedangkan proyeksi peta menggunakan TM-3, sedangkan koordinat lokal adalah
koordinat yang tidak mengacu pada dua hal tersebut (koordinat sementara), kalaupun hal itu
di terapkan dalam pengukuran poligon untuk area yang cukup luas tentu saja kelengkungan
bumi diabaikan begitu saja. Untuk titik refrensi dalam pengukuran poligon ialah TDT (Titik
Dasar Teknik) atau BM (Base Mark) Orde 3,2 ataupun Orde 1 yang telah memiliki kooordinat
TM-3 dan diukur menggunakan GPS Geodetik.
Poligon Terbuka Tidak Terikat

Pada poligon ini sama sekali tidak ada sebuah koreksi, biasanya hanya mengunakan atau
memperbanyak sebuah kontrol lebih di saat pengukuran di lapangan, hal ini di sebabkan
karena tidak adanya titik ikat pada ujung poligon (poligon ini sering di sebut juga titik bantu).
Penghitungannyapun hanya seperti penghitungan detail secara parallel (continous).
Poligon tertutup
Poligon merupakan rangkaian sebuah titik yang digunakan sebagai kerangka dasar
kontrol pada pemetaan topografi.Bentuk polygon dapat berupa jaringan polygon tertutup
ataupun polygon terbuka terikat sempurna disesuaikan dengan daerah pemetaan.
Polygon tertutup digunakan untuk melokalisir daerah yang akan dikedakan atau dengan
kata, lain digunakan untuk membuat batas konsesi areal kerja. Penutupan batas konsesi
polygon tertutup dibuat dengan koreksi sudut, untuk memperkecil kesalahan.
Selain berfungsi untuk membuat batas konsesi kerja polygon tertutup juga digunakan
untuk menentukan koordinat titik ikat pada stasiun-stasiun penembakan. Dari stasiun
kemudian akan dilakukan penembakan secara detail kearah dalam konsesi.
Pada tahap pengolahan data ini koreksi sudut dan jumlah stasiun pengambilan data harus
diperhatikan, karena pada rumus koreksi dan jumlah stasiun pengambilan data cukup
menentukan hasil koreksi dan koreksi sudut selisih dipergunakan untuk menentukan posisi
stasiun ter koreksi tersebut.

Rumus untuk koreksi polygon adalah sebagai berikut :


Posisi Stasion
Koreksi polygon =
x Jarak selisih
Jumlah Stasion

ACARA 4
PEMBACAAN MISTAR, ARAH DAN JARAK
Tujuan : praktikan dapat mengetahui jarak dari satu titik ketitik yang lainnya menggunakan
theodolit
00

Pendahuluan
00
1. Pembacaan Mistar
Dalam pengukuran dengan menggunakan theodolit data yang diperoleh salah satunya
adalah jarak.Jarak ini didapat dengan pembacaan Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT)
00
dan Benang Bawah (BB).
Contoh : BA = 1750
BT = 1500
BB = 1250
Untuk mengetahui bacaan rambu salah atau benar dapat dicek dengan menggunakan
rumus :
BA + BB = BT
2
Contoh :
Diketahui, Benang Atas 1750 mm, Benang Bawah 1250.
1750 1250
2
Jadi BT=
= 1500
Benang Tengah = tinggi alat dan bisa didapat dengan melakukan pengukuran pada alat
dengan meteran.
2. Arah
Dalam pekerjaan survey, baik untuk survey geologi, pemetaan topografi, pemetaan
situasi maupun untuk survey progress, arah atau azimuth merupakan hal yang harus dicari
dilapangan.Ada dua cara untuk mencari arah :
1.
Dengan cara setiap alat berdiri, arah Utara disejajarkan dengan
0odengan menggunakan kompas

Gambar 3.3. Pengukuran dengan arah utara sebagai acuan

1800
2100

CB
Setiap berdiri alat, arah 0o pada skala
horizontal diarahkan

2.
ketitik sebelumnya.

Gambar 3.4. Pengukuran dengan patok sebelumnya sebagai acuan


3. Jarak miring atau jarak optik
Dalam pekerjaan pengukuran yang menggunakan alat ukur theodolit, yang tidak kalah
pentingnya selain arah dan azimuth adalah jarak. Jarak yang dimaksud adalah jarak optis.
Jarak optis didapat dari pembacaan mistar, bak, atau rambu.
Jarak miring atau optis dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
JM = (BA BB) x 100
Dimana : - BA = Benang Atas
- BB = Benang Bawah
- 100 adalah bilangan konstanta pengali teropong.
Contoh : BA = 1750 mm
BT = 1500 mm
BB = 1250 mm
Jarak Miring
= ( 1750 mm 1250 mm ) x 100
= 50.000 mm
= 50 m
4. Jarak Datar
Dapat dihitung dengan menggunakan :
JD = Sin 2 pembacaan sudut vertikal Vertikal x Jarak Miring
Diketahui :BA = 1750
BB = 1250
JM = 50 m

Pembacaan vertikal 95 0 23 48

Jarak Datarnya Sin 2 95 0 23 48 = 0,9955674382


= 0,991154523 x Jarak Miring
= 0,991154523 x 50 m
= 49,557726 m
5. Beda Tinggi
Beda tinggi merupakan hal yang juga sangat penting apalagi dalam pekerjaan
bangunan gedung dan irigasi, kalau tidak teliti akan mengakibatkan kemiringan pada

gedung atau aliran air yang tidak sesuai dengan perencanaan. Pada pekerjaan pengukuran
beda tinggi dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
BT = Sin.2 pembacaan Sudut vertikal Vertikal x Jarak Miring
Diketahui BA = 1750 mm BB = 1250
pembacaan sudut vertikal 95o2348 JM= 50 m.
Beda tinggi = (95o2348 x 2 ) x 50m
= Sin 190o4736 x 50m
= (- 0,187267019) x 50m
= - 0,093633509 x 50m
= - 4,681675 m
Perlengkapan :
Theodolit dan bak rambu
Cara kerja :
Masing-masing siswa melakukan pengukuran dengan pada tiga titik yang ditentukan
Tugas :
- Hitunglah jarak miring, datar dan beda tingginya dari pengukuran yang kamu lakukan!
- Gambarkan hasil perhitungan tersebut.

tempat
titik
berdiri yang
alat
dibidik

pembacaan
Mistar
BA /
BB

pembacaan
HORISONTAL

pembacaan
sudut
vertical

Lembar kerja pengukuran

Diperiksa Oleh :
Asst. Praktikum,

jarak
miring

jarak
datar

beda
tinggi
+

El

ACARA 5

INTERPOLASI
Tujuan : praktikan dapat membuat peta topografi dari data pengukuran theodolit
Pendahuluan
Interpolasi merupakan proses mengisi kekosongan data dengan metode tertentu dari
suatu kumpulan data untuk menghasilkan sebaran yang continue. Penelitian ini menggunakan
interpolasi untuk menenyukan titik-titik elevasi yang selanjutnya pada titik-titik tersebut akan
dihubungkan dengan garis kontur. Rumus yang digunakan metode interpolasi :
Titik interpolai=

Interval Kontur
x Jarak titik
Kontur tertinggiKontur terendah

60
59
58

59

57

58
57
56
55
Perlengkapan :
- Data pengukuran dilapangan
- Penggaris 60 cm
- Busur derajat 360o
- Kalkulator
- Peralatan tulis
Cara kerja :
- Membuat titik pengukuran beserta elevasinya
Tugas :

Buatlah peta topografi dengan metode interpolasi

Lembar Kerja

Diperiksa Oleh :
Asst. Praktikum,

Lembar Kerja

Diperiksa Oleh :
Asst. Praktikum,

Lembar Kerja

Diperiksa Oleh :
Asst. Praktikum,

ACARA 6
PERHITUNGAN LUAS
Tujuan : Praktikan dapat menghitung luasan daerah yang telah diukur
Pendahuluan :
Yang dimaksud dengan luas (L) adalah suatu nominal yang didapat dari perkalian antara
panjang (p) dan lebar (l) dari suatu bidang.
Dalam hal ini, luasnya adalah luas yang dihitung dalam peta atau gambar yang
merupakan keadaan bumi dengan proyeksi orthogonal. Luas penampang dapat dihitung
secara mekanis menggunakan alat ukur teodolite dan dioleh dengan menggunakan planimeter.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menghitung luas, yaitu antara lain:
1.
Menggunakan benang
Buatlah benang mengelilingi seluruh bagian peta kemudian benang tersebut dibuat
persegi panjang sehingga bisa dihitung dengan menggunakan rumus persegi
panjang
2.
Dengan menggunakan kertas milimeter
Cara ini dilakukan dengan menghitung banyaknya kotak kecil per milimeter yang
termasuk dalam area pengukuran.

skala


x 100

100

L=nx
2

3.

L= Luas
n= Banyaknya kotak per milimeter

Dengan menggunakan data koordinat


Cara ini dilakulan dengan menggunakan data-data koordinat ( koordinat X, Y dan
Z ) dari area penelitian dengan bantuan alat theodolite kemudian dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
( Z ( n ) Z ( n 1) ) x ( X ( n 1) X ( n ) )
( Z1 Z 2) x ( X 2 X 1)
2
2
= Z = Elevasi,
+.+
L=L
Luas,
X= Koordinat
X, n = point titik pengukuran

4.

Dengan menggunakan alat Planimeter

Cara ini lebih mudah, karena dengan mengelilingi area penelitian (dalam bentuk
peta) sudah dapat diketahui nilai luas area tersebut.
Perlengkapan :
Peta Topografi
Kertas milimeter
Kertas kalkir
Benang
Kalkulator
Alat tulis
Cara kerja
Menghitung luas dengan cara pertama dan kedua

Tugas :
Hitunglah luas daerah yang kalian petakan dengan cara pertama dan kedua!
Lembar Kerja

Diperiksa Oleh :
Asst. Praktikum,

Lembar Kerja

Diperiksa Oleh :
Asst. Praktikum,

Lembar Kerja

Diperiksa Oleh :
Asst. Praktikum,

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2004, Modul Praktikum Ilmu Ukur Tanah, Universitas Kutai Kartanegara,
Tenggarong
Basuki, Ir. M.Si, 1994, Ilmu Ukur Tanah, Teknik Geodesi, Universitas Gajaah Mada.
Bambang P., DR., Ir., M.Sc. Praktikum Geologi Struktur Penerbit UPN veteran
Jogyakarta.
Joniansyah, Ir., 1999, Petunjuk Praktikum Geomorfologi Fakultas teknik Geologi Unikarta,
Tenggarong
Suroso Sastro Prawijo, 1977, Pedoman Praktikum Geomorfologi UPN Veteran,
Yogyakarta.
Wastar, 2003, Tugas Akhir, Perhitungan Cadangan Batubara dan Volume Tanah Penutup,
Universitas Kutai Kartanegara

Anda mungkin juga menyukai