Auditing PEMERIKSAAN KAS DAN SETARA KAS Edit
Auditing PEMERIKSAAN KAS DAN SETARA KAS Edit
Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas kas
dan setara kas serta transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dan bank.
Untuk memeriksa apakah saldo kas dan setara kas yang ada di neraca
pertanggal neraca betul-betul ada dan dimiliki oleh perusahaan, maksudnya
auditor harus meyakinkan dirinya bahwa kas dan setara kas yang dimiliki
perusahaan betul-betul ada dan dimiliki perusahaan dan bukan milik pribadi
direksi atau pemegang saham. Karena itu auditor harus melakukan kas
opname dan mengirim konfirmasi ke bank (Existence).
Untuk memeriksa apakah ada pembatasan untuk penggunaan kas dan setara
kas.
Untuk memeriksa seandainya ada saldo kas dan setara kas dalam valuta
asing, apakah saldo tersebut sudah dikonversikan terhadap rupiah dengan
menggunakan kurs dengan Bank Indonesia pada tanggal neraca dan apakah
selisih kurs yang terjadi sudah dibebankan atau dikreditkan ke laba rugi
tahun berjalan.
Kas dan setara kas yang penggunaannya dibatasi dapat dimasukan dalam
aktiva lancar hanya jika pembatasan tersebut dilakukan untuk menyisihkan
dana untuk melunasi kewjiban jangka pendek atau jika pembatasan tersebut
hanya berlaku selama satu tahun.
Saldo kredit pada perkiraan bank disajikan pada kelompok kewajiban sebagai
kewajiban jangka pendek.
seluruh
prosedur
audit
di
atas.
pengendalian
intern
harus
diperoleh
untuk
merencanakan
audit
dan
pemisahan tugas.
Informasi dan Komunikasi. Sistem informasi yang relevan dengan tujuan
pelaporan keuangan yang meliputi sistem akuntansi, terdiri dari metode dan
catatan yang di bangun untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melapokan
transaksi entitas. Komunikasi mencakup penyediaan suatu pemahaman tentang
peran dan tanggung jawab individual berkaitan dengan pengendalian intern
terhadap pelaporan keuangan. Auditor harus memperoleh pengetahuan memadai
tantang
sistem
informasi
yang
relefan
dengan
pelaporan
keuangan
untuk
memahami:
telah ditetapkan
Pengendalian
aplikasi
terhadap
pengolahan
transaksi
tertentu
dikelompokan menjadi:
a. Prosedur otorisasi yang memadai
b. Perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan yang cukup
3. Pengecekan secara independent
4. Pemisahaan fungsi yang memadai
Struktur organisasi merupakan kerangka pembagian tugas kepada unit-unit
organisasi
yang
dibentuk
untuk
melaksanakan
kegiatan-kegiatan
pokok
Tujuan pokok pemisahan fungsi ini adalah untuk mencegah dan untuk dapat
dilakukannya
deteksi
segera
atas
kesalahan
dan
ketidakberesan
dalam
Resiko deteksi
Uraian tertentu
Audit intern:
Fungsi audit intern merupakan kegiatan penilaian yang bebas , yang terdapat
dalam organisasi, yang dilakukan dengan cara memerikasa akuntansi ,
keuangan , dan kegiatan lain.
Tugas fungsi audit intern adalah menyelidiki dan menilai pengendalian intern
dan efesiensi pelaksanaan fungsi berbagai unit organisasi.
Untuk mencapai hal diatas audit intern melaksanakan kegiatan-kegiatan berikut ini:
Menentukan
sampai
seberapa
jauh
kekayaan
perusahaan
Kas Kecil,
Langkah perhitungan secara mendadak terhadap semua dana kas pada hari
kerja pertama tahun buku 20XX dengan disaksikan oleh kasir. Buatkan berita
acara perhitungannya dan minta tandatagnagn kasir yang bersangkutan .
(perhatikan bahwa sebelum perhitungan dilakukan , semua dana kas harus
berada di bawah pengawasan anda.),
Siapkan daftar rincian bukti kas yang belum reimbursed (diisi kembali, yakin
approval dan ketepatan pembebanannya).
Kirim permintan konfirmasi positif bank per 31 desember 20xx dan cut of
rekening Koran bank minggu pertama bulan januari 20xx kepada bank yang
bersangkutan.
Dapatkan rekonsiliasi bank per 31 desember 20xx dari klien dan lakukan
prosedur-prosedur berikut:
Bandingkan saldo per bank dengan rekening Koran bank-nya dan jawaban
konfirmasi bank
Telusuri cek yang masih beredar (outstanding checks) ke rekening Koran cut
of dan jurnal pengeluaran bulan desember 20xx.
Periksa reconciling items lainnya ( jasa giro , bunga materai, buku ceck,
koreksi kesalahan bank dan sebagainya , jika ada) dengan menggungakan
dokumen pendukungnya.
Telusuri cek yang dibayarkan oleh bank dalam 3 hari sebelum dan sesudah
tanggal neraca ke jurnal pengeluaran kas , dan yakini bahwa cek tersebut
telah dicatat dalam periode yang benar.
Review semua nota debit yang muncul dalam rekenig koran cut of dan
tentukan pengaruhnya terhadap saldo akhir tahun.
PENGUJIAN AUDIT
Tujuan Pengujian Secara Keseluruhan
Suatu program audit terdiri dari pengujian audit yang dirancang untuk memenuhi
salah satu atau kedua tujuan utama berikut:
- Pengujian pengendalian (test of control) menentukan efektivitas perancangan dan
operasi pengendalian internal.
- Pengujian substansi (substantive test) menentukan apakah ada salah saji angka
yang material atau pengungkapan dalam laporan keuangan.
Jika disimpulkan sementara bahwa internal control baik atau sedang auditor harus
melakukan tes ketaatan atas transaksi penerimaan dan pengeluaran kas/bank,
untuk membuktikan apakah internal control berjalan efektif atau tidak, Yang diambil
sampel biasanya bukti penerimaan kas/bank dan bukti pengeluaran kas/bank atau
nomor check/giro. Jika disimpulkan sementara bahwa internal control lemah auditor
tidak
diperlukan
substantive
test
mengadakan
yang
test
diperluas.
ketaatan,
Karena
tetapi
biasanya
langsung
jika
tetap
melakukan
dilakukan
transaksi
akan
memenuhi
tujuan
pengendalian
apabila
tujuan
dalam
jurnal
penjualan
dan
diposting
ke
buku
besar.
Jika
pengujian
ini
mengungkapkan adanya faktur yang tidak dicatat, maka auditor telah menemukan
kesalahan moneter.
Pengujian substantif atas transaksi dengan pengujian saldo slaing terkait di mana
setiap jenis transaksi mempengaruhi saldo akun terkait. Karena angka-angka dalam
laporan keuangan adalah akumulasi dari transaksi, maka auditor bisa menguji
transaksi yang memasuki akun, saldo akun itu sendiri atau keduanya.
Tujuan auditor secara keseluruhan atas pengujian ini adalah untuk memperoleh
bukti kompeten yang memadai mengenai saldo akhir piutang usaha. Salah satu
cara untuk memperoleh bukti ini adalah dengan menguji transaksi yang memasuki
akun, yaitu debit dan kredit. Auditor bisa memilih sampel transaksi penjualan dan
penerimaan kas yang mempengaruhi piutang usaha dan memeriksa dokumen
pendukung transaksi ini.
Cara lainnya untuk memperoleh bukti adalah dengan mengkonfirmasi sampel saldo
akun pembantu piutang usaha. Pengujian ini melibatkan pemeriksaan langsung atas
saldo akhir tanpa referensi ke masing-masing transaksi yang diakumulasikan ke
akun bersangkutan. Dalam sebagian besar audit, auditor akan melaksanakan kedua
jenis pengujian ini, memilih pengujian yang tepat berdasarkan mutu bukti yang
diperoleh, biaya melaksanakan prosedur tersebut dan bisa tidaknya prosedur
tersebut diterapkan. Beberapa akun dalam laporan keuangan akan sulit diuji
dengan pengujian saldo. Sebagai contoh, akun laporan laba-rugi karena memiliki
sifat seperti itu sehingga saldo akhirnya tidak dapat diuji secara langsung. Untuk itu
akun-akun seperti ini, auditor mengandalkan pada pengujian transaksi atau
pengujian saldo atas akun neraca yang mempengaruhi akun laporan laba-rugi
terkait.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik (pyshical examination) adalah aktivitas pengumpulan bukti fisik.
Pemeriksaan ini merupakan pengujian subtantif yang melibatkan penghitungan
atau inspeksi atas aktiva berwujud seperti kas, persediaan, pabrik dan peralatan.
Sewaktu menghitung kas atau inventori atau menginspeksi mesin baru, auditor
menerapkan teknik pemeriksaan fisik. Teknik ini tidak dapat diterapkan pada aktiva
yang keberadaaannya dibuktikan melalui dokumentasi, seperti piutang usaha,
investasi.
Asersi audit utama dari pengujian pemeriksaan fisik adalah eksistensi (keberadaan).
Akan tetapi, teknik ini juga memberikan bukti mengenai penilaian, karena kuantitas
terlibat secara langsung dalam penentuan nilai sebagian besar aktiva. Selain itu,
auditor kadang-kadang juga dapat memperoleh bukti mengenai mutu atau kondisi
aktiva melalui pemeriksaan fisik dan hal ini sangat mempengaruhi penilaian. Asersi
mengenai hak dan kewajiban hanya diuji melalui pemeriksaan fisik untuk
mendukung luas kepemilikkan aktiva. Asersi mengenai kelengkapan juga bisa diuji
Konfirmasi
Asersi utama mengenai pengujian konfirmasi adalah eksistensi serta hak dan
kewajiban. Teknik ini juga dapat memberikan bukti mengenai penilaian atau alokasi
kelengkapan serta penyajian dan pengungkapan. Baik asersi mengenai eksistensi
maupun kejadian serta hak dan kewajiban untuk kas dan piutang usaha seringkali
diuji dengan konfirmasi. Perhatikan bahwa konfirmasi terhadap piutang usaha
pelanggan saat ini tidak bisa diharapkan untuk memberikan bukti yang dapat
diandalkan mengenai kelengkapan, karena pelanggan cenderung tidak melaporkan
kesalahan penetapan yang terlalu rendah dalam akun mereka dan karena auditor
biasanya memilih konfirmasi akun dengan saldo tercatat yang lebih besar. Asersi
mengenai penilaian atau alokasi untuk piutang usaha sebagian diuji melalui
konfirmasi, meskpun penilaian akun akan membutuhkan audit atas penyisihan
piutang ragu-ragu. Ketika auditor mengkonfirmasikan kas dengan pihak bank,
formulir konfirmasi tersegut juga meminta informasi tentang jaminan yang disajikan
atas pinajaman. Jadi, teknik konfirmasi juga bisa memberikan bukti tentang
penyajian dan pengungkapan.
Vouching (Pemeriksaan Bukti Pendukung)
Voucing adalah pemeriksaan dokumen yang mendukung suatu transaksi atau
jumlah
yang
telah
tercatat.
Karena
tujuan
teknik
vouching
adalah
untuk
memperoleh bukti mengenai item yang tercatat dalam catatan akuntansi, maka
arah pencarian dokumen pendukung tersebut bersifat krusial. Untuk melakukan
vouching, arah pengujian adalah dari item yang tercatat hingga dokumentasi
pendukung.
Asersi mengenai kelengkapan lebih sulit diuji melalui vouching karena pengujian
kelengkapan mengharuskan auditor untuk mencari bukti item yang tidak tercatat.
Vouching dimulai dengan item yang tercatat. Akan tetapi, auditor dapat memilih
penjualan yang tercatat setelah akhir tahun dan mem-vouching item-item ini ke
faktur penjualan untuk menentukan apakah hal tersebut merupakan penjualan yang
sudah harus dicatat sebelum akhir tahun (yaitu, kelengkapan). Umumnya,
pengujian dokumen untuk item-item yang belum tercatat melibatkan teknik audit
lainnya penelusuran.
Penelusuran
Pelaksanaan Ulang
Teknik umum yang digunakan auditor untuk mendapatkan bukti adalah pelaksanaan
ulang (reperformance) dari aktivitas klien dalam proses akuntansi. Sebenarnya,
auditor memperoleh bukti tentang aktivitas klien dengan mengulangi aktivitas
tersebut dan membandingkan hasilnya dengan hasil klien. Karena teknik ini
melibatkan pengulangan atas beberapa hal yang telah dilakukan klien, maka teknik
ini juga dapat digunakan baik sebagai pengujian pengendalian maupun pengujian
substantif.
Pelaksanaan ulang dilakukan sebagai pengujian pengendalian ketika auditor
melaksanakan kembali prosedur pengendalian untuk menentukan apakan pekerjaan
awal telah dilakukan secara efektif. Sebagai contoh, jika auditor menghitung
kembali sampel faktur yang telah dihitung dan diparaf oleh klerk klien dan
ditemukan adanya kesalahan, maka hal ini mengindikasikan bahwa pengendalian
berfungsi secara tidak memadai.
Observasi
Observasi (observation) berarti auditor menyaksikan aktivitas fisik klien. Sebagai
contoh, auditor dapat mengobservasi penghitungan persediaan klien untuk menilai
tingkat kemahiran yang digunakan. Selain itu, beberapa kebijakan dan prosedur
pengendalian
internal
hanya
dapat
diverifikasi
dengan
obvservasi
karena
bank, auditor dapat mengidentifikasi pengeluaran kas yang telah dicatat bank
tetapi tidak dicatat oleh klien, yaitu kesalahan penyajian kelengkapan. Atau auditor
dapat menemukan bahwa pengeluaran kas dalam catatan akuntansi klien juga
dicatat sebagai pengeluaran oleh bank. Bukti ini mendukung kejadian dari transaksi
pengeluaran kas yang dicatat pada pembukuan klien.
Tanya Jawab
Teknik tanya jawab atau mengajukan pertanyaan (inquiry) digunakan secara
ekstensif dalam audit. Jawaban atas pertanyaan tersebut bisa dilakukan secara lisan
atau tulisan. Karena manajemen klien dan pegawai cukup mengetahui operasi dan
pengendalian internal, maka auditor yang paling berpengalaman pun akan
mendapat keuntungan dari tanya jawab tersebut.
Inspeksi
Scanning adalah jenis inspeksi di mana auditor menelaah suatu dokumen tentang
item-item yang tidak biasa. Sebagai contoh, auditor bisa men-scan buku besar
piutang usaha untuk menetukan eksistensi setiap pelanggan yang memiliki saldo
kredit besar yang harus direklasifikasi sebagai kewajiban.
Inspeksi juga dapat memberikan informasi bagi auditor sebagai dasar dalam
melakukan pengujian audit khusus, seperti inspeksi atas instrumen hutang untuk
menentukan suku bunga guna menguji beban bunga. Inspeksi juga bisa menambah
informasi yang dicatat dalam catatan akuntansu, seperti menentukan persetujuan
atas akuisisi pabrik dan peralatan dengan menginspeksi notulen rapat dewan
direksi. Karena berbagai dokumen bisa diinspeksi oleh auditor, teknik inspeksi bisa
memenuhi semua asersi laporan keuangan.
Prosedur Analitis
Teknik prosedur analitis (analytical procedur) mencakup sejumlah prosedur tertentu
yang bisa dipilih auditor untuk dilaksanakan. Telah disebutkan sebelumnya dalam
bab ini bahwa beberapa jenis pengujian analitis yang umum dapat digunakan untuk
menganalisis hubungan di antara data yang ada. Auditor menggunakan teknik ini
untuk
menilai
kelayakan
data.
Sebagai
contoh,
penghitungan
rasio
atau
1. Pengujian Analitik
Seperti telah dijelaskan di atas, pengujian ini dilakukan oleh auditor pada tahap
awal proses audinya dan pada tahap review menyeluruh terhadap hasil audit.
Pengujian ini dilakukan oleh auditor dengan cara mempelajari perbandingan dan
hubungan antara data yang satu dengan data yang lain. Pada tahap awal proses
audit, pengujian analitis dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami
bisnis, klien dan dalam menemukan bidang yang memerlukan audit lebih intensif.
Sebelum seorang auditor melaksanakan audit secara rinci dan mendalam terhadap
objek
audit,
ia
harus
memperoleh
gambaran
yang
menyeluruh
mengenai
perusahaan yang diaudit. Untuk itu, analisis ratio, analisis laba bruto, analisis
terhadap laporan keuangan perbandingan (comparative financial statements)
merupkaan cara yang umumnya ditempuh oleh auditor untuk mendapatan
gambaran menyeluruh dan secara garis besar mengenai keadaan keuangan dan
hasil usaha klien.
2. Pengujian Pengendalian (test of control)
Pengujian
pengendalian
memverifikasi
terutama
merupakan
efektivitas
ditujukan
prosedur
pengendalian
untuk
intern
mendapatkan
audit
yang
klien.
Pengujian
informsi
dirancang
mengenai:
untuk
pengendalian
1)
frekuensi
salah
satu
aktivitas
pengendalian
untuk
mengawasi
transaksi
Seringkali
dalam
melaksanakan
suatu
aktivitas,
karyawan
hanya
Salah
satu
unsur
pengendalian
intern
terhadap
sediaan
adalah
itu
auditor
juga
melakukan
pengujian
mengenai
karyawan
yang
mengenai akibat perubahan penerapan prinsip tersebut terhadap angka hasil laba
bersih, sehingga hal ini dapat mengakibatkan tidak dapat diperbandingkannya
laporan keuangan klien tahun yang diaudit dengan laporan keuangan klien yang
disajikan dalam tahun sebelumnya.
4. Kemungkinan klien melakukan pisah batas (cut of) transaksi penjualan tidak
tepat atau tidak konsisten dengan yang digunakan dalam tahun sebelumnya.
Misalnya transaksi penjualan tahun 20XX dicatat oleh klien sebagai pendapatan
penjualan tahun 20XX. Contoh lainnya adlaah dalam tahun yang diaudit, klien
menggunakan tangga 24 Desember sebagai tanggal pisah batas (cutof) untuk
memisahkan transaksi penjualan tahun yang diaudit dengan tahun yang akan
datang, sedangkan dalam tahun sebelumnya klien menggunakan tanggal 31
Desember sebagai tanggal pisah batas. Hal ini akan berakibat terhadap terjadinya
kesalahan penyajian angka pendapatan penjualan dalam laporan laba-rugi.
5.
Kemungkinan
terjadinya
kesalahan
moneter
dalam
menyajikan
angka
informasi
dalam
laporan
keuangan.
Kegiatan-kegiatan
tersebut