Anda di halaman 1dari 17

PEMERIKSAAN KAS DAN SETARA KAS

SIFAT DAN CONTOH KAS DAN SETARA KAS


Kas merupakan harta lancar perusahaan yang sangat menarik dan mudah untuk
diselewengkan menurut SAK 1994:
KAS adalah alat pembayaran yang siap dan bebas dipergunakan untuk
membiayai kegiatan umum perusahaan.
BANK adalah sisa rekening giro perusahaan yang dapat dipergunakan
secara bebas untuk membiayai kegiatan Umum perusahaan.
Contoh dari perkiraan-perkiraan yang biasa digolongkan sebagai kas dari bank
adalah:
1. Kas kecil (Petty Cash) dalam rupiah maupun mata uang asing
2. Saldo rekening giro di bank
3. Bon sementara (I O U)
4. Bon-bon kas kecil yang belum direimbursed
5. Check tunai yang akan didepositokan
Yang tidak dapat digolongkan sebagai bagian dari kas dan bank dalam neraca
adalah
1. Deposito berjangka yang jatuh tempo lebih dari 3 bln (time deposit)
2. Check kosong dan check mundur
3. Dana yang disisihkan untuk tujuan tertentu (sinking fund)
4. Rekening giro yang tidak dapat segera digunakan baik di dalam maupun di
luar negeri, misalnya karena dibekukan
Menurut PSAK no.2 (IAI:2002) kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening
giro.
Setara kas (cash equivalent) : Investasi yang sifatnya sangat liquid, berjangka
pendek dan yang dengan cepat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa
menghadapi resiko perubahan nilai yang sangat signifikan.
Cerukan ( bank overdraft) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pengelolaan kas perusahaan
Menurut SAK ETAP (IAI:2002:28)
Setara kas (cash equivalent) : Investasi yang sifatnya sangat liquid yang dimiliki
untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan untuk tujuan investasi
lainnya.

TUJUAN PEMERIKSAAN (audit objectivities) KAS


DAN SETARA KAS

Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas kas
dan setara kas serta transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dan bank.

Beberapa ciri internal control:


1. Adanya pemisahan tugas dan tanggungjawab antara yang menerima dan
yang mengeluarkan kas dengan yang melakukan pencatatan, memberikan
otoritas atas pengeluaran dan penerimaan kas dan bank
2. Pegawai yang membuat rekonsiliasi bank harus lain dari pegawai yang
mengerjakan buku bank. Rekonsiliasi bank dibuat setiap bulan dan harus
ditelaah oleh kepala bagian akuntansi
3. Digunakannya impress fund system untuk mengelola kas kecil
4. Penerimaan kas, cek & giro harus di setor ke bank dalam jumlah seutuhnya
5. Uang kas disimpan di tempat yang aman
6. Uang kas harus dikelola dengan baik
7. dan lain-lain

Untuk memeriksa apakah saldo kas dan setara kas yang ada di neraca
pertanggal neraca betul-betul ada dan dimiliki oleh perusahaan, maksudnya
auditor harus meyakinkan dirinya bahwa kas dan setara kas yang dimiliki
perusahaan betul-betul ada dan dimiliki perusahaan dan bukan milik pribadi
direksi atau pemegang saham. Karena itu auditor harus melakukan kas
opname dan mengirim konfirmasi ke bank (Existence).

Untuk memeriksa apakah ada pembatasan untuk penggunaan kas dan setara
kas.

Jika perusahaan menyisihkan sebagian dana yang dimiliki untuk keperluan


pelunasan obligasi berikut bunganya maka dana tersebut tidak dapat
dilaporkan sebagai bagian dari kas di harta lain. Begitu juga jika ada saldo
rekening giro yang dibekukan karena perusahaan tersangkut suatu masalah
hukum, maka saldo tersebut tidak boleh dilaporkan sebagai bagian dari kas
di harta lancar.

Untuk memeriksa seandainya ada saldo kas dan setara kas dalam valuta
asing, apakah saldo tersebut sudah dikonversikan terhadap rupiah dengan
menggunakan kurs dengan Bank Indonesia pada tanggal neraca dan apakah
selisih kurs yang terjadi sudah dibebankan atau dikreditkan ke laba rugi
tahun berjalan.

Untuk memeriksa apakah penyajiannya neraca sesuai dengan prinsip


akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Menurut SAK

Kas dan setara kas disajikan di neraca sebagai harta lancar

Kas dan setara kas yang penggunaannya dibatasi dapat dimasukan dalam
aktiva lancar hanya jika pembatasan tersebut dilakukan untuk menyisihkan
dana untuk melunasi kewjiban jangka pendek atau jika pembatasan tersebut
hanya berlaku selama satu tahun.

Saldo kredit pada perkiraan bank disajikan pada kelompok kewajiban sebagai
kewajiban jangka pendek.

PROSEDUR PEMERIKSAAN KAS DAN SETARA KAS


1. Pahami dan evaluasi internal control atas kas dan setara kas serta transaksi
penerimaan dan pengeluaran kas dan bank
2. Buat Top Schedule kas dan setara kas per tanggal neraca (missal: 31
Desember 20XX), atau kalau belum selesai, boleh per 31 Oktober 20XX atau
30 November 20XX, penambahan mutasi akan diperiksa kemudian, apakah
ada hal-hal yang unusual (diluar kebiasaan)atau tidak.
3. Lakukan Cash Count (perhitungan fisik uang kas) per tanggal neraca, bias
juga sebelum atau sesudah tanggal neraca.
4. Kirim Konfirmasi atau dapatkan pernyataan saldo dari kasir dalam hal tidak
dilakukan kas opname.
5. Kirim konfirmasi untuk seluruh rekening bank yang dimiliki perusahaan.
6. Minta Rekonsiliasi bank per tanggal neraca (misalkan per 31 Desember
20XX), kalau terpaksa, kalau belum selesai yang Desember, dapat diminta
per 30 November 20XX.
7. Lakukan pemeriksaan atas rekonsiliasi bank tersebut,
8. Review jawaban konfirmasi dari bank, notulen rapat dan perjanjian kredit
untuk mengetahui apakah ada pembatasan dari rekening bank yang dimiliki
perusahaan.
9. Periksa inter bank transfer +/-minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca,
untuk mengetahui adanya kitting dengan tujuan untuk window dressing.
10.Periksa transaksi kas sesuai tanggal neraca, sampai mendekati tanggal
selesainya pemeriksaan lapangan.
11.Seandainya ada saldo kas dan setara kas dalam mata uang asing per tanggal
neraca, periksa apakah saldo tersebut sudah dikonversikan ke dalam rupiah
dengan menggunakan kurs tengah BI pada tanggal neraca dan apakah selisih
kurs yang terjadi sudah dibebankan atau dikreditkan pada laba rugi tahun
berjalan.
12.Periksa apakah penyajian kas dan setara kas di neraca dan catatan atas
laporan keuangan, sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku
di Indonesia (SAK, ETAP, IFRS)
13.Buat Kesimpulan di Top Schedule kas dan setara kas atau di memo tersendiri
mengenai kewajaran dari cash on hand dan in bank, setelah kita menjalankan

seluruh

prosedur

audit

di

atas.

KERTAS KERJA PEMERIKSAAN


Kertas kerja pemeriksaan adalah semua berkas-berkas yang dikumpulkan oleh
auditor dalam menjalankan pemeriksaan, yang berasal dari pihak klien, analisa
yang dibuat oleh auditor, dan dari pihak ketiga.

TUJUAN KERTAS KERJA PEMERIKSAAN


Kertas kerja pemeriksaan yang merupakan dokumentasi auditor atas prosedurprosedur audit yang dilakukannya, tes-tes yang diadakan, informasi yang didapat
dan kesimpulan yang dibuat atas pemeriksaan, analisa, memorandum, surat-surat
konfirmasi dan representasi, ikhtisar dokumen-dokumen perusahaan, rincian-rincian
pos neraca dan laba rugi serta komentar-komentar yang dibuat atau diperoleh oelh
auditor mempunyai beberapa tujuan:
1. Mendukung opini auditor mengenai kewajaran laporan keuangan. Opini yang
diberikan harus sesuai dengan pemeriksaan yang dicantumkan dalam kertas
kerja di perusahaan.
2. Sebagai bukti bahwa auditor telah melaksanaan pemeriksaan sesuai dengan
standar professor akuntan public. Dalam kertas kerja pemeriksaan harus
terlihat bahwa apa yang diatur dalam SPAP sudah diikuti dengan baik oleh
auditor
3. Sebagai referesi dalam hal ada pertanyaan dari: a pihak pajak b pihak bank c
pihak klien
4. Sebagai salah satu dasar penilaian asisten sehingga dapat dibuat evaluasi
mengenai kemampuan asisten sampai dengan partner sesudah selesai suatu
penugasan
5. Sebagai pegangan untuk audit tahun berikunya. Untuk persiapan audit tahun
berikunya kertas kerja tersebut dapat dimanfaatkan antara lain: Untuk
mengecek saldo awal, untuk dipelajari oleh audit staf yang baru ditugaskan
untuk memeriksa klien tersebut, untuk mengetahui masalah-masalah yang
terjadi di tahun lalu dan berguna untuk penyusunan audit plan tahun
berikutnya.

SISTEM PENGENDALAIAN INTERN


Standar pengerjaan lapangan yang kedua menyebutkan: pemahaman memadai
atas

pengendalian

intern

harus

diperoleh

untuk

merencanakan

audit

dan

menentukan sifat saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.


IAI mendefinisikan SPI sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris,
manajemen dan personel lain entitas yang didisain untuk memberikan keyakinan
memadai tentang pencapaian 3 golongan tujuan berikut ini;
a. Keandalan pelaporan keuangan

b. Efektifitas dan efisiensi operasi dan


c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Pengendalian intern terdiri dari 5 komponen:
Lingkungan Pengendalian. Menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi
kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan
dasar untuk semua komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan
struktur lingkungan pengendalian mencakup: integritas dan nili etika, komitmen
terhadap kompetensi, partisipasi dewan komisaris atau komite audit, struktur
organisasi, pemberian wewenang dan tanggung jawab, dan kebijakan dan praktek
SDM
Penaksiran Resiko. Identifikasi entitas dan analisis terhadap resiko yang relefan
unutk mncapai tujuannya, membentuk suatu dasar unutuk menentukan bagaimana
resiko harus dikelola. Resiko dapt timbul/berubah karena keadaan berikut:
perubahan dalam lingkungan operasi; personel bru; system informasi yang
baru/yang diperbaiki; teknologi baru; lini produk, produk atau aktivitas baru;
restrukturisasi korporasi; operasi luar negeri; standar akuntansi baru.
Aktivitas Pengendalian. Kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan
bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut membantu memastikan
bahwa tindakan yang diperlukan untuk menangulangi resiko dalam pencapaian
tujuan entitas sudah dilaksanakan. Umumya aktivitas pengendalian berkaitan
dengan:

Review terhadap kinerja, pengolahan informasi, pengendalian fisik, dan

pemisahan tugas.
Informasi dan Komunikasi. Sistem informasi yang relevan dengan tujuan
pelaporan keuangan yang meliputi sistem akuntansi, terdiri dari metode dan
catatan yang di bangun untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melapokan
transaksi entitas. Komunikasi mencakup penyediaan suatu pemahaman tentang
peran dan tanggung jawab individual berkaitan dengan pengendalian intern
terhadap pelaporan keuangan. Auditor harus memperoleh pengetahuan memadai
tantang

sistem

informasi

yang

relefan

dengan

pelaporan

keuangan

untuk

memahami:

Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan bagi LK

Bagaimana transaksi tersebut dimulai

Catatan akuntansi, informasi pendukung, dan akun tertentu dalam LK yang


tercakup dalam pengolahan dan pelaporan transaksi.

Pengolahan akuntansi yang dicakup sejak saat transaksi dimulai sampai


dengan dimasukan kedalam LK termasuk alat elektronik yang digunakan
untuk mengirim, memproses, memelihara dan mengakses informasi

Pemantauan. Proses penentuan kualitas kinrja pengendalian intern sepanjang


waktu. Pemantauan ini mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian
tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi. Proses ini dilaksanakan melalui
kegiatan yang berlangsung secara terus menerus, evaluasi secara terpisah, atau
dengan berbagai kombinasi dari keduanya. Aktivitas pengendalian yang relevan
dengan audit atas L/K dapat digolongkan kedalam berbagai kelompok . salah satu
cara penggolongan adalah sebagai berikut:
Pengendalian Pengolahan Informasi
Banyak perusahaan sekarang menggunakan komponen untuk pengolahan infomasi
umum dan terutama informasi akuntansi . pengendalian pengolahan informasi
dibagi menjadi dua:
1. Pengendalian Umum. Organisasi pusat pengelolaan data , prosedur dan
standar untuk perubahan program, pengembangan system dan pengoprasian
fasilitas pengolahan data.
2. Pengendalain aplikasi. Dirancang untuk memenuhi persyaratan pengendalian
khusus setiap aplikasi. Tujuan pengendalian aplikasi:

Menjamin bahwa semua transaksi yang telah ditorisasi telah diproses

sekali saja secara lengkap

Menjamin bahwa data transaksi lengkap dan teliti

Menjamin bahwa pengelolaan transaksi benar dan sesuai dengan keadaan

Menjamin bahwa hasil pengolahan data dimanfaatkan untuk tujuan yang

telah ditetapkan

Menjamin bahwa aplikasi dapat terus berfungsi

Pengendalian

aplikasi

terhadap

pengolahan

transaksi

tertentu

dikelompokan menjadi:
a. Prosedur otorisasi yang memadai
b. Perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan yang cukup
3. Pengecekan secara independent
4. Pemisahaan fungsi yang memadai
Struktur organisasi merupakan kerangka pembagian tugas kepada unit-unit
organisasi

yang

dibentuk

untuk

melaksanakan

kegiatan-kegiatan

pokok

perusahaan. Pembagian tugas didalam organisasi didasarkan pada prinsip-prinsip


berikut ini:

Pemisahan fungsi penyimpanan aktiva dari fungsi akuntansi

Pemisahan fungsi otorissi transaksi dan fungsi penyimpanan aktiva yang


bersangkutan

Pemisahan fungsi otorisasi dari fungsi organisasi

Tujuan pokok pemisahan fungsi ini adalah untuk mencegah dan untuk dapat
dilakukannya

deteksi

segera

atas

kesalahan

dan

ketidakberesan

dalam

pelaksanaan tugas yang dibebanan kepada seseorang


Pengendalian fisik atas kekayaan dan catatan
Cara yang paling baik dalam pelindungan kekayaan dan catatan adalah dengan
menyediakan perlindungan secara fisik . perlindungan fisik juga diperlukan untuk
catatan dan dokumen. Penggunaan alat mekanik dapat juga digunakan untuk
menambah jaminan bahwa informasi akuntansi dicatat secara teliti dan tepat waktu
Review Atas kinerja
a. Laporan yang meringkas rincian jumlah tercantum dalam akun buku
pembantu , seperti daftar umm piutang usaha , laporan penjualan menurut
daerah pemasaran , wiraniaga, produk dan costumer.
b. Kinerja sesungguhnya dibandigkan dengan jumlah menurut anggaran ,
perkiraan , atau jumlah tahun lalu.
c. Hubungan antara serangkaian data, seperti data keuangan dengan data non
keuangan.
Mengapa auditor perlu memperoleh pemahaman tentang SPI klien "xxxx"?

Kemungkinan dapat atau tidaknya audit dilaksanakan

Salah menyajikan material yang potensial dapat terjadi

Resiko deteksi

Perancangan pengujian substantive.

Dokumen informasi tentang SPI yang berlaku:

Kuesioner pengendalian intern baku

Uraian tertentu

Bagan alir system

Audit intern:

Fungsinya hanya terdapat dalam perusahaan yang relative besar.

Fungsi audit intern merupakan kegiatan penilaian yang bebas , yang terdapat
dalam organisasi, yang dilakukan dengan cara memerikasa akuntansi ,
keuangan , dan kegiatan lain.

Tugas fungsi audit intern adalah menyelidiki dan menilai pengendalian intern
dan efesiensi pelaksanaan fungsi berbagai unit organisasi.

Untuk mencapai hal diatas audit intern melaksanakan kegiatan-kegiatan berikut ini:

Pemeriksaan dan penilaian terhadap efektifitas pengendalaian intern dan


mendorong penggunaan pengendalian intern yang efektif dengan biaya
minimum.

Menentukan sampai seberapajauh pelaksanaan kebijakan manajemen puncak


dipatuhi

Menentukan

sampai

seberapa

jauh

kekayaan

perusahaan

dipertanggungjawabkan dan dilindungi dari segala macam kerugian.


Program Pemeriksaan Kas

Kas Kecil,

Harus sesuai dengan kasus dan siapkan kertas kerja ,

Langkah perhitungan secara mendadak terhadap semua dana kas pada hari
kerja pertama tahun buku 20XX dengan disaksikan oleh kasir. Buatkan berita
acara perhitungannya dan minta tandatagnagn kasir yang bersangkutan .
(perhatikan bahwa sebelum perhitungan dilakukan , semua dana kas harus
berada di bawah pengawasan anda.),

Bandingkan hasil perhitungan dengan saldo buku besarnya . yakni suat


perbedaan yang timbul telah diselesaikan dengan memuaskan.

Siapkan daftar rincian bukti kas yang belum reimbursed (diisi kembali, yakin
approval dan ketepatan pembebanannya).

Program Pemeriksaan Bank

Kirim permintan konfirmasi positif bank per 31 desember 20xx dan cut of
rekening Koran bank minggu pertama bulan januari 20xx kepada bank yang
bersangkutan.

Dapatkan rekonsiliasi bank per 31 desember 20xx dari klien dan lakukan
prosedur-prosedur berikut:

Periksa kecermatan penjumlahannya

Telusuri saldo per klien ke buku besar yang bersangkutan

Bandingkan saldo per bank dengan rekening Koran bank-nya dan jawaban
konfirmasi bank

Telusuri undeposit collections ke rekening Koran cut of dan jurnal penerimaan


kas bulan desember 20xx

Telusuri cek yang masih beredar (outstanding checks) ke rekening Koran cut
of dan jurnal pengeluaran bulan desember 20xx.

Periksa reconciling items lainnya ( jasa giro , bunga materai, buku ceck,
koreksi kesalahan bank dan sebagainya , jika ada) dengan menggungakan
dokumen pendukungnya.

Telusuri cek yang dibayarkan oleh bank dalam 3 hari sebelum dan sesudah
tanggal neraca ke jurnal pengeluaran kas , dan yakini bahwa cek tersebut
telah dicatat dalam periode yang benar.

Review semua nota debit yang muncul dalam rekenig koran cut of dan
tentukan pengaruhnya terhadap saldo akhir tahun.

PENGUJIAN AUDIT
Tujuan Pengujian Secara Keseluruhan
Suatu program audit terdiri dari pengujian audit yang dirancang untuk memenuhi
salah satu atau kedua tujuan utama berikut:
- Pengujian pengendalian (test of control) menentukan efektivitas perancangan dan
operasi pengendalian internal.
- Pengujian substansi (substantive test) menentukan apakah ada salah saji angka
yang material atau pengungkapan dalam laporan keuangan.
Jika disimpulkan sementara bahwa internal control baik atau sedang auditor harus
melakukan tes ketaatan atas transaksi penerimaan dan pengeluaran kas/bank,
untuk membuktikan apakah internal control berjalan efektif atau tidak, Yang diambil
sampel biasanya bukti penerimaan kas/bank dan bukti pengeluaran kas/bank atau
nomor check/giro. Jika disimpulkan sementara bahwa internal control lemah auditor
tidak

diperlukan

substantive

test

mengadakan
yang

test

diperluas.

ketaatan,
Karena

tetapi

biasanya

langsung
jika

tetap

melakukan
dilakukan

compliance test, kesimpulan akhir tetap menyatakan bahwa internal control


lemah.
Setelah compliance test selesai dilakukan, auditor harus menarik kesimpulan akhir
apakah internal control baik, sedang atau lemah. Setelah itu baru dilakukan
substantive test atas saldo kas/bank. Prosedur audit untuk compliance test harus
dipisahkan dari prosedur audit untuk substantive test, begitu juga kertas kerja
pemeriksaanya.
Jika klien telah menetapkan pengendalian internal yang baik, maka auditor bisa
memutuskan untuk membatasi pengujian substantif karena pengendalian internal
klien tampaknya dapat mencegah atau mendeteksi salah saji yang material.
Hubungan ini adalah logis dan secara sederhana berarti bahwa jika laporan
keuangan kecil kemungkinannya mengandung salah saji yang material, maka
auditor hanya perlu melakukan pengujian substantif yang kurang mendalam
ketimbang jika laporan keuangan mengandung salah saji yang material.
Langkah compliance test
1. Pengujian ketaatan atas transaksi Penerimaan Kas/Bank,
2. Pengujian ketaatan atas transaksi Pengeluaran Kas/Bank,

3. Melakukan penghitungan cash count,


4. Kirim Informasi atau dapatkan pernyataan saldo dari kasir dalam hal ini tidak
dilakukan kas opname,
5. Kirim Konfirmasi untuk seluruh rekening bank yang dimiliki perusahaan,
6. Minta rekonsiliasi bank,
7. Melakukan pemeriksaan atas rekonsiliasi bank tersebut,
8. Review jawaban konfirmasi dari bank, notulen rapat dan perjanjian kredit
untuk mengetahui apakah ada pembatasan dari rekening yang dimiliki
perusahaan,
9. Periksa interbank transfer +/- 1 minggu sebelum dan sesudah tanggal
neraca, untuk mengetahui adanya kitting dengan tujuan untuk window
dressing,
10.Periksa transaksi kas sesudah tanggal neraca, sampai mendekati tanggal
selesainya pemeriksaan lapangan,
11.Seandainya ada saldo kas dan setara kas dalam mata uang asing per tanggal
neraca, periksa apakah saldo tersebut sudah dikonversikan ke dalam rupiah
dengan menggunakan kurs tengah BI pada tanggal neraca, dan apakah
selisih kurs yang terjadi sudah dibebankan atau dikreditkan pada laba rugi
tahun berjalan,
12.Periksa apakah penyajian kas dan setara kas dan catatan atas laporan
keuangan, sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK,
ETAP, IFRS).
Jenis Utama Pengujian
Auditor mencapai tujuan pengujian pengendalian dan pengujian substantif dengan
melaksanakan pengujian yang dapat dibagi menjadi 4 kategori utama:
- Pengujian analitis
- Observasi dan tanya jawab
- Pengujian transaksi
- Pengujian saldo
Pengujian

transaksi

akan

memenuhi

tujuan

pengendalian

apabila

tujuan

pemeriksaan auditor adalah untuk menentukan apakah prosedur pengendalian


internal telah diikuti. Sebagai contoh, auditor dapat memeriksa faktur penjualan
untuk melihat ada tidaknya paraf staf yang bertanggung jawab mengecek
keakuratan matematis. Jika telah diparaf, maka ini merupakan suatu indikasi bahwa
prosedur pengendalian telah dijalankan dengan tepat. Jika tidak ada paraf, maka
auditor dapat menyimpulkan bahwa prosedur pengendalian tidak dilaksanakan.
Pengujian transaksi akan memenuhi tujuan pengujian substantif apabila tujuan
pemeriksaan auditor adalah untuk menentukan apakah telah terjadi kesalahan
jumlah uang selama pemprosesan transaksi. Auditor bisa memilih sampel faktur
penjualan untuk menentukan apakah faktur tersebut telah dicatat dengan benar

dalam

jurnal

penjualan

dan

diposting

ke

buku

besar.

Jika

pengujian

ini

mengungkapkan adanya faktur yang tidak dicatat, maka auditor telah menemukan
kesalahan moneter.
Pengujian substantif atas transaksi dengan pengujian saldo slaing terkait di mana
setiap jenis transaksi mempengaruhi saldo akun terkait. Karena angka-angka dalam
laporan keuangan adalah akumulasi dari transaksi, maka auditor bisa menguji
transaksi yang memasuki akun, saldo akun itu sendiri atau keduanya.
Tujuan auditor secara keseluruhan atas pengujian ini adalah untuk memperoleh
bukti kompeten yang memadai mengenai saldo akhir piutang usaha. Salah satu
cara untuk memperoleh bukti ini adalah dengan menguji transaksi yang memasuki
akun, yaitu debit dan kredit. Auditor bisa memilih sampel transaksi penjualan dan
penerimaan kas yang mempengaruhi piutang usaha dan memeriksa dokumen
pendukung transaksi ini.
Cara lainnya untuk memperoleh bukti adalah dengan mengkonfirmasi sampel saldo
akun pembantu piutang usaha. Pengujian ini melibatkan pemeriksaan langsung atas
saldo akhir tanpa referensi ke masing-masing transaksi yang diakumulasikan ke
akun bersangkutan. Dalam sebagian besar audit, auditor akan melaksanakan kedua
jenis pengujian ini, memilih pengujian yang tepat berdasarkan mutu bukti yang
diperoleh, biaya melaksanakan prosedur tersebut dan bisa tidaknya prosedur
tersebut diterapkan. Beberapa akun dalam laporan keuangan akan sulit diuji
dengan pengujian saldo. Sebagai contoh, akun laporan laba-rugi karena memiliki
sifat seperti itu sehingga saldo akhirnya tidak dapat diuji secara langsung. Untuk itu
akun-akun seperti ini, auditor mengandalkan pada pengujian transaksi atau
pengujian saldo atas akun neraca yang mempengaruhi akun laporan laba-rugi
terkait.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik (pyshical examination) adalah aktivitas pengumpulan bukti fisik.
Pemeriksaan ini merupakan pengujian subtantif yang melibatkan penghitungan
atau inspeksi atas aktiva berwujud seperti kas, persediaan, pabrik dan peralatan.
Sewaktu menghitung kas atau inventori atau menginspeksi mesin baru, auditor
menerapkan teknik pemeriksaan fisik. Teknik ini tidak dapat diterapkan pada aktiva
yang keberadaaannya dibuktikan melalui dokumentasi, seperti piutang usaha,
investasi.
Asersi audit utama dari pengujian pemeriksaan fisik adalah eksistensi (keberadaan).
Akan tetapi, teknik ini juga memberikan bukti mengenai penilaian, karena kuantitas
terlibat secara langsung dalam penentuan nilai sebagian besar aktiva. Selain itu,
auditor kadang-kadang juga dapat memperoleh bukti mengenai mutu atau kondisi
aktiva melalui pemeriksaan fisik dan hal ini sangat mempengaruhi penilaian. Asersi
mengenai hak dan kewajiban hanya diuji melalui pemeriksaan fisik untuk
mendukung luas kepemilikkan aktiva. Asersi mengenai kelengkapan juga bisa diuji

melalui pemeriksaan fisik di mana item-item yang dihilangkan dari laporan


keuangan bisa ditemukan. Sebagai contoh, selama pengujian penghitungan
persediaan auditor mungkin menemukan bahwa klien lalai memasukkan beberapa
item dalam penghitungan persediaan.

Konfirmasi
Asersi utama mengenai pengujian konfirmasi adalah eksistensi serta hak dan
kewajiban. Teknik ini juga dapat memberikan bukti mengenai penilaian atau alokasi
kelengkapan serta penyajian dan pengungkapan. Baik asersi mengenai eksistensi
maupun kejadian serta hak dan kewajiban untuk kas dan piutang usaha seringkali
diuji dengan konfirmasi. Perhatikan bahwa konfirmasi terhadap piutang usaha
pelanggan saat ini tidak bisa diharapkan untuk memberikan bukti yang dapat
diandalkan mengenai kelengkapan, karena pelanggan cenderung tidak melaporkan
kesalahan penetapan yang terlalu rendah dalam akun mereka dan karena auditor
biasanya memilih konfirmasi akun dengan saldo tercatat yang lebih besar. Asersi
mengenai penilaian atau alokasi untuk piutang usaha sebagian diuji melalui
konfirmasi, meskpun penilaian akun akan membutuhkan audit atas penyisihan
piutang ragu-ragu. Ketika auditor mengkonfirmasikan kas dengan pihak bank,
formulir konfirmasi tersegut juga meminta informasi tentang jaminan yang disajikan
atas pinajaman. Jadi, teknik konfirmasi juga bisa memberikan bukti tentang
penyajian dan pengungkapan.
Vouching (Pemeriksaan Bukti Pendukung)
Voucing adalah pemeriksaan dokumen yang mendukung suatu transaksi atau
jumlah

yang

telah

tercatat.

Karena

tujuan

teknik

vouching

adalah

untuk

memperoleh bukti mengenai item yang tercatat dalam catatan akuntansi, maka
arah pencarian dokumen pendukung tersebut bersifat krusial. Untuk melakukan
vouching, arah pengujian adalah dari item yang tercatat hingga dokumentasi
pendukung.
Asersi mengenai kelengkapan lebih sulit diuji melalui vouching karena pengujian
kelengkapan mengharuskan auditor untuk mencari bukti item yang tidak tercatat.
Vouching dimulai dengan item yang tercatat. Akan tetapi, auditor dapat memilih
penjualan yang tercatat setelah akhir tahun dan mem-vouching item-item ini ke
faktur penjualan untuk menentukan apakah hal tersebut merupakan penjualan yang
sudah harus dicatat sebelum akhir tahun (yaitu, kelengkapan). Umumnya,
pengujian dokumen untuk item-item yang belum tercatat melibatkan teknik audit
lainnya penelusuran.
Penelusuran

Penelusuran (tracing) adalah mengikuti dokumen sumber hingga ke pencatatannya


dalam catatatn akuntansi. Seorang auditor melaksanakan prosedur ini dengan
menyeleksi dokumen sumber, seperti faktur penjualan atau laporan pengiriman dan
menelusurinya melalui sistem akuntansi ke pencatatan akhir dalam catatan
akuntansi, seperti jurnal dan buku besar. Arah pengujian atas penelusuran adalah
kebalikan dari arah pengujian vouching. Karena itu, auditor seringkali menggunakan
penelusuran untuk menguji asersi mengenai kelengkapan.
Penelusuran dapat menguji kelengkapan karena auditor mengawalinya dengan
dokumen sumber yang harus bermuara pada transaksi atau jumlah yang tercatat
dalam catatan akuntansi, auditor akan mendapatkan bukti tentang apakah item
telah tercatat atau tidak. Dokumen sumber yang tidak tercatat menunjukkan
kesalahan penyajian asersi mengenai kelengkapan.

Pelaksanaan Ulang
Teknik umum yang digunakan auditor untuk mendapatkan bukti adalah pelaksanaan
ulang (reperformance) dari aktivitas klien dalam proses akuntansi. Sebenarnya,
auditor memperoleh bukti tentang aktivitas klien dengan mengulangi aktivitas
tersebut dan membandingkan hasilnya dengan hasil klien. Karena teknik ini
melibatkan pengulangan atas beberapa hal yang telah dilakukan klien, maka teknik
ini juga dapat digunakan baik sebagai pengujian pengendalian maupun pengujian
substantif.
Pelaksanaan ulang dilakukan sebagai pengujian pengendalian ketika auditor
melaksanakan kembali prosedur pengendalian untuk menentukan apakan pekerjaan
awal telah dilakukan secara efektif. Sebagai contoh, jika auditor menghitung
kembali sampel faktur yang telah dihitung dan diparaf oleh klerk klien dan
ditemukan adanya kesalahan, maka hal ini mengindikasikan bahwa pengendalian
berfungsi secara tidak memadai.
Observasi
Observasi (observation) berarti auditor menyaksikan aktivitas fisik klien. Sebagai
contoh, auditor dapat mengobservasi penghitungan persediaan klien untuk menilai
tingkat kemahiran yang digunakan. Selain itu, beberapa kebijakan dan prosedur
pengendalian

internal

hanya

dapat

diverifikasi

dengan

obvservasi

karena

pelaksanaan kegiatan ini tidak meninggalkan bukti dokumenter. Contoh dari


pengendalian ini meliputi pemisahan tugas yang tepat dan kompetensi personel.
Rekonsiliasi
Rekonsiliasi terutama mendukung asersi mengenai kelengkapan dan eksistensi atau
kejadian. Dengan merekonsiliasi dua catatan, auditor dapat menemukan item-item
yang tidak dicatat dalam catatan klien. Sebagai contoh, dalam suatu rekonsiliasi

bank, auditor dapat mengidentifikasi pengeluaran kas yang telah dicatat bank
tetapi tidak dicatat oleh klien, yaitu kesalahan penyajian kelengkapan. Atau auditor
dapat menemukan bahwa pengeluaran kas dalam catatan akuntansi klien juga
dicatat sebagai pengeluaran oleh bank. Bukti ini mendukung kejadian dari transaksi
pengeluaran kas yang dicatat pada pembukuan klien.
Tanya Jawab
Teknik tanya jawab atau mengajukan pertanyaan (inquiry) digunakan secara
ekstensif dalam audit. Jawaban atas pertanyaan tersebut bisa dilakukan secara lisan
atau tulisan. Karena manajemen klien dan pegawai cukup mengetahui operasi dan
pengendalian internal, maka auditor yang paling berpengalaman pun akan
mendapat keuntungan dari tanya jawab tersebut.
Inspeksi
Scanning adalah jenis inspeksi di mana auditor menelaah suatu dokumen tentang
item-item yang tidak biasa. Sebagai contoh, auditor bisa men-scan buku besar
piutang usaha untuk menetukan eksistensi setiap pelanggan yang memiliki saldo
kredit besar yang harus direklasifikasi sebagai kewajiban.
Inspeksi juga dapat memberikan informasi bagi auditor sebagai dasar dalam
melakukan pengujian audit khusus, seperti inspeksi atas instrumen hutang untuk
menentukan suku bunga guna menguji beban bunga. Inspeksi juga bisa menambah
informasi yang dicatat dalam catatan akuntansu, seperti menentukan persetujuan
atas akuisisi pabrik dan peralatan dengan menginspeksi notulen rapat dewan
direksi. Karena berbagai dokumen bisa diinspeksi oleh auditor, teknik inspeksi bisa
memenuhi semua asersi laporan keuangan.
Prosedur Analitis
Teknik prosedur analitis (analytical procedur) mencakup sejumlah prosedur tertentu
yang bisa dipilih auditor untuk dilaksanakan. Telah disebutkan sebelumnya dalam
bab ini bahwa beberapa jenis pengujian analitis yang umum dapat digunakan untuk
menganalisis hubungan di antara data yang ada. Auditor menggunakan teknik ini
untuk

menilai

kelayakan

data.

Sebagai

contoh,

penghitungan

rasio

atau

kecenderungan tertentu dari informasi laporan keuangan bisa mengindikasikan


kondisi tidak biasa yang mendorong auditor untuk mencari bukti lebih jauh tentang
item-item tertentu dalam laporan keuangan. Karena hubungan tidak biasa di antara
data itu dapat terjadi dengan beberapa alasan, maka prosedur analitis memenuhi
kelima asersi laporan keuangan.

PENGUJIAN AUDIT (AUDIT TEST)


1. Pengujian analitik (analytical test)
2. Pengujian pengendalian (test of control)

3. Pengujian substantif (subtantif test)

1. Pengujian Analitik
Seperti telah dijelaskan di atas, pengujian ini dilakukan oleh auditor pada tahap
awal proses audinya dan pada tahap review menyeluruh terhadap hasil audit.
Pengujian ini dilakukan oleh auditor dengan cara mempelajari perbandingan dan
hubungan antara data yang satu dengan data yang lain. Pada tahap awal proses
audit, pengujian analitis dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami
bisnis, klien dan dalam menemukan bidang yang memerlukan audit lebih intensif.
Sebelum seorang auditor melaksanakan audit secara rinci dan mendalam terhadap
objek

audit,

ia

harus

memperoleh

gambaran

yang

menyeluruh

mengenai

perusahaan yang diaudit. Untuk itu, analisis ratio, analisis laba bruto, analisis
terhadap laporan keuangan perbandingan (comparative financial statements)
merupkaan cara yang umumnya ditempuh oleh auditor untuk mendapatan
gambaran menyeluruh dan secara garis besar mengenai keadaan keuangan dan
hasil usaha klien.
2. Pengujian Pengendalian (test of control)
Pengujian

pengendalian

memverifikasi
terutama

merupakan

efektivitas

ditujukan

prosedur

pengendalian

untuk

intern

mendapatkan

audit

yang

klien.

Pengujian

informsi

dirancang

mengenai:

untuk

pengendalian
1)

frekuensi

pelaksanaan aktivitas pengendalian yang ditetapkan, 2) mutu pelaksanaan aktivitas


pengendalian tersebut dan, 3) karyawan yang melaksanakan aktivitas pengendalian
tersebut. Perancangan program audit untuk pengujian pengendalian di bahas lebih
lanjut dalam bab 8 penaksiran resiko dan desain pengendalian.
Auditor melakukan pengujian dengan cara memilih secara acak surat order
pembelian yang dibuat oleh klien dalam tahun yang diperiksa dan kemudian
melakukan audit mengenai:
1. Frekuensi pelaksanaan aktivitas pengendalian. Dalam pengujian pengendalian,
auditor memeriksa seberapa banyak transaksi pembelian diotorisasi dari pejabat
yang berwenang dalam periode yang diperiksa. Kemungkinan dari 150 lembar order
pembelian yang dibuat oleh klien dalam April tersebut, auditor hanya menemukan:
a. 145 lembar, telah diotorisasi oleh pejabat yang berwenang
b. 5 lembar, tidak berisi tanda tangan pejabat yang berwenang
2. Mutu pelaksanaan aktivitas pengendalian. Otorisasi dari pejabat yang berwenang
merupakan

salah

satu

aktivitas

pengendalian

untuk

mengawasi

transaksi

pembelian. Di samping auditor berkepentingan terhadap frekuensi terjadinya


pengendalian atas transaksi pembelian melalui otorisasi tersebut, dalam pengujian

pengendalian auditor juga menguji mutu pelaksanaan aktivitas pengendalian


tersebut.

Seringkali

dalam

melaksanakan

suatu

aktivitas,

karyawan

hanya

melaksanakan aktivitas tersebut tanpa mengetahui apa yang hendak dicapai


dengan aktivitas pengendalian tersebut. Pelaksanaan suatu aktivitas pengendalian
dikatakan baik mutunya jika aktivitas tersebut dapat mencapai tujuan yang hendak
dicapai dengan melaksanakan aktivitas pengendalian tersebut.
3. Karyawan yang melaksanakan aktivitas pengendalian. Pelaksanaan suatu
aktivitas pengendalian sangat tergantung pada siapa yang melaksanakan aktivitas
tersebut.

Salah

satu

unsur

pengendalian

intern

terhadap

sediaan

adalah

dilakukannya secara periodik pencocokan jumlah fisik sediaan yang benar-benar


ada di tangan perusahaan dengan jumlah sediaan yang tercantum dalam catatan
akuntansi. Biasanya aktivitas pengendalian ini dilaksanakan oleh klien dengan
penghitungan fisik sediaan. Dalam pengujian pengendalian auditor menguji apakah
secara periodik klien melaksanakan aktivitas pengendalian terhadap sediaan. Di
samping

itu

auditor

juga

melakukan

pengujian

mengenai

karyawan

yang

melaksanakan aktivitas pengendalian tersebut.


3. Pengujian Substantif
Kesalahan moneter yang terdapat dalam informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan kemungkinan terjadi karena kesalahan dalam:
a. Penerapan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia
b. Tidak diterapkannya prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia
c. Ketidakkonsistensia dalam penerapan prinsip akuntansi berterima umum di
Indonesia
d. Ketidaktepatan pisah batas (cutof) pencatatan transaksi
e. Perhitungan (penambahan, pengurangan, pengalian dan pembagian)
f. Pekerjaan penyalinan, penggolongan dan peringkasan informasi
g. Pencantuman pengungkapan (disclosure) unsur tertentu dalam laporan keuangan
Sebagai contoh, dalam pengujian substantif terhadap pendapatan penjualan (sale
revenues), auditor melakukan prosedur audit untuk menemukan:
1. Kemungkinan terjadinya kesalahan klien dalam menerapkan prinsip akuntansi
berterima umum di Indonesia, sehingga berakibat angka pendapatan penjualan
dalam laporan laba-rugi menjadi lebih rendah atau lebih tinggi dari jumlah yang
seharusnya
2. Adanya kemungkinan klien menyajikan informasi pendapatan penjualan yang
tidak berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, sehingga dapat
mengakibatkan pemakain laporan keuangan salah dalam membuat keputusan
3. Kemungkinan klien mengubah prinsip akuntansi yang digunakan dalam
menyajikan angka pendapatan penjualan dan tidak memberikan pengungkapan

mengenai akibat perubahan penerapan prinsip tersebut terhadap angka hasil laba
bersih, sehingga hal ini dapat mengakibatkan tidak dapat diperbandingkannya
laporan keuangan klien tahun yang diaudit dengan laporan keuangan klien yang
disajikan dalam tahun sebelumnya.
4. Kemungkinan klien melakukan pisah batas (cut of) transaksi penjualan tidak
tepat atau tidak konsisten dengan yang digunakan dalam tahun sebelumnya.
Misalnya transaksi penjualan tahun 20XX dicatat oleh klien sebagai pendapatan
penjualan tahun 20XX. Contoh lainnya adlaah dalam tahun yang diaudit, klien
menggunakan tangga 24 Desember sebagai tanggal pisah batas (cutof) untuk
memisahkan transaksi penjualan tahun yang diaudit dengan tahun yang akan
datang, sedangkan dalam tahun sebelumnya klien menggunakan tanggal 31
Desember sebagai tanggal pisah batas. Hal ini akan berakibat terhadap terjadinya
kesalahan penyajian angka pendapatan penjualan dalam laporan laba-rugi.
5.

Kemungkinan

terjadinya

kesalahan

moneter

dalam

menyajikan

angka

pendapatan penjualan karena terjadinya kesalahan pekerjaan klerikal (clerical


works). Pengumpulan informasi penjualan mencakup kegiatan menyalin informasi
dari berbagai dokumen ke dalam jurnal: kegiatan menjumlah, mengurangi,
mengalikan dan membagi: kegiatan meringkas informasi dalam jurnal dan
memindahkan jumlahnya untuk di posting ke dalam akun-akun buku besar: kegiatan
menyajikan

informasi

dalam

laporan

keuangan.

Kegiatan-kegiatan

tersebut

merupakan kegiatan klerikal. Dalam pengujian substantif, auditor melakukan


prosedur audit untuk menemukan kesalahan moneter sebagai akibat dari kesalahan
pekerjaan klerikal ini
6. Kemungkinan tidak cukupnya pengungkapan dari klien yang seharusnya
dicantumkan dalam laporan keuangan yang dapat mengakibatkan pemakai lapora
keuangan salah dalam mengambil keputusan. Misalnya klien mengajikan angka
pendapatan penjualan dalam tahun yang diaudit sebesar Rp. 500.000.000,-.
Informasi tersebut misalnya disajikan oleh klien dalam laporan laba-rugi tanpa
pengungkapan lebih lanjut. Dari pengujian subtantif misalnya auditor menemukan
informasi bahwa 75 % dari jumlah tersebut merupakan pendapatan penjualan klien
dari transaksi penjualan produk kepada anak perusahaannya. Karena sebagian
besar angka pendapatan penjualan tersebut terjadi dari transaksi antar pihak-pihak
yang mempunyai hubungan istimewa (hubungan induk-anak perusahaan), maka
auditor harus mengusulkan kepada klien untuk menambahkan pengungkapan
(disclosure) mengenai informasi tersebut dalam laporan keuangan.

Anda mungkin juga menyukai