MAKALAH
Diajukan Untuk Memeneuhi Mata Kuliah
Metodologi Penelitian Tafsir dan Hadis
DOSEN PEMBIMBING;
DR. BUSTAMIN, M.SI
DISUSUN OLEH;
HASRUL
(NIM: 21150340000010)
A.
Matan Hadis
Al-hamdulillah, satu kepuasaan tersendiri atas selesainya
karya tulis ini. Tulisan ini memaparkan sebuah contoh Takhrij
Hadis yang penelusurannya melalui pendekatan mujam (alfazh).1 Walaupun demikian, dalam tataran aplikasinya kami juga
menggunakan pendekatan Sanad dan Atraf demi meraih hasil
yang lengkap dan sempurna. Metode yang digunakan dalam
pembahasan ini ialah metode Mujam2 yaitu Mujam al-Mufahras
li Alfazh al-Hadits al-Nabawiy3 dan metode Digital yaitu Maktabah
al-Syamilah.
Penulis juga dalam memberikan syarah memadukan dari
beberapa sumber untuk melengkapi keterangan yang bersangkutan
dan penjelasan dalam beberapa bagian yang dibutuhkan. h. ini demi
menunjukkan kualitas ilmiahnya dan memberikan pemahaman yang
lebih serta pertimbangan studi komparatif dengan sumber lain yang
sama. Hadis yang menjadi subjek pembahasan dalam makalah ini
dapat dilihat dengan matan sebagai berikut:
al-Mufahras
li
Nabawiy
Melalui metode al-Mujam al-Mufahras li Alfazh al-Hadits alNabawiy yang dalam praktinya menggunakan pendekatan al-Fash,
kami menemukan hadis diatas pada dua sumber dengan hasil
penelusuran tercantum sebagai berikut:
] [ dan ] [
Hasil penelusuran di atas menunjukkan keterangan asalnya
dalam kitab induknya yang dapat dirinci sebagai berikut:4
[ ] yaitu: ( )menunjukkan terdapat dalam kitab
Sunan at-Tirmidzi, ( ) menunjukkan ada dalam kitab
Keutamaan al-Quran, () menunjukkan nomor urut bab ke-9.
[ ] yaitu: ( )menunjukkan terdapat dalam
kitab Sunan ad-Darimi, ( ) menunjukkan ada dalam
kitab Fadhilah al-Quran, () menunjukkan nomor urut bab
ke-21.
Demikianlah beberapa hasil yang dapat kami paparkan
melalui penelusuran metode al-Fashi dengan pendekatan Mujam.
2. Metode Digital (Maktabah as-Syamilah)
Melalui metode digital yaitu Maktabah syamilah yang
merupaka sebuah software mutakhir yang memiliki kapasitas
tinggi dalam search engine khususnya kumpulan hadis Nabawi.
Software ini diterbitkan oleh jaringan Da'wah Islamiyah al-Misykat
yang memuat kurang lebih 26.080 kitab pada versi barunya tahun
2012 serta dikelompokkan dalam 29 bidang keilmuwan Isalam.5
Penelusuran melalui metode digital ini sangat simple dan
dapat memanfatkan semua pendekatan seperti pendekatan
sanad, atraf, mujam, maudui maupun sifat atau hukum hadis. h.
ini juga serupa pada praktik metodenya karena kitab ini
memuat beragam kitab sesuai kebutuhan. Search engine ini
memuat berbagai macam sistematika penyusunan kitab
seperti kitab-kitab shahih, sunan, musnad, mujam, jamii dan
yang lainnya.
Selanjutnya dalam penelusuran metode digital ini, yaitu
maktabah syamilah. Kami menemukan juga pada beberapa
4 Dr. Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis (Jakarta: AMZAH, 2009), h. 111.
5 http://www.pesantrenvirtual.com/shamila
3
sumber lain serta mencakup juga dari sumber yang telah kami
temukan melalui metode mujam al-Fash. Sebagaimana tema
dalam hadis ini tentang orang membaca Yasin akan mendaptkan
pahala seperti membaca al-Quran sepuluh kali namun, terdapat
juga penelusuran yang menemukan hanya sekedar menyebutkan
bahwa Yasin adalah hati al-Quran yang serupa diungkap diawal
redaksi matan hadis ini. Untuk lebuh jelasnya dapat dilihat pada
uraian dibawah ini.
)3. Kesimpulan Hasil Penelusuran (Takhrij
Secara detail, sanad dan matan serta sumber-sumber hadis
diatas dari berbagai kitab hadis melalui penelusuran metode
Mujam dan penelusuran metode digital dapat dilihat sebagai
berikut:
) ( a. Sunan at-Tirmidzi
) .
6
(
) ( b. Sunan ad-Darimi
,
,
7
) . (
) ( c. Syabu al-Iman
8
" ) . (
) ( d. Mujam Ibnu al-Araby
.
9
) (
:
:
) .
10
(
{
}
11
( ) .
Kedua hadis di atas menjelaskan juga tentang fadhilah surah
Yasin untuk dibacakan kepada orang-orang yang yang
menghadapi sakaratul maut. Penafsiran lain mentebutkan bahwa
yang dimaksud ( )ialah orang yang telah wafat sehingga
maksudnya mengirimkan bacaan surah Yasin kepada si mayyit
seperti pada umumnya dilakukan dalam tardisi umat Islam di
Indonesia, Wallahu Alam. Matan kedua hadis di atas adalah sama
yang artinya dapat di lihat dibawah ini:
Dan Yasin adalah hati al-Quran. Tidak ada seseorang yang
membacanya yang mengharapkan Ridha Alah dan pahala taman
sorga kecuali ia akan diampuni, dan bacakanlah Yasin itu untuk
mayit kalian.
C. Perbandingan Redaksi Matan
1. Sunan at-Tirmidzi ()
10 Imam an-Nasai, Sunan al-Kubra an-Nasai (Beirut : Dar al-Kitab alIlmiyah, 1411 H / 1991 M), Bab , , Juz 9, h. 394
11 Imam Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi (Beirut : Dar al-Kitab al-Ilmiyah, 1424
, Cet I, h. 671
H / 2003 M), Bab
6
.
Artinya: Bagi setiap sesuatu memiliki hati dan
sesungguhnya hati al-Quran adalah Yasin. Maka barang siapa
yang membaca Yasin maka dicatat baginya untuk bacaannya
dengan bacaan al-Quran sepuluh kali
D. Skema Sanad
Berdasarkan hasil penelusuran di atas dapat dibuat skema
sanad sebagai berikut:
Guru
Murid
N
o
1
2
3
4
Kritikus
Jarh
Tadil
Keterangan
Ibnu Hajar
Al-Zahabi
Muhammad bin
Sirrin
Syabi
Guru
Murid
4 Abu daud
Atiq
Adapun guru-guru dan murid-murid Mukatil bin Hayyan dapat
dilihat sebagai berikut:20
17 Rawah at-Tahzibain, h. 5518
18 Sebagian berkata bahwa Mukatil di sini ialah Mukatil bin Sulaiman (Ibnu Abi
Hatim dalam al-Ilal).
19 Ibid, h. 6867
11
N
o
1
2
3
Guru
Murid
Kritikus
Ibnu Hajar
Az-Zahabi
Abu Isa
Jarh
Tadil
Keterangan
Kritikus
Jarh
Tadil
Keterangan
Ibnu Hajar
Al-Zahabi
Ahmad bin
- -
-
-
Hanbal
Yahya bin Main
Kritikus
Ibnu Hajar
Ibnu Abi Syaibah
Yahya bin Main
Jarh
-
Ibnu Saad
Ajaly
Tadil
Keterangan
-
Guru
Murid
Kritikus
Jarh
Tadil
Keterangan
Ibnu Hajar
Al-Zahabi
Ibnu Harisy
Guru
Murid
Kritikus
Ibnu Hajar
Jarh
Tadil
Keterangan
Al-Zahabi
Ibnu Hibban
Abu Zaruah
Guru
Murid
9. Imam at-Tirmidzi
Nama lengkapnya adalah Imam al-Hafidz Abu Isa Muhammad
bin Isa bin Surah bin Musa bin ad-Dahhak As-Sulami at-Tirmidzi,
salah seorang ahli hadits kenamaan dan pengarang berbagai kitab
yang masyur. Beliau tergolong dalam thabaqah ke-12 (
) yang lahir pada tahun 210 H di kota Tirmiz, Iran.29
Semenjak kecilnya Abu Isa sudah gemar mempelajari ilmu
dan mencari hadits. Untuk keperluan inilah ia mengembara ke
berbagai negeri: Hijaz, Irak, Khurasan dan lain-lain. Ia wafat
di Tirmiz pada malam Senin 13 Rajab tahun 279 H dalam usia 70
tahun.30 Diantara guru beliau ialah Imam bukhari, Imam muslim
dan Abu Daud bahkan Tirmidzi belajar pula hadits dari sebagian
guru mereka.Guru lainnya ialah Qutaibah bin Saudi Arabiaid,
Ishaq bin Musa, Mahmud bin Gailan, Said bin Abdur Rahman,
Muhammad bin Basysyar dan lainnya.
Abu Isa at-Tirmidzi diakui oleh para ulama keahliannya dalam
hadits, kesalehan dan ketakwaannya. Al-Hafiz Abu Hatim
Muhammad ibn Hibban, kritikus hadits, menggolangkan Tirmidzi
ke dalam kelompok Siqah. Abu Yala al-Khalili dalam kitabnya
Ulumul Hadits menerangkan bahwa Muhammad bin Isa atTirmidzi adalah seorang penghafal dan ahli hadits yang baik yang
28 Rawah at-Tahzibain, h. 2456.
29 Adz-Zahabi, Sirah Ialamu an-Nublai, h. 152-153.
30 Dr. Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis (Jakarta: AMZAH, 2009), h.262-263
15
31
32
Ket.
Tahun Lahir/Selisih/Wafat
11 H
82 Tahun
93 H
60 H/61 H
7 Tahun
100 H
50 Tahun
150 H
100 H
169 H
20/21 Tahun 189 H/190 H
51/50 Tahun
240 H
-
-
150 H
7 Tahun
247 H
210 H
32 Tahun
279 H
Dari tabel di atas, nampak bahwa terdapat satu rawi yang majhul, yaitu Harun
Abu Muhammad. Sehingga tidak dapat diketahui dan diteliti akan informasi
kelahiran, begitupun tahun wafatnya. Dengan demikian, pendekatan tahun dalam
sanad Hadis di atas dapat disimpulkan bahwa sanadnya terputus.
3. Pendekatan Tempat (Geografis)
Madinah >
Basrah, Irak
Damaskus >
Bashrah [Irak]
Bashrah >
-
Wasith
Wilayah Irak dan
sekitarnya
Himsh [Suriah] >
Kabul,
Irak > Iran >
-
Afganistan
Kabul
[Afganistan]
Madinah
Bashrah
Himsh,
Suriah
Majhul
-
Kufah, Irak
Kufah, Irak
Baghlan,
Afganistan
Khurasan >
Wilayah
Afganistan dan
sekitarnya
Khurasan,
Kini Iran dan
Afganistan
Kufah, Irak
Tirmiz,
Uzbekistan
Tirmiz
[Uzbekistan] >
Khurasan [Iran] >
Bashrah > Kufah
> Wasith >
Baghdad [Irak] >
Tirmiz,
Uzbekistan
17
Makkah >
Madinah [Hijaz]
> Ray > Nishapur
[Iran] > Bukhara
> Tirmiz
[Uzbekistan]
Berdasarkan pendekatan wilayah dari setiap rawi di atas, terdapat beberapa
rawi yang sulit diketahui perjalanan hidupnya, termasuk terdapat satu rawi yang
majhul sehingga masih sulit diidentifikasi akan ketersambungannya antara satu
rawi dengan rawi yang lain. Walaupun demikian, pada beberapa rawi telah
menunjukkan bahwa mereka sangat mungkin pernah ketemu dalam suatu daerah.
Dari gambaran skema di atas, dapat dilihat bahwa pertemuan antara satu rawidengan rawi lainnya banyak terjadi di Basrah, Irak kemudian di Tirmiz, Uzbekistan,
dan mungkin juga di Suriah. Dari skema di atas, semua rawi dapat dipastikan
pernah ketemu sehingga sanadnya muttashil, kecuali Harun Abu Muhammad
karena majhul, serta Hasan bin Shalih dan Humaid bin Abdurrahman yang masih
dimungkinkan karena kurangnya informasi mengenai rihlah keduanya.
Melalui ilustrasi pendekatan geografis di atas, nampak bahwa hadis ini
berasal dari Madinah, yaitu dibawah oleh Anas bin Malik ke Irak, tepatnya di
Bashrah. Di sanalah hadis ini kemudian menjadi popular dan terus tersebar,
termasuk sampai ke wilayah Khurasan, di antaranya di Tirmiz, kini wilayah
Uzbekistan. Dengan demikian, hadis ini pertama kali popular di dua wilayah Islam,
yaitu di Basrah dan di Tirmiz.
4. Pendekatan Hubungan Guru dan murid (Akademis)
18
Pada sanad yang lain, ada juga riwayat yang dihukumi dhaif,
yaitu Sofyan bin Waki namun masih dapat ditolerir melalui jalur
Qutaibah bin Said karena Imam Tirmidzi meriwayatkan hadis ini dari
keduanya. Dengan demikian, cacat hadis ini terletak pada salah satu
sanadnya yang tidak diketahui identitasnya (majhul).
H. Kesimpulan Kuantitas Dan Kualitas Sanad
Berdasarkan data diatas, terdapat rawi yang majhul, ada juga
yang dhaif serta terdapat pula rawi yang kadang tersalah dalam
pendapatnya, yaitu Mukatil bin Hayyan sehingga Imam Bukhari tidak
meriwaytkan hadisnya. Namun, dua cacat terakhir (dhaif dan
Khata) masih dapat dimaklumi dengan adanya keteranganketerangan yang melegitimasinya. Hal ini berbeda dengan cacat
pertama, yaitu kemajhulan rawi yang menunjukkan hadis ini menjadi
Dhaif karena catat keadilan. Letak kemajhulan hadis ini terletak
pada jalur yang tunggal dari sanadnya sehingga tidak ada
kemungkinan mendapat legitimasi dari jalur lain. Walaupun
demikian, analisa kami menganggap hadis ini tidak terlalu dhaif
karena sebab kedhaifannya terjadi karena catat keadilan. Pada sisi
19
lain, kasus Rawi yang majhul ada hadisnya yang diriwayatkan oleh
seorang yang Tsiqah dan bahkan Imam bukhari meriwayatkan
hadisnya dan meletakkan dalam sebuah kitabnya yaitu dan
begitu juga Imam hadis yang lain. Imam yang kami maksud di sini
ialah Hasan bin Shalih yang meriwayatkan hadis ini dari Harun Abi
Muhammad.
Selain terdapat rawi yang majhul (Harun Abu Muhammad, dan
Khata (Mukatil bin Hayyan), serta Dhaif (Sofyan bin Waki), terdapat
juga rawi yang dianggap memiliki pendapat yang bidah yaitu Hasan
bin Shalih. Namun, dia termasuk orang yang shaleh menurut
kesaksian ulama. Al-Dzahabi berkata: Orang ini berpandangan
bolehnya memberontak para penguasa di zamannya, karena
kezaliman dan kejahatan penguasa.Hanya saja selama-lamanya dia
tidak pernah melakukan pemberontakan. Ia juga berkata: Orang
ini termasuk dari para imam Islam kalau seandainya ia tidak
berlumuran dengan kebidahan. Pendapat Hasan bin Shalih yang
dianggap bidah ialah bahwa bolehnya memberontak terhadap
penguasa yang zalim.33
Kesimpulan akhir yang dapat dipetik terkait sanad hadis ini
ialah termasuk hadis Ahad dari tinjauan kuantitas sanad dan
termasuk hadis dhaif dari tinjauan kualitas sanad. Kedhaifannya
karena ada rawi yang majhul yang berdasarkan berbagai analisa
diatas masuk dalam kategori cacat keadilan, bukan cacat kedhabitan
sehingga derajat kedhaifannya tidak tergolong dhaif tingkat rendah.
Kemudian yang terakhir, hadis ini dapat disebut hadis majhul dalam
kategori majhul al-Ayn.34
I.
J. Fiqhul Hadis
33 www.bayenahsalaf.com, dinukil dari akun asy-Syaikh Fawwaz al-Madkhali
34 Majhul al-Ayn, yaitu seorang perawi disebutkan dalam sanad tetapi
tidak tidak ada yang mengambil periwayatannya selain satu orang perawi.
20
karena hakikatnya adalah sama sebagai bahagian dari kitab suci alQuran.
K. Hukum Mengamalkan Hadis Dhaif
Ada tiga pendapat dikalangan ulama mengenai pengamalan
hadis dhaif:
37
DAFTAR PUSTAKA
Arabi, Ibnul, Mujam Ibnu al-Araby. _____ : Dar Ibnu al-Jawazi, 1418
H / 1997 M, Cet. I
Ubaydi, Ahmad Hasbillah. Pengantar Ilmu Takhrij, makalah disampaikan
pada mata kuliah Takhrij Hadits, (Ciputat, 2011)
Adz-Zahabi, Sirah Ialamu an-Nublai. ______ : Muassasah ar-Risalah,
1405 H / 1985 M, Cet. III
Asqalani, Ibnu Hajar. Tahdzibut Tahdzib, Bairut, Lebanon, 1993
As-Suyuty, Thabaqah al-Huffash. (Beirut : Darr al-Kitab al-Ilmiyah, 1414
H / 1994 M), Cet. I, h. 19
38 Ibid, h. 316
23
24