Penerapan Teaching Factory Menggunakan Teori Belajar Konstruktivisme
Penerapan Teaching Factory Menggunakan Teori Belajar Konstruktivisme
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah MKPE
Di susun oleh:
TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
2010
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah swt atas segala kenikmatan dan rahmat-
Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga makalah ini dapat terselesaikan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai suatu telaah terhadap penerapan
teaching factory menggunakan teori pembelajaran. Teaching factory menjadi alternatif baru
bagi Sekolah Menengah Kejuruan untuk meningkatkan mutu siswa dalam hal penguasaan
materi dan praktek yang sesungguhnya. Tuntutan dunia kerja yang selalu berkompetisi
mendorong munculnya teaching factory sebagai cara untuk menciptakan lulusan yang cerdas,
siap kerja dan siap berkompeten sesuai bidangnya. Dalam bidang pengajaran penerapan
teaching factory adalah sesuatu yang tidak mudah, perlu dibangun pemahaman dasar atas
bidang pekerjaan yang akan digelutinya. Oleh karena itu telaah terhadap penerapan teaching
factory dari sisi pengajaran yang dilakukan oleh guru berdasarkan teori pembelajaran adalah
Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada semua pihak yang telah banyak
membantu dalam pembuatan makalah ini. terutama kepada bapak Dr. Bambang Dharmaputra
M.Pd selaku dosen mata kuliah Metodologi Khusus Pengajaran Elektronika (MKPE).
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca guna menjadi bahan evaluasi bagi penulis dalam
Penulis
ABSTRAK
Program teaching factory saat ini merupakan terobosan baru bagi dunia pendidikan di
Indonesia. Tidak dapat disangsikan lagi, bahwa untuk menciptakan lulusan SMK yang
kompeten dan siap kerja sesuai tuntutan dunia kerja, maka pembelajaran berbasis dunia kerja
adalah salah satu solusinya. Paradigma tentang pendidikan di Indonesia yang masih terpuruk
juga menjadi tantangan yang besar untuk mencapai hal tersebut, dimana selama ini
pendidikan di Indonesia hanya menciptakaan pencari kerja dan pengguna (user), bukan
pencipta lapangan kerja dan pembuat (produsen). Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah
untuk mengatasi hal tersebut belum tepat sasaran, mulai dari ganti menteri pendidikan, ganti
kurikulum pengajaran dan sebagainya. Pihak sekolah sebagai penyelenggara pendidikan juga
belum mampu untuk menghapus paradigma tersebut. Perlu ada jembatan penghubung dalam
mengatasi permasalahan yang ada, perlu ada sinergi antara pemerintah dan sekolah untuk
meningkatkan kualitas lulusan siswa SMK yang kompeten dan kurikulum yang mengacu
pada dunia kerja, bukan sesuatu yang mustahil bahwa pendidikan di Indonesia akan segera
mempengaruhi proses pembelajaran. Ada keterkaitan nyata antara teori hasil belajar proses
belajar dan hasil belajar. Hubungan yang erat juga terjadi bila pembelajaran berbasis dunia
kerja diterapkan menggunakan teori pembelajaran, dan itu memberi dampak yang positif bagi
siswa untuk mengembangkan ketrampilanya. Hal tersebut dapat terlaksana jika ada sinergi
yang baik diantara pihak-pihak yang terkait untuk mencapai hal itu.
Kata Kunci: program pembelajaran berbasis dunia kerja , penerapan teori belajar untuk
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Proses pembelajaran yang terjadi di kelas merupakan suatu upaya nyata untuk
Selain itu, penyediaan unsur pendidik dan fasilitas penunjang harus sesuai dengan kebutuhan
peserta didik. Pendidikan merupakan sesuatu yang dinamis dan berkembang seiring dengan
perkembangan zaman. Materi dan kurikulum yang diajarkan sudah sepatutnya berubah
mengikuti perkembangan iptek dan pemenuhan kebutuhan tuntunan dunia kerja. SMK
sebagai salah satu lembaga pendidikan pencetak lulusan yang siap kerja mempunyai
tanggung jawab untuk menciptakan lulusan yang kompeten sesuai perkembangan iptek dan
dunia kerja. Salah satu strategi yang digunakan adalah menerapkan teaching factory.
Teaching factory memungkinkan siswa untuk belajar memproduksi barang yang sesuai
Untuk membantu mewujudkan hal tersebut tentunya membutuhkan sinergi yang baik
antara tenaga pengajar dalam menyampaikan pelajaran dan pihak sekolah dalam
menyediakan fasilitas penunjang untuk membantu siswa dalam belajar. Sebagai tenaga
pengajar guru dituntut untuk bisa memaksimalkan potensi yang ada pada siswa dan
pembelajaran yang baik pula untuk mewujudkannya. Pemahaman tentang teori belajar dapat
menjadi bekal bagi guru untuk menerapkan strategi pembelajaran, konstruktivisme sebagai
salah satu teori belajar berpandangan bahwa pengetahuan dibangun dari hal-hal yang
berkaitan dengan pengetahuan tersebut. Teaching factory sebagai program belajar produktif
memerlukan pemahaman yang kompleks sesuai dengan disiplin ilmunya. Hal tersebut sesuai
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penulisan
kerja.
4. Metode Pembahasan
Penulis menggunakan tinjauan pustaka dan analisis yang mendasar terhadap pembuatan
makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
merupakan konsep metode pendidikan yang berorientasi pada manajemen pengelolaan siswa
dalam pembelajaran agar selaras dengan kebutuhan dunia industri. (Brosur IGI, 2007).
Dalam pengertian lain bahwa pembelajaran berbasis produksi adalah suatu proses
prosedur dan standar bekerja yang sesungguhnya (real job) untuk menghasilkan barang atau
jasa yang sesuai dengan tuntutan pasar atau konsumen. Dengan kata lain barang yang
diproduksi dapat berupa hasil produksi yang dapat dijual atau yang dapat digunakan oleh
ada yaitu Competency Based Training (CBT) dan Production Based Training (PBT), dalam
pengertiannya bahwa suatu proses keahlian atau keterampilan (life skill) dirancang dan
dan produksi. Proses penerapan program teaching factory adalah dengan memadukan
konsep bisnis dan pendidikan kejuruan sesuai dengan kompetensi keahlian yang relevan,
misalnya : pada program studi keahlian tata busana melalui kegiatan pembuatan dan
akan disusun sesuai bentuk struktur organisasi di pabrik serta keterlibatan siswa yang
bertugas dalam jangka waktu selama satu tahun akan dipandu oleh guru produktif yang
bertindak sebagai konsultan, assesor serta fasilitator. Beberapa bagian dalam rencana
pelaksanaan pekerjaan tersebut meliputi : kesiapan ruang produksi beserta peralatan dan
bahan pendukung, tenaga penjualan/ pemasaran, tenaga pembelian, pengelola gudang, kasir
dan bagian administrasi produksi serta pekerjanya. Tidak sedikit lembaga pendidikan
kejuruan yang senantiasa berusaha dan bekerja secara optimal dalam memotivasi dan
merespon penyaluran alumninya, baik sebagai tenaga kerja yang mengisi lingkup pekerjaan
maupun yang membuka lapangan kerja sendiri. Namun karena minimnya informasi akan
peluang kerja merupakan kendala dan kenyataan pahit yang harus diterima bagi jajaran
sekolah yang berada di daerah jauh dari kegiatan bursa kerja/ bisnis.
Dengan adanya program teaching factory merupakan langkah positip yang ditawarkan
tamatan sekolah menengah kejuruan (SMK) mampu menjadi aset daerah dan bukan menjadi
beban daerah
produk barang atau jasa tetapi hasil dari produksi tersebut tidak ada dipakai atau di pasarkan
hanya semata mata untuk menghasilkan nilai dalam proses belajar mengajar.
1. Proses penerapan TEFA
Pada proses ini hal yang dilaksanakan adalah membentuk struktur organisasi
manajemen produksi skala kecil di kelas sesuai bentuk organisasi yang ada pada perusahaan.
administrasi, dan bagian produksi (produksi perencanaan dan maintenance and repair
(MR)). Setiap bagian mempunyai kepala regu yang bertugas mengkoordinir pekerjaan
stafnya. Masing-masing mempunyai tanggung jawab di bagiannya dan tidak boleh terjadi
kesenjangan antar bagian. Guru bertindak sebagai konsultan, asesor dan fasilitator.
b. Proses produksi
Order dari konsumen atau barang yang akan diproduksi masuk ke bagian manajemen
untuk dikonsultasikan kepada guru sebagai konsultan dan fasilitator, jika sudah fix sesuai
mengetahui biaya produksi dan keuntungan. Order kemudian masuk ke bagian produksi
untuk dilakukan proses pengerjaan. Selama proses pengerjaan setiap bagian melakukan
pengawasan (quality control) terhadap pekerjaan yang dilakukan agar tidak terjadi
kesalahan. Setelah pengerjaan selesai kemudian barang diperiksa oleh setiap bagian, untuk
kemudian dilakukan pengerjaan tahap akhir (finishing) dan diperiksa oleh guru sebagai
asesor. Jika barang sudah sesuai dengan order dan tidak ada permasalahan maka produksi
dianggap selesai.
Produk barang yang sudah jadi di cek ulang oleh setiap bagian untuk kemudian
menjual produk sesuai kesepakatan yang telah disetujui bersama. Produk pesanan
disesuaikan antara mutu yang diinginkan konsumen dengan kondisi barang saat itu, produk
bukan pesanan dipasarkan secara umum melalui bagian pemasaran. Setiap produk yang
d. Proses Evaluasi
Tahap selanjutnya adalah melakukan evaluasi terhadap kinerja setiap bagian. Guru yang
berperan sebagai konsultan memberikan penilaian tersendiri kepada setiap bagian sebelum
job/progress siswa. Dari penilaian ini dapat diketahui kemampuan siswa dalam
melaksanakan pekerjaannya.
Beberapa tahap diatas adalah gambaran sederhana tentang penerapan teaching factory
yang dilaksanakan disekolah. Teaching factory menuntut setiap orang yang terlibat untuk
walaupun masih dalam lingkup yang kecil. Dengan demikian diharapkan ada proses
pelatihan dan pembelajaran kepada setiap siswa untuk bekerja dalam situasi yang
sebenarnya.
Dari segi pendidikan teaching factory mendidik siswa untuk belajar menerapkan apa
yang mereka ketahuai (learning to knowing), belajar menerapkan apa yang mereka lakukan
(learning to do), dan belajar untuk mengaplikasikan apa yang mereka ketahui dan mereka
lakukan secara bersamaan untuk kemudian menjadi suatu skill bagi mereka yang bisa
Secara garis factor penting yang menentukan berjalan atau tidaknya program teaching
factory di sekolah adalah factor sekolah dan guru. Untuk meningkatkan kompetensi siswa
a. Faktor Sekolah
kerja. Sejalan dengan hal tersebut muncul strategi-strategi baru untuk meningkatkan kualitas
Kejuruan (SMK) melalui dinas pendidikan terkait memberikan bantuan kepada SMK berupa
standar mutu atas produk-produk yang dihasilkan SMK, selain itu dinas pendidikan juga
membantu pengembangan keahlian yang diterapkan di SMK. Dengan keaktifan dari pihak
sekolah memungkinkan teaching factory berjalan dengan baik tidak hanya dari segi
b. Faktor Guru
Guru adalah nahkoda dikelas saat proses belajar, karena guru adalah orang yang
paling tahu tentang kondisi saat itu dan bagaimana tindakan yang harus dilakukan. Teaching
factory memerlukan perhatian yang serius dari semua pihak yang terlibat agar tujuan yang
ditetapkan dapat terlaksana. Guru memiliki tanggung jawab yang besar dalam hal ini, selain
sebagai konsultan, asesor dan fasilitator guru juga memiliki tanggung jawab moral kepada
siswanya untuk memberikan yang terbaik kepada mereka baik dari segi pengetahuan
maupun ketrampilan yang diajarkan. Kualitas seorang guru dapat diukur bagaimana tingkat
keberhasilan siswanya mengaplikasikan apa yang diajarkan gurunya. Guru yang baik adalah
berkembang, dan mampu menciptakan kondisi yang kondusif agar siswa nyaman, senang
dan tertarik untuk belajar. Teaching factory membutuhkan sosok guru yang seperti itu, tidak
hanya dari gelar yang diperolehnya. Dengan demikian diharapkan teaching factory dapat
terlaksana dengan baik dan menciptakan kualitas lulusan SMK yang kompeten dan siap
kerja.
sesungguhnya, untuk itu ada beberapa elemen penting dalam teaching factory yang perlu
dikembangkan yaitu :
1. Standar Kompetensi
kompetensi yang dibutuhkan dalam dunia industri. Dengan pengajaran yang berbasis
2. Siswa
Penggolongan siswa Teaching factory adalah berdasarkan kualitas akademis dan bakat/
minat. Siswa dengan kualitas yang seimbang antara akademis dan ketrampilan bakat/minat
memperoleh prosentase yang besar untuk masuk dalam program ini. Siswa yang kurang
dalam dua hal tersebut direkomendasikan untuk mengambil bagian yang termudah.
3. Media belajar
pembelajaran Pekerjaan Produksi dapat berupa industrial order atau standard products.
Produk ini harus dipahami terlebih dahulu oleh instruktur sebagai media untuk
penyelesaian.
b. Investasi
d. Ganti saat peralatan dan perlengapan tersebut sudah tidak efektif untuk
Pengajar adalah mereka yang memiliki kualifikasi akademis dan juga memiliki
know how sekaligus mensupervisi proses untuk dapat menyajikan finished products on
time.
Dalam penilaian prestasi belajar, Teaching Factory menilai siswa yang berkompetent
7. Pengakuan kompetensi
assessment, dimana asesor bersertifikat melakukan observasi pada kemampuan siswa dalam
1. Konsep
Ide konstruktivisme berasal daripada teori Perkembangan Kognitif Piaget dan teori
individu membina pengetahuan dan bukannya hanya menerima pengetahuan daripada orang
situasi baru dan mengintegrasikan pengetahuan baru yang diperolehi dengan binaan
membandingkan informasi baru dengan pengalaman yang ada demi mencapai kefahaman
tentang sesuatu konsep. Murid juga berpeluang berbeda pendapat antara satu sama lain. Ini
atau hampir sama membuat murid menghargai pendapat rakan-rakan lain. Justru, untuk
c. Berpusatkan murid. Guru hanya berperanan sebagai pembimbing supaya murid dapat
proses kognitif (proses metakognitif). Oleh yang demikian, tindakan rasionalisasi amat
f. Ciri-ciri yang terakhir adalah, murid selalu bekerja secara berkelompok. Guru akan
membuat aktivitas berkelompok agar murid dapat melontarkan pandangan masing bersama-
sama rekan-rekan sebaya mereka. Setiap persoalan dalam kelompok akan diselesaikan
berdasarkan pengalaman sendiri dan dibimbing melalui pengetahuan yang baru disampaikan
oleh guru. Selain daripada itu, ia akan mewujudkan kerjasama dan perasaan kebersamaan.
Penerapan teaching factory merupakan suatu hal yang tidak mudah, butuh sinergi
berbagai pihak yang terkait untuk sama-sama menjalankan program ini. Berdasarkan uraian
yang berkaitan dengan teaching factory dan konstruktivisme diatas terdapat benang merah
yang bisa dihubungkan antara kedua hal tersebut. Teori belajar konstruktivisme adalah teori
yang mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar, sedangkan proses belajar
ada dan pengalaman baru yang didapatkan. Belajar adalah membangun pengetahuan dari
informasi yang sudah ada untuk kemudian digabungkan dengan kenyataan yang ada.
produk yang akan dibuat, menganalisa bagaimana proses pengerjaanya, menganalisa factor-
faktor yang mempengaruhinya, serta bagaimana semua tahap yang dilalui dalam proses
produksi dapat berjalan dengan baik tanpa kesalahan dan produk yang dihasilkan sesuai
dengan standar mutu yang ada. Semua hal itu harus dibangun dan ditanamkan dalam
pemahaman setiap siswa sebelum mereka terjun langsung untuk mengerjakan produksi.
Pengetahuan yang sudah ada bisa besumber dari buku teks/modul maupun sumber lain
pembanding pengetahuan tersebut? Disinilah peran guru sebagai fasilitator bagi siswa, guru
mengarahkan setiap ide-ide dan pertanyaan dari siswa untuk dipecahkan bersama. Belajar
dari pengalaman dan kesalahan adalah pelajaran paling efektif bagi setiap orang, bagi siswa
kesalahan untuk dicari jawabannya. Kesalahan tersebut dapat menjadi pembanding hal-hal
yang dipertanyakan dengan satu sisi adalah jawaban salah dan satu sisi adalah jawaban yang
benar, sehingga tampak perbedaannya dan siswa memahaminya. Dengan pola tersebut akan
terbangun suatu pengetahuan yang mendasar pada diri siswa dan itu sangat dibutuhkan
dalam teaching factory. Perhatian dari guru dalam mengarahkan proses tersebut sangat
diperlukan, ketelitian dan tindakan represif atas setiap permasalahan yang muncul di setiap
proses pembelajaran adalah hal utama yang perlu dimiliki setiap guru.
Indikator keberhasilan teaching factory adalah produk yang baik sesuai standar mutu
serta pengetahuan dan ketrampilan siswa yang meningkat. Indicator keberhasilan teori
pembelajaran konstruktivisme adalah terbangunnya pemahaman dasar yang kuat pada diri
siswa. Benang merahnya adalah teaching factory membutuhkan pengetahuan dasar yang
kuat, dan konstruktivisme membutuhkan aplikasi nyata atas pengetahuan tersebut. Dua
butuh waktu dan proses yang cukup lama. Instrument tes yang digunakan untuk mengukur
pencapaian program juga harus mendetail dan tepat pada aspek-aspek yang memang perlu
diperhatikan.
BAB III
1. KESIMPULAN
ada yaitu Competency Based Training (CBT) dan Production Based Training (PBT). CBT
adalah pelatihan yang didasarkan atas hal hal yang diharapkan oleh siswa ditempat kerja.
CBT ini memberikan tekanan pada apa yang dapat dilakukan oleh seseorang sebagai hasil
pelatihan (out put) bukan kuantitas dari jumlah pelatihan. PBT (Production Based Training)
adalah suatu proses pembelajaran keahlian atau ketrampilan yang dirancang dan
dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang sesungguhnya (real job) untuk
menghasilkan barang atau sesuai dengan tuntutan pasar atau konsumen. Kedua model
menentukan apa yang akan mereka pelajari. Penekanan diberikan kepada murid dengan
pengalaman mereka dengan kegunaan masa depan. Selain itu, guru perlu mengubah
peranannya dalam bilik sains. Guru mungkin akan berperanan sebagai pelajar atau
penyelidik. Dengan cara ini, guru akan lebih memahami bagaimana murid membina konsep
atau pengetahuan. Disisi lain murid menganggap peranan guru sebagai salah satu sumber
pengetahuan dan bukan sebagai seorang yang tahu segala-galanya. Mereka menganggap
pengetahuan sebagai sesuatu yang boleh disesuaikan dan boleh berubah. Mereka juga sedar
bahawa mereka bertanggungjawab terhadap diri sendiri untuk menggunakan berbagai cara
bagi memproses informasi dan menyelesaikan masalah. Dalam arti kata lain, guru adalah
membimbing dan membantu murid mempelajari sesuatu pelajaran dengan bermakna. Guru
tidak boleh belajar untuk murid. Murid yang membina pengetahuannya sendiri.
2. SARAN
1. Dalam pelaksanaan Teaching Factory harus tetap mengedepankan unsur pendidikan dan
2. Pengelola manajemen siswa harus lebih banyak melakukan pelatihan dan pembelajaran
3. Siswa harus lebih terkontrol dalam belajar agar tidak terlena dengan pembelajaran
produktif.
4. Dalam proses pembelajaran Teaching Factory guru sebagai konsultan dan siswa sebagai
pengelola unit produksi kecil harus sinergi dan selaras agar kemampuan hasil produknya
lebihberkualitas.
5. Fasilitator atau pihak sekolah dengan unit produksi sekolah harus lebih aktif dalam
6. Perlu adanya pembinaan yang mendasar tentang teaching factory, baik kepada sekolah,
2. Smk1kedungwuni.com. Teaching
Factory.http://www.smk1kedungwuni.sch.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=19&Itemid=22&lang=in. diunduh tanggal 31 mei
2010.
9. Scribd.com. kostruktivisme.
http://www.scribd.com/doc/15590948/KONSTRUKTIVISME diunduh tanggal 31 mei 2010.