Anda di halaman 1dari 19

‫كتاب الفرائض‬

Pentingnya ilmu Faraidh

Ilmu Faraidh termasuk ilmu yang paling mulia tingkat bahayanya, paling tinggi
kedudukannya, paling besar ganjarannya, oleh karena pentingnya, bahkan sampai
Allah sendiri yang menentukan takarannya, Dia terangkan jatah harta warisan yang
didapat oleh setiap ahli waris, dijabarkan kebanyakannya dalam beberapa ayat yang
jelas, karena harta dan pembagiannya merupakan sumber ketamakan bagi manusia,
sebagian besar dari harta warisan adalah untuk pria dan wanita, besar dan kecil,
mereka yang lemah dan kuat, sehingga tidak terdapat padanya kesempatan untuk
berpendapat atau berbicara dengan hawa nafsu.

Oleh sebab itu Allah-lah yang langsung mengatur sendiri pembagian serta rincianya
dalam Kitab-Nya, meratakannya diantara para ahli waris sesuai dengan keadilan
serta maslahat yang Dia ketahui.

- Manusia memiliki dua keadaan: keadaan hidup dan keadaan mati, kebanyakan
hukum yang ada dalam ilmu Faraidh berhubungan dengan mati, maka Faraidh bisa
dikatakan setengah dari ilmu yang ada, seluruh orang pasti butuh kepadanya.

- Pada zaman Jahiliyyah dahulu, mereka hanya membagikan harta untuk orang-
orang dewasa tanpa memberi kepada anak-anak, kepada laki-laki saja tidak kepada
wanita, sedangkan Jahiliyyah pada zaman ini memberikan jatah kepada para wanita
apa-apa yang bukan hak mereka dari kedudukan, pekerjaan maupun harta, sehingga
bertambahlah kerusakan, sedangkan Islam telah berbuat adil kepada wanita dan
memuliakannya, memberikan hak yang sesuai untuk mereka seperti pemberian
kepada lainnya.

- Ilmu Faraidh : Ilmu yang diketahui dengannya siapa yang berhak mendapat waris
dan siapa yang tidak berhak, dan juga berapa ukuran untuk setiap ahli waris.
Kata faraidh adalah bentuk jamak dari faridhah. Faridhah diambil dari kata fardh yang artinya taqdir
(ketentuan). Fardh secara syar'i adalah bagian yang telah ditentukan bagi ahli waris. Ilmu mengenai hal
itu dinamakan "ilmu waris" atau "ilmu miirats" atau "ilmu mawaris" atau "ilmu faraidh". Dalam tulisan
ini, penulis menggunakan istilah "ilmu faraidh".

Kalkulus dan Faraidh dalam konsep 'aul...

‫بـِسـْ ِـم اﷲِ الرَّحـْـمـ َ ِن الرَّحـِـي ِْـم‬


maaf, sebelumnya thread ini saya start khusus buat Muslim yang pengen sharing ilmu, sedikit
mengutarakan tentang turunan dan anti-turunan dalam konsep Fiqh Faraidh..

faraidh adalah hukum syari'at Islam mengenai warisan dan pusaka yang dimana terdapat
furudhul muqaddarah (kadar pusaka), ashabul fardh (ahli waris), dan fardh (warisan), penjelasan
lebih lanjut bisa anda googling fiqh faraidh seperti di sini... tapi sebelumnya, saya jelaskan
sedikit mengenai furudhul muqaddarah dan 'aul...

furudhul muqaddarah (‫ )فرض المـقـدرة‬adalah kadar warisan bagi setiap ahli waris, sebelumnya,
silahkan anda membaca dulu Fiqh Faraidh dan bacalah dalil-dalil Al-Qur'an tentang ahli waris...

dari semua jumlah ahli waris laki-laki dan perempuan, sudah Allah tetapkan 6 kadar, yaitu:

2/3, 1/2, 1/3, 1/4, 1/6, dan 1/8

jika kita deretkan, akan muncul deretan yang indah dari pembagian tersebut,

U1 = 2/3, U2 = 1/2, dan Un = 1/2 x Un-2, 2 < n < 8; n bilangan asli

ini bisa menjadi ide dasar barisan rekursif dan pembahasan konvergensinya...

kadar merupakan bilangan rasional, yaitu bilangan dalam bentuk pecahan


a/b, a sebagai pembilang dan b sebagai penyebut...

sedangkan 'aul, 'aul adalah bertambahnya jumlah bagian fardh dan berkurangnya nashib
(bagian) para ahli waris...

fardh adalah warisan yang diterima sesuai furudhul muqaddarah...

'aul adalah kelebihan jumlah warisan yang diterima oleh ahli waris sesuai kadarnya dalam Al-
Qur'an...

'aul terjadi karena kecacatan dalam jumlah ahli waris (ashabul fardh)..

pada masa Rasulullah.SAW sampai masa kekhalifahan Abu Bakar.ra Ash-Shiddiq kasus 'aul atau
penambahan tidak pernah terjadi..

masalah 'aul pertama kali muncul pada masa khalifah 'Umar.ra bin Khathab, Ibnu Abbas berkata:
"Orang yang pertama kali menambahkan pokok masalah (yakni 'aul) adalah 'Umar bin
Khathab! Dan hal itu ia lakukan ketika fardh yang harus diberikan kepada ahli waris bertambah
banyak"...

ketika ditemui kasus kelebihan sehingga berat sebelah ini dipersidangkan di depan 'Amirul
Mu'minin ('Umar), 'Umar berkata: "tambahkanlah hak para ashhabul furudh akan fardh-nya!"...

mudahnya, membuang uang abstrak yang memang abstrak (immateriil) untuk masing-masing
ahli waris...

para sahabat menyepakati langkah tersebut, dan menjadilah hukum tentang 'aul (penambahan)
fardh ini sebagai keputusan yang disepakati seluruh sahabat Nabi.SAW...

angka yang dapat di'aulkan adalah 6, 12, dan 24...

 
QUOTE
n'DhiK

View Public Profile

Find More Posts by n'DhiK

View Blog

18-04-2009, 10:01 AM
  #2
n'DhiK
kaskus addict
 

 
UserID: 799605
Join Date: Apr 2009
Location: Joglo, Jakarta
Posts: 1,451
Blog Entries: 2

kita ambil contoh:

Quote:

Originally Posted by contoh kasus


harta waris mayt: Rp 30.000.000,00
ahli waris: suami, 2 saudara perempuan, dan ibu
terlebih dahulu, kita cari bagian/ kadar masing-masing ahli waris sesuai petunjuk Al-Qur'an..

suami (tidak memiliki anak) mendapat 1/2, dalil:


"Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika
mereka tidak mempunyai anak. Jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat
seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau
(dan) seduah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu
tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri
memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu
buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun
perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai
seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi
masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara
seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi
wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat
(kepada ahli waris). (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari'at yang benar-benar
dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun" (QS An-Nisa': 12)

2 saudara perempuan mendapat 2/3, dalil:

"Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah : "Allah memberi fatwa
kepadamu tentang kalalah (yaitu) : jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak
dan mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari
harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara
perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang,
maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. Dan jika
mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan perempuan, maka bahagian
seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan. Allah
menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. Dan Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu" (QS An-Nisa': 176)

ibu mendapat 1/6, dalil:


"Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu :
bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika anak
itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang
ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan
untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan,
jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak
dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal
itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian
tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya.
(Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang
lebih dekat (banyak) manfa'atnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana" (QS An-Nisa': 11)

dalam kasus seperti ini, jika kita hitung secara operasi aljabar sederhana sbb;

harta waris mayt = 30.000.000,00

jumlah seluruh harta= 15.000.000,00 + 20.000.000,00 + 5.000.000,00 = 40.000.000

maka akan mendapat kelebihan (defisit) Rp 10.000.000,00 (40.000.000,00 - 30.000.000,00),


inilah 'aul..
 
QUOTE
n'DhiK

View Public Profile


Find More Posts by n'DhiK

View Blog

18-04-2009, 10:23 AM
  #3
n'DhiK
kaskus addict
 

 
UserID: 799605
Join Date: Apr 2009
Location: Joglo, Jakarta
Posts: 1,451
Blog Entries: 2

lanjutt,

suami: 1/2
2 saudara perempuan: 2/3
ibu: 1/6

sebelum itu, kita harus pahami maksud ayat tersebut,

Allah menyebutkan "dari harta yang ditinggalkan" BUKAN


"dari nilai harta yang ditinggalkan"
maka, jika kita menjumlahkan 1/2 + 2/3 + 1/6 = lebih dari 1 memang salah total, sebab
HASILNYA TIDAK HARUS DAN TIDAK MUNGKIN 1...

karena, harta yang ditinggalkan si mayt TIDAK HANYA UANG SEJUMLAH Rp


30.000.000,- dan jangan lupa, seseorang mati hanya membawa kain kafan, maka harta
yang diwariskan selain uang bisa rumah, mobil, hp, BAHKAN CELANA DALAM
SEKALIPUN....

ingat, 1/2, 2/3, dan 1/6 hanya konstanta, BUKAN koefisien


bilangan dari suatu variabel, mengingat firman Allah adalah
"harta yang ditinggalkan" BUKAN "nilai harta yang
ditinggalkan yaitu uang"..
sebagai illustrasi, lihat contoh ketiga persamaan di bawah ini:

A. 1/2 + 2/3 + 1/6 = 4/3 → ini adalah konstanta...


B. 1/2 x + 2/3 x + 1/6 x = 4/3 x → ini koefisien dari x...

bagaimana dengan ini:

C. 1/2 x + 2/3 x + 1/6 x = 1y → ini koefisien dengan variabel lebih dari satu (x dan y), dan
jumlah (1/2 x + 2/3 x + 1/6 x) tidak harus 1 (satu)...

persamaan A semua bilangannya hanya konstanta,


persamaan B mempunyai koefisien bilangan yaitu 1/2, 2/3, 1/6, dan 4/3, dan hanya ada satu
variabel parameter yaitu "x",
persamaan C, mempunyai koefisien bilangan yaitu 1/2, 2/3, 1/6, dan 4/3, ada 2 variabel
parameter x dan y; boleh x = y atau x ≠ y...

persamaan A, B, dan C sah-sah saja, TAPI DALAM KONTEKS KASUS INI, persamaan A
MUTLAK tidak berguna...

persamaan B sudah mendekati TAPI DALAM KONTEKS FARAIDH TIDAK MASUK AKAL,
ya jangan dipergunakan, sebab ini pembuktian empiris...

persamaan C bagaimana?

coba kita perhatikan lagi firman Allah di atas:

AN-NISA':12 → "Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh istri-
istrimu, jika mereka tidak mempunyai anak"

AN-NISA':176 → "…tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua
pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal"

AN-NISA': 11 → "Dan untuk dua orang ibu-bapak, bagi masing-masingnya seperenam dari
harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal
tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat
sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat
seperenam"

semua bagian disebutkan dan diikuti dengan kata-kata yang diulang-ulang:


"…dari harta yang ditinggalkan"...

berarti tiap-tiap "nilai bagian", melekat erat dengan "harta yang


ditinggalkan".. (Tiap-tiap koefisien bilangan berdampingan dengan parameter x),
jadi bukan 1/2, 2/3, 1/6 dst, melainkan tepatnya adalah 1/2 x, 2/3 x, 1/6 x dst (dimana x adalah
Satuan Unit harta yang ditinggalkan)...

perhatikan awal kalimat dalam surat An-Nisa':11 di atas:

"Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu.."

ini artinya adalah pembagian "pusaka" BAGI KETURUNANMU yang dalam hal ini adalah
"anak-anakmu"...

jadi di dalam Firman Allah di atas, pusaka, harta, pemberi waris, dan penerima waris merupakan
komponen yang terletak di dalam konsep Integral (Anti-Turunan) dan Differensial (Turunan)...
 
QUOTE
n'DhiK

View Public Profile

Find More Posts by n'DhiK

View Blog

Sponsored Links

18-04-2009, 10:35 AM
  #4
n'DhiK
kaskus addict
 

 
UserID: 799605
Join Date: Apr 2009
Location: Joglo, Jakarta
Posts: 1,451
Blog Entries: 2
sedikit uraian mengenai Integral dan Differensial:

INTEGRAL

Integral adalah kontra dari Differensial, terbagi atas 2 cabang dasar, Integral Tertentu (dengan
batasan) dan Integral Tak Tentu (tanpa batasan), tentunya Integral Tak Tentu yang akan
dibahas..

Quote:

Originally Posted by rumus aljabar integral tak tentu sbb


∫ f(x) dx = f'(x) + C
∫ ax dx = a/n+1 xⁿ΅¹ + C; n ≠ 1
΅ = + (plus) dalam bentuk pangkat -soalnya ga ada nih di insert table plus pangkat, hehe..-
n = pangkat x..
a = konstanta..
x = variabel (peubah)..
C = konstanta pembantu..

DIFFERENSIAL

Differensial adalah Turunan (Derivatif),

Quote:

Originally Posted by rumus aljabar turunan sbb


y = xⁿ → y' = nxⁿˉ¹
n = pangkat x..
x = variabel (peubah)..
 
QUOTE
n'DhiK

View Public Profile

Find More Posts by n'DhiK

View Blog
18-04-2009, 10:47 AM
  #5
n'DhiK
kaskus addict
 

 
UserID: 799605
Join Date: Apr 2009
Location: Joglo, Jakarta
Posts: 1,451
Blog Entries: 2

telah diketahui,

y = Pusaka...
x = Satuan unit "harta yang ditinggalkan"...

y = Pusaka (Integral dari Harta)

maka:

dy/dx = Harta yang ditinggalkan/diturunkan untuk anak-anakmu


= turunan atau differential dari y terhadap x,

F(x) = Persamaan fungsi dari Harta yang ditinggalkan (Pusaka yang diturunkan), sesuai contoh
kasus di atas
dimana: F(x) = 1/2 x + 2/3 x + 1/6 x

jadi:

dy/dx = F(x)
∫ dy/dx = ∫ F(x)
∫ 1 dy = ∫ F(x) dx
y + C = F'(x) + C123

subtitusikan:

karena F(x) = 1/2 x + 2/3 x + 1/6 x, maka:

∫ dy/dx = ∫ (1/2 x + 2/3 x + 1/6 x)

∫ 1 dy = ∫ (1/2 x + 2/3 x + 1/6 x) dx


∫ 1 dy = ( ∫ 1/2 x dx ) + ( ∫ 2/3 x dx ) + ( ∫ 1/6 x dx )

Quote:

Originally Posted by sesuai rumus


1. ∫ 1/2 x dx = 1/2 / 1+1 x¹΅¹ + C = 1/2 / 2 x² + C = 1/2.1/2 x² + C = 1/4 x² + C (C adalah C1)

2. ∫ 2/3 x dx = 2/3 / 1+1 x¹΅¹ + C = 2/3 / 2 x² + C = 2/3.1/2 x² + C = 2/6 x² + C = 1/3 x² + C


(C adalah C2)

3. ∫ 1/6 x dx = 1/6 / 1+1 x¹΅¹ + C = 1/6 / 2 x² + C = 1/6.1/2 x² + C = 1/12 x² + C (C adalah


C3)
y + C = (1/4 x² + C1) + (1/3 x² + C2) + (1/12 x² + C3)

y + C = (3/12 x² + C1) + (4/12 x² + C2) + (1/12 x² + C3)

(lihat persamaan di atas y + C = F'(x) + C123, C123 = C1+C2+C3)

C, C1, C2, C3 adalah arbitrary constanta (konstanta pembantu),

apabila C = C1 = C2 = C3 = 0

y = (3/12 x²) + (4/12 x²) + (1/12 x²)


y = 8/12 x²
y = 2/3 x² (fungsi non-linier)

subtitusi y dengan nilai warisan dari contoh di atas:


30 jt = 2/3 x² dimana y = 30 jt
x² = 45 jt
x = ²√45 jt ≈ 6708,20 (pembulatan untuk
memudahkan pemahaman)

(≈ adalah satuan unit harta yang ditinggalkan)

subtitusikan nilai x² ke dalam masing-masing persamaan


y + C = (3/12 x² + C1) + (4/12 x² + C2) + (1/12 x² + C3)

atau,

y + C = (3/12 (≈6708,20²)+ C1) + (4/12 (≈6708,20 ²) + C2) +


(1/12 (≈6708,20²) + C3)

apabila C = C1 = C2 = C3 = 0
y = 3/12 (45jt) + 4/12 (45JT) + 1/12 (45JT)
y = 11.250.000 + 15.000.000 + 3.750.000 = 30.000.000 → TIDAK BERLEBIH, PAS...

sehingga,

- Suami mendapat Rp 11.250.000,-


- 2 Saudara Perempuan Rp 15.000.000,-
- Ibu Rp 3.750.000,-

apabila asumsi C, C1 atau C2 atau C3 tidak nol, maka berarti ada pihak lain penerima waris yaitu
fakir miskin, anak yatim dan atau pihak kerabat.
C dan C1 + C2 + C3 = fakir miskin + anak yatim + pihak kerabat (dan boleh nol)...
 
QUOTE
n'DhiK

View Public Profile

Find More Posts by n'DhiK

View Blog

18-04-2009, 10:51 AM
  #6
n'DhiK
kaskus addict
 

 
UserID: 799605
Join Date: Apr 2009
Location: Joglo, Jakarta
Posts: 1,451
Blog Entries: 2

cara lain yang lebih sederhana..

harta waris mayt = 30.000.000,00


jumlah seluruh harta= 15.000.000,00 + 20.000.000,00 + 5.000.000,00 = 40.000.000

kelebihan (defisit) Rp 10.000.000,00 (40.000.000,00 - 30.000.000,00)

defisit ini juga diwariskan dan setiap ahli waris mendapat jumlah defisit sesuai perbandingan
bagian hak warisnya, tapi bagaimana cara mewariskan defisit sementara defisit ini abstrak,
ghaib...

lalu, 1/2, 2/3, 1/6, KPK 2, 3, 6 adalah 6,

1/2 menjadi 3/6


2/3 menjadi 4/6
1/6 menjadi 1/6

hasil 3/6 + 4/6 + 1/6 = 8/6

ambil seluruh pembilang... naikkan 6 menjadi 8...

cara menaikkan dengan rasio:

suami : 2 saudara perempuan : Ibu

1/2 : 2/3 : 1/6

3 : 4 : 1 (pembilang masing-masing),

3 + 4 + 1 = 8 (penyebut seluruhnya, jadi 8)

pembilang tersebut juga bisa dicari lewat perkalian 6 sesuai KPK:

1/2 x 6 = 3
2/3 x 6 = 4
1/6 x 6 = 1

jadi,

3/8 kadar defisit suami


4/8 kadar defisit saudara perempuan
1/8 kadar defisit ibu

defisit suami = 3/8 dari 10.000.000,00 = 3.750.000,00

defisit 2 saudara perempuan = 4/8 dari 10.000.000,00 = 5.000.000,00

defisit ibu = 1/8 dari 10.000.000,00 = 1.250.000,00


langkah berikutnya, setelah menghitung "uang abstrak" tersebut, barulah mencari bagian kadar
masing-masing, cara mencarinya bukan dibagi 3/8 4/8 1/8 dengan jumlah warisan semua seperti
dibagi 1/2 2/3 1/6 di atas, tapi dikurangi hasil kelebihan baru dikurangi jumlah warisan:

warisan suami awalnya: Rp 15.000.000,00


defisitnya: Rp 3.750.000,00
maka warisan untuk suami: Rp 15.000.000,00 – Rp 3.750.000,00 = Rp 11.250.000,-

warisan 2 saudara perempuan awalnya: Rp 20.000.000,00


defisitnya: Rp 5.000.000,00
maka warisan untuk 2 saudara perempuan: Rp 20.000.000,00 – Rp 5.000.000,00 = Rp
15.000.000,-

warisan ibu yang awalnya: Rp 5.000.000,00


defisitnya: Rp 1.250.000,00
maka warisan untuk ibu: Rp 5.000.000,00 – Rp 1.250.000,00 = Rp 3.750.000,-

SAMA KAN?

jika warisan yang diterima itu dijumlahkan, maka:


Rp 11.250.000,00 (suami) + Rp 15.000.000,00 (2 saudara perempuan) + Rp 3.750.000,00 (Ibu) =
Rp 30.000.000,- → PAS, TIDAK BERLEBIH...
 
QUOTE
n'DhiK

View Public Profile

Find More Posts by n'DhiK

View Blog

18-04-2009, 11:14 AM
  #7
n'DhiK
kaskus addict
 
 
UserID: 799605
Join Date: Apr 2009
Location: Joglo, Jakarta
Posts: 1,451
Blog Entries: 2

cara lain yang lebih sederhana..

harta waris mayt = 30.000.000,00

jumlah seluruh harta= 15.000.000,00 + 20.000.000,00 + 5.000.000,00 = 40.000.000

kelebihan (defisit) Rp 10.000.000,00 (40.000.000,00 - 30.000.000,00)

defisit ini juga diwariskan dan setiap ahli waris mendapat jumlah defisit sesuai perbandingan
bagian hak warisnya, tapi bagaimana cara mewariskan defisit sementara defisit ini abstrak,
ghaib...

lalu, 1/2, 2/3, 1/6, KPK 2, 3, 6 adalah 6,

1/2 menjadi 3/6


2/3 menjadi 4/6
1/6 menjadi 1/6

hasil 3/6 + 4/6 + 1/6 = 8/6

ambil seluruh pembilang... naikkan 6 menjadi 8...

cara menaikkan dengan rasio:

suami : 2 saudara perempuan : Ibu

1/2 : 2/3 : 1/6

3 : 4 : 1 (pembilang masing-masing),

3 + 4 + 1 = 8 (penyebut seluruhnya, jadi 8)

pembilang tersebut juga bisa dicari lewat perkalian 6 sesuai KPK:

1/2 x 6 = 3
2/3 x 6 = 4
1/6 x 6 = 1

jadi,
3/8 kadar defisit suami
4/8 kadar defisit saudara perempuan
1/8 kadar defisit ibu

defisit suami = 3/8 dari 10.000.000,00 = 3.750.000,00

defisit 2 saudara perempuan = 4/8 dari 10.000.000,00 = 5.000.000,00

defisit ibu = 1/8 dari 10.000.000,00 = 1.250.000,00

langkah berikutnya, setelah menghitung "uang abstrak" tersebut, barulah mencari bagian kadar
masing-masing, cara mencarinya bukan dibagi 3/8 4/8 1/8 dengan jumlah warisan semua seperti
dibagi 1/2 2/3 1/6 di atas, tapi dikurangi hasil kelebihan baru dikurangi jumlah warisan:

warisan suami awalnya: Rp 15.000.000,00


defisitnya: Rp 3.750.000,00
maka warisan untuk suami: Rp 15.000.000,00 – Rp 3.750.000,00 = Rp 11.250.000,-

warisan 2 saudara perempuan awalnya: Rp 20.000.000,00


defisitnya: Rp 5.000.000,00
maka warisan untuk 2 saudara perempuan: Rp 20.000.000,00 – Rp 5.000.000,00 = Rp
15.000.000,-

warisan ibu yang awalnya: Rp 5.000.000,00


defisitnya: Rp 1.250.000,00
maka warisan untuk ibu: Rp 5.000.000,00 – Rp 1.250.000,00 = Rp 3.750.000,-

SAMA KAN?

jika warisan yang diterima itu dijumlahkan, maka:


Rp 11.250.000,00 (suami) + Rp 15.000.000,00 (2 saudara perempuan) + Rp 3.750.000,00 (Ibu) =
Rp 30.000.000,- → PAS, TIDAK BERLEBIH...

^_^
 
QUOTE
n'DhiK

View Public Profile


Find More Posts by n'DhiK

View Blog

18-04-2009, 11:20 AM
  #8
n'DhiK
kaskus addict
 

 
UserID: 799605
Join Date: Apr 2009
Location: Joglo, Jakarta
Posts: 1,451
Blog Entries: 2

cara yang lebih mudah lagi adalah tanpa rasio, namun perlu mengetahui angka permasalahan 'al
dan penaikannya, inilah cara 'Umar.ra bin Khaththab..

angka permasalahan: 6, 12, 24

metode yang dipakai dari contoh kasus, dilihat berdasarkan perspektif ahli waris:

PERTAMA, untuk 6 yaitu:

1. dinaikkan menjadi 7
2. dinaikkan menjadi 8
3. dinaikkan menjadi 9
4. dinaikkan menjadi 10

KEDUA, untuk 12 yaitu:

1. dinaikkan menjadi 13
2. dinaikkan menjadi 15
3. dinaikkan menjadi 17

KETIGA, untuk 24 yaitu:

dinaikkan menjadi 27

NB: ingat, penaikan ini hanya gambaran, untuk membuktikan bisa lewat rasio (perbandingan)!
cara membedakan kasus 'aul dilihat dari pokok angka permasalahan, contoh:

1. setiap masalah atau keadaan yang di dalamnya terdapat ahli waris yang berhak mendapatkan
bagian setengah (1/2) dari harta waris, kemudian yang lain berhak mendapatkan sisanya, atau
dua orang ahli waris yang masing-masing berhak mendapatkan bagian setengah (1/2), maka
pokok masalahnya dari dua (2), dan tidak dapat di-'aul-kan...

2. setiap masalah atau keadaan yang di dalamnya terdapat ahli waris yang berhak mendapat
bagian sepertiga (1/3) dan yang lain sisanya, atau dua orang ahli waris yang satu berhak
mendapat bagian sepertiga (1/3) dan yang lainnya dua per tiga (2/3), maka pokok masalahnya
dari tiga (3), dan tidak ada 'aul...

3. setiap masalah atau keadaan yang di dalamnya terdapat ahli waris yang berhak mendapat
bagian seperempat (1/4) dan yang lain sisanya, atau dua orang ahli waris yang satu berhak
mendapat seperempat (1/4) dan yang lain berhak mendapat setengah (1/2), maka pokok
masalahuya dari empat (4), dan dalam hal ini tidak ada 'aul...

4. setiap masalah atau keadaan yang di dalamnya terdapat ahli waris yang berhak mendapat
bagian seperdelapan (1/8) dan yang lain sisanya, atau dua orang ahli waris yang satu berhak
mendapat seperdelapan dan yang lainnya setengah, maka pokok masalahnya dari delapan, dan
tidak ada 'aul...

jadi penyebut selain 6, 12, dan 24 tidak di'aulkan karena tidak ada kelebihan...

wallahu a'lam,
 

Anda mungkin juga menyukai