Oleh:
ATIK MURYANTI
(NPM. 08.141.259/P)
dengan judul: “Keadilan dan Balas Budi Pada Kehidupan Sosial Masyarakat Desa
(Studi Kasus Pada Masalah Penunjukan Pihak Pengelola Tanah Bengkok Kepala
dalam mengikuti mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Terima kasih yang
tak terhingga penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah membantu
penulis dalam penyusunan makalah ini, baik bantuan yang berupa bimbingan,
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itu segala kritik dan saran yang membangun selalu penulis harapkan. Selanjutnya,
penulis berharap makalah ini mampu memberikan manfaat kepada semua pihak.
Terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Permasalahan.......................................................................... 4
C. Tujuan Pembahasan................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................... 5
A. Prinsip Keadilan...................................................................... 5
REFERENSI................................................................................................ 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
daerah di Pulau Jawa yang tetap menjunjung tinggi asas kekeluargaan serta
dengan padi, biasanya sawah sekitarnya juga turut menanam padi. Selain
diserahkan pada pihak pekerja, bukan pemilik sawah. Seorang pemilik sawah
kepada seseorang yang telah biasa bekerja menanam padi, selanjutnya untuk
pencarian orang-orang yang bekerja, mereka cenderung lebih menggunakan
orang tertentu dengan berbagai pertimbangan tertentu pula. Hal ini sudah
jaman. Hal ini juga berlaku pada budaya kekeluargaan, kerja sama,
kesukarelaan, dan gotong royong yang ada pada lingkungan masyarakat desa
kita. Pada beberapa dekade terakhir, terlihat adanya suatu kesan bahwa
masyarakat desa telah banyak berubah, baik dalam berperilaku, bersikap, dan
masyarakat desa.
Salah satu contoh kasus yang ditemukan penulis adalah adanya faktor
politik, khususnya pada saat penerapan politik dalam pemilihan kepala desa.
masyarakat atau warga desa, disadari atau tidak, telah melahirkan suatu bentuk
berkepanjangan dan tanpa ada itikad baik untuk segera mengakhiri demi
yang berada pada pihak calon kepala desa yang kalah, yang otomatis sebagai
pihak yang diserahi untuk mengerjakan tanah bengkok kepala desa di Desa
waktu yang lalu. Jika sebelumnya, pihak-pihak yang dapat mengerjakan tanah
bengkok kepala desa ditunjuk memalui lelang yang diadakan, meskipun dalam
bentuk perilaku budaya. Seseorang atau beberapa orang yang berhak atau
oleh kepala desa yang jadi. Adapun pihak yang ditunjuk adalah orang-orang
yang selama ini merupakan pendukung sang kepala desa pada saat pemilihan
tidak mendukung atau mendukung lawan, tidak akan diberi kesempatan untuk
suatu bentuk balas budi sang kepala desa kepada orang tersebut.
oleh kepala desa secara langsung kepada orang yang dianggap sebagai
budaya kebersamaan dan gotong royong yang ada. Selain itu, dari perspektif
B. Permasalahan
Berkaitan dengan hal tersebut, dalam makalah ini akan dilakukan suatu
langsung atas pihak yang berhak mengerjakan tanah bengkok kepala desa
faktor keadilan dan keterbukaan, jika ditinjau dari perspektif Ilmu Sosial dan
Budaya Dasar?
C. Tujuan Pembahasan
tanah bengkok kepala desa yang didasarkan pada pertimbangan balas budi dan
PEMBAHASAN
A. Prinsip Keadilan
kata adil berarti tidak berat sebelah, sepatutnya tidak sewenang-wenang dan
tidak memihak.
secara moral mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang. Jadi,
keadilan itu berlaku bagi seluruh mahluk hidup maupun bagi benda-benda
yang ada di alam semesta. Hal ini dikarenakan oleh adanya keterikatan yang
terjadi secara alamiah, sehingga seluruh mahluk harus berlaku adil kepada
alami tersebut.
setiap manusia dibumi ini dan tidak akan mungkin dapat dipisahkan dari
keadilan akan dapat terwujud jika hal-hal yang sama diperlakukan secara sama
pula. Dimana keadilan memiliki ciri antara lain; tidak memihak, seimbang dan
melihat segalanya sesuai dengan proporsinya baik secara hak dan kewajiban
dan sebanding dengan moralitas. Arti moralitas disini adalah sama antara
perbuatan yang dilakukan dan ganjaran yang diterimanya. Dengan kata lain
tidak baik dan tidak jujur. Atau dengan kata lain apa yang dikatakan tidak
penyakit hati yang dapat menjadikan orang tersebut menjadi serakah, tamak,
rakus, iri hati, matrealistis serta sulit untuk membedakan antara hitam dan
tempat salah dan dosa, sangat rentan sekali dengan hal – hal pintas dalam
cara untuk mencapai sebuah tujuan semu tanpa melihat orang lain
disekelilingnya.
sendiri harus bersikap salah dan berkata bohong agar tidak melukai
perasaan orang lain. Dengan kata lian kita sebagai bangsa timur yang
berseberangan.
haknya. Yang menjadi hak setiap orang adalah diakui dan diperlakukan sesuai
dengan harkat dan martabatnya, yang sama derajatnya, yang sama hak dan
2009: 21):
1. Keadilan moral, yaitu suatu perbuatan dapat dikatakan adila secara moral
dan kewajibannya.
24), menambahkan keadilan legalitas atau keadilan hukum yaitu suatu keadan
apa yang dinamakan balas budi. Seperti kita ketahui bersama, dalam budaya
telah ditolong atau dibantu oleh teman atau orang lain, akan merasa bahwa dia
berhutang budi pada orang yang telah menolong atau membantunya tersebut.
Untuk itu, dia akan berusaha untuk berbalas budi terhadap penolongnya
tersebut.
tolong menolong dan balas budi tersebut. Hal ini sebenarnya tidak pada
pemilihan akan merasa perlu membalas budi orang atau pihak yang
atau mendukung suatu kontestan atau suatu calon adalah hak politik dan
budi.
pemilihan kepala desa seharusnya dianggap bukan suatu hutang terhadap para
pemilihnya karena hal tersebut akan membawa dampak yang luar biasa bagi
yang disampaikan dalam makalah ini, yaitu pemberian wewenang atau hak
Pada kasus yang dibahas ini, terjadi suatu pertentangan atau benturan
antara prinsip keadilan dengan balas budi. Kepala desa sebagai pemenang
sebagai haknya kepada orang lain, tidak seharusnya menunjuk secara langsung
dirinya sebagai kepala desa atas pertimbangan balas budi. Hal ini akan
tersebut juga dapat dilakukan oleh warga desa yang tidak mendukungnya,
maka penunjukan langsung tersebut akan melanggar hak warga desa yang
bukan pendukungnya.
Jika sang kepala desa ingin berbalas budi kepada warganya yang telah
keadilan. Warga desa yang bukan pendukungnya bukan berarti tidak akan ikut
semua warga harus terlibat dan bukan hanya warga desa yang mendukungnya
Pilkades, maka akan terjadi kecemburuan sosial diantara semua warga desa.
Hal ini akan menganggu keseimbangan laju pembangunan desa yang
Dari kasus yang ada, dapat disampaikan bahwa keadilan untuk semua
adalah mutlak didahulukan daripada suatu bentuk balas budi. Jika ingin
berbalas budi, sebaiknya sang kepala desa terpilih menerapkan pada hal-hal
imbalan atau hadiah kepada warga yang telah membantunya. Itupun harus
dilakukan secara terbuka tanpa menafikan warga yang lain dan membuat luka
hati warga yang bukan pendukungnya. Bukankah seorang pemimpin itu harus
PENUTUP
baik kesamaan numerik, dimana setiap manusia memiliki kesamaan sebagai satu
unit maupun kesamaan proporsional, yang memberi setiap orang apa yang
yaitu, pertama, memberi hak dan kesempatan yang sama atas kebebasan dasar
yang paling luas seluas kebebasan yang sama bagi setiap orang. Kedua, mampu
memberi keuntungan yang bersifat timbal balik (reciprocal benefits) bagi setiap
kelompok lawan.
Kabupaten Magetan tersebut, sebaiknya sang kepala desa tidak harus memberikan
kepada wargta desa yang dianggap sebagai pendukung atau yang telah
terutama dengan memberi setiap warga kesempatan yang sama dan sesuai dengan
pertimbangan balas budi, karena dapat terjadi suatu benturan terhadap prinsip
keadilan yang pada akhirnya akan mengancam kesatuan warga dan mengganggu
Ahmad Zaenal Fanani, 2009, Teori Keadilan dalam Perspektif Hukum dan Islam,
Artikel, Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia (Tidak Dipublikasikan).