Anda di halaman 1dari 1

Anggodaka Sartika Dwi

Angga

Proxy Wars
'Proxy War' atau perang proxy adalah perang yang terjadi ketika kekuasaan yang saling menentang
menggunakan pihak ketiga sebagai pengganti untuk memerangi satu sama lain secara
langsung. Sementara kekuasaan jarang menggunakan pemerintah sebagai proxy, namun aktor non-
negara, tentara bayaran, atau pihak ketiga lainnya yang lebih sering digunakan. Diharapkan bahwa
kelompok-kelompok ini dapat menyerang lawan tanpa menyebabkan munculnya perang skala besar.
hampir mustahil untuk bisa menghasilkan perang proxy murni, sebagai kelompok yang berjuang
untuk suatu bangsa tertentu biasanya memiliki kepentingan mereka sendiri, yang dapat menyimpang
dari para patron mereka. Biasanya perang fungsi proxy dilakukan selama perang dingin, karena
mereka menjadi kebutuhan dalam melakukan konflik bersenjata antara sedikitnya dua pihak yang
bersitegang sambil terus melangsungkan perang dingin.

Proxy War menjadi hal yang umum ketika masa Perang Dingin, karena kedua negara adidaya
bersenjata nuklir (Uni Soviet dan Amerika Serikat) tidak ingin memerangi satu sama lain secara
langsung, karena hal itu akan memunculkan risiko eskalasi perang nuklir sesuai dengan konsep
Mutual assured destruction. Proxy digunakan dalam berbagai konflik seperti di Afghanistan, Angola,
Korea, Vietnam, Timur Tengah, dan Amerika Latin.

Perang Sipil Yunani

Proxy perang pertama dalam Perang Dingin adalah Perang Sipil Yunani , yang dimulai segera
setelah Perang Dunia II berakhir. Pemerintah Yunani yang condong ke barat hampir digulingkan oleh
pemberontak Komunis dengan bantuan langsung dari sekutu Soviet atau negara klien di Yugoslavia,
Albania, dan Bulgaria. Komunis Yunani berhasil merebut sebagian besar dari Yunani, tetapi
seranganan balasan dari pemerintahan Yunani yang kuat memaksa mereka menarik mundur
pasukannya. Sekutu Barat akhirnya menang, karena terjadi perpecahan ideologis diantara sekutu
komunis sendiri, antara Ideologis Stalin dan Tito.Meskipun sebelumnya bersekutu dengan para
pemberontak, Tito menutup perbatasan Yugoslavia untuk partisan
ELAS(Ellinikós Laïkós Apeleftherotikós Stratós, The Greek People's
Liberation Army) ketika Komunis Yunani berpihak kepada Stalin,
meskipun kurangnya dukungan materi secara langsung dari Uni
Soviet. Albania mengikuti
langkah Tito segera
setelahnya. Dan dengan
tidak adanya bantuan,
pemberontakan itupun
akhirnya runtuh.

Korban dari pihak


Tentara Pemerintahan
demonstran ELAS di
merayakan kemenangan atas
Syntagma Square
pertempuran Konitsa

Anda mungkin juga menyukai